Wikisource
banwikisource
https://ban.wikisource.org/wiki/Kaca_Utama
MediaWiki 1.39.0-wmf.21
first-letter
Média
Kusus
Pabligbagan
Sang Anganggé
Pabligbagan Sang Anganggé
Wikisource
Pabligbagan Wikisource
Berkas
Pabligbagan Berkas
MédiaWiki
Pabligbagan MédiaWiki
Mal
Pabligbagan Mal
Wantuan
Pabligbagan Wantuan
Kategori
Pabligbagan Kategori
Pangawi
Pabligbagan Pangawi
Kaca
Pabligbagan Kaca
Indéks
Pabligbagan Indéks
TimedText
TimedText talk
Modul
Pabligbagan Modul
Gadget
Gadget talk
Gadget definition
Gadget definition talk
Wikisource:Pasangkepan
4
28067
113657
112558
2022-07-20T01:32:24Z
MediaWiki message delivery
80
/* Pengumuman enam calon untuk pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022 */ wagian anyar
wikitext
text/x-wiki
{{Kori Sekaa}}
{{Pasangkepan}}
{{clear}}
__NEWSECTIONLINK__
<noinclude>{{Pintas|WP:SANGKEP|WP:WK|WP:WARKOP}}{{bukan bak pasir}}</noinclude>
== Wiki Loves Folklore is back! ==
<div lang="en" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
{{int:please-translate}}
[[File:Wiki Loves Folklore Logo.svg|right|150px|frameless]]
You are humbly invited to participate in the '''[[:c:Commons:Wiki Loves Folklore 2022|Wiki Loves Folklore 2022]]''' an international photography contest organized on Wikimedia Commons to document folklore and intangible cultural heritage from different regions, including, folk creative activities and many more. It is held every year from the '''1st till the 28th''' of February.
You can help in enriching the folklore documentation on Commons from your region by taking photos, audios, videos, and [https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:UploadWizard&campaign=wlf_2022 submitting] them in this commons contest.
You can also [[:c:Commons:Wiki Loves Folklore 2022/Organize|organize a local contest]] in your country and support us in translating the [[:c:Commons:Wiki Loves Folklore 2022/Translations|project pages]] to help us spread the word in your native language.
Feel free to contact us on our [[:c:Commons talk:Wiki Loves Folklore 2022|project Talk page]] if you need any assistance.
'''Kind regards,'''
'''Wiki loves Folklore International Team'''
--[[Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|pabligbagan]]) 9 Januari 2022 21.14 (WITA)
</div>
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:Tiven2240@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:Tiven2240/wlf&oldid=22560402 -->
== Permohonan pendapat mengenai pemilihan Dewan Pengawas WMF telah dimulai ==
<section begin="announcement-content" />:''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Call for Feedback about the Board of Trustees elections is now open|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Call for Feedback about the Board of Trustees elections is now open|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Call for Feedback about the Board of Trustees elections is now open}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
'''Permohonan pendapat mengenai pemilihan Dewan Pengawas''' telah dimulai dan akan berlangsung sampai '''7 Februari 2022'''.
Pada permohonan pendapat kali ini, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan mengambil pendekatan yang sedikit berbeda. Alih-alih mengajukan suatu proposal tertentu, proses permohonan ini akan berputar di sekitar beberapa pertanyaan kunci yang berasal dari umpan balik evaluasi pemilihan Dewan Pengawas pada tahun 2021. Tujuannya adalah untuk menciptakan perbincangan secara kolektif dan mengembangkan rencana baru secara kolaboratif.
Terdapat dua pertanyaan yang akan dibahas dalam permohonan pendapat ini:
# Bagaimanakah cara terbaik untuk menjamin keterwakilan yang lebih beragam di antara calon-calon yang terpilih menjadi anggota Dewan Pengawas? ''Dewan Pengawas mengenal pasti pentingnya menyeleksi calon yang mewakili keberagaman gerakan Wikimedia dengan baik. Proses sejauh ini menghasilkan sukarelawan yang terpilih dari negara-negara Eropa dan Amerika Utara.''
# Apa yang perlu diharapkan dari para calon selama pemilihan? ''Para calon anggota Dewan Pengawas biasanya menyelesaikan pernyataan pencalonan dan menjawab pertanyaan dari komunitas. Bagaimanakah caranya sebuah pemilihan dapat menyediakan wawasan yang tepat mengenai para calon, sekaligus menegaskan status para calon sebagai sukarelawan?''
Terdapat satu pertanyaan tambahan yang dapat dijawab selama proses permohonan pendapat ini mengenai proses seleksi. Pertanyaan ini masih dibincangkan, namun Dewan Pengawas ingin membagikannya dalam waktu dekat. Harapannya, jika ada pertanyaan tambahan, pertanyaan tersebut akan sudah dapat dibagikan pada minggu pertama permohonan pendapat.
'''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections|Mari sertai perbincangan ini!]]'''
Salam hangat,
Tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 11 Januari 2022 11.15 (WITA)<section end="announcement-content"/>
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan #5 ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="ucoc-newsletter"/>
<div style = "line-height: 1.2">
<span style="font-size:200%;">'''Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan'''</span><br>
<span style="font-size:120%; color:#404040;">'''Edisi 5, Januari 2022'''</span><span style="font-size:120%; float:right;">[[m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/5|'''Baca nawala selengkapnya''']]</span>
----
Selamat datang di edisi kelima Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan (sebelumnya bernama Nawala Kode Etik Universal)! Nawala ini mengabarkan acara dan pembaruan terbaru mengenai Piagam Gerakan, Kode Etik Universal, Hibah Pelaksanaan Strategi Gerakan, pemilihan Dewan Pengawas WMF, dan topik MSG yang relevan lainnya.
Nawala ini akan terbit empat bulan sekali, sementara Warta juga akan diterbitkan setiap pekan atau setiap dua pekan. Harap berlangganan [[:m:Special:MyLanguage/Global message delivery/Targets/MSG Newsletter Subscription|di sini]] jika Anda berminat untuk mendapatkan kabar terbaru.
</div><div style="margin-top:3px; padding:10px 10px 10px 20px; background:#fffff; border:2px solid #808080; border-radius:4px; font-size:100%;">
*'''Permohonan Pendapat mengenai Pemilihan Dewan Pengawas''' - Kami mengundang Anda untuk memberikan tanggapan tentang pemilihan Dewan Pengawas WMF mendatang. Permohonan pendapat ini dimulai pada 10 Januari 2022 dan akan berakhir pada 7 Februari 2022. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/5#Call for Feedback about the Board elections|lanjut baca]])
*'''Ratifikasi Kode Etik Universal''' - Pada tahun 2021, WMF meminta pendapat komunitas tentang bagaimana menegakkan teks kebijakan Kode Etik Universal. Draf pedoman penegakan yang direvisi akan siap untuk pemungutan suara komunitas pada bulan Maret. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/5#Universal Code of Conduct Ratification|lanjut baca]])
*'''Hibah Pelaksanaan Strategi Gerakan''' - Sembari kami terus meninjau beberapa proposal yang menarik, kami mendorong dan menyambut lebih banyak proposal dan ide yang menargetkan inisiatif spesifik dari rekomendasi Strategi Gerakan. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/5#Movement Strategy Implementation Grants|lanjut baca]])
*'''Arah Baru untuk Nawala Ini''' - Sejak Nawala UCoC beralih ke Nawala MSG, bergabunglah dengan tim fasilitasi dalam membayangkan dan memutuskan arah baru untuk nawala ini. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/5#The New Direction for the Newsletter|lanjut baca]])
*'''Blog Diff''' - Lihat publikasi terbaru tentang UCoC di Wikimedia Diff. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/5#Diff Blogs|lanjut baca]])</div><section end="ucoc-newsletter"/>
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 14 Januari 2022 15.17 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
==Bot policy==
Hello. To facilitate [[:m:Special:MyLanguage/Stewards|steward]] granting of bot access, I suggest implementing the [[m:Special:MyLanguage/Bot policy|standard bot policy]] on this wiki. In particular, this policy allows stewards to automatically flag known interlanguage linking bots (if this page says that is acceptable) or bots that fix double redirects. The policy also enables [[m:Bot policy#Global_bots|global bots]] on this wiki (if this page says that is acceptable), which are trusted bots that will be given bot access on every wiki that allows global bots.
This policy makes bot access requesting much easier for local users, operators, and stewards. To implement it we only need to create a redirect to this page from [[Project:Bot policy]], and add a line at the top noting that it is used here. If you use or prefer to use a dedicated project page for handling bot flag requests, that is also acceptable. Please read [[m:Special:MyLanguage/Bot policy|the text at Meta-Wiki]] before commenting. If you object, please say so; I hope to implement in two weeks if there is no objection, since it is particularly written to streamline bot requests on wikis with little or no community interested in bot access requests. Thank you for your consideration. --[[Sang Anganggé:Zabe|Zabe]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:Zabe|pabligbagan]]) 17 Januari 2022 01.20 (WITA)
:Hi @[[Sang Anganggé:Zabe|Zabe]], thanks to mention about this. I think no objection for this policy. What do you need from community, regarding the process, please let me know. Thanks. Sincerely [[Sang Anganggé:Joseagush|Joseagush]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:Joseagush|pabligbagan]]) 22 Januari 2022 22.16 (WITA)
::Hello @[[Sang Anganggé:Joseagush|Joseagush]]. Thanks for your reply. Seeing that there are no objections, which page does ban.wikisource use to hold bot approvals or votes? Is this page okay? We need to add a redirect from [[Project:Bot policy]] to the page where the bot discussions happen. Best regards, --[[Sang Anganggé:MarcoAurelio|MarcoAurelio]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MarcoAurelio|pabligbagan]]) 17 Pébruari 2022 02.34 (WITA)
:::Hi @[[Sang Anganggé:MarcoAurelio|MarcoAurelio]], yes, i think there is no objections from the community about Bot policy. You can implemented here. Thanks and best regards, [[Sang Anganggé:Joseagush|Joseagush]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:Joseagush|pabligbagan]]) 25 Pébruari 2022 13.45 (WITA)
:::: Thank you, I've implemented the policy. Regards, --[[Sang Anganggé:MarcoAurelio|MarcoAurelio]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MarcoAurelio|pabligbagan]]) 25 Pébruari 2022 20.36 (WITA)
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan: berikan pendapat Anda</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />:''[[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Task Force/Call for Feedback Announcement|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Task Force/Call for Feedback Announcement|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Leadership Development Task Force/Call for Feedback Announcement}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Pada saat ini, tim Pengembangan Komunitas Yayasan Wikimedia sedang bekerja untuk membentuk sebuah Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan yang bersifat global dan dipandu oleh komunitas. Tujuan kelompok ini adalah untuk memberikan nasihat dan pertimbangan pada kerja-kerja pembinaan kepemimpinan.
Tim kami memohon pendapat Anda mengenai apa yang sebaiknya menjadi jangkauan kerja dan tanggungjawab Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan. Halaman Meta ini memuat [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Task Force|proposal]] dan [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Task Force/Participate|bagaimana caranya Anda dapat berpartisipasi]]. Periode permohonan pendapat akan berlangsung dari tanggal 7 hingga 25 Februari 2022.<section end="announcement-content" />
</div>
Teriring salam,
<br>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 9 Pébruari 2022 19.58 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== Kabar terbaru mengenai proses peninjauan Pedoman Penegakan Kode Etik Universal ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/2022-02-02 Announcement|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/2022-02-02 Announcement|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/2022-02-02 Announcement}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Halo semua,
Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia telah menerbitkan [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Board noticeboard/January 2022 - Board of Trustees on Community ratification of enforcement guidelines of UCoC|pernyataan mengenai proses ratifikasi]] '''[[m:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines|Pedoman Penegakan Kode Etik Universal]]''' (UCoC).
[[m:Universal Code of Conduct|Kode Etik Universal]] (UCoC) merupakan dasar perilaku yang dapat diterima dalam gerakan Wikimedia. UCoC dan Pedoman Penegakannya dirumuskan oleh [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Drafting committee|sebuah komite yang beranggotakan staf dan relawan]] setelah melalui proses permohonan pendapat dari komunitas.
Pedoman yang telah diubah diterbitkan pada tanggal 24 Januari 2022, memuat langkah yang diusulkan untuk menerapkan kebijakan ini secara meluas dalam gerakan Wikimedia. Terdapat [[m:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Changes|daftar perubahan yang dibuat]] atas pedoman ini setelah [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement draft guidelines review|proses peninjauan rancangan]]. '''Masukan tentang pedoman dapat diberikan [[m:Talk:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines|di halaman pembicaraan Pedoman Penegakan di Meta-wiki]].'''
Untuk membantu memahami pedoman ini dan proses di balik perumusannya, tim [[m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance|Strategi dan Tata Kelola Gerakan]] (MSG) akan menyelenggarakan sesi jam kerja terbuka pada tanggal 4 Februari 2022 pukul 15:00 UTC, 25 Februari 2022 pukul 12:00 UTC, dan 4 Maret 2022 pukul 15:00 UTC. '''[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Conversations|Mari bergabung untuk berinteraksi dengan tim proyek UCoC dan anggota Komite Perumus tentang pedoman yang diperbarui dan proses pemungutan suara yang akan diselenggarakan]].'''
[[m:Universal Code of Conduct/Project#Timeline|Lini masa proses UCoC tersedia di Meta-wiki]]. Periode pemungutan suara akan berlangsung dari tanggal 7 hingga 21 Maret 2022. Semua pemilih yang memenuhi syarat akan memiliki kesempatan untuk mendukung atau menentang penerapan Pedoman Penegakan serta memberikan masukan mereka. '''[[m:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Voting|Lihat halaman informasi pemungutan suara untuk rincian lebih lanjut]].'''
Anggota komunitas dari seluruh penjuru gerakan Wikimedia telah memberikan masukan-masukan yang berharga dalam proses yang sedang berlangsung ini. Tim UCoC dan MSG ingin berterima kasih kepada Komite Perumus dan anggota komunitas atas kontribusi yang mereka berikan dalam proses ini.
Hormat kami,
Tim Tata Kelola dan Strategi Gerakan<br/>
Yayasan Wikimedia<section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|Ramzy(WMF)]] 13 Pébruari 2022 00.36 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
=== Sesi perbincangan terbuka pada tanggal 25 Februari dan 4 Maret ===
Tim [[m:Movement Strategy and Governance|Strategi dan Tata Kelola Gerakan]] (MSG) akan menyelenggarakan sesi perbincangan terbuka mengenai ratifikasi pedoman penegakan Kode Etik Universal pada tanggal '''25 Februari 2022 jam 12:00 UTC''' (19:00 WIB / 20:00 WITA / 21:00 WIT) dan '''4 Maret 2022 jam 15:00 UTC''' (22:00 WIB / 23:00 WITA / 00:00 WIT).
Harap [[m:Special:MyLanguage/Universal_Code_of_Conduct/Conversations|'''daftarkan diri Anda''']] untuk menyertai perbincangan dengan tim proyek dan komite perumus. Anda dapat membaca terlebih dahulu [[m:Special:MyLanguage/Universal_Code_of_Conduct/2022_conversation_hour_summaries|ringkasan sesi perbincangan tanggal 4 Februari 2022]]. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kirim surel ke msg[[File:At sign.svg|16x16px|link=|(_AT_)]]wikimedia.org atau ucocproject[[File:At sign.svg|16x16px|link=|(_AT_)]]wikimedia.org
Salam, [[Sang Anganggé:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:RamzyM (WMF)|pabligbagan]]) 22 Pébruari 2022 11.48 (WITA)
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Permohonan pendapat mengenai pemilihan Dewan Pengawas WMF telah selesai</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />:''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Call for Feedback is now closed|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Call for Feedback is now closed|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Call for Feedback is now closed}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
[[m:Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections|Permohonan pendapat mengenai pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia]] telah selesai. Permohonan pendapat ini berlangsung dari tanggal 10 Januari hingga 16 Februari 2022 dan berfokus pada [[m:Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Discuss Key Questions#Questions|tiga pertanyaan kunci]]. Permohonan pendapat ini dibincangkan secara intensif [[m:Talk:Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Discuss Key Questions|di Meta-wiki]], dalam pertemuan dengan organisasi mitra lokal Wikimedia, dan dalam kanal perbicangan komunitas lainnya. Komunitas dan mitra lokal Wikimedia telah mengajukan beberapa proposal dan poin diskusi. Anda dapat membaca [[m:Wikimedia Foundation Board of Trustees/Call for feedback: Board of Trustees elections/Reports|laporan mengenai permohonan pendapat]] ini di Meta-wiki.
Sari diskusi akan disampaikan kepada Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan yang tengah mengambil keputusan mengenai bentuk pemilihan Dewan Pengawas mendatang. Dewan Pengawas akan merilis suatu pengumuman setelah meninjau laporan mengenai permohonan pendapat ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua Wikimedian yang telah berpartisipasi dalam permohonan pendapat dan turut serta menjadikan proses pemilihannya lebih baik lagi.
Salam hangat,
Tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan<section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 3 Maret 2022 16.41 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Undangan untuk mengikuti acara Perbincangan Global tentang Hub pada 2022-03-12 pukul 13:00 UTC</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />Halo!
Tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia mengundang Anda untuk mengikuti acara perbincangan global mengenai hub tematik dan regional. Pada saat ini, gerakan Wikimedia sedang berusaha untuk menyamakan pandangan mengenai bagaimana keduanya mesti terbentuk. Acara pada bulan November tahun lalu merupakan suatu awal yang baik ([[m:Special:MyLanguage/Hubs/Documentation/27 November Workshop|baca laporannya di sini]]), namun tentu saja proses ini belum selesai.
Dalam beberapa pekan terakhir, kami melakukan lebih kurang 16 sesi wawancara dengan kelompok yang sedang berupaya untuk membentuk suatu Hub ([[m:Special:MyLanguage/Hubs/Dialogue|lihat Dialog Hub]]). Wawancara ini menjadi bahan pelajaran untuk sebuah laporan yang akan menjadi dasar diskusi pada tanggal 12 Maret mendatang. Kami akan menerbitkan laporan ini pada tanggal 9 Maret.
Acara ini akan digelar pada tanggal 12 Maret dari pukul 13:00 hingga 16:00 UTC di Zoom. Kami akan menyediakan interpretasi ke dalam bahasa Perancis, Spanyol, Arab, Rusia, dan Portugis. Pendaftaran ditutup tanggal 10 Maret. Anda diundang untuk mendaftar. '''[[m:Special:MyLanguage/Hubs/Global Conversations March 12, 2022|Informasi lebih lanjut di Meta-wiki]]'''.
Salam hangat,
[[m:User:KVaidla (WMF)|Kaarel Vaidla]]<br />Tim Strategi Gerakan
<section end="announcement-content" />
</div>
7 Maret 2022 17.57 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Pemungutan suara untuk meratifikasi Pedoman Penegakan UCoC dibuka dari 7 Maret hingga 21 Maret 2022</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Vote|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Vote|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Vote}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Halo semua,
Proses pemungutan suara untuk meratifikasi [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines|Pedoman Penegakan]] [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct|Kode Etik Universal]] (UCoC) telah dibuka! '''[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Voting|Pemungutan suara ini akan berlangsung di SecurePoll]]''' mulai 7 Maret 2022 hingga 21 Maret 2022. Silakan [[m:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Voter information|baca halaman informasi untuk pemilih dan syarat memilih]].
Kode Etik Universal (UCoC) adalah kebijakan dasar perilaku yang dapat diterima untuk gerakan Wikimedia. Versi dari pedoman penegakan yang telah direvisi diterbitkan pada tanggal 24 Januari 2022 sebagai untuk menerapkan kebijakan UCoC dalam gerakan Wikimedia. Anda dapat [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Project|membaca lebih lanjut tentang proyek UCoC di sini]].
Anda juga dapat memberikan komentar pada halaman pembicaraan di Meta-wiki dalam bahasa apapun. Hubungi tim kami melalui email: ucocproject[[File:At sign.svg|16x16px|link=|(_AT_)]]wikimedia.org
Teriring salam,
Tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan
Yayasan Wikimedia<section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 11 Maret 2022 08.42 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Pendaftaran calon anggota Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan dibuka (14 Maret-10 April 2022)</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Participate/Announcement|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Participate/Announcement|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Leadership Development Working Group/Participate/Announcement}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Halo semuanya,
Terima kasih kepada semua Wikimedian yang telah ikut serta memberi masukan tentang [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group|Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan]]. Anda dapat membaca [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Participate#5. Summary of Call for Feedback|ringkasan]] pendapat yang masuk di Meta-wiki. Masukan ini akan dibagikan dengan Kelompok Kerja untuk membantu pekerjaan mereka. Saat ini, pendaftaran untuk menjadi calon anggota Kelompok Kerja sudah dibuka dan akan ditutup pada tanggal 10 April 2022. Harap [[m:Special:MyLanguage/Leadership_Development_Working_Group/Purpose_and_Structure#3._How_is_the_working_group_formed_and_structured?|baca informasi mengenai Kelompok Kerja]] ini, bagikan dengan anggota komunitas yang lain, dan '''[[m:Special:MyLanguage/Leadership_Development_Working_Group/Participate#1._How_to_participate|mendaftarlah sebagai calon anggota]]'''.
Terima kasih,
Tim Pengembangan Komunitas Yayasan Wikimedia<br /><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 15 Maret 2022 00.12 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== Invitation to join the first Wikisource Triage meeting on 21st March 2022 ==
Hello everyone,
[[User:SWilson (WMF)|Sam Wilson]] and [[User:SGill (WMF)|I]] are excited to share that we will be hosting regular [[:meta:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meetings]], starting from 21st March 2022.
These meetings aim to foster the growth of a technical community of Wikisource developers and contributors. The meetings will be primarily focused on identifying, prioritizing and estimating tasks on the All-and-every-Wikisource and ProofreadPage workboards (among others) on Phabricator and eventually reduce the backlog of technical tasks and bugs related to Wikisource by making incremental improvements to Wikisource infrastructure and coordinating these changes with the Wikisource communities.
While these meetings are technology focused, non-technical Wikisource contributors are also invited to join and share any technical challenges that they are facing and we will help them to create phabricator tickets. Newbie developers are also more than welcome!
The first meeting has been scheduled for 21st March 2022 at 10:30 AM UTC / 4:00 PM IST ([https://zonestamp.toolforge.org/1647858641 Check your local time]). If you are interested in joining the meeting, kindly leave a message on '''sgill@wikimedia.org''' and we will add you to the calendar invite.
Meanwhile, feel free to [[:meta:Wikisource Triage meetings|check out the page on Meta-wiki]] and suggest topics for the agenda.
On behalf of [[User:SWilson (WMF)|Sam Wilson]] and [[User:SGill (WMF)|Satdeep Gill]]
<small>Sent by [[Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|pabligbagan]]) 15 Maret 2022 23.52 (WITA)</small>
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=22324971 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> Ikutilah perbincangan terbuka Ketahanan dan Keberlanjutan Komunitas bersama Maggie Dennis</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/IRC office hours/Office hours 2022-03-24/Announcement|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/IRC office hours/Office hours 2022-03-24/Announcement|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:IRC office hours/Office hours 2022-03-24/Announcement}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Tim [[m:Special:MyLanguage/Community Resilience and Sustainability|Ketahanan dan Keberlanjutan Komunitas]] Yayasan Wikimedia akan menyelenggarakan sesi perbincangan terbuka dengan Wakil Presiden [[m:User:Mdennis (WMF)|Maggie Dennis]].
Perbincangan ini meliputi topik-topik seperti Strategi Gerakan, tata kelola Dewan Pengawas, Keamanan, Kode Etik Universal, Pengembangan Komunitas, dan Hak Asasi Manusia. Anda diundang untuk mengikuti sesi ini serta mengajukan pertanyaan dan komentar! Anda dapat mengirimkan pertanyaan yang ingin Anda ajukan sebelum sesi perbincangan dimulai.
Perbincangan ini akan berlangsung pada tanggal 24 Maret 2022 pukul 15:00 UTC ([https://zonestamp.toolforge.org/1648134035 periksa waktu lokal Anda]).
Anda dapat mengetahui [[m:IRC office hours/Office hours 2022-03-24|informasi lebih lanjut di Meta-wiki]].<section end="announcement-content" />
</div>
Sampai jumpa di acara ini!
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 21 Maret 2022 21.21 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Pemungutan suara untuk meratifikasi Pedoman Penegakan UCoC telah selesai</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Vote/Closing message|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Vote/Closing message|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Vote/Closing message}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Salam,
Pemungutan suara untuk meratifikasi [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines|Pedoman Penegakan]] [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct|Kode Etik Universal]] (UCoC) telah selesai pada tanggal 21 Maret 2022. Lebih dari {{#expr:2300}} orang Wikimedian memberikan suaranya dari berbagai penjuru gerakan Wikimedia. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah ikut serta dalam proses ini. Tim pengawas saat ini sedang memeriksa suara yang masuk untuk memastikan keakuratannya; kami memperkirakan proses ini akan memakan waktu sekitar dua minggu.
Hasil akhir pemungutan suara akan diumumkan [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Voting/Results|pada halaman ini]] beserta statistik yang relevan dan ringkasan dari semua komentar yang masuk, segera setelah semuanya dapat dirilis untuk publik. Harap baca [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Voter information|halaman informasi untuk pemilih]] untuk mengetahui langkah selanjutnya setelah pemilihan ini. Anda dapat memberikan komentar pada [[m:Talk:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines|halaman pembicaraan di Meta-wiki]], dalam bahasa apa pun yang Anda inginkan. Anda juga dapat menghubungi tim proyek UCoC melalui surel di ucocproject[[File:At sign.svg|16x16px|link=|(_AT_)]]wikimedia.org.
Salam hangat,
Tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan<br /><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 25 Maret 2022 09.29 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Mari mendaftar menjadi anggota Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan sebelum 10 April 2022</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Participate/Announcement/Reminder|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Participate/Announcement/Reminder|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Leadership Development Working Group/Participate/Announcement/Reminder}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Halo semua,
Tim Pengembangan Komunitas Yayasan Wikimedia saat ini tengah mendukung pemebntukan sebuah [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group|Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan]] yang bersifat global dan dimotori oleh komunitas. Tujuan adanya kelompok kerja ini adalah untuk memberikan nasihat mengenai kerja-kerja pembinaan kepemimpinan dalam gerakan Wikimedia. Masukan dari komunitas mengenai tata kerja kelompok ini telah diterima pada bulan Februari 2022, dan Anda dapat membaca [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Participate#5. Summary of Call for Feedback|ringkasan masukan]] yang diterima di Meta-wiki. Periode pendaftaran untuk menjadi anggota kelompok ini sudah dibuka dan akan ditutup pada tanggal 10 April 2022. Harap [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Purpose and Structure#3. How is the working group formed and structured?|baca informasi lebih lanjut mengenai kelompok kerja ini]], bagikan dengan anggota komunitas Anda yang mungkin tertarik, atau [[m:Special:MyLanguage/Leadership Development Working Group/Participate#1. How to participate|daftarkan diri Anda]].
Salam,
Tim Pengembangan Komunitas Yayasan Wikimedia<br/><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 31 Maret 2022 21.55 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Ikuti perbincangan mengenai Rencana Tahunan Yayasan Wikimedia bersama Maryana Iskander</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/User:YShibata (WMF)/Sandbox|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/User:YShibata (WMF)/Sandbox|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:User:YShibata (WMF)/Sandbox}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Salam,
Tim [[m:Special:MyLanguage/Movement Communications|Komunikasi Komunitas]] dan [[m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance|Strategi dan Tata Kelola Gerakan]] mengundang Anda untuk membincangkan '''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Annual Plan/2022-2023/draft|Rencana Tahunan Yayasan Wikimedia 2022-23]]''', yaitu rencana penyelenggaraan kerja Yayasan Wikimedia untuk masa kerja satu tahun ke depannya.
Perbincangan ini merupakan lanjutan dari [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Chief Executive Officer/Maryana’s Listening Tour|"tur mendengar"]] [[m:User:MIskander-WMF|Direktur Eksekutif Maryana Iskander]].
Perbincangan ini akan membahas pertanyaan berikut ini:
* [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia 2030|Strategi Gerakan Wikimedia 2030]] memandatkan "pengetahuan sebagai sebuah layanan" dan "keadilan pengetahuan" sebagai suatu arah. Yayasan Wikimedia merencanakan kerjanya untuk mencapai kedua arah tujuan ini. Menurut Anda, bagaimana Yayasan Wikimedia dapat menerapkan kedua arah ini dalam pekerjaannya?
* Yayasan Wikimedia sedang terus berusaha untuk meningkatkan kinerjanya di tingkat wilayah. Kami telah mempertajam fokus di bidang tertentu seperti hibah, fitur baru, dan perbincangan komunitas. Apa yang sudah bekerja dengan baik? Apa yang dapat diperbaiki?
* Semua orang dapat berkontribusi dalam proses Strategi Gerakan. Mari kumpulkan kegiatan, gagasan, permintaan, dan hal yang dapat dipelajari. Bagaimana Yayasan Wikimedia dapat mendukung para sukarelawan dan organisasi mitra lokal dengan lebih baik dalam aktivitas terkait Strategi Gerakan?
Jadwal perbincangan terlampir di [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Annual Plan/2022-2023/draft/Your Input|'''Meta-wiki''']].
Bahan perbincangan akan tersedia dalam beberapa bahasa. Setiap sesi perbincangan terbuka untuk umum. Penerjemahan langsung akan tersedia dalam beberapa sesi.
Salam hangat,<br /><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 14 April 2022 23.55 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan - Edisi 6</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="ucoc-newsletter"/>
<div style = "line-height: 1.2">
<span style="font-size:200%;">'''Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan'''</span><br>
<span style="font-size:120%; color:#404040;">'''Edisi 6, April 2022'''</span><span style="font-size:120%; float:right;">[[m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/6|'''Baca nawala selengkapnya''']]</span>
----
Selamat datang di edisi keenam Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan! Nawala ini mengabarkan acara dan pembaruan terbaru mengenai Piagam Gerakan, Kode Etik Universal, Hibah Pelaksanaan Strategi Gerakan, pemilihan Dewan Pengawas WMF, dan topik MSG yang relevan lainnya.
Nawala ini akan terbit empat bulan sekali, sementara Berita Mingguan juga akan diterbitkan setiap pekan. Harap berlangganan [[:m:Special:MyLanguage/Global message delivery/Targets/MSG Newsletter Subscription|di sini]] jika Anda berminat untuk mendapatkan kabar terbaru.
</div><div style="margin-top:3px; padding:10px 10px 10px 20px; background:#fffff; border:2px solid #808080; border-radius:4px; font-size:100%;">
*'''Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan -''' Pendaftaran untuk menjadi anggota Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan telah ditutup pada 10 April 2022. 12 orang anggota komunitas akan dipilih untuk berpartisipasi dalam kelompok kerja ini. ([[:m:Special:MyLanguage/Strategi Gerakan dan Tata Kelola/Newsletter/6#A1|lanjutkan membaca]])
*'''Hasil ratifikasi Pedoman Penegakan Kode Etik Universal -''' Pemungutan suara global tentang Pedoman Penegakan UCoC diadakan dari tanggal 7 hingga 21 Maret 2022 melalui SecurePoll. Lebih dari 2.300 pemilih yang memenuhi syarat dari setidaknya 128 proyek Wikimedia yang berbeda menyampaikan pendapat dan komentar mereka. ([[:m:Special:MyLanguage/Strategi Gerakan dan Tata Kelola/Newsletter/6#A2|lanjutkan membaca]])
*'''Diskusi mengenai Hub -''' Percakapan Global tentang Hub wilayah dan tematik diadakan pada hari Sabtu, 12 Maret 2022, dihadiri oleh 84 orang Wikimedian. ([[:m:Special:MyLanguage/Strategi Gerakan dan Tata Kelola/Newsletter/6#A3|lanjutkan membaca]])
*'''Hibah Strategi Gerakan masih dibuka -''' Sejak awal tahun ini, enam proposal dengan nilai total sekitar $80.000 USD telah disetujui. Apakah Anda memiliki ide proyek untuk melaksanakan Strategi Gerakan? Hubungi kami! ([[:m:Special:MyLanguage/Strategi Gerakan dan Tata Kelola/Newsletter/6#A4|lanjutkan membaca]])
*'''Komite Perumus Piagam Gerakan -''' Komite yang beranggotakan lima belas orang yang dipilih pada Oktober 2021 ini telah menyepakati nilai-nilai dan metode-metode penting untuk proses kerjanya, dan telah mulai membuat garis besar rancangan Piagam Gerakan. ([[:m:Special:MyLanguage/Strategi Gerakan dan Tata Kelola/Newsletter/6#A5|lanjutkan membaca]])
*'''Memperkenalkan Berita Mingguan Strategi -''' Mari berkontribusi dan berlangganan! - Tim MSG baru saja meluncurkan format berita yang terhubung ke berbagai halaman Strategi Gerakan di Meta-wiki. Mari berlangganan mendapatkan berita terbaru tentang berbagai proyek yang sedang berlangsung. ([[:m:Special:MyLanguage/Strategi Gerakan dan Tata Kelola/Newsletter/6#A6|lanjutkan membaca]])
*'''Blog Diff -''' Lihat publikasi terbaru tentang Strategi Gerakan di blog Diff. ([[:m:Special:MyLanguage/Strategi Gerakan dan Tata Kelola/Newsletter/6#A7|lanjutkan membaca]])
</div><section end="ucoc-newsletter"/>
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 16 April 2022 14.45 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Langkah selanjuntya mengenai Kode Etik Universal dan Pedoman Penegakannya</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Board noticeboard/April 2022 - Board of Trustees on Next steps: Universal Code of Conduct (UCoC) and UCoC Enforcement Guidelines|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation Board noticeboard/April 2022 - Board of Trustees on Next steps: Universal Code of Conduct (UCoC) and UCoC Enforcement Guidelines}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Komite Urusan Komunitas Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua orang yang telah berpartisipasi dalam pemungutan suara global mengenai Pedoman Penegakan Kode Etik Universal (UCoC).
Sukarelawan pengawas telah menyelesaikan peninjauan atas hasil pemungutan suara dan melaporkan total suara yang masuk sebanyak 2,283 suara. Dari jumlah tersebut, total 1,338 (58.6%) anggota komunitas mendukung pengesahan Pedoman Penegakan, dan 945 (41.4%) menolak. Selain itu, 658 pemilih memberikan komentarnya, dengan 77% dari komentar yang masuk ditulis dalam bahasa Inggris.
Kami menyadari dan menghargai semangat dan komitmen yang telah ditunjukkan oleh anggota komunitas dalam menciptakan budaya yang aman dan ramah yang menghentikan perilaku yang bermusuhan dan beracun, mendukung orang-orang yang menjadi sasaran perilaku tersebut, dan mendorong orang-orang yang beritikad baik untuk berkontribusi secara produktif dalam proyek-proyek Wikimedia.
Bahkan dalam tahap ini, hal tersebut dapat dilihat dari komentar-komentar yang masuk. Pedoman Penegakan mencapai ambang batas dukungan yang diperlukan untuk ditinjau oleh Dewan Pengawas. Namun begitu, kami mendorong semua pemilih, terlepas dari apa yang mereka pilih, untuk memberikan masukan tentang elemen pedoman penegakan yang mereka rasa perlu diubah atau diperbaiki, beserta alasannya, jika pada akhirnya nanti diperlukan suatu periode revisi yang lebih lanjut untuk mengatasi hal-hal yang menjadi perhatian khusus dari komunitas.
Staf WMF yang bertugas meninjau komentar telah memberi tahu kami tentang beberapa tema yang muncul dari komentar yang masuk. Oleh karena itu, kami sebagai Komite Urusan Komunitas telah memutuskan untuk meminta WMF agar membentuk kembali suatu Komite Perumus dan mengadakan satu periode permohonan pendapat dari komunitas lagi menyempurnakan Pedoman Penegakan berdasarkan masukan yang diterima dari pemungutan suara yang baru saja selesai.
Untuk kejelasan, masukan-masukan ini telah dikelompokkan menjadi 4 bagian sebagai berikut:
# Mengidentifikasi jenis, tujuan, dan penerapan pelatihan;
# Menyederhanakan bahasa untuk terjemahan dan pemahaman yang lebih mudah oleh mereka yang bukan ahli;
# Menggali lebih dalam mengenai konsep afirmasi, termasuk pro dan kontranya;
# Untuk meninjau peran yang bertentangan mengenai privasi/perlindungan korban dan hak untuk didengar.
Isu-isu lain mungkin muncul selama percakapan berlangsung, dan khususnya ketika rancangan Pedoman Penegakan berkembang, tetapi kami melihat empat hal di atas sebagai isu-isu yang menjadi perhatian utama bagi para pemilih dan meminta staf untuk memfasilitasi peninjauan terhadap isu-isu ini. Setelah itu, WMF harus menjalankan kembali pemungutan suara komunitas untuk mengevaluasi Pedoman Penegakan yang telah direvisi untuk melihat apakah dokumen baru tersebut kemudian sudah siap untuk ratifikasi secara resmi.
Selanjutnya, kami menyadari kekhawatiran dengan catatan 3.1 dalam naskah kebijakan Kode Etik Universal. Kami mengarahkan WMF untuk memfasilitasi peninjauan atas bahasa yang digunakan pada bagian ini untuk memastikan bahwa naskah kebijakan UCoC akan memenuhi tujuan yang dimaksudkan untuk mendukung suatu komunitas yang aman dan inklusif, tanpa menunggu tinjauan menyeluruh atas UCoC pada akhir tahun.
Sekali lagi, kami berterima kasih kepada semua yang telah berpartisipasi dalam memikirkan dan memecahkan tantangan yang kritis dan sulit ini, serta berkontribusi untuk menciptakan pendekatan yang lebih baik demi terwujudnya kerja sama yang baik dalam gerakan Wikimedia.
Teriring salam,
Rosie
Rosie Stephenson-Goodknight (''she/her'')<br />
Pelaksana Tugas Ketua, Komite Urusan Komunitas <br />
Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia<br /><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 25 April 2022 10.39 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Pendaftaran calon untuk pemilihan anggota Dewan Pengawas 2022 telah dibuka</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Call for Candidates/Short|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Call for Candidates/Short|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Call for Candidates/Short}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia membuka pendaftaran calon anggota untuk pemilihan tahun 2022. [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia_Foundation_elections/2022/Announcement/Call_for_Candidates|'''Baca pengumuman selengkapnya di Meta-wiki.''']]
[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|Pemilihan Dewan Pengawas 2022]] telah dimulai! Anda diundang untuk mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Pengawas selanjutnya.
Dewan Pengawas bertugas untuk mengawasi jalannya Yayasan Wikimedia. Para anggota Dewan dipilih dari unsur komunitas dan mitra lokal serta unsur yang diangkat oleh Dewan sendiri. Setiap anggota bertugas untuk masa jabatan selama tiga tahun. Komunitas Wikimedia berhak untuk memilih para anggota Dewan dari unsur komunitas dan mitra lokal.
Komunitas Wikimedia akan memberikan suara untuk mengisi dua kursi di Dewan pada tahun 2022. Pemungutan suara ini adalah kesempatan untuk meningkatkan keterwakilan, keragaman, dan keahlian para anggota Dewan secara kolektif.
Siapa sajakan calon yang berpotensi? Apakah Anda salah satunya? Cari tahu lebih lanjut di halaman [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Apply to be a Candidate|Pendaftaran Calon]].
Atas dukungan Anda, kami ucapkan terima kasih.
Atas nama Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia<br /><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 25 April 2022 23.47 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== Panggilan sukarelawan: pemilihan anggota Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022 ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<languages/>
Tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan mengundang anggota komunitas Wikimedia untuk menjadi sukarelawan pada pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia yang akan datang.
Gagasan mengenai program Sukarelawan Pemilihan diterapkan pada pemilihan Dewan Pengawas 2021. Ternyata, program ini cukup sukses; dengan bantuan para sukarelawan, kami dapat meningkatkan jangkauan dan partisipasi dalam pemilihan dengan tambahan sekitar 1.753 pemilih lebih banyak dibanding pemilihan tahun 2017. Total pemilih adalah sekitar 10.13% (peningkatan sebesar 1.1%) dan 214 proyek Wikimedia berbeda terwakili dalam pemilihan tersebut.
Pada pemilihan tahun 2017, tidak ada pemilih dari sekitar 74 proyek wiki. Pada pemilihan tahun 2021, proyek-proyek ini tercatat sudah memiliki pemilih. Apakah Anda ingin ikut serta melakukan perubahan seperti ini?
Para sukarelawan akan membantu dalam:
* Menerjemahkan pesan-pesan pendek dan mengumumkan proses pemilihan yang sedang berjalan pada saluran percakapn komunitas
* Pilihan: mengawasi saluran komunitas untuk menjaring komentar dan pertanyaan
Para sukarelawan mesti:
* Mematuhi kebijakan ruang ramah selama perbincangan dan acara pemilihan
* Mempresentasikan panduan dan informasi pemilihan kepada komunitas senetral mungkin
Apakah Anda ingin menjadi sukarelawan dan memastikan komunitas Anda terwakili dalam pemilihan tahun ini? [[m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Election Volunteers/About|Daftarkan diri Anda di sini]] untuk menerima pembaharuan. Anda dapat meninggalkan pesan atau pertanyaan mengenai penerjemahan di [[m:Special:MyLanguage/Talk:Movement Strategy and Governance/Election Volunteers/About|halaman pembicaraan]].
</div>
Teriring salam,
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 5 Méi 2022 18.17 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== Pengumuman hasil seleksi anggota Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan ==
Rekan-rekan Wikimedian yang baik,
Menyambung kabar yang saya sampaikan sebelumnya mengenai [[m:Leadership_Development_Working_Group/id|Kelompok Kerja Pembinaan Kepemimpinan]]: the [[m:Community Development/id|tim Pengembangan Komunitas]] telah menyelesaikan proses seleksi bagi para calon yang mendaftar. Denagn senang hati, kami mengumumkan '''[https://lists.wikimedia.org/hyperkitty/list/wikimedia-l@lists.wikimedia.org/message/ZJIUYB3IOU3AULV2R7EY32L6LIUSO56R/ lima belas orang sukarelawan]''' yang akan menjadi anggota dan memulai pekerjaan pada kelompok kerja ini.
Atas kerja sama dan dukungan yang Anda berikan selama proses ini, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Atas nama tim Pengembangan Komunitas,
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 13 Méi 2022 00.29 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== Poll regarding Third Wikisource Triage meeting ==
Hello fellow Wikisource enthusiasts!
We will be organizing the third [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]] in the last week of May and we need your help to decide on a time and date that works best for the most number of people. Kindly share your availabilities at the wudele link below by 20th May 2022:
https://wudele.toolforge.org/ctQEP3He1XCNullZ
Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest topics for the agenda.
Regards
[[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]]
<small>Sent via [[Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|pabligbagan]]) 14 Méi 2022 11.38 (WITA)</small>
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23283908 -->
== Invitation to join the third Wikisource Triage meeting (28th May 2022) ==
Hello fellow Wikisource enthusiasts!
We are the hosting the [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]] on '''28th May 2022 at 11 AM UTC / 4:30 PM IST''' ([https://zonestamp.toolforge.org/1653735600 check your local time]) according to the [https://wudele.toolforge.org/ctQEP3He1XCNullZ wudele poll]. We will be welcoming some developers who contributed to Wikisource related tasks during the recently concluded [[:m:Indic Hackathon 2022|Indic Hackathon]].
As always, you don't have to be a developer to participate in these meetings but the focus of these meetings is to improve the Wikisource infrastructure.
If you are interested in joining the meeting, kindly leave a message on '''sgill@wikimedia.org''' and we will add you to the calendar invite.
Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest any other topics for the agenda.
Regards
[[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]]
<small> Sent using [[Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|pabligbagan]]) 23 Méi 2022 11.39 (WITA) </small>
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23314792 -->
== Kabar terbaru mengenai proses perumusan Pedoman Penegakan Kode Etik Universal ==
Para Wikimedian yang baik,
Bersama pesan ini, saya ingin membagikan kabar terbaru mengenai proses perumusan [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines|Pedoman Penegakan]] [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct|Kode Etik Universal]] (UCoC):
* <small>(''[[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Voting/Report/Announcement|selengkapnya]]'')</small> Pada bulan Mei 2022, [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Project|tim proyek UCoC]] menyelesaikan laporan mengenai [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Vote|pemungutan suara untuk meratifikasi Panduan Penegakan]] yang berlangsung pada bulan Maret 2022. Wikimedian dari setidaknya 137 komunitas berbeda memberikan suara mereka, dan setidaknya 650 pemilih memberikan komentar bersama dengan suara mereka. [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Voting/Report|Laporan ini dapat diakses di '''Meta-Wiki''']].
* Setelah proses pemungutan suara selesai, [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation Community Affairs Committee|Komite Urusan Komunitas]] (CAC) Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia [https://lists.wikimedia.org/hyperkitty/list/wikimedia-l@lists.wikimedia.org/thread/JAYQN3NYKCHQHONMUONYTI6WRKZFQNSC/ meminta] agar diadakan peninjauan kembali terhadap beberapa bagian dalam Pedoman Penegakan. Sebuah [[m:Special:MyLanguage/Universal Code of Conduct/Drafting committee#Revisions Committee|Komite Revisi]] akan melakukan peninjauan ini berdasarkan atas masukan dari komunitas.
* <small>(''[[m:Universal Code of Conduct/Enforcement guidelines/Revision discussions/Announcement|selengkapnya]]'')</small> Dalam rangka membantu pekerjaan Komite Revisi, komunitas diundang untuk memberikan masukan. Anda dapat ikut serta pada halaman diskusi berikut ini:
** '''[[m:Special:MyLanguage/Universal_Code_of_Conduct/Enforcement_guidelines/Revision_discussions|Diskusi terkait perubahan atas Pedoman Penegakan]]'''
** '''[[m:Special:MyLanguage/Universal_Code_of_Conduct/Policy text/Revision_discussions|Diskusi terkait perubahan pada satu bagian dalam naskah resmi UCoC]]'''
Anda dapat menghubungi saya langsung bila Anda punya pertanyaan mengenai proses ini.
Atas nama tim proyek UCoC,<br>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 30 Méi 2022 20.58 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas 2022</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas]] Yayasan Wikimedia telah ditutup. Ada 12 (dua belas) orang anggota komunitas yang telah mendaftarkan diri. Pelajari lebih lanjut tentang [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Candidates|para calon di sini]].
Sekarang, Komite Analisis akan meninjau pernyataan para calon dengan membandingkannya pada matriks keterampilan dan kriteria tertentu untuk meningkatkan kapasitas Dewan, sebagaimana yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Setelah Komite Analisis menyelesaikan tinjauan mereka, peringkat masing-masing calon akan dipublikasikan untuk tujuan memberikan informasi kepada pemilih.
Untuk informasi lebih lanjut tentang pemilihan Dewan Pengawas 2022, Anda dapat menemukan garis waktu, informasi pemungutan suara, dan cara-cara lain untuk terlibat [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|di Meta-wiki]].
Atas dukungan Anda, kami ucapkan terima kasih,
Atas nama Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia <br /><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 1 Juni 2022 11.57 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== Poll regarding Fourth Wikisource Triage meeting ==
Hello fellow Wikisource enthusiasts!
We will be organizing the '''fourth [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]]''' in the last week of June and we need your help to decide on a time and date that works best for the most number of people. Kindly '''share your availabilities''' at the wudele link below '''by 20th June 2022''':
https://wudele.toolforge.org/wstriage4
Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest topics for the agenda.
Regards
[[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]]
<small>Sent via [[Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|pabligbagan]]) 14 Juni 2022 21.22 (WITA)</small>
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23314792 -->
== Invitation to join the fourth Wikisource Triage meeting (29th June 2022) ==
Hello fellow Wikisource enthusiasts!
We are the hosting the fourth [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]] on '''29th June 2022 at 10:00 AM UTC / 3:30 PM IST''' ([https://zonestamp.toolforge.org/1656496824 check your local time]) according to the [https://wudele.toolforge.org/wstriage4 wudele poll].
There is some exciting news about a few technical projects related to Wikisource that are getting started right now and we will be sharing more information during the meeting.
As always, you don't have to be a developer to participate in these meetings but the focus of these meetings is to improve the Wikisource infrastructure.
If you are interested in joining the meeting, kindly leave a message on '''sgill@wikimedia.org''' and we will add you to the calendar invite.
Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest any other topics for the agenda.
Regards
[[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]]
<small> Sent using [[Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pabligbagan Sang Anganggé:MediaWiki message delivery|pabligbagan]]) 23 Juni 2022 15.39 (WITA)</small>
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23314792 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> Tahap selanjutnya untuk pemilihan Dewan Pengawas 2022</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content" />
:''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Upcoming Activities| Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Upcoming Activities|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Upcoming Activities}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Halo semua,
Pesan ini mencakup dua kegiatan mendatang untuk pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022.
Pemilihan Dewan Pengawas akan memiliki Kompas Pemilihan untuk membantu para pemilih dalam proses pengambilan keputusan mereka. Pemilih yang memenuhi syarat dapat mengusulkan pernyataan sepanjang bulan Juli dan memberikan suara pada pernyataan mana yang akan digunakan dalam Kompas Pemilihan pada akhir bulan Juli. Silakan kunjungi [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Community Voting/Election Compass|halaman Kompas Pemilihan]] untuk informasi lebih lanjut.
Bergabunglah dalam percakapan dengan para calon anggota Dewan Pengawas 2022 pada 27 Juli hingga 7 Agustus. Setiap calon akan melakukan percakapan selama satu jam dengan komunitas. Setiap percakapan akan direkam dan tersedia untuk dilihat di masa mendatang. Interpretasi langsung akan tersedia pula. Bahasa yang tersedia akan diumumkan ketika tanggal percakapan sudah ditetapkan. Percakapan ini akan dijadwalkan dengan para calon setelah hasil seleksi oleh organisasi mitra lokal tersedia. Informasi ini akan dibagikan di halaman [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Events|acara kampanye pemilihan Dewan Pengawas 2022]].
Teriring salam,
Atas nama Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia<br /><section end="announcement-content" />
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 11 Juli 2022 09.17 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan - Edisi 7</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="msg-newsletter"/>
<div style = "line-height: 1.2">
<span style="font-size:200%;">'''Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan'''</span><br>
<span style="font-size:120%; color:#404040;">'''Edisi 7, Juli-September 2022'''</span><span style="font-size:120%; float:right;">[[m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7|'''Baca nawala selengkapnya''']]</span>
----
Selamat datang di edisi ke-7 Nawala Strategi dan Tata Kelola Gerakan! Nawala ini memuat berita dan acara yang relevan tentang pelaksanaan [[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy/Initiatives|rekomendasi Strategi Gerakan]], topik relevan lainnya mengenai tata kelola gerakan Wikimedia, serta berbagai proyek dan kegiatan yang didukung oleh tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan (MSG) dari Yayasan Wikimedia.
Nawala MSG dikirimkan setiap triwulan, sedangkan ''[[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy/Updates|Movement Strategy Weekly]]'' akan dikirimkan setiap minggu. Harap berlangganan [[m:Special:MyLanguage/Global message delivery/Targets/MSG Newsletter Subscription|di sini]] jika Anda ingin menerima edisi mendatang.
</div><div style="margin-top:3px; padding:10px 10px 10px 20px; background:#fffff; border:2px solid #808080; border-radius:4px; font-size:100%;">
* '''Keberlanjutan''': Laporan keberlanjutan tahunan Yayasan Wikimedia telah diterbitkan. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A1|lanjutkan membaca]])
* '''Peningkatan pengalaman pengguna''': perbaikan terbaru pada antarmuka ''desktop'' untuk proyek-proyek Wikimedia. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A2|lanjutkan membaca]])
* '''Keamanan dan inklusi''': pembaruan tentang proses revisi Pedoman Penegakan Kode Etik Universal. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A3|lanjutkan membaca]])
* '''Kesetaraan dalam pengambilan keputusan''': laporan dari percakapan purwarupa Hub, kemajuan terbaru dari Komite Perumus Piagam Gerakan, dan kertas putih baru tentang masa depan partisipasi dalam gerakan Wikimedia. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A4|lanjutkan membaca]])
* '''Koordinasi para pemangku kepentingan''': peluncuran meja bantuan untuk organisasi mitra lokal dan komunitas relawan yang bekerja pada bidang kemitraan konten. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A5|lanjutkan membaca]])
* '''Pengembangan kepemimpinan''': pembaruan tentang proyek kepemimpinan oleh penggerak gerakan Wikimedia di Brasil dan Cape Verde. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A6|lanjutkan membaca]])
* '''Manajemen pengetahuan internal''': peluncuran portal baru untuk dokumentasi teknis dan sumber daya komunitas. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A7|lanjutkan membaca]])
* '''Berinovasi dalam pengetahuan bebas''': sumber daya audiovisual berkualitas tinggi untuk eksperimen ilmiah dan perangkat baru untuk merekam transkrip lisan. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A8|lanjutkan membaca]])
* '''Evaluasi, iterasi, dan adaptasi''': hasil dari percontohan proyek ''Equity Landscape''. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A9|lanjutkan membaca]])
* '''Berita dan pembaruan lainnya''': forum baru untuk mendiskusikan pelaksanaan Strategi Gerakan, pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia yang akan datang, siniar baru untuk mendiskusikan Strategi Gerakan, dan pergantian personil untuk tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan WMF. ([[:m:Special:MyLanguage/Movement Strategy and Governance/Newsletter/7#A10|lanjutkan membaca]])
</div><section end="msg-newsletter"/>
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 18 Juli 2022 12.33 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
== <span lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> Pengumuman enam calon untuk pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022</span> ==
<div lang="id" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<section begin="announcement-content"/>
:''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Announcing the six candidates for the 2022 Board of Trustees election| Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]''
:''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Announcing the six candidates for the 2022 Board of Trustees election|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Announcing the six candidates for the 2022 Board of Trustees election}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>''
Halo semua,
'''Proses pemungutan suara organisasi mitra lokal pada pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia telah selesai'''. Perwakilan dari setiap mitra lokal mempelajari tentang para calon melalui peninjauan atas pernyataan mereka, jawaban para calon atas pertanyaan yang diberikan, dan mempertimbangkan peringkat calon yang diberikan oleh Komite Analisis. Calon anggota Dewan Pengawas 2022 yang terpilih adalah:
* Tobechukwu Precious Friday ([[User:Tochiprecious|Tochiprecious]])
* Farah Jack Mustaklem ([[User:Fjmustak|Fjmustak]])
* Shani Evenstein Sigalov ([[User:Esh77|Esh77]])
* Kunal Mehta ([[User:Legoktm|Legoktm]])
* Michał Buczyński ([[User:Aegis Maelstrom|Aegis Maelstrom]])
* Mike Peel ([[User:Mike Peel|Mike Peel]])
Anda dapat melihat informasi lebih lanjut tentang [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Results|hasil]] dan [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Stats|statistik]] dari pemilihan Dewan kali ini.
Mohon luangkan waktu sejenak untuk mengapresiasi para perwakilan organisasi mitra lokal dan anggota Komite Analisis yang telah mengambil bagian dalam proses ini dan membantu menumbuhkan kapasitas dan keragaman Dewan Pengawas. Jam-jam kerja sukarela inilah yang menghubungkan kita dalam perspektif dan kesepaham bersama. Terima kasih atas partisipasi Anda.
Terima kasih kepada anggota komunitas yang mengajukan diri sebagai calon untuk Dewan Pengawas. Mempertimbangkan untuk maju bukanlah keputusan kecil. Para calon telah menyumbangkan waktu dan dedikasi dan menunjukkan komitmen mereka terhadap gerakan Wikimedia. Selamat kepada para calon yang telah terpilih untuk tahap berikutnya. Penghargaan dan rasa terima kasih yang besar disampaikan untuk para calon yang belum terpilih. Harap untuk terus berbagi buah kepemimpinan Anda dalam gerakan Wikimedia.
Terima kasih kepada Anda yang telah mengikuti tahap pemilihan oleh organisasi mitra lokal dalam pemilihan Dewan ini. Anda dapat meninjau hasil proses pemilihan ini.
'''Bagian selanjutnya dari proses pemilihan Dewan adalah periode pemungutan suara komunitas'''. [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022#Timeline|Anda dapat melihat jadwalnya di sini]]. Untuk mempersiapkan tahap ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota komunitas, yaitu:
* [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Candidates|Baca pernyataan]] dan jawaban para calon atas pertanyaan yang diajukan oleh perwakilan organisasi mitra lokal.
* [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia_Foundation_elections/2022/Community_Voting/Questions_for_Candidates|Usulkan dan pilih 6 pertanyaan untuk dijawab oleh para calon dalam video tanya-jawab mereka]].
* Lihat [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Candidates|penilaian Komite Analisis terhadap para calon, yang berdasarkan atas pernyataan yang diberikan oleh masing-masing calon]].
* [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Community Voting/Election Compass|Usulkan pernyataan untuk Kompas Pemilihan]] yang dapat digunakan oleh para pemilih untuk menemukan calon mana yang paling sesuai dengan pandangan mereka.
* Doronglah orang lain dalam komunitas Anda untuk ikut serta dalam pemilihan.
Salam hangat,
Tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan
''Pesan ini dikirimkan atas nama Kelompok Kerja Pemilihan Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan''
</div><section end="announcement-content"/>
</div>
[[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 20 Juli 2022 09.32 (WITA)
<!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 -->
hc26q4aw8ctts05uu7yr7j9rdef3bdo
Kompetisi WikiPustaka 2022/Daftar buku
0
30505
113768
113241
2022-07-20T11:24:19Z
Kadek Ayu Sulastri
152
wikitext
text/x-wiki
{{Kori Sekaa}}
{{Kompetisi WikiPustaka 2022/Manggala}}
{{ambox
| type = notice
| image = [[File:Noto Emoji Pie 1f4e2.svg|40px]]
| text = Kami menyediakan buku-buku untuk diuji-baca. Selain yang tercantum di bawah, kontribusi Anda tidak akan dicatat sebagai bagian dari kompetisi. Kami akan menambah jumlah buku jika diperlukan.
}}
{{Letterhead start}}
Berikut ini adalah daftar buku yang akan diuji-baca oleh peserta Kompetisi WikiPustaka 2022. Buku-buku berikut memiliki kesulitan transkripsi yang hampir seragam, sehingga tidak ada buku yang sangat mudah atau sangat sukar untuk ditranskripsi.
'''Catatan penting:'''
# Penguji-baca tidak perlu memasukkan templat <nowiki>{{hii}}</nowiki> (untuk menjorokkan paragraf) dan juga menambahkan <nowiki><br></nowiki> sebagai pemisah antar paragraf
# Pada buku yang tampilan halamannya dua kolom, penguji-baca cukup menyunting dengan menjadikannya satu kolom saja.
{| class="wikitable" {{ts|mc|w90}}
! style="text-align: center;" | Halaman depan
! style="text-align: center;" | Judul buku
! style="text-align: center;" | Halaman indeks
!Catatan khusus
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Bebek Punyah.pdf|100px]]
| ''Bebek Punyah''
| '''[[Index:Bebek Punyah.pdf|Bebek Punyah.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Gita Ning Nusa Alit.pdf|100px]]
| ''Gita Ning Nusa Alit''
| '''[[Index:Gita Ning Nusa Alit.pdf|Gita Ning Nusa Alit.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1.pdf|100px]]
| ''Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1''
| '''[[Index:Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1.pdf|Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Puja Pancabalikrama.pdf|100px]]
| ''Puja Pancabalikrama''
| '''[[Index:Puja Pancabalikrama.pdf|Puja Pancabalikrama.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda.pdf|100px]]
| ''Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda''
| '''[[Index:Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda.pdf|Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda.pdf|100px]]
| ''Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda''
| '''[[Index:Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda.pdf|Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang.pdf|100px]]
| ''Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang''
| '''[[Index:Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang.pdf|Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf|100px]]
| ''Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali''
| '''[[Index:Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf|Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf|100px]]
| ''Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern''
| '''[[Index:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf|Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Mayadanawa.pdf|100px]]
| ''Geguritan Mayadanawa''
| '''[[Index:Geguritan Mayadanawa.pdf|Geguritan Mayadanawa.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Dukuh Wanasari.pdf|100px]]
| ''Geguritan Dukuh Wanasari''
| '''[[Index:Geguritan Dukuh Wanasari.pdf|Geguritan Dukuh Wanasari.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Pan Bungkling.pdf|100px]]
| ''Geguritan Pan Bungkling''
| '''[[Index:Geguritan Pan Bungkling.pdf|Geguritan Pan Bungkling.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Jayaprana.pdf|100px]]
| ''Geguritan Jayaprana''
| '''[[Index:Geguritan Jayaprana.pdf|Geguritan Jayaprana.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Apangja Bisa Masekolah.pdf|100px]]
| ''Apangja Bisa Masekolah''
| '''[[Index:Apangja Bisa Masekolah.pdf|Apangja Bisa Masekolah.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Bagus Umbara.pdf|100px]]
| ''Geguritan Bagus Umbara''
| '''[[Index:Geguritan Bagus Umbara.pdf|Geguritan Bagus Umbara.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Babad Kayu Selem.pdf|100px]]
| ''Babad Kayu Selem''
| '''[[Index:Babad Kayu Selem.pdf|Babad Kayu Selem.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Cupak.pdf|100px]]
| ''Geguritan Cupak''
| '''[[Index:Geguritan Cupak.pdf|Geguritan Cupak.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf|100px]]
| ''Geguritan Megantaka''
| '''[[Index:Geguritan GEGURITAN MEGANTAKA.pdf|Geguritan GEGURITAN MEGANTAKA.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:GEGURITAN BRAYUT.pdf|100px]]
| ''Geguritan Brayut''
| '''[[Index:GEGURITAN BRAYUT.pdf|GEGURITAN BRAYUT.pdf]]'''
|
|}
{{Letterhead end}}
t53509u82bscmkktvjhedtgiytg7oyx
113769
113768
2022-07-20T11:24:46Z
Kadek Ayu Sulastri
152
wikitext
text/x-wiki
{{Kori Sekaa}}
{{Kompetisi WikiPustaka 2022/Manggala}}
{{ambox
| type = notice
| image = [[File:Noto Emoji Pie 1f4e2.svg|40px]]
| text = Kami menyediakan buku-buku untuk diuji-baca. Selain yang tercantum di bawah, kontribusi Anda tidak akan dicatat sebagai bagian dari kompetisi. Kami akan menambah jumlah buku jika diperlukan.
}}
{{Letterhead start}}
Berikut ini adalah daftar buku yang akan diuji-baca oleh peserta Kompetisi WikiPustaka 2022. Buku-buku berikut memiliki kesulitan transkripsi yang hampir seragam, sehingga tidak ada buku yang sangat mudah atau sangat sukar untuk ditranskripsi.
'''Catatan penting:'''
# Penguji-baca tidak perlu memasukkan templat <nowiki>{{hii}}</nowiki> (untuk menjorokkan paragraf) dan juga menambahkan <nowiki><br></nowiki> sebagai pemisah antar paragraf
# Pada buku yang tampilan halamannya dua kolom, penguji-baca cukup menyunting dengan menjadikannya satu kolom saja.
{| class="wikitable" {{ts|mc|w90}}
! style="text-align: center;" | Halaman depan
! style="text-align: center;" | Judul buku
! style="text-align: center;" | Halaman indeks
!Catatan khusus
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Bebek Punyah.pdf|100px]]
| ''Bebek Punyah''
| '''[[Index:Bebek Punyah.pdf|Bebek Punyah.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Gita Ning Nusa Alit.pdf|100px]]
| ''Gita Ning Nusa Alit''
| '''[[Index:Gita Ning Nusa Alit.pdf|Gita Ning Nusa Alit.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1.pdf|100px]]
| ''Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1''
| '''[[Index:Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1.pdf|Kembang Rampe Kasusastran Bali Purwa Buku 1.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Puja Pancabalikrama.pdf|100px]]
| ''Puja Pancabalikrama''
| '''[[Index:Puja Pancabalikrama.pdf|Puja Pancabalikrama.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda.pdf|100px]]
| ''Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda''
| '''[[Index:Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda.pdf|Warna Sari Tjakepan Bali Sastera Belanda.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda.pdf|100px]]
| ''Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda''
| '''[[Index:Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda.pdf|Aneka-Warna Tjakepan Kaping Kalih, Pepaosan Bali Kesoerat Antoek Aksara Belanda.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang.pdf|100px]]
| ''Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang''
| '''[[Index:Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang.pdf|Aneka Warna Keawi Toer Ketoeptoepang.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf|100px]]
| ''Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali''
| '''[[Index:Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf|Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf|100px]]
| ''Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern''
| '''[[Index:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf|Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Mayadanawa.pdf|100px]]
| ''Geguritan Mayadanawa''
| '''[[Index:Geguritan Mayadanawa.pdf|Geguritan Mayadanawa.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Dukuh Wanasari.pdf|100px]]
| ''Geguritan Dukuh Wanasari''
| '''[[Index:Geguritan Dukuh Wanasari.pdf|Geguritan Dukuh Wanasari.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Pan Bungkling.pdf|100px]]
| ''Geguritan Pan Bungkling''
| '''[[Index:Geguritan Pan Bungkling.pdf|Geguritan Pan Bungkling.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Jayaprana.pdf|100px]]
| ''Geguritan Jayaprana''
| '''[[Index:Geguritan Jayaprana.pdf|Geguritan Jayaprana.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Apangja Bisa Masekolah.pdf|100px]]
| ''Apangja Bisa Masekolah''
| '''[[Index:Apangja Bisa Masekolah.pdf|Apangja Bisa Masekolah.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Bagus Umbara.pdf|100px]]
| ''Geguritan Bagus Umbara''
| '''[[Index:Geguritan Bagus Umbara.pdf|Geguritan Bagus Umbara.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Babad Kayu Selem.pdf|100px]]
| ''Babad Kayu Selem''
| '''[[Index:Babad Kayu Selem.pdf|Babad Kayu Selem.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:Geguritan Cupak.pdf|100px]]
| ''Geguritan Cupak''
| '''[[Index:Geguritan Cupak.pdf|Geguritan Cupak.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf|100px]]
| ''Geguritan Megantaka''
| '''[[Index:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf|GEGURITAN MEGANTAKA.pdf]]'''
|
|-
| style="text-align: center;" | [[File:GEGURITAN BRAYUT.pdf|100px]]
| ''Geguritan Brayut''
| '''[[Index:GEGURITAN BRAYUT.pdf|GEGURITAN BRAYUT.pdf]]'''
|
|}
{{Letterhead end}}
rhswaadedppd61qqk65h4szev5k0z7t
Kompetisi WikiPustaka 2022/Hasil
0
30506
113759
113240
2022-07-20T11:16:49Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Kompetisi Wikisource 2022 */
wikitext
text/x-wiki
{{Kori Sekaa}}
{{Kompetisi WikiPustaka 2022/Manggala}}
{{ambox
| type = notice
| image = [[File:Noto Emoji Pie 1f4e2.svg|40px]]
| text = Halaman ini akan diperbarui secara berkala oleh panitia. Mohon kesabarannya menunggu pembaruan terkini.
}}
{{Letterhead start}}
Berikut adalah rekapitulasi kontribusi setiap peserta.
== Kompetisi Wikisource 2022 ==
; Tanggal
: Tanggal mulai: 11 Juli 2022 07.00 WITA
: Tanggal selesai: 25 Juli 2022 07.00 WITA
; Juri
;* [[metawiki:User:Rachmat04|Rachmat04]]
;* [[metawiki:User:Harditaher|Harditaher]]
;* [[metawiki:User:Siti Noviali|Siti Noviali]]
;* [[metawiki:User:Kadek Ayu Sulastri|Kadek Ayu Sulastri]]
; Indeks Buku
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Bebek_Punyah.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Kembang_Rampe_Kasusastran_Bali_Purwa_Buku_1.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Gita_Ning_Nusa_Alit.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Puja_Pancabalikrama.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Aneka-Warna_Tjakepan_Kaping_Kalih,_Pepaosan_Bali_Kesoerat_Antoek_Aksara_Belanda.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Warna_Sari_Tjakepan_Bali_Sastera_Belanda.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Aneka_Warna_Keawi_Toer_Ketoeptoepang.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Fungsi_dan_Makna_Teka-Teki_Dalam_Dongeng_Bali.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Struktur_Novel_Dan_Cerpen_Sastra_Bali_Modern.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Mayadanawa.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Dukuh_Wanasari.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Pan_Bungkling.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Jayaprana.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Apangja_Bisa_Masekolah.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Bagus_Umbara.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Babad_Kayu_Selem.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks::Geguritan_Cupak.pdf
{| class="wikitable sortable" {{ts|ma|w50}}
|+ Perolehan poin
! Nama pengguna
! Poin
! Kontribusi
! Validasi
!
|-
| [[meta:User:Ni Wayan Antari|Ni Wayan Antari]] || 13 || 7 || 4 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1083 Detail]
|-
| [[meta:User:Anggabuana|Anggabuana]] || 29 || 13 || 5 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=859 Detail]
|-
| [[meta:User:Ni Luh Septiani|Ni Luh Septiani]] || 106 || 82 || 70 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=974 Detail]
|-
| [[meta:User:Eka343|Eka343]] || 118 || 44 || 7 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=861 Detail]
|-
| [[meta:User:Carma Mira|Carma Mira]] || 215 || 83 || 17 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1061 Detail]
|-
| [[meta:User:I GUSTI AYU TIRTANINGSIH|I GUSTI AYU TIRTANINGSIH]] || 335 || 127 || 23 ||[//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1066 Detail]
|-
| [[meta:User:Aryana Prayoga|Aryana Prayoga]] || 423 || 273 || 198 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1068 Detail]
|-
| [[meta:User:Tudpartha|Tudpartha]] || 550 || 250 || 100 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1067 Detail]
|-
| [[meta:User:Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari|Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari]] || 782 || 308 || 71 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1062 Detail]
|-
| [[meta:User:Damayantidwi|Damayantidwi]] || 935 || 401 || 134 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1069 Detail]
|-
| [[meta:User:Listya Purnami|Listya Purnami]] || 965 || 509 || 281 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1064 Detail]
|-
| [[meta:User:Pertama yasa|Pertama yasa]] || 1099 || 631 || 397 ||[//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1063 Detail]
|-
| [[meta:User:IPutu Dirga|IPutu Dirga]] || 1118 || 542 || 254 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1065 Detail]
|}
{{Letterhead end}}
6peoh659t6cu3karzybfc9qcq3cd6ey
113766
113759
2022-07-20T11:22:35Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Kompetisi Wikisource 2022 */
wikitext
text/x-wiki
{{Kori Sekaa}}
{{Kompetisi WikiPustaka 2022/Manggala}}
{{ambox
| type = notice
| image = [[File:Noto Emoji Pie 1f4e2.svg|40px]]
| text = Halaman ini akan diperbarui secara berkala oleh panitia. Mohon kesabarannya menunggu pembaruan terkini.
}}
{{Letterhead start}}
Berikut adalah rekapitulasi kontribusi setiap peserta.
== Kompetisi Wikisource 2022 ==
; Tanggal
: Tanggal mulai: 11 Juli 2022 07.00 WITA
: Tanggal selesai: 25 Juli 2022 07.00 WITA
; Juri
;* [[metawiki:User:Rachmat04|Rachmat04]]
;* [[metawiki:User:Harditaher|Harditaher]]
;* [[metawiki:User:Siti Noviali|Siti Noviali]]
;* [[metawiki:User:Kadek Ayu Sulastri|Kadek Ayu Sulastri]]
; Indeks Buku
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Bebek_Punyah.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Kembang_Rampe_Kasusastran_Bali_Purwa_Buku_1.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Gita_Ning_Nusa_Alit.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Puja_Pancabalikrama.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Aneka-Warna_Tjakepan_Kaping_Kalih,_Pepaosan_Bali_Kesoerat_Antoek_Aksara_Belanda.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Warna_Sari_Tjakepan_Bali_Sastera_Belanda.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Aneka_Warna_Keawi_Toer_Ketoeptoepang.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Fungsi_dan_Makna_Teka-Teki_Dalam_Dongeng_Bali.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Struktur_Novel_Dan_Cerpen_Sastra_Bali_Modern.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Mayadanawa.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Dukuh_Wanasari.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Pan_Bungkling.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Jayaprana.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Apangja_Bisa_Masekolah.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Bagus_Umbara.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Babad_Kayu_Selem.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks::Geguritan_Cupak.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:GEGURITAN_MEGANTAKA.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:GEGURITAN_BRAYUT.pdf
{| class="wikitable sortable" {{ts|ma|w50}}
|+ Perolehan poin
! Nama pengguna
! Poin
! Kontribusi
! Validasi
!
|-
| [[meta:User:Ni Wayan Antari|Ni Wayan Antari]] || 13 || 7 || 4 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1083 Detail]
|-
| [[meta:User:Anggabuana|Anggabuana]] || 29 || 13 || 5 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=859 Detail]
|-
| [[meta:User:Ni Luh Septiani|Ni Luh Septiani]] || 106 || 82 || 70 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=974 Detail]
|-
| [[meta:User:Eka343|Eka343]] || 118 || 44 || 7 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=861 Detail]
|-
| [[meta:User:Carma Mira|Carma Mira]] || 215 || 83 || 17 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1061 Detail]
|-
| [[meta:User:I GUSTI AYU TIRTANINGSIH|I GUSTI AYU TIRTANINGSIH]] || 335 || 127 || 23 ||[//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1066 Detail]
|-
| [[meta:User:Aryana Prayoga|Aryana Prayoga]] || 423 || 273 || 198 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1068 Detail]
|-
| [[meta:User:Tudpartha|Tudpartha]] || 550 || 250 || 100 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1067 Detail]
|-
| [[meta:User:Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari|Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari]] || 782 || 308 || 71 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1062 Detail]
|-
| [[meta:User:Damayantidwi|Damayantidwi]] || 935 || 401 || 134 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1069 Detail]
|-
| [[meta:User:Listya Purnami|Listya Purnami]] || 965 || 509 || 281 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1064 Detail]
|-
| [[meta:User:Pertama yasa|Pertama yasa]] || 1099 || 631 || 397 ||[//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1063 Detail]
|-
| [[meta:User:IPutu Dirga|IPutu Dirga]] || 1118 || 542 || 254 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1065 Detail]
|}
{{Letterhead end}}
rpsnjor35fzbsv52kn2e73c6o74e4c2
113767
113766
2022-07-20T11:23:09Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Kompetisi Wikisource 2022 */
wikitext
text/x-wiki
{{Kori Sekaa}}
{{Kompetisi WikiPustaka 2022/Manggala}}
{{ambox
| type = notice
| image = [[File:Noto Emoji Pie 1f4e2.svg|40px]]
| text = Halaman ini akan diperbarui secara berkala oleh panitia. Mohon kesabarannya menunggu pembaruan terkini.
}}
{{Letterhead start}}
Berikut adalah rekapitulasi kontribusi setiap peserta.
== Kompetisi Wikisource 2022 ==
; Tanggal
: Tanggal mulai: 11 Juli 2022 07.00 WITA
: Tanggal selesai: 25 Juli 2022 07.00 WITA
; Juri
;* [[metawiki:User:Rachmat04|Rachmat04]]
;* [[metawiki:User:Harditaher|Harditaher]]
;* [[metawiki:User:Siti Noviali|Siti Noviali]]
;* [[metawiki:User:Kadek Ayu Sulastri|Kadek Ayu Sulastri]]
; Indeks Buku
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Bebek_Punyah.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Kembang_Rampe_Kasusastran_Bali_Purwa_Buku_1.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Gita_Ning_Nusa_Alit.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Puja_Pancabalikrama.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Aneka-Warna_Tjakepan_Kaping_Kalih,_Pepaosan_Bali_Kesoerat_Antoek_Aksara_Belanda.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Warna_Sari_Tjakepan_Bali_Sastera_Belanda.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Aneka_Warna_Keawi_Toer_Ketoeptoepang.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Fungsi_dan_Makna_Teka-Teki_Dalam_Dongeng_Bali.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Struktur_Novel_Dan_Cerpen_Sastra_Bali_Modern.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Mayadanawa.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Dukuh_Wanasari.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Pan_Bungkling.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Jayaprana.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Apangja_Bisa_Masekolah.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Bagus_Umbara.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Babad_Kayu_Selem.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:Geguritan_Cupak.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:GEGURITAN_MEGANTAKA.pdf
:*https://ban.wikisource.org/wiki/Indéks:GEGURITAN_BRAYUT.pdf
{| class="wikitable sortable" {{ts|ma|w50}}
|+ Perolehan poin
! Nama pengguna
! Poin
! Kontribusi
! Validasi
!
|-
| [[meta:User:Ni Wayan Antari|Ni Wayan Antari]] || 13 || 7 || 4 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1083 Detail]
|-
| [[meta:User:Anggabuana|Anggabuana]] || 29 || 13 || 5 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=859 Detail]
|-
| [[meta:User:Ni Luh Septiani|Ni Luh Septiani]] || 106 || 82 || 70 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=974 Detail]
|-
| [[meta:User:Eka343|Eka343]] || 118 || 44 || 7 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=861 Detail]
|-
| [[meta:User:Carma Mira|Carma Mira]] || 215 || 83 || 17 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1061 Detail]
|-
| [[meta:User:I GUSTI AYU TIRTANINGSIH|I GUSTI AYU TIRTANINGSIH]] || 335 || 127 || 23 ||[//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1066 Detail]
|-
| [[meta:User:Aryana Prayoga|Aryana Prayoga]] || 423 || 273 || 198 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1068 Detail]
|-
| [[meta:User:Tudpartha|Tudpartha]] || 550 || 250 || 100 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1067 Detail]
|-
| [[meta:User:Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari|Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari]] || 782 || 308 || 71 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1062 Detail]
|-
| [[meta:User:Damayantidwi|Damayantidwi]] || 935 || 401 || 134 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1069 Detail]
|-
| [[meta:User:Listya Purnami|Listya Purnami]] || 965 || 509 || 281 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1064 Detail]
|-
| [[meta:User:Pertama yasa|Pertama yasa]] || 1099 || 631 || 397 ||[//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1063 Detail]
|-
| [[meta:User:IPutu Dirga|IPutu Dirga]] || 1118 || 542 || 254 || [//wscontest.toolforge.org/c/59?u=1065 Detail]
|}
{{Letterhead end}}
qbjkz4pl3fjxuhwtnhgeve3ztfmjt8z
Sang Anganggé:IPutu Dirga
2
30587
113403
108776
2022-07-19T15:07:08Z
IPutu Dirga
869
wikitext
text/x-wiki
Wastan titiang I Putu Dirga, tiang saking Karangasem.
FB:
<p>Untuk lebih lengkapnya, silahkan buka:
<a href="about.html">About us</a>
</p>
{{Peserta Kompetisi WikiPustaka 2022}}
foyqknubrzgrykc80os7to85oyc8z65
113404
113403
2022-07-19T15:07:29Z
IPutu Dirga
869
wikitext
text/x-wiki
Wastan titiang I Putu Dirga, tiang saking Karangasem.
{{Peserta Kompetisi WikiPustaka 2022}}
as3k3kiat6qexxmc10dwvcg1wed5631
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/4
250
31959
113242
112671
2022-07-19T12:00:02Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude><center>'''SAMBUTAN'''</center>
Kehidupan sastra Bali modem dalam kurun waktu dua
dasawarsa belakangan ini mengalami perkembangan
yang cuk.up pesat. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
pembacaan dan penulisan berbagai karya sastra Bali
modem kerap dilakukan oleh pegiat sastra di Bali. Bentuk
sastra yang ditulis menggunakan bahasa Bali, seperti puisi,
cerpen, dan novel, banyak diterbitkan di koran, majalah,
dan diterbitkan khusus dalam bentuk buku. Kemajuan
sastra Bali modem tidak dapat dilepaskan dari peran serta
individu pegiat sastra, komunitas sastra, pihak swasta, dan
pemerintah. Harus diakui bahwa sejak Yayasan Kebudayaan
Rancage memberikan hadiah Sastra Rancage kepada para
penulis dan pembina sastra Bali modem, dorongan untuk
menulis di kalangan sastrawan semakin meningkat. Hadiah
Sastra Rancage dan ruang-ruang di koran telah memberikan
peluang bagi bertumbuhkembangnya kehidupan sastra Bali
modern di Bali.
Balai Bahasa Provinsi Bali yang salah satu tugas pokok
dan fungsinya melakukan pengembangan dan pembinaan
bahasa dan sastra daerah tentu berkewajiban mendorong
pertumbuhan bahasa dan sastra Bali, terutama sastra Bali
modern. Sehubungan dengan itu, Balai Bahasa Provinsi Bali
telah membantu menerbitkan berbagai bentuk karya sastra
Bali modem, seperti kumpulan puisi, cerpen, dan novel.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu para sastrawan
mewujudkan karyanya menjadi sebuah buku. Seperti kita
ketahui bersama bahwa menerbitkan karya bagi kalangan
{{right|iii}}<noinclude></noinclude>
enk0bdfohge4jz01nbzk1f30xfsq7bs
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/82
250
31961
113270
112677
2022-07-19T12:19:41Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>Pupulan Puisi Bali anyar mamurda "Taji", sané kaarsayang
olih majalah sastra Bali anyar ''Buratwangi''.
Ngawi Sastra Indonesia marupa puisi lan cerpén ngawit ring majalah Era SMP Negeri 2 Tabanan (1989-1991). Ketua Redaksi majalah Widya, SMA Negeri 2 Tabanan (1994-1995). Dados staf Redaksi majalah Kanaka, Fakultas Sastra lan
tabloid UKM Akademika Universitas Udayana (1996-1997). Nyarengin Diklat Jurnalistik ring Denpasar, Yogyakarta lan Malang (1995, 1996, 1997). Sejaba punika naenin sareng Sanggar Purbacaraka. Paling nglangenin rikala masa TK
lan SD (1982--1988), sering masolah ring TVRI Denpasar sajeroning acara tayangan Aneka Ria Safari Anak-anak Nusantara". ***
{{left|76}}<noinclude></noinclude>
1rxowyq4xh9baulrbges2sfdf06yttb
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/7
250
31974
113244
112694
2022-07-19T12:02:36Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|'''APANGJA BISA MASEKOLAH'''}}
Semeng kantun ngeremeng, margi ageng kantun sepi,
warga Desa Dauh Peken kantun reprep sirep, Luh
Ratni sareng reraman ipun Mén Ratni sampun madolan
gondo ring Pasar Dauh Pala. Jukut gondo sané kaadol ipun
lais pesan anaké numbas, nénten naenin gumanti masisa.
Galang kangin, ritatkala sang surya sampun metangi ring
pamereman, kedis pecica liang tunggang-tungging ngacutcet.
Luh Ratni ngalahin mémén ipun ka sekolah.
Sapunika anteng Luh Ratni nulungin mémén ipun
sadurungé ngranjing ring SD 1 Dauh Peken wantah akesep
ngajangin pedagangan, milpil nanding jukut gondo sané
kaadol. Liang manah Méen Ratni maderbé pianak asiki
nanging anteng tur bakti ring rerama. Ngubuh céléng,
ngubUh siap, ngalih dagdag, ngayahin mémé-bapan ipun
makarya ring carik wusan ngranjing ring sekolah. Sapunika
taler Pan Ratni angob bagia maduwé pianak anteng, duweg
tur jegég. Nenten karasa mangkin sampun kelas 6. Mangkin
maorti ring surat kabar, radio, utawi télevisi manut saking
piarah pemerintah, wénten mawasta pendidikan 9 tahun.
Pendidikan 9 tahun punika pendidikan dasar sané katempuh
9 tahun.
Melengok Pan Ratni minehin lemahé dawa. Menek
menék rasan ipun alih-alihané sengkil. Aji dakin carik,
dakin gondo, dakin ubuh-ubuhan kamanahang méweh
{{right|1}}<noinclude></noinclude>
d4hk6y044k22uj5ad36hjyqq21o3blb
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/18
250
31975
113252
112823
2022-07-19T12:06:53Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
wénten adiri guru India maparab Babula sedeng ngédéngang
kapradnyanané ngardi sarwa sekaré nganggé kertas jagung
warna-warni. Titiang sané masekolah ring genah ajin titiang
ngajahin sareng taler makenyem angob ngantenang tamiu
saking Jambu Dwipa, tepengan daweg télevisiné nglawatang
paletan parwa Mahabharata. Kantenang titiang galang
saking kacan jendélané ring pesawat télevisi sané magenah
ring ruang guru. Sapunika taler sepéda Phoenix ajin titiang
panggih masedédéeg ring tembok.
Silih sinunggil maka sami guru, wantah ajin titiang
sané kari nganggé sepéda. Ritatkala polih gajih, bulan muda,
wantah Aji sané bingkihmuatang beras izin nganggén sepéda.
Yéning titiang benjul masesimbing, napi pisautné? Masepéda
apang bénya seger oger. Apang bénya irit. Lan baos-baos
sané tiosan sané ngranayang tawah. Mangkin sampun warsa
2000, sampun mapangkat golongan III D, kénten taler gajih
naik 100% Aprilé benjang. Napi baos ajin titiang? Bensin naik,
listrik naik, barang naik, tetep masé masepédaan! Sapunika
paindikan ajin titiang, reraman titiang, gurun titiang.... ***
Tabanan, 2 Februari 2000
12<noinclude></noinclude>
6nkynfp3y6xyuevgzlgiw8dt9k17xhj
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/9
250
31976
113247
112711
2022-07-19T12:04:17Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{right|Pupulan Satua Bawak}}
kaja, kelodé suba paek."
"Wayan, subaja keto, sakéwala masuke ento dadi tera meli buku, meli baju, mayah masekolah?" cangkuak Pan Ratni.
"Apangja makejang bisa masekolah, ané tusing nyidangang masekolah, SPP gratis, maan buku-buku pakét. Yen tusing nyidangang masuk semeng ada sekolah soré. Keto masé yén tusing nyidangang nampung ring sekolah negeri bisa masuk ring balé désa atawi genah tiyos sané patut genahin. Cutetné pamerintah, ngeka daya apang makejang bisa masekolah kanti tamat pendidikan dasar 9 tahun".
"Men kénkén paindikan baju, sepatu...?" pitakon Mén Ratni.
"Paindikan ento, boyaja onyo biaya pamerintah. Sakemon nginganin gumantos bisa masekolah."
"Paindikan guru tekéning tata cara malajah?"
"Paindikan guru tekéning tata cara malajah, 'wajib belajar' pendidikan dasar 9 tahun puniki, nganutin désa kala patra. Gurun ipun saking sekolah negeri, nganggen sistem modul, dadosné murid polih buku-buku paket sane madaging soal-soal, nuntun murid mangda 'belajar aktif.' Manut sekadi aturan pendidikan, sané munggah ring kurikulum. Cutetné tata cara pendidikan."
"Dadiné sawiréh pianak gelah suba kelas 6, nglanturang gumanti tamat di kelas 9 kéto?" takon Men Ratni.
"Nah, kéto ta nyarnbung malih 3 tahun ring SMP sane mawasta pendidikan dasar 9 tahun. Sané wénten putus sekolah, wantah kelas 6 sekolah dasar wajib nglanturang. Api tuwi mausia 18 tahun. Liwat ring usia punika sampun
{{right|3}}<noinclude></noinclude>
ad0piym9ehmom9gfbb1xvxe4lqyo8ji
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/22
250
31977
113255
112741
2022-07-19T12:09:06Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
"Cutetné ané madan maling duleg," tandas Siluh Dini.
Sané ngranayang titiang galang apadang, kabenengan jam temboké nunjukang jam 17.00 Wita. Sami magending gagirang, kénten taler Gek Sri sahasa sregep nembangang gending Rahina Warsa Anyar Tuwuh Titiang. Paningalan titiang makaca-kaca melusin pipi. Wiakti tan karasa dauh mamargi ngukir yusan titiang matambah malih. Mangkin rahina Saniscara, pinanggal 14 Februari 2004 yusan titiang genep jangkep 19 warsa. Kasolas kantin titiang sami ngalup murub, ingkup ramia masuryak. Wus api liliné kaupin
gumanti padem. Sami niman ngemikin kakalih pipin titiang
salegenti. Miwah nyakupin tangan titiangé sada neket anget.
Tan kadi-kadi liang manah titiang.
"Rahajeng rahayu rahina tuwuh lalekadan ke 19 Ian panjang yusa!" ujar sawitran titiang sami. Sasampun nasi twnpeng kuning Ian kui tart kapotong-potong gumanti rata makejang. Sami nyicipin ngrasayang. Acara selantumyané magending miwah ngawacén puisi. Wénten taler sané mapidarta. Malih, rikala titiang kajodi ngwacen puisi anggén panyineb acara, jag nadaksara bayu ring jaba jero nglinus nyambehang don-don tarune sané tuh ka marginé ageng. Akudang katih don nyambuné nglayang ulung raris kampih ring jendéla nakoné. Sabeh taler tedun.
Tabanan, Saniscara, 14 Februari 2004
Wuku Pujut, Sasih Kawulu
16<noinclude></noinclude>
c3wu9tawlamlzdkdm85ntey3wb7sb6k
113302
113255
2022-07-19T13:09:28Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
"Cutetné ané madan maling duleg," tandas Siluh Dini.
Sané ngranayang titiang galang apadang, kabenengan jam temboké nunjukang jam 17.00 Wita. Sami magending gagirang, kénten taler Gék Sri sahasa sregep nembangang gending Rahina Warsa Anyar Tuwuh Titiang. Paningalan titiang makaca-kaca melusin pipi. Wiakti tan karasa dauh mamargi ngukir yusan titiang matambah malih. Mangkin rahina Saniscara, pinanggal 14 Februari 2004 yusan titiang genep jangkep 19 warsa. Kasolas kantin titiang sami ngalup murub, ingkup ramia masuryak. Wus api liliné kaupin
gumanti padem. Sami niman ngemikin kakalih pipin titiang salegenti. Miwah nyakupin tangan titiangé sada neket anget. Tan kadi-kadi liang manah titiang.
"Rahajeng rahayu rahina tuwuh lalekadan ke 19 Ian panjang yusa!" ujar sawitran titiang sami. Sasampun nasi tumpeng kuning Ian kué tart kapotong-potong gumanti rata makejang. Sami nyicipin ngrasayang. Acara selanturnyané magending miwah ngawacén puisi. Wénten taler sané mapidarta. Malih, rikala titiang kajodi ngwacén puisi anggén panyineb acara, jag nadaksara bayu ring jaba jero nglinus nyambehang don-don taruné sané tuh ka marginé ageng. Akudang katih don nyambuné nglayang ulung raris kampih ring jendéla nakoné. Sabeh taler tedun.
Tabanan, Saniscara, 14 Februari 2004
Wuku Pujut, Sasih Kawulu
16<noinclude></noinclude>
nyqljs6kwfoqwfvacuo3lk2svsykt60
113645
113302
2022-07-20T00:37:06Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
"Cutetné ané madan maling duleg," tandas Siluh Dini.
Sané ngranayang titiang galang apadang, kabenengan jam temboké nunjukang jam 17.00 Wita. Sami magending gagirang, kénten taler Gék Sri sahasa sregep nembangang gending Rahina Warsa Anyar Tuwuh Titiang. Paningalan titiang makaca-kaca melusin pipi. Wiakti tan karasa dauh mamargi ngukir yusan titiang matambah malih. Mangkin rahina Saniscara, pinanggal 14 Februari 2004 yusan titiang genep jangkep 19 warsa. Kasolas kantin titiang sami ngalup murub, ingkup ramia masuryak. Wus api liliné kaupin gumanti padem. Sami niman ngemikin kakalih pipin titiang salegenti. Miwah nyakupin tangan titiangé sada neket anget. Tan kadi-kadi liang manah titiang.
"Rahajeng rahayu rahina tuwuh lalekadan ke 19 lan panjang yusa!" ujar sawitran titiang sami. Sasampun nasi tumpeng kuning lan ''kué tart'' kapotong-potong gumanti rata makejang. Sami nyicipin ngrasayang. Acara selanturnyané magending miwah ngawacén puisi. Wénten taler sané mapidarta. Malih, rikala titiang kajodi ngwacén puisi anggén panyineb acara, jag nadaksara bayu ring jaba jero nglinus nyambehang don-don taruné sané tuh ka marginé ageng. Akudang katih don nyambuné nglayang ulung raris kampih ring jendéla nakoné. Sabeh taler tedun.
{{right|Tabanan, Saniscara, 14 Februari 2004}}
{{right|Wuku Pujut, Sasih Kawulu}}
{{left|16}}<noinclude></noinclude>
qrcerq4zesvbsxfv1i1ussq3hwmsua4
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/8
250
31978
113245
112697
2022-07-19T12:03:39Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
nyekolahang pianak, apitui pianak wantah asiki. Kénten taler Mén Ratni tan prasida ngamanahin lemahé dawa ngancan méweh. Ritatkala méme-bapan Luh Ratni malengok kadi kebo dongol ring balé jineng, rauh keponakan ipun Wayan Jenggi, sané dados guru negeri, ngajar ring SMA Baturiti.
"Nak mapa mémé-bapa malengok, apa mirib kapinehin?" pitakén Wayan Jenggi.
"Ye, tumben Wayan singgah jegjeg ai," sahut Mén Ratni kagiat sambilanga nyemak jejahitan. Kénten taler Pan Ratni tangkejut, namping klakat sané sampun mapilpil.
"Keto ta bapa-mémé malengok minehin alih-alihané sukeh, apa buin kéné paek hari raya Galungan, Kuningan, tur kelanturang hari Nyepi. Sakéwala pinehin Bapa ajak onyo kéweh. Ané sangetang Bapa paindikan sekolah pendidikan dasar 9 tahuné. Tusing dadi kujang jegja apang nglanjutang. Jejehin Bapa nungkak di tengah jalan."
"Kéné ento, Bapa, yén paindikan sekolah pendidikan dasar 9 tahuné, tan tiyos tatujon saking pamerintah mangdaja sami rata masekolah paling tan rauh SMP utawi mangkin kawastanin pendidikan dasar 9 tahun punika. Nika wajib. Napi mawinan asapunika? Sawiréh zaman globalisasi puniki
mangdaja sumber daya manusia ngancan becik. Boyaja murid, kénten taler guru matatar apangja wikan ngajahin utawi nidik murid," pisahut Wayan Jenggi.
"Anak apa ento globalisasiné, Wayan?" pitakon Mén
Ratni.
"Global ento makejang. Onyo. Zaman ngancan luwih. Maju. Kapal terbang suba paseliwer ento ngranayang guminé karasa cenik. Nah, yén negara lén maju, negaran iragané tusing, dadiné karasa sanglir, sawiréh kangin, kauh,
{{left|2}}<noinclude></noinclude>
17ayiom98qq5cb4kdz99ppffhlh82hs
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/23
250
31980
113257
112746
2022-07-19T12:09:41Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude><center>'''CELEPUK'''</center>
Puuk. ..Puuk. ..Puuk..." kénten suaran celepuké rikala galang bulan. Galah tengahing dalu. Anginé ngasirsir dingin pisan. Biasané sasih
nyaluk Juli-Agustus kabaos masan ndang wayah. Sakémaon
mangkin tan keni antuk narka. Patuté ndang, jag nadak sara gulem rauh remrem ngelod kauhan, nuju ngaja kanginan. Sabeh turun aderes. Kala punika langité galang. Bintang pakebyarbyar. Bulané jegeg mapelalangan. Titiang celingak celinguk mirengang suaran celepuké. Piragiang titiang jendela kamaré maampakan. Titiang gagelis matangi ngubet jendelané. inab iwau baan aripé ngraris sirep ngengkis sareng rarén titiangé sané 19 November pacang rauh, pacang genep mayusa awarsa.
"Puuk...puuk...puukk..." suaran celepuké karasayang
titiang di betén pasaréané. Baan terus masuara clepak-clepuk
raris rarén titiange matangi.
"Uwuuu...uwuuu..." pisaut rarén titiang mireng
suaran celepuké.
"Puuk. ..puuk. ..puuk..." celepuké ngwales malih.
Mireng suaran celepuké punika, raris titiang
ngidupang lampu neoné.
"Uwuu...uwuuu..." rarén lanang titiang masuara
gagirang gancar lancar mabaos basa raré.
"Puuk...puuk. ..puuk..." kasaurin antuk i celepuk.
17<noinclude></noinclude>
o3saqtezygl2y3sq9vg09gg93uycbm1
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/35
250
31987
113260
112788
2022-07-19T12:12:22Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>Pupulan Satua Bawak
nyatua sareng Ibun Gék Luna, Dédé sareng Gék Luna sareng
makata nganggén bahasan nyané. Titiang dados ica sareng
kalih mirengang raréné makata. Bahasa raré kabaos bahasa
Déwa. Yéning para raréné makata, pangenahné lucu. Tangan
muang cokorné makalé. Di kénkéné makata kadi matembang
lala-lélé makalé. Asapunika suka dukané ngemban raré.
Titiang bagia madué putra taler Ibun Gek Luna. Dédé muang
Gék Luna ngranayang titiang girang bungah.
Tabanan, Redité 13 Januari 2008
Wuku Sungsang, Sasih Kawulu.
29<noinclude></noinclude>
myd3mhjf9t7ltkttuq97y6q3mqp682s
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/11
250
31988
113248
112723
2022-07-19T12:04:51Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{right|Pupulan Satua Bawak}}
guru. Paturu guru dadiné adung pesan. Pedas panak-panaké dadi duweg-duweg onyo. Sing kéto, Yan?"
"Kéné ento, Mémé, jodoh sampun ring tangan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kéto masé belog-duweg boyaja baan pianak guru. Api tuwi nyen, yén suba seleg melajah pedas dadi duweg."
"Nah, kéto suba Wayan, bisaang ragané ditu," sahut Mén Ratni.
Wayan Jenggi angob pesan ningalin pakarangan umah Pan Ratniné. Linggah, bersih, rapi pepasangan batune, adung ajak genah baléné. Balé daja, balé dangin, balé gede, balé dauh, pawaregan, jineng, badan celeng, badan siap, maiter rapi. Kénten masé tetamanan di aepan mrajané plawané mawama, tur nylingah. Bunga jepun, jempiring, soka, kemerakan, kemoning. Napi malih madaging padang. Gadang, dayuh paningalané. Punyan nangka ring bucu kelod kauh, punyan juwuk ring bucu kelod kangin ngranayang dayuh tur tis padéwékane.
"Nau tiang negak dini di jinengé. Tis, tur tetamane bagus," ucap Wayan Jenggi, lantur nyingakin punyan tabia, tomat sedeng nged mabuah majajar kaja kauh. Kéto masé kecarum, seré, bongkot, bayem, don kayu manis, kayu sugih, dapdap dauh-dauhné. "Sarwa bunga, sarwa jukut, sarwa ubad, rapi matandur, dayuh paningalané nepukin. Né, mara, ya, makejang misi. Nyén niki mula Mé?" pitakén Wayan.
Memé ajak bapa mula. Luh, panak mémé masé bareng ngeramenin. Apang ada anggon diperadané perlu."
"To, to, to di samping WC tekén kamar mandiné kaja kauh ané mara katandur ento apa, cara tepuk tiang punyan poh," tujuh Wayan Jenggi, tur nglantur maucap "Buluan
{{right|5}}<noinclude></noinclude>
75wbzju70zvb776qjw1ynxzu02ex9go
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/60
250
31992
113265
112710
2022-07-19T12:15:51Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
Mahindu muang Gung Dé Era Adhinata ring duur wadah
nyambehang beras karura. Aji Mang Dana Déska mategen
ring lembu. Iring-iringan wadahé panjang, madawa 2 km.
Tabanan, Soma, 16 Agustus 2010
Wuku Bala, Sasih Katiga
54<noinclude></noinclude>
qg6ly8ev2uqo7drti65jdmekd8ynmal
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/12
250
31993
113250
112734
2022-07-19T12:05:12Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
anaké pula buin besik apang ada alap-alap."
"Bes ramé, Yan, cukup poh madu dogén suba ramé. Bes makalé masé tusing luung," sahut Mén Ratni.
"Nah, ada masé anggon, bandingang makejang meli cara nak di kota. Yén nyidaang di samping ada alap, ada adep, anggon bekel pianak masekolah," ucap Wayan Jenggi.
"Ané pula jumah alap anggon ajeng. Pelawané anggon bebanten. Ané sewai adep ke pasar sejabaning gondo, don biu, tekén buahné," timpal Pan Ratni. "Ada miyanin I Luh masekolah di samping ngajeng sewai."
"Luh Ratni, tondén lepas...?"
Tondén pegat ucap Wayan Jenggi, Luh Ratni laut teka, maseragam putih, merah hati, néngténg tas, ngaba utawi nyekuk pandan harum.
"Né, Mé-pa pula di merajan," ueap Luh Ratni. "Ih, Pak Guru Wayan. Tuni sampun?" sambilanga ngejang tas ajaka pandan harum sane baktana.
"Tuni gigis," sahut Wayan Jenggi.
Sawetara duang jam Wayan Jenggi singgah ngorta ring umah Pan Ratni. Uling matan ainé jegjeg gumanti séng gigis kauh mara dané mapamit mulih ka Dukuh. Wayan ngajag uli Banjar Dukuh, Désa Dauh Peken ka Baturiti. Banjar Dukuh teken Banjar Tegal Belodan di Desa Dauh Peken kéwanten maselat telabah Kedis. Nanging, yadiapin paek kapah wénten galah malali-lalian. Sejabaning libur utawi hari raya. Uling pidan suba Wayan Jenggi makeneh mélali ke Tegal Belodan malalinin nyaman bapan ipun, Pan Ratni.
Sesampun wus ngajeng, Luh Ratni marérén di balé jineng miragiang pitutur mémé-bapané paindikan masekolah manut kadi piortan wau sareng Wayan Jenggi.
{{left|6}}<noinclude></noinclude>
c0tw5o2k8q6yh9fbc40vh3c7t8sjt0f
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/73
250
31995
113267
112749
2022-07-19T12:17:40Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>Pupulan Satua Bawak
matanceb ring bongkol punyan pisangé. Dasdas nepen sirah
makakalih. Inab ento ngaranayang makakalih kagiat Ian ...."
"Tan éling!" sagrep titiang sami sinarengan.
"Inggih asapunika sampun sakadi sané cingakin ragané sami. Amunapi malih, ngiring ta maka sami mangkin mapésta ngajeng kuwud!" ajak Arya ngalihang babaosan.
Arya sregep melah kuwud nganggén prumpak mangan, anggén ajebos sabetnyané kari satia maselet ring tundunnyané. Tan, sué raris raga sareng sami ngrasaning ngajeng kuwud. Enak turmaning seger oger rasane. Raga sami nginum muang ngajeng daging kuwud salédangan kayun gumanti marasa wareg. Sang Baskara sayan nedunang, ka pasaréan. Gerudug iak segarané. Ngasirsir sang pawana mageris heneng ngilih-ngilihin daun-daun kalapané, santi. Segara lan akasa masikian tunggil. Rahajeng basuki santosa lingkeran akasa. Rahajeng basuki santosa panyelimur sandikala.
Tabanan, 8 Juli 2008
67<noinclude></noinclude>
rjz0vwio1sd0vez561wahgu941b84sy
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/26
250
31996
113258
112802
2022-07-19T12:10:47Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude><center>'''BÉBÉK BENGÉK'''</center>
Rahina Wraspati,PurnamaSasih Kasa,wuku Gumbreg,
pinanggal 17 Juli 2008. Makéh krama Baliné makarya
ngewangun yadnya, dewasané becik pisan Sulinggih
ring gria laris manis muputang sekancan yadnya. Arin
titiang, Mahindu Swara, sareng istrinnyané lepug kawantu
kulawarga muang nyama braya ring pakuwuban Paumahan
Bali Anyar ramia matulungan. Sané magenah ring Paumahan
Bali Anyar punika pakaryan nyané pada matiosan. Sami sané
magenah ngarangin drika wau meneng akudang rahina.
Rata-rata polih genah a-are. Kagenahin nyama braya saking
Kabupatén Tabanan, Badung, Dénpasar, Gianyar, Bangli,
Buléléng, Negara, Klungkung, lan Karangasem. Cutetné
Paumahan Bali Anyar jangkep sia saking kutus kabupatén
muang siki saking Kota Dénpasar. Punika mawinan kabaos
Paumahan Bali Anyar. Sawiréh genahé kagentosin sami
olih sameton Bali. Genahé punika kantun kaiterin carik
kamanahin antuk titiang padéwékan tuah ngantos galah
kémanten, cariké bakal telas dados paumahan. Man bas keto
Baliné lais tan wénten sané nambakin mangda cariké tan
dados paumahan.
"Badah! Tengudiang bébék bengék ané umanang?"
biang titiang tangkejut miragi bébéké gelem angkih-angkih
turmaning nglépak kejet-kejet cara gorok. Pegat angkihané.
20<noinclude></noinclude>
cuc0g489zm5ptzh076qmwazuok9218p
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/41
250
32009
113262
112722
2022-07-19T12:13:48Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>Pupulan Satua Bawak
tri-li-li. Macanda sasukané. Sané seregep mabusana kuaca putih, macelana utawi rok barak ati maguat-guat barak selem muang nganggén dasi, turmalih masepatu selem lan makaos putih.
Adé, anak alit lanang tunggal titiang, kelinjar, tan purun meneng, jemet turmaning gangsar. Kenyung muang icané mes. Mes pisan makantetan. Anggannyané mokoh sedeng, mes sungkan yéning masan sabeh madaging dingin. Punika mawinan titiang setata nyiapang busana anget. Titiang marasa pinaka guru rupaka lacap malaca-laca manda anak alit sadarana seger. Tan ja molih genep ajeng-ajengan bersih nami pang pat seger lima sampurna. Genep jangkep sirep, ngiun nginum, tegteg mapelalian. Cutetné seger jiwa lan raga. Becik ring dija magenah. Urip lan kauripan sadarana.
Ageté titiang, Adé becik-becik kemanten. Malawat ring prarainé sané setata bungah. Adung baat ragan muang tegehnyané. Untuné becik. Rambut becik. Carmané jenar sentak, bersih. Ngajengné biasa. Sirepné setata rep leplep, tis, setata jemet, anteng gerunyam merika-meriki," baos titiang maring i rabi, ring raruna anu.
"Iraga sareng sami ngemang titi péngancan apang ja anak alit prasida maparisolah sané patut turmaning mandiri. Wanén, purun, prawira ngarepin sakancan indik. Tan gampang brangti, kroda. Tan blengih, kasil, manying. Aluh manyama braya. Mrasidayang mapikayun Ian mawicara nganut manut yusannyané," baos rabin titiang.
"Asapunika pangarep iraga sareng sami minakadi pinaka guru rupaka. Adé putran iraga ajak dadua kamulanja jemet,anteng lan gelitik, iwau puniki nget banget gerunyamné. Utawi parindikan taksuné magegambaran. Sawilang rahina
35<noinclude></noinclude>
h19qjq07kmcna9410dphhjbnx0hiyv4
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/20
250
32010
113254
112829
2022-07-19T12:07:34Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
kantin titiang. Sami daha taruni. Wik genep mayusa 19
warsa. Iraga ajak makejang maiyaban. Kéto masih kuliah
ring kampus sané pateh. Jurusan pateh. Dademenan pateh,"
saur sinalih tunggil sameton tiosan." Apitui ujan bales
makétégan!" saur sané tiosan nimpalin.
Para pamaculé masan sabeh anggén lega makarya
ring cariké. Sewaliknyané dagang ésé mamocol ripéléngan
masan sabehé kadi mangkin, sabehé akudang rahina ring
ungkur puniki, polih ngawé toyan jelinjingané ring margi
Gajah Mada Ian margi Pahlawan nomplok toyané maliah,
maembah ka marginé ageng. Lacurne malih, abing ring dauh
kreteg Sanggulané gembid runtuh nangkeb margi. Sabeh
sabeh tanah abingé mes gembid, baan taru-taruné tastas
galang, liglig ligir. Apailehan carik Subak Sanggulané janten
patut kadadosang Alas Kota kadi ring kreteg Yéh Ngenu,
Pesiapan-Penyalin. Malih ring Sanggulan, Gedung Sasana
Budayané, telas mamerek amah ujan angin, tan wénten anak
ngarunguang. Kocap inucap sané madrue tanahe punika
saking provinsi kemaon sané patut miara saking Kabupatén
Tabanan. Yan sapunapi unduké, sami saling tolih. Kocap
inucap, sang mawerat sané malinggih ring déwan polih gajih
abulan 12 yuta. Péh, makeh pisan! Ingen-ingenin Pemilu 2004
sampun nampek. Ingen-ingenin titiang sami ngrebutin kursi,
tanjajanten malih ngliatin rakyat. Mangkinté iraga sareng
sami kadi milih méong ring tengahing karung. Tusing ada
apa Dé.
"Jero sadarana, apik, tur bersih, madaging potrékan
kulawarga mapasang adung ring genah tamiu," piajum Luh
Ani sané kapanggih pinih ayu nganggon busana ''long dréss''
mauparengga batik mawarna coklat tanah.
14<noinclude></noinclude>
ceq4f3pcc75yqyvbh5n0yaaxkp6ne4s
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/19
250
32013
113253
112825
2022-07-19T12:07:14Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude><center>'''SABEH TALER TEDUN'''</center>
angit peteng dedet. Gulem malépod marérod. Pinaka
wadua raksasa murka, siaga sahasa ngrejek sahana
ning wong manusa kabéh, maring marcapada. Titiang
negak nyedédég ring saka adegan Balé Gedé, makejang boya.
Nembé titiang sekadi puniki, mencar-mencur, baan langité
remrem. Sangsaya nyanggra para kantin titiang rauh, manut
sekadi panumayané. Sinambi nyantos para sawitrané rauh,
titiang nglipet pajeng mamérék Super Boat, sané wau katum
bas ituni ring toko Usaha Tiga. Sujatiné dot pisan titiang
numbas jas hujan mawarna pelung inggung, sané kaadol
olih toko Sadarana ring margi Gajah Mada. Yén kénkén
suluré keneh titiangé ngelén, jag milih pajeng nilon kuning
jenar maias bunga warna-warni. Jatiné pangajin pateh
taler bandingang tekén pajeng cap Kapal terbang, nanging
ukuran alitan akidik. Uduh, nyrécét peluh titiangé milihin
pajeng sami kakantenang becik. Turmaning sami toko-toko
ring margi Gajah Mada Tabanan, ngadol pajeng materég,
marerod, sané magenah maring arep toko.
"Apiké sabeh batu, tiang pasti rauh ka jeron Wik!"
malawat prarain kantin-kantin titiangé, rikala mabriug
mabaos sinarengan ring Kampus Bukit Jimbaran. Apa buin
lalekadan rerahinan tuwuh Wik, Saniscara, 14 Pebruari,
kabenengan rahina valentiné. Kabaosang rahina welas asih
janten sampun makéh polih coklat!" tempug sinalih tunggil
13<noinclude></noinclude>
6s8bh32lnkjxlcn1uqbg1hj0lb54eze
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/78
250
32026
113268
112763
2022-07-19T12:18:53Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini
jati kalulut tresnain.
***
Wengi nyaluk semeng, mungmung suung mangmung muang dingin. Ring Désa Dauh Peken tan kapiragi malih kongkongan lan kraung ngulun-ngulun asu kampung.
Tuah kapireng suaran kukuruyuk ayam muani saling saurin miwah suaran paksiné nyanggra surya sewana. Semeng sadurung titiang nganter Ade ngaranjing ring TK Alit, wénten galah rnresidayang nonton tayangan télevisi. Asu-asu sané nglindeng ring margi kasambehin mamahan madaging cetik. Panyatusan asuné karnatiang. Asu-asuné sané sampun mati kaangkut ring tengah truké olih patugas kaamanan kota sané seregep mabusana selem.
"O, ento I Lolik, I Roni, I Luh!" gelur Adé matujuhang ka kelir télevisine, rikala mratiaksa asu kasayangane pesu ngecogin tembok pagehan paumahan. Katon prakanggoné nyambehang bakso. Maka telu gasa ngamah bakso punika. Tan nyantos sué raris uyun maklejatan bah mati. "O, sirep ia.
Badah, ta ngudiang kacelepang ka tengah treké. Kaaba kija
katatelu asun iragané, BU?"
"I Lolik, I Roni, muah I Luh kaaba ka tongos asu-asu
ane lenan, apanga mapunduh," saut titiang.
"Kaaba kija?" pitakené sada nesek.
"Kaaba ka tongos pulina sané puung sané mamahané
ngalimbak. Banggiang suba makejang bagia nongos ajak asu
asu ané lenan," cawis titiang mogbog.
"Nénten, Bu. Titiang tan nyak masekolah yaning
asuné tan mawali malih," gelurnyané sengitan.
{{left|72}}<noinclude></noinclude>
l8bwk1rpi351kqcpzxszn9yioqf7d6c
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/15
250
32031
113251
112837
2022-07-19T12:06:21Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude><center>'''RERAMAN TITIANG GURUN TITIANG'''</center>
Rahina Buda, 11 Maret 1992. Gulem peteng, langit
remrem, sabeh turun bales pisan kasarengin antuk
tatit Ian krébék. Sabeh bales maduluran angin baret
ngampehang don nyambuné ring natah, ngesed-ngesed
kacan jendélan umah titiangé.
"Niki sampun dauh, jam 16.00 Wita, Aji durung
rauh," baos Biang uyang nyingakin jam dindingé.
"Kabelet sabeh, Biang," pisaut titiangé cendek. Biasané
sawusan ngajahin ring sekolah, Aji tan ngeraris mantuk ka
jero. Minab simpang dumun ring kios agén koran Astha nadi.
Langganan maca koran-koran sané anyar.
"Tumbén kéne. Biasané rauh dauh jam 14.30 Wita, Aji
sampun ring jero," baos Biang jejeh, resres, runtag.
Alon-alon Biang. Dabdabang! Sapunapianga Aji
mantuk riantukan tan makta payung....!" Durung telas titiang
mabaos, sagét aji rauh gangsar, mamuatang payung. Semeng
ituni dawegé sareng lunga ka sekolah, aji tan muatang
payung. Sakimon saking sabehé kaliwat bales maduluran
angin baret, aji taler belusan, napi malih mapayung nganggé
sepeda.
Aé... numbas payung anyar, nggih?" pitakén titiang
kendel.
"Nyilih di Asthanadi," saut Aji oon. Aji gegelisang
masalin panganggé. Duur mejané ajeng-ajengan sampun
9<noinclude></noinclude>
7tb7prnwo2ud4abf4tnkn1176nrn9sy
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/81
250
32032
113269
112680
2022-07-19T12:19:30Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>'''I Gusti Ayu Putu Mahindu Dewi Purbarini S.S,'''
embas ring Tabanan,
28 Oktober 1977. Ngeranjing Kuliah
Sastra Indonesia ring Fakultas Sastra
Universitas Udayana Denpasar
dumados puput polih gelar Sarjana
Sastra (S.S.) Indonesia, 8 Mei 2004.
Puisin-puisinnyane kamuat ring
tabloid ''Wiyata Mandala'', ''Bali Post'',
majalah ''Buratwangi'', lan ''Canangsar''i.
Ragane naenin dados ''cover'' majalah gumi Bali ''Sarad'' (edisi
No. 19, Juli 2001). Taler kamuat malih ring buku ''Bali Tikam
Bali'' kakawian Gde Aryantha Soetama ring kepik (halaman)
86 sane mamurda 'Cuntaka' Luwes Saja (hal. 87). Taler
dados angemban majalah sastra remaja ''Akasa'', Sanggar Sastra
Remaja Indonesia (SSRI) Bali ring Tabanan.
"Apangja Bisa Masekolah" satua bawak (cerpen)
ragane polih Juara Harapan I Pacéntokan Nyurat Satua
Bali Sajebag Bali (1994). "Lombok Yang Bali" satua bawak
indik papelesiran pacentokan saking ''Bali Post'', polih Juara II
(1995). "Dara Dalam Perahu", Juara Harapan I Pacéntokan
Nyurat Puisi Sawewengkon Bali ring "Pekan Orientasi
Kelautan" Denpasar (1999). Puisin ragane "Bulan di Kamar
Transparan" munggah ring "Antologi Puisi Getar II" Kota
Batu, Malang (1996). Lianan ring punika pupulan puisin dane
sane ngamunggahang murda "Bulan di Kamar Transparan"
kamedalang olih Balai Bahasa Denpasar (2006). Ngelantur
{{right|75}}<noinclude></noinclude>
cv1q2sy2nlgkm68ol1a0t1rf9jzz8lu
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/31
250
32036
113259
112755
2022-07-19T12:11:43Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude><center>'''DÉDÉ LAN GÉK LUNA'''</center>
Saniscara, 12 Januari 2008 Wuku Julungwangi, Sasih KawuIu, otonan putran titiang Premarya Prajna. Serahina-rahina titiang ngaukin Dédé. Rahina mangkin otonannyané sané kaping tiga. Sareng misannyané, Gék Luna Ariswari, serahina-rahina kabaosin Gék Luna. Tuuh nyané kelihan malih tigang otonan. Putran titiang sareng keponakan titiang sampun untuné ring arep tumbuh papat, beténan beduuran, soang-soang kalih. Selami Iiburan semésteran titiang polih ngempu serahina-rahina.
"Ekoyak ..." yén sampun kénten titiang nyandanin Dédé muang Gék Luna ica ngrékék. "Cakup-cakup balang... balang-balang kékéan," jeg ngalup sampun makakalih. Sampun prasida nagih maem yen makayunan ngajeng. Sampun prasida maosang ék. .. ék. .. yén makayunan mawarih utawi makoratan. Makakalih seneng nyingakin pitik pakriak. Titiang makéh madué ayam. Yen nuju pasisin margi nyingakin motor léwat sampun prasida ngolehang munyin motor.
"Ngéng... ngéng...," asapunika kakalih sinarengan ngoléhang munyin kapal terbangé. Serahina, sadurung Ian sesampun warsa anyar 2008, makéh kapal terbangé ka Bali nyanggra warsa anyar 2008. Etang-etang titiang kapal terbangé léwat ngenceg ring Airport Ngurah Rai saking
25<noinclude></noinclude>
26vwhb7nj5b69f1xbfyngx7wf3gd5wx
Kaca:Apangja Bisa Masekolah.pdf/36
250
32044
113261
112765
2022-07-19T12:12:43Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude><center>'''MILIH PRESIDÉN'''</center>
Titiang sawilang wengi nguduhin nonton telévisi paindikan debat pemilu. Pemilu caleg sané kasarengin 38 parté, Wraspati, 9 April 2009, Parte Démokrat paling akéh polih suara. Wus punika Parté Golkar wau PDI Perjuangan. Pemilihan Capres-Cawapres periode 2009--2014 sané pacang kagelar rahina Buda, 8 Juli 2009. Mogi-mogi jati mabudi.
Yan titiang ngamanahin katiga Caprés-Cawaprés, sami becik. Sami madrué kakirangan. Tan lepas ring rwa bhineda.
"Mégawati Soekarno Putri sané kadampingin Prabowo Subianto membumi kémaon wawasané kirang teleb dalem. Susilo Bambang Yudhoyono sané kadampingin Boediono sistematis. Jusuf Kalla sané kadampingin Wiranto santai tan membumi lan sistematis," baos pengamat politik Sukardi Rinakit ring acara tayangan TV One. Kénten taler Métro TV tumerus jemet nyiarang ring telévisi.
Debat kapertama, wengi rahina Wraspati, 18 Juni 2009 karasa debat tan padebat. Nanging santi. Untengné asapunapi antuk ngawangun wangsa mangda mabudi pakerti. Sategeh tegeh masekolah yan tan mabudi pakerti becik, percuma. Wus masekolah mangda madrué kabisan sané kabaos katah mangkin skill. Punika mawinan perlu sekolah kajuruan.
30<noinclude></noinclude>
9tjy26dt8smu94w9p9rcb13nbclzbgz
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/7
250
32053
113281
112993
2022-07-19T12:32:45Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>'''Sinopsis Geguritan Bagus Umbara.'''
Konon ceritanya sang raja Jongbiru, mempunyai putri seorang diri yang sangat cantik cendekiawan, yang mempunyai bermacam-macam ajimat seperti; manik gelagah, manik api, manik atma dan segara madu gunung menyan.
Pada suatu ketika Galuh Jongbiru memimpikan Mantri Koripan, mantrinya bagus di Bali serta cakap cendekiawan. Karena rindunya Galuh Jongbiru kepada Mantri Koripan (nama samarannya Bagus Umbara), beliau minta kepada ayahnya Prabu Jongbiru (yang menjadi raksasa itu), untuk dibuatkan togog yang berupa Mantri Koripan beserta pengiringnya supaya tidak diketahui kerinduannya pada Mantri Bali itu.
Syahdan diceritakan Mantri Koripan (Bagus Umbara) telah lama mengembara ± 7 bulan diiringi I Semar. Di Metaum dia menghamba, kemudian disuruhnya mencari gunung menyan segara madu. Pun disuruhnya melamar putri Daha (karena muslihat dibilang hilang, karena duluan diminta oleh saudaranya).
Untuk mencari gunung menyan segara madu itu Bagus Umbara minta tolong kepada kaki Dedukuh, yang tempatnya dikatakannya jauh, di Jawa Iangsung datang di tamannya putri Jongbiru yang memimpikannya Mantri Koripan itu. Jongbiru letaknya berdekatan dengan Jemur Jipang, Penenggah dan Windu Tinggal Jamin Tora.
Prabu Jamintara mempunyai dua orang putri yaitu : I Nawang Tranggana dan I Nawang Taro. Di sana Bagus Umbara pura-pura sakit minta diobati oleh putri mahkota. Seketika sakitnya hilang dan ia berjanji akan kembali lagi ke Jamintara, karena merasa berhutang budi, tertarik karena bijaksananya I Nawang Tranggana dan cantik molek parasnya. Kemudian Bagus Umbara meneruskan perjalanan ke Jongbiru.
Nasehat Dedukuh dipraktekkan di Jongbiru langsung dia ke tamannya Galuh Jongbiru. Karena setianya Galuh Jongbiru itu, Bagus Umbara disembunyikan di taman. Kemudian ayahnya yang menjadi raksasa itu ditipunya, disuruhnya mencuci sutra hijau agar menjadi putih.
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
r4nm6gedjpn4hawlbscdk4d5l807gdp
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/9
250
32057
113282
112994
2022-07-19T12:33:25Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude><center>'''GEGURITAN BAGUS UMBARA'''</center>
"Ung wigna mastu nama siddi"
1. Muah kocapan sang nata,
maring Jongbiru amanggih,
warnan ida bagus nom,
pamuktian nidane biuh,
balane tan kenahingan,
suka sugih,
2. Sing tinuku sarwa murah,
sing tinandur sarwa nadi,
gelising cerita reko,
sampun ida maduwe sunu,
istri ayu munggweng minura,
twah asiki,
di Jawa twara dapada.
3. Makakembang Nusantara,
maka dewaning diah luwih,
maka sarining kedaton,
papulan madu juruh,
maka pangalapan cita,
sor tang gendis,
akeh mantri mangarepang.
Puh Ginada
1. Diceritakan sekarang sang raja,
di Jongbiru beliau bertakhta,
rupa beliau bagus muda,
kerajaan beliau cukup besar,
rakyatnya tak terhingga,
tidak kurang suatu apa,
maka senanglah beliau.
Yang dibeli semuanya murah,
yang ditanam semuanya jadi,
konon ceritanya sekarang,
beliau sudah mempunyai anak,
putri cantik elok parasnya,
hanya seorang,
tiada tandingannya di Jawa.
Sebagai kembangnya Nusantara,
sebagai dewanya orang wanita,
sebagai kembangnya kerajaan,
kumpulan madu yang mahamanis,
sebagai penggantungan hati,
kalah manisnya gula,
banyak pegawai keraton tertarik.
9<noinclude></noinclude>
cemtrx43ch2njxltsvgx8n7ykuvw51c
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/205
250
32061
113293
112773
2022-07-19T12:44:54Z
Kadek Ayu Sulastri
152
Muyungang kaca
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="0" user="IPutu Dirga" /></noinclude><noinclude></noinclude>
smuge3r9edhz74gggmc2nc6jwzk2yoq
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/19
250
32097
113284
113016
2022-07-19T12:34:42Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>segencping prabot ipun,
tur makarya gagelisang,
pragat mangkin,
togoge yen maka dadua.
45. Twi tuwe ye buka pola,
parupa rahaden mantri,
neahukud kadi Semar,
perok matane maturuk,
mapangawak lawan ditindak,
twara panggil,
antuk undagi makarya.
46. Rupane mantri Koripan.
pamulune lumlum gading,
nyanuang rade galuh gelot,
lngsing lanjar kenying muluk,
sampun tinnrapi perada,
raris kaambil,
sampun katur ring rahadian.
47. Togoge sampun katanggap,
lintang suka raden dewi,
tan iwang luking pataron,
tuwi sambagus sanulus,
rupa kadi ring swapena,
kabakta glis,
togoge song-song ka taman.
48. Sepraptane maring taman,
kalinggihang sampun becik,
rahaden mantri ring ulon,
i Semar mirib mamutru,
sampun usan kalinggihang,
raris mulih,
antiya gumantung ning manah.
lengkap dengan peralatannya,
lalu bekerja dengan cepat,
sekarang sudah selesai,
patung itu keduanya.
Memang cocok sekali,
seperti raden mantri,
yang sebuah seperti Semar,
matanya cekung,
badannya panjang kakinya pendek,
memang pintar,
undagi itu bekerja.
Rupanya mantri Koripan,
kulitnya kuning langsat,
pantaslah sang putri tertari,
tinggi semampai senyumnya menawan,
sudah diprada,
lalu di ambil,
sudah dipersembahkan kepada sang putri.
Patung itu sudah diterima,
gembiralah tuan putri,
tepat seperti yang diimpikan,
sungguh bagus sekali,
rupanya cocok seperti impiannya,
cepat dibawa,
patung itu dibawa ke taman.
Sesampainya di taman,
ditempatkan dengan baik,
Raden Mantri di atas,
I Semar seperti menyembah,
sudah selsai ditempatkan,
lalu pulang,
terbayang-bayang dalam hati.
{{right|19}}<noinclude></noinclude>
mv2iyf5yntbaj2qsy3xlx5qp7ahytsj
113532
113284
2022-07-19T21:17:26Z
IPutu Dirga
869
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>segeneping prabot ipun,
tur makarya gagelisang,
pragat mangkin,
togoge yen maka dadua.
45. Twi tuwe ye buka pola,
parupa rahaden mantri,
neahukud kadi Semar,
perok matane maturuk,
mapangawak lawan ditindak,
twara panggil,
antuk undagi makarya.
46. Rupane mantri Koripan.
pamulune lumlum gading,
nyanuang rade galuh gelot,
langsing lanjar kenying muluk,
sampun tinnrapi perada,
raris kaambil,
sampun katur ring rahadian.
47. Togoge sampun katanggap,
lintang suka raden dewi,
tan iwang luking pataron,
tuwi sambagus sanulus,
rupa kadi ring swapena,
kabakta glis,
togoge song-song ka taman.
48. Sepraptane maring taman,
kalinggihang sampun becik,
rahaden mantri ring ulon,
i Semar mirib mamutru,
sampun usan kalinggihang,
raris mulih,
antiya gumantung ning manah.
lengkap dengan peralatannya,
lalu bekerja dengan cepat,
sekarang sudah selesai,
patung itu keduanya.
Memang cocok sekali,
seperti raden mantri,
yang sebuah seperti Semar,
matanya cekung,
badannya panjang kakinya pendek,
memang pintar,
undagi itu bekerja.
Rupanya mantri Koripan,
kulitnya kuning langsat,
pantaslah sang putri tertarik,
tinggi semampai senyumnya menawan,
sudah diprada,
lalu diambil,
sudah dipersembahkan kepada sang putri.
Patung itu sudah diterima,
gembiralah tuan putri,
tepat seperti yang diimpikan,
sungguh bagus sekali,
rupanya cocok seperti impiannya,
cepat dibawa,
patung itu dibawa ke taman.
Sesampainya di taman,
ditempatkan dengan baik,
Raden Mantri di atas,
I Semar seperti menyembah,
sudah selsai ditempatkan,
lalu pulang,
terbayang-bayang dalam hati.
{{right|19}}<noinclude></noinclude>
2ho347dy29ogpcsc7c53j1c40mtxxdt
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/40
250
32134
113287
113053
2022-07-19T12:38:53Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>143. Piyanak raden nene dadwa,
kenyung-kenyung ya
mamunyi,
pabcyan lingsare reko,
I Bagus mangkin malungguh,
akeh dagang pada teka,
luh muani,
apan pinganan ngebekang.
144. Dauh telu sanghyang surya,
dagange kekalih paling,
I Bagus katuran reko,
tumben ngenot anak bagus,
akeh ngengsapin dagangan,
len pakisi,
ada bengong namping rawang.
145. Len teka sada pekas,
nyonyonnyane pagulabig,
lambine teked di batok,
matakon mepawang jujut,
cai wong apa,
ipan tumben dini,
nira wong ngumbara ipan.
146. Ne matakon manjujutang,
nikate punapin cai,
kakanira mirib reko,
manguda cangkeme biru,
teken cai nguda senglad,
bengkak bengkil,
matane masawang jenar.
147. I Semar masahut bangras,
melah bibi suba rawit,
nyonyonne entug ka bahok,
edeh galengang maturu,
dengaden awak melah,
kema mulih,
mekainawake jumah.
Raden mantri yang kedua,
senyum-senyum dia bicara,
Pabeyan daerahnya ini,
I Bagus sekarang duduk,
banyak dagang serta
berdatangan,
putra-putri,
supaya sampai penuh.
Tengah 12 matahari,
dagangnya dua bingung,
I Bagus disuguhkan makanan,
baru pernah melihat orang
bagus,
banyak lupa pada dagangan,
ada berbisik ,
ada heran menabrak kawan.
Berdatangan serba sembrono,
susunya mondar-mandir,
susunya sampai panjang,
bertanya bertopang dagu,
kamu orang dari mana,
baru ke mari,
aku orang mengembara.
Yang bertanya menegaskan,
yang pendek siapa,
itu kakakku,
mengapa mulutnya biru,
kenapa engkau lain,
bengkak-bengkok,
matanya seperti merah.
I Semar menyahut marah,
kamu sudah baik,
susumu panjang,
mari untuk bantal tidur,
jangan mengaku baik,
ke sana pulang,
bercermin dulu di rumah.
40<noinclude></noinclude>
pwdx4nm9l0p0zsvi5aeyo1nz66t4jy2
113633
113287
2022-07-20T00:25:17Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>143. Piyanak raden nene dadwa,
kenyung-kenyung ya
mamunyi,
pabeyan lingsare reko,
I Bagus mangkin malungguh,
akeh dagang pada teka,
luh muani,
apan pinganan ngebekang.
144. Dauh telu sanghyang surya,
dagange kekalih paling,
I Bagus katuran reko,
tumben ngenot anak bagus,
akeh ngengsapin dagangan,
len pakisi,
ada bengong namping rawang.
145. Len teka sada pekas,
nyonyonnyane pagulabig,
lambine teked di batok,
matakon mepawang jujut,
cai wong apa,
ipan tumben dini,
nira wong ngumbara ipan.
146. Ne matakon manjujutang,
nikate punapin cai,
kakanira mirib reko,
manguda cangkeme biru,
teken cai nguda senglad,
bengkak bengkil,
matane masawang jenar.
147. I Semar masahut bangras,
melah bibi suba rawit,
nyonyonne entug ka bahok,
edeh galengang maturu,
dengaden awak melah,
kema mulih,
mekainawake jumah.
Raden mantri yang kedua,
senyum-senyum dia bicara,
Pabeyan daerahnya ini,
I Bagus sekarang duduk,
banyak dagang serta
berdatangan,
putra-putri,
supaya sampai penuh.
Tengah 12 matahari,
dagangnya dua bingung,
I Bagus disuguhkan makanan,
baru pernah melihat orang
bagus,
banyak lupa pada dagangan,
ada berbisik ,
ada heran menabrak kawan.
Berdatangan serba sembrono,
susunya mondar-mandir,
susunya sampai panjang,
bertanya bertopang dagu,
kamu orang dari mana,
baru ke mari,
aku orang mengembara.
Yang bertanya menegaskan,
yang pendek siapa,
itu kakakku,
mengapa mulutnya biru,
kenapa engkau lain,
bengkak-bengkok,
matanya seperti merah.
I Semar menyahut marah,
kamu sudah baik,
susumu panjang,
mari untuk bantal tidur,
jangan mengaku baik,
ke sana pulang,
bercermin dulu di rumah.
40<noinclude></noinclude>
owcquhko2x8u1vy4113l23bp8d9wj4i
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/30
250
32140
113285
113033
2022-07-19T12:36:45Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>nene jani,
keto pet cai aturang.
96. Singgih sandikan sang nata,
kantun paduka nrepati,
lingira sang katong.
lah majalan cai mantuk,
asapunika aturang.
tur mamargi,
prapta tepining negara.
97. Pun Semar mangapak kapak,
andegang dewa mamargi,
nguda jawumang sang
katong,
i dewa teka nyel tuyuh,
wireh tetakon i dewa,
raden dewi,
teka anak mambaanang.
98. Bagus Umbara ngandika,
deketo kaka mamunyi,
edeya kumandel reko,
mambeka tang raden galuh,
masa dane mambe anang,
mani-mani,
twa nye ira mambaanang.
99. I Semar alon angucap,
Jamun sapunika mangkin,
kangge yun i dewa reko,
saget sang prabu mamupu,
titiang nyurakin i dewa,
tandwa prapti,
mantuk ring ngayun sang
nata.
100. Bagus Umbara ngaturang,
laporkan kepada raja.
Menyembah mengikuti sabda
raja,
masih rapi di sana,
sabda raja,
kembalilah kamu utusan,
demikian dipersembahkan,
serta berjalan,
sampai di pinggir desa.
I Semar sekehendak hati,
berhentilah berjalan,
bagaimana mas kawin raja,
kenapa tuanku mau lelah,
karena calonnya tuanku,
tuan putri,
sudah dicalonkan.
Bagus Umbara berkata,
jangan demikian bicara,
jangan terlalu percaya
kata orang,
mendapat putri raja,
tak mungkin beliau dapat
(raja Metaum),
besok-besok memang
dicalonkan aku.
I Semar berbicara pelan,
kalau begitu halnya,
terserah pada tuanku,
mungkin raja berhasil ,
hamba mentertawakan
tuanku,
sampai datang,
sampai pada raja.
Bagus Umbara
{{left|30}}<noinclude></noinclude>
19mffys32om4qkkd30ww8meu9fs0kee
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/48
250
32156
113288
113063
2022-07-19T12:40:16Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>kelap-kelap sang abagus,
tan kocapa nya ring umah
tampek mangkin,
bancingahe sampun ngenah.
181. Liu anake bepapag,
pada gawok maninga1in,
benehke karsane keto,
De Bekung mapyanak bagus,
warnanne lwir sanghyang Semara,
manis bangkit,
Pantes pikul ban joli mas.
182. Sangkannya ortane lumrah,
ka jaba raris ka puri,
akeh anak pesu ninjo,
di margane mabiyayu,
kapikeneko rupania,
kudyangjani,
aneka ya pada gunap.
183. Sampun prapta ring bancingah,
sang prabu mendaking liring,
tumuli ngandika alon,
cai ko yen ban rawuh,
maimang raris menekan,
makakalih,
dini bareng teken bapa.
184. Bagus Umbara mamindah,
banggayang titiang i riki,
irika ida katong sang katong,
sang prabu gipih turun,
sareng malungguh ring
tercengang,
kian lama kian jauh,
tak diceritakan di rumah,
sudah dekat,
istana sudah kelihatan.
Banyak orang berpapasan,
semua heran melihat,
patutlah kehendaknya demikian,
De Bekung berputra bagus,
rupanya seperti dewa cinta,
bagus rupawan pantas
dipikul dengan singgasana emas.
Makanya kabarnya tersebar,
di istana terus ke keraton,
banyak orang keluar meninjau,
dijalan heboh,
beginilah rupanya,
diapakan sekarang,
semua orang serba heran.
Sudah sampai di muka istana,
raja mengikuti dengan pandangan,
serta bicara pelan,
hai datanglah kamu,
mari duduk di sini,
keduanya di sini duduk bersama.
Bagus Umbara menolak,
biarlah hamba di sini,
di sana beliau raja,
raja segera turun,
ikut duduk di lantai,
pegawai istana semua turun.
{{left|48}}<noinclude></noinclude>
h0b22ezp2kxg34o2aubde3pyg3d7u94
113637
113288
2022-07-20T00:29:26Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>kelap-kelap sang abagus,
tan kocapa nya ring umah
tampek mangkin,
bancingahe sampun ngenah.
181. Liu anake bepapag,
pada gawok maninga1in,
benehke karsane keto,
De Bekung mapyanak bagus,
warnanne lwir sanghyang Semara,
manis bangkit,
Pantes pikul ban joli mas.
182. Sangkannya ortane lumrah,
ka jaba raris ka puri,
akeh anak pesu ninjo,
di margane mabiyayu,
kapikeneko rupania,
kudyang jani,
aneka ya pada gunap.
183. Sampun prapta ring bancingah,
sang prabu mendaking liring,
tumuli ngandika alon,
cai ko yen ban rawuh,
maimang raris menekan,
makakalih,
dini bareng teken bapa.
184. Bagus Umbara mamindah,
banggayang titiang i riki,
irika ida katong sang katong,
sang prabu gipih turun,
sareng malungguh ring
tercengang,
kian lama kian jauh,
tak diceritakan di rumah,
sudah dekat,
istana sudah kelihatan.
Banyak orang berpapasan,
semua heran melihat,
patutlah kehendaknya demikian,
De Bekung berputra bagus,
rupanya seperti dewa cinta,
bagus rupawan pantas
dipikul dengan singgasana emas.
Makanya kabarnya tersebar,
di istana terus ke keraton,
banyak orang keluar meninjau,
dijalan heboh,
beginilah rupanya,
diapakan sekarang,
semua orang serba heran.
Sudah sampai di muka istana,
raja mengikuti dengan pandangan,
serta bicara pelan,
hai datanglah kamu,
mari duduk di sini,
keduanya di sini duduk bersama.
Bagus Umbara menolak,
biarlah hamba di sini,
di sana beliau raja,
raja segera turun,
ikut duduk di lantai,
pegawai istana semua turun.
{{left|48}}<noinclude></noinclude>
s122xdubix5buj24ntruo4d2gku52ds
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/178
250
32162
113292
113103
2022-07-19T12:44:14Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>
mangebah bidak tan alon.
perahune raris ngayuh,
teka angine ngenggalang.
tan panolih.
sampun doh ring palabuhan .
cepat-cepat membuka bidak,
pcrahunya terus berlayar,
datang angin cepat.
tiada menoleh.
sudah jauh dari pelabuhan.
764. Sarnpun mangkin tatas
galang,
katon pelabuhan Jawi,
akeh wong madya katon ,
ada negen ada nyuwun ,
luh muani pada madya,
pada ngungsi ,
mamcken kejamintara.
Sudah sekarang hampir
terang,
sudah jauh dari pelabuhan
Jawa,
banyak orang perahu
kelihatan,
ada yang mikul ada
menjinjing,
putra-putri semua orang
perahu,
semua ngungsi ke pasar
Jamin tara.
765. Akeh wong Jawa
ngan tenang,
prabune rahaden mantri,
murub kadi teja tinon,
ada manegak makumpul,
ada manyingal pianak nya,
ana malih,
nunggang jaran caringon.
Banyak orang Jawa melihat ,
ke padanya putra mahkota,
bersinar seperti teja
ke lihatan,
ada duduk berkumpul,
ada memangku anaknya,
ada yang melihat,
naik kuda bersamaan.
766. Pada manteg mangatonang,
baitane raden mantri,
murub muncar sayan ejoh.
ada mapetane weruh,
ento ibi macangcang,
prabu Bali,
raden mantri manduweyang.
Semua berhenti melihatnya ,
perahunya putra mahkota,
bersinar perbawanya
makin jauh,
ada yang berkata
mengetahui,
itu yang kemarin di
pelabuhan,
perahu Bali,
putra mahkota mempunyai.
767. Yan to jani kija,
aku wau bcli mabalih ,
liu anak pada gawok,
Yaitu sekarang seben tar,
baru mau kanda menonton,
orang pada heran ,
178<noinclude></noinclude>
s2k6d8yci465odjcg6zik5wsu765acn
113634
113292
2022-07-20T00:26:29Z
IPutu Dirga
869
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>mangebah bidak tan alon.
perahune raris ngayuh,
teka angine ngenggalang,
tan panolih,
sampun doh ring palabuhan.
764. Sarnpun mangkin tatas
galang,
katon pelabuhan Jawi,
akeh wong madya katon,
ada negen ada nyuwun,
luh muani pada madya,
pada ngungsi,
mameken kejamintara.
765. Akeh wong Jawa
ngantenang,
prabune rahaden mantri,
murub kadi teja tinon,
ada manegak makumpul,
ada manyingal pianak nya,
ana malih,
nunggang jaran caringon.
766. Pada manteg mangatonang,
baitane raden mantri,
murub muncar sayan ejoh.
ada mapetane weruh,
ento ibi macangcang,
prabu Bali,
raden mantri manduweyang.
767. Yan to jani kija,
aku wau beli mabalih ,
liu anak pada gawok,
178
cepat-cepat membuka bidak,
pcrahunya terus berlayar,
datang angin cepat.
tiada menoleh.
sudah jauh dari pelabuhan.
Sudah sekarang hampir
terang,
sudah jauh dari pelabuhan
Jawa,
banyak orang perahu
kelihatan,
ada yang mikul ada
menjinjing,
putra-putri semua orang
perahu,
semua ngungsi ke pasar
Jamintara.
Banyak orang Jawa melihat ,
ke padanya putra mahkota,
bersinar seperti teja
ke lihatan,
ada duduk berkumpul,
ada memangku anaknya,
ada yang melihat,
naik kuda bersamaan.
Semua berhenti melihatnya ,
perahunya putra mahkota,
bersinar perbawanya
makin jauh,
ada yang berkata
mengetahui,
itu yang kemarin di
pelabuhan,
perahu Bali,
putra mahkota mempunyai.
Yaitu sekarang sebentar,
baru mau kanda menonton,
orang pada heran ,
178<noinclude></noinclude>
egbl87c4iph9rp9soqyhanl4lu9n3iv
113642
113634
2022-07-20T00:33:28Z
Aryana prayoga
876
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>mangebah bidak tan alon.
perahune raris ngayuh,
teka angine ngenggalang,
tan panolih,
sampun doh ring palabuhan.
764. Sarnpun mangkin tatas
galang,
katon pelabuhan Jawi,
akeh wong madya katon,
ada negen ada nyuwun,
luh muani pada madya,
pada ngungsi,
mameken kejamintara.
765. Akeh wong Jawa
ngantenang,
prabune rahaden mantri,
murub kadi teja tinon,
ada manegak makumpul,
ada manyingal pianak nya,
ana malih,
nunggang jaran caringon.
766. Pada manteg mangatonang,
baitane raden mantri,
murub muncar sayan ejoh.
ada mapetane weruh,
ento ibi macangcang,
prabu Bali,
raden mantri manduweyang.
767. Yan to jani kija,
aku wau beli mabalih,
liu anak pada gawok,
cepat-cepat membuka bidak,
pcrahunya terus berlayar,
datang angin cepat.
tiada menoleh.
sudah jauh dari pelabuhan.
Sudah sekarang hampir
terang,
sudah jauh dari pelabuhan
Jawa,
banyak orang perahu
kelihatan,
ada yang mikul ada
menjinjing,
putra-putri semua orang
perahu,
semua ngungsi ke pasar
Jamintara.
Banyak orang Jawa melihat,
ke padanya putra mahkota,
bersinar seperti teja
ke lihatan,
ada duduk berkumpul,
ada memangku anaknya,
ada yang melihat,
naik kuda bersamaan.
Semua berhenti melihatnya,
perahunya putra mahkota,
bersinar perbawanya
makin jauh,
ada yang berkata
mengetahui,
itu yang kemarin di
pelabuhan,
perahu Bali,
putra mahkota mempunyai.
Yaitu sekarang sebentar,
baru mau kanda menonton,
orang pada heran,
{{left|178}}<noinclude></noinclude>
gom7vc712qd3fbq7c8acrbekurt2s75
Kaca:Geguritan Bagus Umbara.pdf/78
250
32231
113290
113184
2022-07-19T12:41:52Z
Kadek Ayu Sulastri
152
Muyungang kaca
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="0" user="Listya Purnami" /></noinclude><noinclude></noinclude>
sczc5tcop6zjr49ukm8owmwr1n4193d
Indéks:Babad Kayu Selem.pdf
252
32244
113671
113229
2022-07-20T02:34:59Z
Joseagush
19
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=[[Babad Kayu Selem]]
|Language=ban
|Author=[[I Wayan Wardha]]
|Translator=
|Editor=
|Year=1989
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Image=1
|Progress=MS
|Volumes=
|Pages=<pagelist
1="Cover"
2=1
114="Cover"
/>
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
b43z6aoemz5l9so3eg3sw2nyfmooczp
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/4
250
32254
113243
2022-07-19T12:00:19Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM
BABAD KAYU SELEM
Drs. I Wayan Wardha
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA
1989<noinclude></noinclude>
3w1sc9hdje9aqszg1ffprss59wrmemm
113307
113243
2022-07-19T13:23:56Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{right|TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM}}
{{centre|'''BABAD KAYU SELEM'''}}
{{centre|Drs. I Wayan Wardha}}
{{centre|DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN}}
{{centre|JAKARTA}}
{{centre|1989}}<noinclude></noinclude>
6n883z6etv30zx442d1ft9whushzfy5
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/111
250
32255
113246
2022-07-19T12:04:12Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>104
lupakan menghaturkan piodalan Bhatara,tepat waktunya, juga
kepada. sang Kawitan.
2. Mereka juga memberikan petunjuk kepada keturunannya; isinya
tiada lain, sama seperti sang Kawitan terdahulu. Maksudnya, agar
tidak melupakan kepada tata cara, mengempon dan memelihara
kahyangan; sujud bakti.
3. ke hadapan Hyang Kawitan. Kemudian. setelah jauh bertempat
tinggal, di antara satu dengan lainnya, masing-masing agar meng-ingat, menerima sampai kelak kemudian. Kalau kamu lupa. tidak ingat terhadap Kawitan kena sumpahnya Sang Hyang Tri Purusa.
4. terutama kutukan yang telah moksa. Demikianlah ceritanya, habis. Ini ditulis oleh Wayan Pasek dari Kabupaten Gianyar. Tetapi .
maafkan. induknya dari desa Songan.<noinclude></noinclude>
3l2ztoz9pftdmmrowkar578oyjrcrs5
113308
113246
2022-07-19T13:24:34Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||104}}
lupakan menghaturkan piodalan Bhatara,tepat waktunya, juga
kepada. sang Kawitan.
2. Mereka juga memberikan petunjuk kepada keturunannya; isinya
tiada lain, sama seperti sang Kawitan terdahulu. Maksudnya, agar
tidak melupakan kepada tata cara, mengempon dan memelihara
kahyangan; sujud bakti.
3. ke hadapan Hyang Kawitan. Kemudian. setelah jauh bertempat
tinggal, di antara satu dengan lainnya, masing-masing agar meng-ingat, menerima sampai kelak kemudian. Kalau kamu lupa. tidak ingat terhadap Kawitan kena sumpahnya Sang Hyang Tri Purusa.
4. terutama kutukan yang telah moksa. Demikianlah ceritanya, habis. Ini ditulis oleh Wayan Pasek dari Kabupaten Gianyar. Tetapi .
maafkan. induknya dari desa Songan.<noinclude></noinclude>
b27o6y0w4p6jbrqab07y7ylqerpdu27
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/7
250
32256
113249
2022-07-19T12:04:57Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude><noinclude></noinclude>
kc98bk9c9ulu0cx31mb2dbt0zjed61t
113313
113249
2022-07-19T13:34:33Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude><noinclude></noinclude>
gj36wvkc7hr2x9ittzx2s6a4di31oxi
113638
113313
2022-07-20T00:29:30Z
Listya Purnami
866
/* Tanpa teks */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="0" user="Listya Purnami" /></noinclude><noinclude></noinclude>
sczc5tcop6zjr49ukm8owmwr1n4193d
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/36
250
32257
113256
2022-07-19T12:09:28Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>mula kasalinan tembang,
teked diduuran negak,
akhir nya kita berganti irama,
sampai di atas dia duduk.
'''puh ginada'''
95. I Gerantang mangkin kocapan,
bangun ia raris mamargi,
tindakane macalengos,
pangungsi mangalih kayu,
anggon manunjangin awak,
pilih dadi,
I Gerantang dadi majalan.
96. Sampun adoh ia mamarga,
kaget kasur upan ai,
peteng limut maring alas,
I Gerantang mangke aturu,
paksi sami pada ngebat,
ia paserengik,
sami pada manyedihang.
97. Mangkin sampun galang tanah,
I Gerantang raris mamargi,
mangungsi jani ngelodang,
ka pasisi ngungsi dayuh,
katepuk anake mencar,
mangke wedi,
malaib mangutang ker anjang.
98. I Gerantang manger aris kema,
nyemak buah teken sirih,
I Gerantang naar sedah reko,
jani kenehnyane idup,
Diceritrakan kembali I Gerantang,
bangun lalu berjalan,
langkahnya lunglai,
tujuannya mengambil sebatang
kayu,
akan dipakai tongkat,
mudah-mudahan dapat,
I Ger antang akhirnya dapat
berjalan.
Setelah jauh dia berjalan,
akhirnya ma tahari terbenam,
gelap gulita dalam hutan,
I Gerantang sekarang tidur,
burung-burung beterbangan,
ber kicauan,
seolah-olah semua ikut berse
dih hati.
Diceritrakan hari telah menje
lang pagi,
I Gerantang lalu berjalan,
menuju arah selatan,
ke pantai tuj uannya mencari
jalan yang sejuk,
ber temu dengan orang menja
ring i kan,
yang takut,
ber larian meninggalkan keran
Jang.
I Gerantang lalu mendekat,
mengambil pinang dan sirih,
l Gerantang makan si rih,
sekar ang mulai dia ingin idup,<noinclude></noinclude>
ho8rdc8cy7m8h5rp3bvvpica9mrs2ga
113507
113256
2022-07-19T17:07:22Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>mula kasalinan tembang,
teked diduuran negak,
akhir nya kita berganti irama,
sampai di atas dia duduk.
{{center|'''puh ginada'''}}
95. I Gerantang mangkin kocapan,
bangun ia raris mamargi,
tindakane macalengos,
pangungsi mangalih kayu,
anggon manunjangin awak,
pilih dadi,
I Gerantang dadi majalan.
96. Sampun adoh ia mamarga,
kaget kasurupan ai,
peteng limut maring alas,
I Gerantang mangke aturu,
paksi sami pada ngebat,
ia paserengik,
sami pada manyedihang.
97. Mangkin sampun galang tanah,
I Gerantang raris mamargi,
mangungsi jani ngelodang,
ka pasisi ngungsi dayuh,
katepuk anake mencar,
mangke wedi,
malaib mangutang keranjang.
98. I Gerantang mangeraris kema,
nyemak buah teken sirih,
I Gerantang naar sedah reko,
jani kenehnyane idup,
Diceritrakan kembali I Gerantang,
bangun lalu berjalan,
langkahnya lunglai,
tujuannya mengambil sebatang
kayu,
akan dipakai tongkat,
mudah-mudahan dapat,
I Gerantang akhirnya dapat
berjalan.
Setelah jauh dia berjalan,
akhirnya matahari terbenam,
gelap gulita dalam hutan,
I Gerantang sekarang tidur,
burung-burung beterbangan,
berkicauan,
seolah-olah semua ikut bersedih hati.
Diceritrakan hari telah menjelang pagi,
I Gerantang lalu berjalan,
menuju arah selatan,
ke pantai tujuannya mencari
jalan yang sejuk,
ber temu dengan orang menjaring ikan,
yang takut,
berlarian meninggalkan keranjang.
I Gerantang lalu mendekat,
mengambil pinang dan sirih,
l Gerantang makan sirih,
sekarang mulai dia ingin idup,<noinclude></noinclude>
4lovfcly34zwpykplhxex64s4uh2yae
113668
113507
2022-07-20T02:00:40Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113507 antuk [[Special:Contributions/Listya Purnami|Listya Purnami]] ([[User talk:Listya Purnami|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>mula kasalinan tembang,
teked diduuran negak,
akhir nya kita berganti irama,
sampai di atas dia duduk.
'''puh ginada'''
95. I Gerantang mangkin kocapan,
bangun ia raris mamargi,
tindakane macalengos,
pangungsi mangalih kayu,
anggon manunjangin awak,
pilih dadi,
I Gerantang dadi majalan.
96. Sampun adoh ia mamarga,
kaget kasur upan ai,
peteng limut maring alas,
I Gerantang mangke aturu,
paksi sami pada ngebat,
ia paserengik,
sami pada manyedihang.
97. Mangkin sampun galang tanah,
I Gerantang raris mamargi,
mangungsi jani ngelodang,
ka pasisi ngungsi dayuh,
katepuk anake mencar,
mangke wedi,
malaib mangutang ker anjang.
98. I Gerantang manger aris kema,
nyemak buah teken sirih,
I Gerantang naar sedah reko,
jani kenehnyane idup,
Diceritrakan kembali I Gerantang,
bangun lalu berjalan,
langkahnya lunglai,
tujuannya mengambil sebatang
kayu,
akan dipakai tongkat,
mudah-mudahan dapat,
I Ger antang akhirnya dapat
berjalan.
Setelah jauh dia berjalan,
akhirnya ma tahari terbenam,
gelap gulita dalam hutan,
I Gerantang sekarang tidur,
burung-burung beterbangan,
ber kicauan,
seolah-olah semua ikut berse
dih hati.
Diceritrakan hari telah menje
lang pagi,
I Gerantang lalu berjalan,
menuju arah selatan,
ke pantai tuj uannya mencari
jalan yang sejuk,
ber temu dengan orang menja
ring i kan,
yang takut,
ber larian meninggalkan keran
Jang.
I Gerantang lalu mendekat,
mengambil pinang dan sirih,
l Gerantang makan si rih,
sekar ang mulai dia ingin idup,<noinclude></noinclude>
ri7rfpi4wiat1048bl4et4x61g1tqsa
113676
113668
2022-07-20T03:04:27Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>mula kasalinan tembang,<br>
teked diduuran negak,
akhirnya kita berganti irama,<br>
sampai di atas dia duduk.
'''puh ginada'''
95. I Gerantang mangkin kocapan,<br>
bangun ia raris mamargi,<br>
tindakane macalengos,<br>
pangungsi mangalih kayu,<br>
anggon manunjangin awak,<br>
pilih dadi,<br>
I Gerantang dadi majalan.
96. Sampun adoh ia mamarga,<br>
kaget kasurupan ai,<br>
peteng limut maring alas,<br>
I Gerantang mangke aturu,<br>
paksi sami pada ngebat,<br>
ia paserengik,<br>
sami pada manyedihang.
97. Mangkin sampun galang tanah,<br>
I Gerantang raris mamargi,<br>
mangungsi jani ngelodang,<br>
ka pasisi ngungsi dayuh,<br>
katepuk anake mencar,<br>
mangke wedi,<br>
malaib mangutang keranjang.
98. I Gerantang mangeraris kema,<br>
nyemak buah teken sirih,<br>
I Gerantang naar sedah reko,<br>
jani kenehnyane idup,
Diceritrakan kembali I Gerantang,<br>
bangun lalu berjalan,<br>
langkahnya lunglai,<br>
tujuannya mengambil sebatang<br>
kayu,<br>
akan dipakai tongkat,<br>
mudah-mudahan dapat,<br>
I Gerantang akhirnya dapat<br>
berjalan.
Setelah jauh dia berjalan,<br>
akhirnya matahari terbenam,<br>
gelap gulita dalam hutan,<br>
I Gerantang sekarang tidur,<br>
burung-burung beterbangan,<br>
berkicauan,<br>
seolah-olah semua ikut berse-<br>
dih hati.
Diceritrakan hari telah menje-<br>
lang pagi,<br>
I Gerantang lalu berjalan,<br>
menuju arah selatan,<br>
ke pantai tujuannya mencari<br>
jalan yang sejuk,<br>
bertemu dengan orang menja-<br>
ring ikan,<br>
yang takut,<br>
berlarian meninggalkan keran-<br>
jang.
I Gerantang lalu mendekat,<br>
mengambil pinang dan sirih,<br>
l Gerantang makan sirih,<br>
sekarang mulai dia ingin idup,<noinclude></noinclude>
9hy09bad7p9ch8v2df4whp2soebqdme
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/7
250
32258
113263
2022-07-19T12:14:39Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)''}}
{{center|'''puh adri'''}}
1. Kaka nguda bareng titiang lampus
padalem i meme,
i bapa tuara ada nongosin
bas waneh i bapa ibu,
keranan titiang dadi lampus,
keneh titiang tuara pasah,
utang titiang dereng puput,
teken ibu muang i baapa,
dadi titiang ngelong teresna.
Kakak mengapa melarikan diri
kasihan ibu,
dan avah tidak ada yang menunggu,
ayah dan ibu terlalu bosan,
hati saya tidak pernah berpisah
sebabnya saya melarikan diri,
sah,
utang sava belum lunas,
terhadap ayah dan ibu,
teken ibu muang i bapa,
sehingga saya mengingkari kasih sayang.
2. I Gerantang masih majalan malu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah terbenam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah lapar"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
m5qk4p3bshdfp0xdfkvldwwqxeo1byk
113264
113263
2022-07-19T12:14:53Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
1. Kaka nguda bareng titiang lampus
padalem i meme,
i bapa tuara ada nongosin
bas waneh i bapa ibu,
keranan titiang dadi lampus,
keneh titiang tuara pasah,
utang titiang dereng puput,
teken ibu muang i baapa,
dadi titiang ngelong teresna.
Kakak mengapa melarikan diri
kasihan ibu,
dan avah tidak ada yang menunggu,
ayah dan ibu terlalu bosan,
hati saya tidak pernah berpisah
sebabnya saya melarikan diri,
sah,
utang sava belum lunas,
terhadap ayah dan ibu,
teken ibu muang i bapa,
sehingga saya mengingkari kasih sayang.
2. I Gerantang masih majalan malu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah terbenam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah lapar"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
eae5r45f35a70ntcp47ht2iqp296gqs
113351
113264
2022-07-19T14:21:35Z
IPutu Dirga
869
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
1. Kaka nguda bareng titiang lampus
padalem i meme,
i bapa tuara ada nongosin
bas waneh i bapa ibu,
keranan titiang dadi lampus,
keneh titiang tuara pasah,
utang titiang dereng puput,
teken ibu muang i baapa,
dadi titiang ngelong teresna.
Kakak mengapa melarikan diri
kasihan ibu,
dan avah tidak ada yang menunggu,
ayah dan ibu terlalu bosan,
hati saya tidak pernah berpisah
sebabnya saya melarikan diri,
sah,
utang sava belum lunas,
terhadap ayah dan ibu,
teken ibu muang i bapa,
sehingga saya mengingkari kasih sayang.
2. I Gerantang masih majalan malu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah terbenam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah lapar"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
5oaf0pbon9hrgk7sucm199kt52wxdc9
113703
113351
2022-07-20T04:12:23Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113351 antuk [[Special:Contributions/IPutu Dirga|IPutu Dirga]] ([[User talk:IPutu Dirga|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
1. Kaka nguda bareng titiang lampus
padalem i meme,
i bapa tuara ada nongosin
bas waneh i bapa ibu,
keranan titiang dadi lampus,
keneh titiang tuara pasah,
utang titiang dereng puput,
teken ibu muang i baapa,
dadi titiang ngelong teresna.
Kakak mengapa melarikan diri
kasihan ibu,
dan avah tidak ada yang menunggu,
ayah dan ibu terlalu bosan,
hati saya tidak pernah berpisah
sebabnya saya melarikan diri,
sah,
utang sava belum lunas,
terhadap ayah dan ibu,
teken ibu muang i bapa,
sehingga saya mengingkari kasih sayang.
2. I Gerantang masih majalan malu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah terbenam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah lapar"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
k3df58gbmlpdw2xaozd3uk569peofyl
113717
113703
2022-07-20T07:29:52Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
1. Kaka nguda bareng titiang lampus
padalem i meme,
i bapa tuara ada nongosin,
bas waneh i bapa ibu,
keranan titiang dadi lampus,
keneh titiang tuara pasah,
utang titiang dereng puput,
teken ibu muang i bapa,
dadi titiang ngelong teresna.
2. I Gerantang masih majalan ma-
lu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
Kakak mengapa melarikan diri
kasihan ibu,
dan ayah tidak ada yang me-
nunggu,
ayah dan ibu terlalu bosan,
hati saya tidak pernah berpi-
sah,
utang saya belum lunas,
terhadap ayah dan ibu,
sehingga saya mengingkari ka-
sih sayang.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah ter-
benam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah la-
par"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber-
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
satvexlfe6dw4ed5zz7jl32ij69se36
113719
113717
2022-07-20T08:11:26Z
Joseagush
19
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
{| width="100%"
|-
| width="50%"|
| width="50%"|<noinclude>
|-
|1. Kaka nguda bareng titiang lampus<br/>padalem i meme, i bapa tuara ada nongosin, ||''Kakak mengapa melarikan diri kasihan ibu,<br/> dan ayah tidak ada yang menunggu,''
|-
|bas waneh i bapa ibu,<br/>keranan titiang dadi lampus,<br/>keneh titiang tuara pasah, ||''ayah dan ibu terlalu bosan,<br/> hati saya tidak pernah berpisah,''
utang titiang dereng puput,
teken ibu muang i bapa,
dadi titiang ngelong teresna.
2. I Gerantang masih majalan ma-
lu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
utang saya belum lunas,
terhadap ayah dan ibu,
sehingga saya mengingkari ka-
sih sayang.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah ter-
benam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah la-
par"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber-
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
p2styyyw4wzlp5ru5uc9yl8qig1qjz5
113720
113719
2022-07-20T08:13:19Z
Joseagush
19
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
{| width="100%"
|-
| width="50%"|
| width="50%"|<noinclude>
|-
|1. Kaka nguda bareng titiang lampus padalem i meme,<br/> i bapa tuara ada nongosin, ||''Kakak mengapa melarikan diri kasihan ibu,<br/> dan ayah tidak ada yang menunggu,''
|-
|bas waneh i bapa ibu,<br/>keranan titiang dadi lampus,<br/>keneh titiang tuara pasah, ||''ayah dan ibu terlalu bosan,<br/> hati saya tidak pernah berpisah,''
|-
|utang titiang dereng puput,<br/> teken ibu muang i bapa,<br/>dadi titiang ngelong teresna. ||''utang saya belum lunas,<br/> terhadap ayah dan ibu,<br/>sehingga saya mengingkari kasih sayang.
|-
|}
2. I Gerantang masih majalan ma-
lu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah ter-
benam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah la-
par"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber-
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
fzz1frgy15im5t7hnvgbvgjar02w715
113721
113720
2022-07-20T08:13:47Z
Joseagush
19
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
{| width="100%"
|-
| width="50%"|
| width="50%"|<noinclude>
|-
|1. Kaka nguda bareng titiang lampus<br/> padalem i meme,<br/> i bapa tuara ada nongosin, ||''Kakak mengapa melarikan diri kasihan ibu,<br/> dan ayah tidak ada yang menunggu,''
|-
|bas waneh i bapa ibu,<br/>keranan titiang dadi lampus,<br/>keneh titiang tuara pasah, ||''ayah dan ibu terlalu bosan,<br/> hati saya tidak pernah berpisah,''
|-
|utang titiang dereng puput,<br/> teken ibu muang i bapa,<br/>dadi titiang ngelong teresna. ||''utang saya belum lunas,<br/> terhadap ayah dan ibu,<br/>sehingga saya mengingkari kasih sayang.
|-
|}
2. I Gerantang masih majalan ma-
lu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah ter-
benam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah la-
par"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber-
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
sc5naz6tlntdtfyr2bgau1scm12kp63
113736
113721
2022-07-20T09:31:05Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|'''GEGURITAN CUPAK *)'''}}
{{center|'''puh adri'''}}
{| width="100%"
|-
| width="50%"|
| width="50%"|<noinclude>
|-
|1. Kaka nguda bareng titiang lampus<br/> padalem i meme,<br/> i bapa tuara ada nongosin, ||''Kakak mengapa melarikan diri kasihan ibu,<br/> dan ayah tidak ada yang menunggu,''
|-
|bas waneh i bapa ibu,<br/>keranan titiang dadi lampus,<br/>keneh titiang tuara pasah, ||''ayah dan ibu terlalu bosan,<br/> hati saya tidak pernah berpisah,''
|-
|utang titiang dereng puput,<br/> teken ibu muang i bapa,<br/>dadi titiang ngelong teresna. ||''utang saya belum lunas,<br/> terhadap ayah dan ibu,<br/>sehingga saya mengingkari kasih sayang.
|-
|}
2. I Gerantang masih majalan ma-
lu,
sadulur I Cupak,
mangalerang mangungsi ukur,
kocapan suriane surup,
I Cupak munyine alus,
mareren adi enden,
wireh basang beli suba seduk,
I Gerantang nulia ararean,
di papenggake manegak.
I Gerantang tetap berjalan di
muka,
diikuti oleh I Cupak,
arah ke utara menuju gunung,
tersebutlah matahari telah ter-
benam,
I Cupak berkata halus,
"Mengaso dulu adikku,
karena perut kakak sudah la-
par"
I Gerantang lalu berhenti,
duduk di tempat orang ber-
jualan.
1) Dari naskah lontar yang tersimpan di Pustaka Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana dengan ciri : Krp. No. 131, Lontar No. 354
{{right|7}}<noinclude></noinclude>
40x7q8mzia1a5lf8izub7as7zge6qgc
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/22
250
32259
113266
2022-07-19T12:16:47Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>15
4. ayogga, draka, angarepana kren, ghni sakunda, Iwirnya nimitaning. dadi jadma, nora waneh slraning byang bhasundari, yateka rineka manusa, Kahadang dateng bhatara ya-
9a. 1. madipati, asarira sona ireng, tan maryya angirangirang i payogan bhatara, prapta anadukara umatur, lingira nihan, singgih hyang bhatara, mangke paduka bhatara hyun angaji ma-
2. nusa, den lemeh iku, nga, mangke hulun pracampah, masa dadi manusa, yan tuhu iku dadi manusa,hulun sumanggupaken aman gan purisyaning manusa. Sumawur bhatara, mapa lingmu bar-ggawa
3. tka precampah, agung sanggupta, tkeng aku, mangke hingwang abasa lawan kita, yan tan dadi ikang manusa, dudhung wwang dewaning adewa, wnang lebokakna ring aweci, tangeh yen carita padha akedwaked
4. wan ujar, irika nher paduka hyang pramesti ghuru, rumegepaken sandining ajnana, dunilah punang kunda, awor kukus, wkasan sampun pwa angeka muka, tandwa punggel tang manusa reka, iri-
b. 1. ka macakal tekang asu, aswara kongkong, mwah bhatara ayoga mwah punggel tang manusa reka, manih tang sona anyakal, swa ranya kong kong kong, mwah bhatara ayoga, mwah punggel tang
2. ren, tan maryya tang sona anyakal, swaranya king king, tngeranya anitir, awyatara bhatara ngeka manusa, png, 5, tinher punggeI punang jadma reka, tandwa kaherang herang bhatara si-
3. rang ajnyana, apan alah denikang asu, nher bhatara mwah ang wotokaken sidhi ajnyana rumawak ikang triloka, dumilah tang kundaghni, ginggung tang pretiwi mandala, umijil sanghyang amrtta-
4. siwamba, bhyakta waluya dadi manusa, irika kawngan punang sona, awngis turmoning manusa, ling bhatara hyang pramesti ghuru, mangke bhyakta alah kita wagrah. kengetaken ujarta
10. 1. ngunli, wastu,3, tan pariwastu, katkeng dlaha, punang sona amangan purisyaning manusa, mingista erangerang punang sam-<noinclude></noinclude>
q9l62or2e6ae3fwomj9d43phnp7j19a
113312
113266
2022-07-19T13:34:01Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||15}}
4. ayogga, draka, angarepana kren, ghni sakunda, Iwirnya nimitaning. dadi jadma, nora waneh slraning byang bhasundari, yateka rineka manusa, Kahadang dateng bhatara ya-
9a. 1. madipati, asarira sona ireng, tan maryya angirangirang i payogan bhatara, prapta anadukara umatur, lingira nihan, singgih hyang bhatara, mangke paduka bhatara hyun angaji ma-
2. nusa, den lemeh iku, nga, mangke hulun pracampah, masa dadi manusa, yan tuhu iku dadi manusa,hulun sumanggupaken aman gan purisyaning manusa. Sumawur bhatara, mapa lingmu bar-ggawa
3. tka precampah, agung sanggupta, tkeng aku, mangke hingwang abasa lawan kita, yan tan dadi ikang manusa, dudhung wwang dewaning adewa, wnang lebokakna ring aweci, tangeh yen carita padha akedwaked
4. wan ujar, irika nher paduka hyang pramesti ghuru, rumegepaken sandining ajnana, dunilah punang kunda, awor kukus, wkasan sampun pwa angeka muka, tandwa punggel tang manusa reka, iri-
b. 1. ka macakal tekang asu, aswara kongkong, mwah bhatara ayoga mwah punggel tang manusa reka, manih tang sona anyakal, swa ranya kong kong kong, mwah bhatara ayoga, mwah punggel tang
2. ren, tan maryya tang sona anyakal, swaranya king king, tngeranya anitir, awyatara bhatara ngeka manusa, png, 5, tinher punggeI punang jadma reka, tandwa kaherang herang bhatara si-
3. rang ajnyana, apan alah denikang asu, nher bhatara mwah ang wotokaken sidhi ajnyana rumawak ikang triloka, dumilah tang kundaghni, ginggung tang pretiwi mandala, umijil sanghyang amrtta-
4. siwamba, bhyakta waluya dadi manusa, irika kawngan punang sona, awngis turmoning manusa, ling bhatara hyang pramesti ghuru, mangke bhyakta alah kita wagrah. kengetaken ujarta
10. 1. ngunli, wastu,3, tan pariwastu, katkeng dlaha, punang sona amangan purisyaning manusa, mingista erangerang punang sam-<noinclude></noinclude>
23pce0i0k20e5so6q0y7gxxe1x8awbj
113647
113312
2022-07-20T00:38:21Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||15}}
4. ayogga, draka, angarepana kren, ghni sakunda, lwirnya nimitaning. dadi jadma, nora waneh slraning byang bhasundari, yateka rineka manusa, Kahadang dateng bhatara ya-
9a. 1. madipati, asarira sona ireng, tan maryya angirangirang i payogan bhatara, prapta anadukara umatur, lingira nihan, singgih hyang bhatara, mangke paduka bhatara hyun angaji ma-
2. nusa, den lemeh iku, nga, mangke hulun pracampah, masa dadi manusa, yan tuhu iku dadi manusa,hulun sumanggupaken aman gan purisyaning manusa. Sumawur bhatara, mapa lingmu bar-ggawa
3. tka precampah, agung sanggupta, tkeng aku, mangke hingwang abasa lawan kita, yan tan dadi ikang manusa, dudhung wwang dewaning adewa, wnang lebokakna ring aweci, tangeh yen carita padha akedwaked
4. wan ujar, irika nher paduka hyang pramesti ghuru, rumegepaken sandining ajnana, dunilah punang kunda, awor kukus, wkasan sampun pwa angeka muka, tandwa punggel tang manusa reka, iri-
b. 1. ka macakal tekang asu, aswara kongkong, mwah bhatara ayoga mwah punggel tang manusa reka, manih tang sona anyakal, swa ranya kong kong kong, mwah bhatara ayoga, mwah punggel tang
2. ren, tan maryya tang sona anyakal, swaranya king king, tngeranya anitir, awyatara bhatara ngeka manusa, png, 5, tinher punggeI punang jadma reka, tandwa kaherang herang bhatara si-
3. rang ajnyana, apan alah denikang asu, nher bhatara mwah ang wotokaken sidhi ajnyana rumawak ikang triloka, dumilah tang kundaghni, ginggung tang pretiwi mandala, umijil sanghyang amrtta-
4. siwamba, bhyakta waluya dadi manusa, irika kawngan punang sona, awngis turmoning manusa, ling bhatara hyang pramesti ghuru, mangke bhyakta alah kita wagrah. kengetaken ujarta
10. 1. ngunli, wastu,3, tan pariwastu, katkeng dlaha, punang sona amangan purisyaning manusa, mingista erangerang punang sam-<noinclude></noinclude>
2p9y6n1yx2klya6supr7ouhk00i7mzx
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/60
250
32260
113271
2022-07-19T12:20:23Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>sapolahe katutur,
duking goa maring gunung,
tan paneda limang bulan.
buka ada widi maturun,
matuturin titiang marga,
karenan titiang dados mung-
gah.
174. Puniki kidung Cupak, puput,
tinurun ring rahina,
Çu, Ka, Watugunung,
nuju purnamaning tilem,
sasih kadasa,
sangang bangsit ulung dasa,
tiga yusaning jagat,
rontal gaguritan Cupak puniki,
gumanti padruen ring,
Fakltas Sastra, Udayana,
ring Denpasar,
Tanggal 14 April 1961
Tahun Masehi.
60
riwayatnya diceritrakan.
ketika dalam gua di gunung,
tidak makan selama lima bulan,
bagaikan ada Tuhan yang tu-
run,
memberi petunjuk jalan pada
saya,
itulah sebabnya saya bisa naik.
Ini kidung Cupak,
disalin pada hari. Jumat,
Kaliwon Watugunung.
Pangelong 14, bulan ke
sepuluh, 1883, Çaka
Lontar Gaguritan Cupak ini,
milik Fakultas Sastra,
Universitas Udayana
Denpasar.
Tanggal. 14 April 1961
Masehi.<noinclude></noinclude>
je3xodzkrqkx56tarpr34ahckg1immd
113385
113271
2022-07-19T14:56:32Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>sapolahe katutur,
duking goa maring gunung,
tan paneda limang bulan.
buka ada widi maturun,
matuturin titiang marga,
karenan titiang dados mung-
gah.
174. Puniki kidung Cupak, puput,
tinurun ring rahina,
Çu, Ka, Watugunung,
nuju purnamaning tilem,
sasih kadasa,
sangang bangsit ulung dasa,
tiga yusaning jagat,
rontal gaguritan Cupak puniki,
gumanti padruen ring,
Fakltas Sastra, Udayana,
ring Denpasar,
Tanggal 14 April 1961
Tahun Masehi.
riwayatnya diceritrakan.
ketika dalam gua di gunung,
tidak makan selama lima bulan,
bagaikan ada Tuhan yang tu-
run,
memberi petunjuk jalan pada
saya,
itulah sebabnya saya bisa naik.
Ini kidung Cupak,
disalin pada hari. Jumat,
Kaliwon Watugunung.
Pangelong 14, bulan ke
sepuluh, 1883, Çaka
Lontar Gaguritan Cupak ini,
milik Fakultas Sastra,
Universitas Udayana
Denpasar.
Tanggal. 14 April 1961
Masehi.
60<noinclude></noinclude>
k8tdaas2hu5tidxhznplqtpf9reef0n
113694
113385
2022-07-20T03:54:02Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113385 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>sapolahe katutur,
duking goa maring gunung,
tan paneda limang bulan.
buka ada widi maturun,
matuturin titiang marga,
karenan titiang dados mung-
gah.
174. Puniki kidung Cupak, puput,
tinurun ring rahina,
Çu, Ka, Watugunung,
nuju purnamaning tilem,
sasih kadasa,
sangang bangsit ulung dasa,
tiga yusaning jagat,
rontal gaguritan Cupak puniki,
gumanti padruen ring,
Fakltas Sastra, Udayana,
ring Denpasar,
Tanggal 14 April 1961
Tahun Masehi.
60
riwayatnya diceritrakan.
ketika dalam gua di gunung,
tidak makan selama lima bulan,
bagaikan ada Tuhan yang tu-
run,
memberi petunjuk jalan pada
saya,
itulah sebabnya saya bisa naik.
Ini kidung Cupak,
disalin pada hari. Jumat,
Kaliwon Watugunung.
Pangelong 14, bulan ke
sepuluh, 1883, Çaka
Lontar Gaguritan Cupak ini,
milik Fakultas Sastra,
Universitas Udayana
Denpasar.
Tanggal. 14 April 1961
Masehi.<noinclude></noinclude>
nchjakqay98lccynrjv6mwi0ipz1dvi
113702
113694
2022-07-20T04:11:10Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>sapolahe katutur,<br>
duking goa maring gunung,<br>
tan paneda limang bulan,<br>
buka ada widi maturun,
matuturin titiang marga,
karenan titiang dados mung-<br>
gah.
174. Puniki kidung Cupak, puput,<br>
tinurun ring rahina,<br>
Çu, Ka, Watugunung,<br>
nuju purnamaning tilem,<br>
sasih kadasa,<br>
sangang bangsit ulung dasa,<br>
tiga yusaning jagat,<br>
rontal gaguritan Cupak puniki,<br>
gumanti padruen ring,<br>
Fakltas Sastra, Udayana,<br>
ring Denpasar,<br>
Tanggal 14 April 1961<br>
Tahun Masehi.
60
riwayatnya diceritrakan,<br>
ketika dalam gua di gunung,<br>
tidak makan selama lima bulan,<br>
bagaikan ada Tuhan yang tu-<br>
run,<br>
memberi petunjuk jalan pada<br>
saya,<br>
itulah sebabnya saya bisa naik.
Ini kidung Cupak,<br>
disalin pada hari Jumat,<br>
Kaliwon Watugunung,<br>
Pangelong 14, bulan ke<br>
sepuluh, 1883, Çaka<br>
Lontar Gaguritan Cupak ini,<br>
milik Fakultas Sastra,<br>
Universitas Udayana<br>
Denpasar,<br>
Tanggal, 14 April 1961<br>
Masehi.<noinclude></noinclude>
twcq9vfqem76zk5nc6emi1np0e1g7u9
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/59
250
32261
113272
2022-07-19T12:20:57Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>Raden Galuh me ngunjungi I Gerantang di rumah Pan Bekung.
59<noinclude></noinclude>
rgckc56ypm7gdcyshb7r016768qm70f
113273
113272
2022-07-19T12:21:10Z
IPutu Dirga
869
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>Raden Galuh mengunjungi I Gerantang di rumah Pan Bekung.
59<noinclude></noinclude>
n2pz8w86z2go82kol1gyqxx8rgxcsl3
113386
113273
2022-07-19T14:56:52Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>Raden Galuh mengunjungi I Gerantang di rumah Pan Bekung.
59<noinclude></noinclude>
jw5fxnsdefcnd1cju3a2edvdp0b58ku
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/16
250
32262
113274
2022-07-19T12:23:26Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>29. I Gerantang anembah tur ia
matur.
kumucup jerijine,
buka bakung kembang iki,
anuhun sang sinuhun,
tumuli raris alungguh,
sinareng I Cupak usan,
mawajik makemuh lauh.
raris nyemak sega,
madaar mangke pang melah.
30. I Cupak nyemak nasi malu,
mangendigang tangkah,
mangesoh-esoh be guling,
be siap ebat patung,
ngiwa tengen liman ipun,
mawor bin ajum-ajuman,
mapeta munyine gempuk,
yen ya tepuk i rangsasa,
kene polahe mangelawan
31. I Cupak mangan tan paitung,
kadi sasab meranane,
guling aukud lisik,
tulangliyane dogen enu,
be siape pitung ukud,
enu wadahnyane dogen,
ebat lawar ebat patung,
sami ya pada telah,
I Gerantang jengah ring manah.
32. Wusan nadah sami pada puput,
wusakena reke,
I Gerantang menyembah dan
berkata.
dicakupkan telapak tangannya,
bagaikan bunga bakung,
"Ya tuanku junjungan hamba",
Lalu mereka duduk.
bersama I Cupak ,
setelah selesai mencuci tangan
dan berkumur,
lalu mengambil nasi,
dan makan dengan lahapnya.
I Cupak mengambil nasi lebih
dahulu,
membusungkan dada,
mengoyak-ngoyak babi panggang,
daging ayam dan masakan gabungan,
memakai tangan kanan dan kiri,
ditambah sifatnya sombong,
berkata mulutnya besar,
"Jika bertemu si raksasa,
begini caranya melawan."
I Cupak makan tak terhitung,
bagaikan hama penyakit,
babi panggang seekor ludes,
tinggal tulang-tulangnya,
daging ayam tujuh ekor,
tinggal tempatnya saja,
masakan lawar dan masakan
gabungan,
semuanya habis,
I Gerantang merasa malu di
hati.
Setelah selesai makan semuanya,
dikatakan sekarang,
16<noinclude></noinclude>
3n4ei6owb2v0nsilormtlrm77g4442h
113398
113274
2022-07-19T15:03:28Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>29. I Gerantang anembah tur ia
matur.
kumucup jerijine,
buka bakung kembang iki,
anuhun sang sinuhun,
tumuli raris alungguh,
sinareng I Cupak usan,
mawajik makemuh lauh.
raris nyemak sega,
madaar mangke pang melah.
30. I Cupak nyemak nasi malu,
mangendigang tangkah,
mangesoh-esoh be guling,
be siap ebat patung,
ngiwa tengen liman ipun,
mawor bin ajum-ajuman,
mapeta munyine gempuk,
yen ya tepuk i rangsasa,
kene polahe mangelawan
31. I Cupak mangan tan paitung,
kadi sasab meranane,
guling aukud lisik,
tulangliyane dogen enu,
be siape pitung ukud,
enu wadahnyane dogen,
ebat lawar ebat patung,
sami ya pada telah,
I Gerantang jengah ring manah.
32. Wusan nadah sami pada puput,
wusakena reke,
I Gerantang menyembah dan
berkata.
dicakupkan telapak tangannya,
bagaikan bunga bakung,
"Ya tuanku junjungan hamba",
Lalu mereka duduk.
bersama I Cupak ,
setelah selesai mencuci tangan
dan berkumur,
lalu mengambil nasi,
dan makan dengan lahapnya.
I Cupak mengambil nasi lebih
dahulu,
membusungkan dada,
mengoyak-ngoyak babi panggang,
daging ayam dan masakan gabungan,
memakai tangan kanan dan kiri,
ditambah sifatnya sombong,
berkata mulutnya besar,
"Jika bertemu si raksasa,
begini caranya melawan."
I Cupak makan tak terhitung,
bagaikan hama penyakit,
babi panggang seekor ludes,
tinggal tulang-tulangnya,
daging ayam tujuh ekor,
tinggal tempatnya saja,
masakan lawar dan masakan
gabungan,
semuanya habis,
I Gerantang merasa malu di
hati.
Setelah selesai makan semuanya,
dikatakan sekarang,
16<noinclude></noinclude>
e9qojnu7nsrxxjikg1fppi7r0lbr0dv
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/3
250
32263
113275
2022-07-19T12:23:35Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>PPS/BI/7
Milik Dep. P dan K
Tidak diperdagangkan
GEGURITAN CUPAK
Alih Aksara & Alih Bahasa
oleh
Nengah Medera
dan
Nazir Thoir
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROYEK PENERBITAN BUKU BACAAN DAN SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
JAKARTA 1978<noinclude></noinclude>
ir7lg3072rx3e93qojb1odvn557cgnd
113377
113275
2022-07-19T14:53:31Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>PPS/BI/7
Milik Dep. P dan K
Tidak diperdagangkan
GEGURITAN CUPAK
Alih Aksara & Alih Bahasa
oleh
Nengah Medera
dan
Nazir Thoir
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROYEK PENERBITAN BUKU BACAAN DAN SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
JAKARTA 1978<noinclude></noinclude>
k0jc28qqoui6vbhl30tivl7p960lh41
113698
113377
2022-07-20T04:06:48Z
Siti Noviali
151
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{left|PPS/BI/7}} {{right|Milik Dep. P dan K}}
{{right|Tidak diperdagangkan}}
{{rh||GEGURITAN CUPAK}}
{{rh||Alih Aksara & Alih Bahasa}}
{{rh||oleh}}
{{rh||Nengah Medera}}
{{rh||dan}}
{{rh||Nazir Thoir}
{{rh||DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN}
{{rh||PROYEK PENERBITAN BUKU BACAAN DAN SASTRA}
{{rh||INDONESIA DAN DAERAH}
{{rh||JAKARTA 1978}<noinclude></noinclude>
mps25gzmic2ai72qyicqbthappdjol6
113700
113698
2022-07-20T04:08:24Z
Siti Noviali
151
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{left|PPS/BI/7}} {{right|Milik Dep. P dan K}}
{{right|Tidak diperdagangkan}}
{{rh||GEGURITAN CUPAK}}
{{rh||Alih Aksara & Alih Bahasa}}
{{rh||oleh}}
{{rh||Nengah Medera}}
{{rh||dan}}
{{rh||Nazir Thoir}}
{{rh||DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN}}
{{rh||PROYEK PENERBITAN BUKU BACAAN DAN SASTRA}}
{{rh||INDONESIA DAN DAERAH}}
{{rh||JAKARTA 1978}}<noinclude></noinclude>
ht4lv4pyk3vuo98orwaiejb48mm70yk
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/4
250
32264
113276
2022-07-19T12:24:10Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>Hak pengarang dilindungi Undang-Undang<noinclude></noinclude>
gdo1b0x26455h12hojnyh2tetkhgut8
113376
113276
2022-07-19T14:52:44Z
Pertama yasa
133
/* Kapastika */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>Hak pengarang dilindungi Undang-Undang<noinclude></noinclude>
ciim9xvzog7f1d5a5cczvv3pach0ti4
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/6
250
32265
113277
2022-07-19T12:24:55Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>yang berasal dari Fakultas Sastra, Universitas Udayana, dengan
harapan semoga dapat menjadi pengisi dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyrakat kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa sangat terbatas.
Jakarta, 1978
Proyek Penerbitan
Buku Bacaan dan Sastra
Indonesia dan Daerah<noinclude></noinclude>
c5ytmzzbtiia94j4ldm1503jsh71mzr
113381
113277
2022-07-19T14:54:28Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>yang berasal dari Fakultas Sastra, Universitas Udayana, dengan
harapan semoga dapat menjadi pengisi dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyrakat kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa sangat terbatas.
Jakarta, 1978
Proyek Penerbitan
Buku Bacaan dan Sastra
Indonesia dan Daerah<noinclude></noinclude>
2gqevs302dv5ow8uagkhw4hwe2qwmup
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/37
250
32266
113278
2022-07-19T12:25:54Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>raris majalan nganginang,
kaget prapti
ring pasisin desa daha
99. Kaget anak masangkepan ,
di semane mangaturin ,
babanten lawan daksina,
eteh-eteh sami puput,
len guling bawi siap sampun ,
teragi tulunge
nyai mangaba
100. Baliane sampun maca
nguyeng genta peremangkin
I Gerantang mangkin kocapan
rauh dane uli kauh
basong baliane mangantenang
mangkin wedi
raregek anuli perapta
101. Rencang baliane sami bungkah
mangutang tulur be guling.
malaib saling paliwat
pada mawedi
raregek sampun perapta
102. I Gerantang mangke manyingak
tingkah anak pada wedi
I Gerantang kangen ring awak
dadi kenehnyane kenyung
mangenot anake busan
pada wedi
lalu berjalan arah ke timur,
lalu sampai di pesisir pantai daerah Daha.
Dijumpainya orang berkumpul,
di kuburan sedang melakukan
persem bahan,
sajen-sajen dan daksina ( nama sajen ) ,
dengan semua perlengkapan
dengan babi panggang dan ayam
tolong bantu
kamu membawanya
Dukunnnya sudah mulai membaca
sambil mamutar genta
tersebutlah I Gerantang
dia datang dari barat
Si Dukun melihat
sangat takut
sungguh setan yang datang
Para pelayan dukun semua lari
meninggalkan sajen dan babi guling
lari tunggang langgang
Dukun dan semua luka-luka
larinya saling dahului
semua takut
setan telah tiba
sekarang I Geranyang melihat
orang-rang semua takut
I Geranyang sedih dengan dirinya
tersenyum dalam hatinya
melihat orang-orang tadi
semua takut
37<noinclude></noinclude>
btlbk01oaipbr2l59uxkvjc6seon8no
113301
113278
2022-07-19T13:04:21Z
IPutu Dirga
869
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>raris majalan nganginang,
kaget prapti,
ring pasisin desa daha,
99. Kaget anak masangkepan,
di semane mangaturin ,
babanten lawan daksina,
eteh-eteh sami puput,
len guling bawi siap sampun,
teragi tulunge
nyai mangaba
100. Baliane sampun maca,
nguyeng genta peremangkin,
I Gerantang mangkin kocapan,
rauh dane uli kauh,
basong baliane mangantenang,
mangkin wedi,
raregek anuli perapta,
101. Rencang baliane sami bungkah
mangutang tulur be guling,
malaib saling paliwat,
pada mawedi,
raregek sampun perapta,
102. I Gerantang mangke manyingak,
tingkah anak pada wedi,
I Gerantang kangen ring awak,
dadi kenehnyane kenyung,
mangenot anake busan,
pada wedi,
lalu berjalan arah ke timur,
lalu sampai di pesisir pantai daerah Daha.
Dijumpainya orang berkumpul,
di kuburan sedang melakukan
persembahan,
sajen-sajen dan daksina (nama sajen) ,
dengan semua perlengkapan,
dengan babi panggang dan ayam,
tolonglah bantu,
kamu membawanya.
Dukunnnya sudah mulai membaca,
sambil mamutar genta,
tersebutlah I Gerantang,
dia datang dari barat
Si Dukun melihat,
sangat takut,
sungguh setan yang datang ,
Para pelayan dukun semua lari,
meninggalkan sajen dan babi guling,
lari tunggang langgang,
Dukun dan semua luka-luka,
larinya saling dahului,
semua takut,
setan telah tiba,
sekarang I Geranyang melihat,
orang-orang semua takut,
I Gerantang sedih dengan diri-
nya,
tersenyum dalam hatinya,
melihat orang-orang tadi,
semua takut,
37<noinclude></noinclude>
k43f8svn0s1xbmjgrpcq93pvdjnts4i
113669
113301
2022-07-20T02:01:50Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113301 antuk [[Special:Contributions/IPutu Dirga|IPutu Dirga]] ([[User talk:IPutu Dirga|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>raris majalan nganginang,
kaget prapti
ring pasisin desa daha
99. Kaget anak masangkepan ,
di semane mangaturin ,
babanten lawan daksina,
eteh-eteh sami puput,
len guling bawi siap sampun ,
teragi tulunge
nyai mangaba
100. Baliane sampun maca
nguyeng genta peremangkin
I Gerantang mangkin kocapan
rauh dane uli kauh
basong baliane mangantenang
mangkin wedi
raregek anuli perapta
101. Rencang baliane sami bungkah
mangutang tulur be guling.
malaib saling paliwat
pada mawedi
raregek sampun perapta
102. I Gerantang mangke manyingak
tingkah anak pada wedi
I Gerantang kangen ring awak
dadi kenehnyane kenyung
mangenot anake busan
pada wedi
lalu berjalan arah ke timur,
lalu sampai di pesisir pantai daerah Daha.
Dijumpainya orang berkumpul,
di kuburan sedang melakukan
persem bahan,
sajen-sajen dan daksina ( nama sajen ) ,
dengan semua perlengkapan
dengan babi panggang dan ayam
tolong bantu
kamu membawanya
Dukunnnya sudah mulai membaca
sambil mamutar genta
tersebutlah I Gerantang
dia datang dari barat
Si Dukun melihat
sangat takut
sungguh setan yang datang
Para pelayan dukun semua lari
meninggalkan sajen dan babi guling
lari tunggang langgang
Dukun dan semua luka-luka
larinya saling dahului
semua takut
setan telah tiba
sekarang I Geranyang melihat
orang-rang semua takut
I Geranyang sedih dengan dirinya
tersenyum dalam hatinya
melihat orang-orang tadi
semua takut
37<noinclude></noinclude>
d557gzyad8jaqvp7eghdiuph3f60pns
113677
113669
2022-07-20T03:12:35Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>raris majalan nganginang,<br>
kaget perapti,<br>
ring pasisin desa Daha.
99. Kaget anak masangkepan ,<br>
di semane mangaturin,<br>
babanten lawan daksina,<br>
eteh-eteh sami puput,<br>
len guling bawi siap sampun,,<br>
teragi tulunge,<br>
nyai mangaba.
100. Baliane sampun maca,<br>
nguyeng genta peremangkin,<br>
I Gerantang mangkin kocapan,<br>
rauh dane uli kauh,<br>
basong baliane mangantenang,<br>
mangkin wedi,<br>
raregek anuli perapta.<br>
101. Rencang baliane sami bungkah,<br>
mangutang tulur be guling,<br>
malaib saling paliwat,<br>
pada mawedi,<br>
raregek sampun perapta.
102. I Gerantang mangke manyingak,<br>
tingkah anak pada wedi,<br>
I Gerantang kangen ring awak,<br>
dadi kenehnyane kenyung,<br>
mangenot anake busan,<br>
pada wedi,<br>
lalu berjalan arah ke timur,<br>
lalu sampai,
di pesisir pantai daerah Daha.
Dijumpainya orang berkumpul,<br>
di kuburan sedang melakukan<br>
persembahan,<br>
sajen-sajen dan daksina (nama sajen),<br>
dengan semua perlengkapan,<br>
dengan babi panggang dan ayam,<br>
tolong bantu,<br>
kamu membawanya.
Dukunnnya sudah mulai membaca,<br>
sambil mamutar genta,<br>
tersebutlah I Gerantang,<br>
dia datang dari barat,<br>
Si Dukun melihat,<br>
sangat takut,<br>
sungguh setan yang datang.
Para pelayan dukun semua lari,<br>
meninggalkan sajen dan babi guling,<br>
lari tunggang langgang.<br>
Dukun dan semua luka-luka,<br>
larinya saling dahului,<br>
semua takut,<br>
setan telah tiba.
sekarang I Gerantang melihat,<br>
orang-rang semua takut,<br>
I Gerantang sedih dengan dirinya,<br>
tersenyum dalam hatinya,<br>
melihat orang-orang tadi,<br>
semua takut,
37<noinclude></noinclude>
pj5p45fpwqsm2dcyhx7jvlmtcywlg6a
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/21
250
32267
113279
2022-07-19T12:27:52Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>kerise den anggar,
tuara kai mangereredin.
kai tong ada surud,
I Manaru mangke muwus.
endi peranan ira mangke,
I Gerantang alon amuwus,
yan jani baan awarah,
dudu kai awarahan.
46. I Manaru mangke amuwus,
kai awarahan,
peranan kaine puniki,
maring sasalangan iku,
I Gerantang mangke amuwus,
kai jani awarahan,
peranan kai tunggak gunung,
I Manaru anyarap,
anyaup nora kena.
47. I Manaru nyeeb sada nguntul,
I Gerantang tindake.
luir kakupu mangindangin,
ngindang kadi ring gayung,
murub katon rupan ipun,
I Manaru angucap,
sakti temen ira iku,
baya anak ing batara,
I Manaru mangerasa.
48. I Gerantang mangke raris manyuduk.
kaperanan mangke,
tatune I Manaru nulia mati.
rudirania sumembur.
raris bah kaja kauh.
kerisnya diangkat,
"Aku tidak mundur,
sedikit pun aku tidak takut",
I Manaru sekarang berkata,
"Di mana tempat rahasia kematianmu?"
I Gerantang berkata pelan,
"Jika sekarang aku beritahukan,
ah, tidak mau aku mengatakan ".
I Manaru sekarang berkata,
"Aku yang memberitahukan,
rahasia kematianku ini,
di bawah ketiakku",
I Gerantang lagi berkata,
"Aku juga memberitahukan,
rahasia kematianku di kaki gunung,
I Manaru menerkam.
menangkap tapi tidak berhasil.
I Manaru melihat agak merunduk.
gerakan I Gerantang,
bagaikan kupu-kupu terbang,
berterbangan seperti di atas
bunga,
menyala kelihatan badannya,
I Manaru berkata,
"Sangat sakti kamu ini,
tentu putra dewa".
I Manaru merasa dalam hati.
I Gerantang lalu menusuk.
ke tempat yang mematikan.
terluka I Manaru lalu mati.
darahnya menyembur.
lalu rebah mengarah barat laut,
{{right|21}}<noinclude></noinclude>
t7ocbadzthb14cgia0upu6313nrhhko
113410
113279
2022-07-19T15:10:25Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>kerise den anggar,
tuara kai mangereredin.
kai tong ada surud,
I Manaru mangke muwus.
endi peranan ira mangke,
I Gerantang alon amuwus,
yan jani baan awarah,
dudu kai awarahan.
46. I Manaru mangke amuwus,
kai awarahan,
peranan kaine puniki,
maring sasalangan iku,
I Gerantang mangke amuwus,
kai jani awarahan,
peranan kai tunggak gunung,
I Manaru anyarap,
anyaup nora kena.
47. I Manaru nyeeb sada nguntul,
I Gerantang tindake.
luir kakupu mangindangin,
ngindang kadi ring gayung,
murub katon rupan ipun,
I Manaru angucap,
sakti temen ira iku,
baya anak ing batara,
I Manaru mangerasa.
48. I Gerantang mangke raris manyuduk.
kaperanan mangke,
tatune I Manaru nulia mati.
rudirania sumembur.
raris bah kaja kauh.
kerisnya diangkat,
"Aku tidak mundur,
sedikit pun aku tidak takut",
I Manaru sekarang berkata,
"Di mana tempat rahasia kematianmu?"
I Gerantang berkata pelan,
"Jika sekarang aku beritahukan,
ah, tidak mau aku mengatakan ".
I Manaru sekarang berkata,
"Aku yang memberitahukan,
rahasia kematianku ini,
di bawah ketiakku",
I Gerantang lagi berkata,
"Aku juga memberitahukan,
rahasia kematianku di kaki gunung,
I Manaru menerkam.
menangkap tapi tidak berhasil.
I Manaru melihat agak merunduk.
gerakan I Gerantang,
bagaikan kupu-kupu terbang,
berterbangan seperti di atas
bunga,
menyala kelihatan badannya,
I Manaru berkata,
"Sangat sakti kamu ini,
tentu putra dewa".
I Manaru merasa dalam hati.
I Gerantang lalu menusuk.
ke tempat yang mematikan.
terluka I Manaru lalu mati.
darahnya menyembur.
lalu rebah mengarah barat laut,
{{right|21}}<noinclude></noinclude>
4ux2vgog2aefc1h031fyqvipo8hz80y
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/10
250
32268
113280
2022-07-19T12:30:57Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>I Cupak nuli katepuk,
sadulur raris majalan,
sampun usan ngaliwat
10. Nemu tegal munggah maring
gunung,
adi anti kaka,
peteng tuara enot beli,
tan kocap munggah gunung,
manjing alas turun gunung,
kasuen jani kocapan,
maring wana tan pasangu,
I Cupak lengkos basangnia,
tindakane matelenosan.
1 1. Maring alas tigang wengi sam-
pun,
jani manggih desa,
panagara Daha iki,
perapta ring marga agung,
I Gerantang alon lumaku,
sadulur ring I Cupak,
nulia manggih pasar agung,
ngadep sangu sasanganan.
12. I Gerantang mararian ring wa-
rung,
sinarengan I Cupak,
I Gerantang madaar sirih,
matakon munyine alus,
desa paran ne pakulun,
sumaur dane jero dagang,
desa Daha aran ipun,
karaning samun punapa,
de jero dagang masauran.
10
Cupak lalu ditemui,
berjalan beriring,
telah sampai melewati desa.
Menemui tegalan dan naik ke
gunung,
"Adik tunggu kakak,
gelap tidak terlihat oleh ka-
kak",
tidak diceritrakan mendaki gu-
nung,
masuk hutan turun gunung,
diceritrakan telah lama,
dalam hutan tidak makan,
I Cupak kempes perutnya,
jalannya sempoyongan.
Telah tiga malam dalam hutan,
sekarang bertemu dengan desa,
ini kerajaan Daha.
sampai pada jalan besar,
I Gerantang berjalan pelan-pe-
lan,
diikuti oleh I Cupak.
lalu bertemu dengan pasar yang
besar,
tetapi ada dagang hanya tiga
orang,
menjual nasi dan jajan.
I Gerantang berhenti di wa-
rung,
bersama I Cupak,
I Gerantang makan sirih,
bertanya suaranya halus.
"Desa apa namanya ini tuan?".
menjawab si pedagang.
"Desa Daha namanya",
"Apa sebabnya sepi?"
si pedagang menjawab.<noinclude></noinclude>
m2mlrets55k0yjloe8dx9yv3p5049ve
113388
113280
2022-07-19T14:58:40Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>I Cupak nuli katepuk,
sadulur raris majalan,
sampun usan ngaliwat
10. Nemu tegal munggah maring
gunung,
adi anti kaka,
peteng tuara enot beli,
tan kocap munggah gunung,
manjing alas turun gunung,
kasuen jani kocapan,
maring wana tan pasangu,
I Cupak lengkos basangnia,
tindakane matelenosan.
1 1. Maring alas tigang wengi sam-
pun,
jani manggih desa,
panagara Daha iki,
perapta ring marga agung,
I Gerantang alon lumaku,
sadulur ring I Cupak,
nulia manggih pasar agung,
ngadep sangu sasanganan.
12. I Gerantang mararian ring wa-
rung,
sinarengan I Cupak,
I Gerantang madaar sirih,
matakon munyine alus,
desa paran ne pakulun,
sumaur dane jero dagang,
desa Daha aran ipun,
karaning samun punapa,
de jero dagang masauran.
10
Cupak lalu ditemui,
berjalan beriring,
telah sampai melewati desa.
Menemui tegalan dan naik ke
gunung,
"Adik tunggu kakak,
gelap tidak terlihat oleh ka-
kak",
tidak diceritrakan mendaki gu-
nung,
masuk hutan turun gunung,
diceritrakan telah lama,
dalam hutan tidak makan,
I Cupak kempes perutnya,
jalannya sempoyongan.
Telah tiga malam dalam hutan,
sekarang bertemu dengan desa,
ini kerajaan Daha.
sampai pada jalan besar,
I Gerantang berjalan pelan-pe-
lan,
diikuti oleh I Cupak.
lalu bertemu dengan pasar yang
besar,
tetapi ada dagang hanya tiga
orang,
menjual nasi dan jajan.
I Gerantang berhenti di wa-
rung,
bersama I Cupak,
I Gerantang makan sirih,
bertanya suaranya halus.
"Desa apa namanya ini tuan?".
menjawab si pedagang.
"Desa Daha namanya",
"Apa sebabnya sepi?"
si pedagang menjawab.<noinclude></noinclude>
ipc787owgous715dze3n532kgl6mruq
113704
113388
2022-07-20T04:14:01Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113388 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>I Cupak nuli katepuk,
sadulur raris majalan,
sampun usan ngaliwat
10. Nemu tegal munggah maring
gunung,
adi anti kaka,
peteng tuara enot beli,
tan kocap munggah gunung,
manjing alas turun gunung,
kasuen jani kocapan,
maring wana tan pasangu,
I Cupak lengkos basangnia,
tindakane matelenosan.
1 1. Maring alas tigang wengi sam-
pun,
jani manggih desa,
panagara Daha iki,
perapta ring marga agung,
I Gerantang alon lumaku,
sadulur ring I Cupak,
nulia manggih pasar agung,
ngadep sangu sasanganan.
12. I Gerantang mararian ring wa-
rung,
sinarengan I Cupak,
I Gerantang madaar sirih,
matakon munyine alus,
desa paran ne pakulun,
sumaur dane jero dagang,
desa Daha aran ipun,
karaning samun punapa,
de jero dagang masauran.
10
Cupak lalu ditemui,
berjalan beriring,
telah sampai melewati desa.
Menemui tegalan dan naik ke
gunung,
"Adik tunggu kakak,
gelap tidak terlihat oleh ka-
kak",
tidak diceritrakan mendaki gu-
nung,
masuk hutan turun gunung,
diceritrakan telah lama,
dalam hutan tidak makan,
I Cupak kempes perutnya,
jalannya sempoyongan.
Telah tiga malam dalam hutan,
sekarang bertemu dengan desa,
ini kerajaan Daha.
sampai pada jalan besar,
I Gerantang berjalan pelan-pe-
lan,
diikuti oleh I Cupak.
lalu bertemu dengan pasar yang
besar,
tetapi ada dagang hanya tiga
orang,
menjual nasi dan jajan.
I Gerantang berhenti di wa-
rung,
bersama I Cupak,
I Gerantang makan sirih,
bertanya suaranya halus.
"Desa apa namanya ini tuan?".
menjawab si pedagang.
"Desa Daha namanya",
"Apa sebabnya sepi?"
si pedagang menjawab.<noinclude></noinclude>
2vwtd4c4rpwdiemhreb2oda9ss6wot4
113735
113704
2022-07-20T09:30:23Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>I Cupak nuli katepuk,<br>
sadulur raris majalan,<br>
sampun usan ngaliwat desa,
10. Nemu tegal munggah maring<br>
gunung,<br>
adi anti kaka,<br>
peteng tuara enot beli,<br>
tan kocap munggah gunung,<br>
manjing alas turun gunung,<br>
kasuen jani kocapan,<br>
maring wana tan pasangu,<br>
I Cupak lengkos basangnia,<br>
tindakane matelenosan. <br>
11. Maring alas tigang wengi sam-<br>
pun.<br>
jani manggih desa,<br>
panagara Daha iki,<br>
perapta ring marga agung,<br>
I Gerantang alon lumaku.<br>
sadulur ring I Cupak,<br>
nulia manggih pasar agung,<br>
wenten dagang tuah tatiga,
ngadep sangu sasanganan.<br>
12. I Geran tang mararian ring wa-<br>
rung,<br>
sinarengan I Cupak,<br>
I Gerantang madaar sirih,<br>
matakon munyine alus,<br>
desa paran ne pakulun,<br>
sumaur dane jero dagang,<br>
desa Daha aran ipun.<br>
karaning samun punapa.<br>
de jero dagang masauran.
I Cupak lalu ditemui,<br>
berjalan beriring,<br>
telah sampai melewati desa.<br>
Menemui tegalan dan naik ke<br>
gunung,<br>
"Adik tunggu kakak,<br>
gelap tidak terlihat oleh ka-<br>
kak",<br>
tidak diceritrakan mendaki gu-<br>
nung,<br>
masuk hutan turun gunung,<br>
diceritrakan telah lama,<br>
dalam hutan tidak makan,<br>
I Cupak kempes perutnya,<br>
jalannya sempoyongan.<br>
Telah tiga malam dalam hutan,<br>
sekarang bertemu dengan desa,<br>
ini kerajaan Daha,<br>
sampai pada jalan besar,<br>
I Gerantang berjalan pelan-pe-<br>
lan,<br>
diikuti oleh I Cupak.<br>
lalu bertemu dengan pasar yang<br>
besar,<br>
tetapi ada dagang hanya tiga<br>
orang,<br>
menjual nasi dan jajan.<br>
I Gerantang berhenti di wa-<br>
rung,<br>
bersama I Cupak,<br>
I Gerantang makan sirih,<br>
bertanya suaranya halus,<br>
"Desa apa namanya ini tuan?".<br>
menjawab si pedagang<br>.
"Desa Daha namanya"<br>
"Apa sebabnya sepi?"<br>
si pedagang menjawab.
10<noinclude></noinclude>
hilhyjs1r17v2zdqvi5dv6zwnwe4jz0
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/11
250
32269
113283
2022-07-19T12:34:03Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>13. Karaning desan titiange samun,
kailangan jiwa,
prasama nandang sedih,
putran ida sang prabu,
kambil olih I Manaru,
magenah di Tegal Werasa,
kawulaning sang prabu,
ajerih mangaliwat bancingah,
katah kawula katadah,
14. I Cupak angerak gangsul amuwus,
lah sato burone,
kembul dasa tuara piid,
jani ne madan adu,
apnga nawang matebuk,
apang tuah nya saling punggal,
nyeret getih I Manaru,
dagange laut ngaturang,
mamarek ida sang nata.
15. Titiang matur ri linggih sang
prabu,
wenten kang datengan,
sumanggup pacang mangambil,
putran cokor iratu,
saujar danene iku,
sang nata alon ngandika,
Kembar kema jani ruruh,
konkon jani merene,
ipun Kembar nulia ka pasar.
16. I Gerantang I Cupak samia
lungguh,
di pasare reke,
pun Kembar nulia nampekin,
"Adapun sebabnya desa saya
sepi,
seolah-olah tak berjiwa,
semua menanggung kesedihan,
putri beliau sang raja,
diambil oleh I Manaru,
bertempat tinggal di Tegal Werasa,
rakyat sang prabu,
tidak ada yang berani keluar
halaman,
banyak rakyat dimakannya."
I Cupak berteriak berkata janggal,
"Wah hanya binatang,
biar direbut sepuluh tidak
mundur,
sekarang coba saya diadu,
biar tahu saling pukul,
biar saling penggal,
mengisap darahnya Si Manaru."
si pedagang lalu menyampai
kan,
kepada sang raja.
''Maafkan hamba menyampaikan pada tuanku raja,
ada orang datang,
sanggup akan mengambil,
putra paduka tuanku'',
"Seperti perkataanmu itu".
Sang raja berkata pelan,
"Kembar, carilah orang itu,
suruh dia datang ke mari".
Si Kembar lalu pergi ke pasar.
I Gerantang dan I Cupak sedang duduk,
di pasar.
Si Kembar lalu mendekati,
{{right|11}}<noinclude></noinclude>
jpwyfwldi16a4teqex2raxh6fz0s8n0
113389
113283
2022-07-19T14:59:33Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>13. Karaning desan titiange samun,
kailangan jiwa,
prasama nandang sedih,
putran ida sang prabu,
kambil olih I Manaru,
magenah di Tegal Werasa,
kawulaning sang prabu,
ajerih mangaliwat bancingah,
katah kawula katadah,
14. I Cupak angerak gangsul amuwus,
lah sato burone,
kembul dasa tuara piid,
jani ne madan adu,
apnga nawang matebuk,
apang tuah nya saling punggal,
nyeret getih I Manaru,
dagange laut ngaturang,
mamarek ida sang nata.
15. Titiang matur ri linggih sang
prabu,
wenten kang datengan,
sumanggup pacang mangambil,
putran cokor iratu,
saujar danene iku,
sang nata alon ngandika,
Kembar kema jani ruruh,
konkon jani merene,
ipun Kembar nulia ka pasar.
16. I Gerantang I Cupak samia
lungguh,
di pasare reke,
pun Kembar nulia nampekin,
"Adapun sebabnya desa saya
sepi,
seolah-olah tak berjiwa,
semua menanggung kesedihan,
putri beliau sang raja,
diambil oleh I Manaru,
bertempat tinggal di Tegal Werasa,
rakyat sang prabu,
tidak ada yang berani keluar
halaman,
banyak rakyat dimakannya."
I Cupak berteriak berkata janggal,
"Wah hanya binatang,
biar direbut sepuluh tidak
mundur,
sekarang coba saya diadu,
biar tahu saling pukul,
biar saling penggal,
mengisap darahnya Si Manaru."
si pedagang lalu menyampai
kan,
kepada sang raja.
''Maafkan hamba menyampaikan pada tuanku raja,
ada orang datang,
sanggup akan mengambil,
putra paduka tuanku'',
"Seperti perkataanmu itu".
Sang raja berkata pelan,
"Kembar, carilah orang itu,
suruh dia datang ke mari".
Si Kembar lalu pergi ke pasar.
I Gerantang dan I Cupak sedang duduk,
di pasar.
Si Kembar lalu mendekati,
{{right|11}}<noinclude></noinclude>
pdzv5ppng9r3hk2qicj5m6a6hmc71y0
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/57
250
32270
113286
2022-07-19T12:37:19Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>167. Enggal meme teka ngadep san-
tum,
Men Bekung angucap.
pesu munyinnyane aris,
aduh mas mirah ingsun Gusti,
mangicen titiang bungkung.
bungkungang meme ke pura,
kapanggih Rahaden Galuh,
bungkunge ida manyingak,
bungkunge malih kacingak.
168. Raden Galuh semu guyu,
laut selang ida,
Rahaden Galuh manangis,
meme jejeh tuah takut,
pakatugtug meme lesu
laut Rahaden ngandika,
dadi bibi Bekung takut,
nira kangen teken awak,
dewasa nirane enggal.
169. Ento dadi meme ngelah ke-
nyung.
pangonyangan liang,
keneh memene prajani,
I Gerantang semu kenyung,
kaget Raden Galuh rauh,
kacingak raris I Gerantang
anulih raris anaup.
anangis duh mirah ninguang,
dini saja Gustin titiang.
170. Gede utang jani titiang naur.
Men Bekung kocapan,
jejeh ngenot buka mati,
"Cepat ibu datang dari men-
jual bunga".
Men Bekung berkata,
perkataannya halus,
"Aduh permata hatiku Gusti,
yang memberikan ibu cincin,
dan ibu pakai ke istana,
dilihat oleh Raden Galuh,
bunganya diperhatikan,
lalu cincinnya diperhatikan.
Raden Galuh tersenyum,
lalu dipinjamnya,
Raden Galuh menangis,
sungguh ibu sangat takut,
gemetar badan ibu seperti ke-
payahan,
kemudian Raden Galuh berka-
ta,
"Kenapa bibi Bekung takut,
saya sedih pada diri sendiri,
waktunya telah sampai.
Itu yang menyebabkan ibu
gembira,
bagaikan puncak segala kegem-
biraan,
pikiran ibu saat itu",
IGerantang tersenyum,
tidak disangka-sangka Raden
Galuh datang,
dilihatnya I Gerantang,
lalu segera mendekap,
sambil menangis "Duh, perma-
taku,
benar di sini junjunganku.
Sungguh besar utangku seka-
rang kubayar."
Diceritrakan Men Bekung,
sangat takut melihat,
57<noinclude></noinclude>
nubnun7ug7wx48olnozw48box94w4fl
113415
113286
2022-07-19T15:12:39Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>167. Enggal meme teka ngadep san-
tum,
Men Bekung angucap.
pesu munyinnyane aris,
aduh mas mirah ingsun Gusti,
mangicen titiang bungkung.
bungkungang meme ke pura,
kapanggih Rahaden Galuh,
bungkunge ida manyingak,
bungkunge malih kacingak.
168. Raden Galuh semu guyu,
laut selang ida,
Rahaden Galuh manangis,
meme jejeh tuah takut,
pakatugtug meme lesu
laut Rahaden ngandika,
dadi bibi Bekung takut,
nira kangen teken awak,
dewasa nirane enggal.
169. Ento dadi meme ngelah ke-
nyung.
pangonyangan liang,
keneh memene prajani,
I Gerantang semu kenyung,
kaget Raden Galuh rauh,
kacingak raris I Gerantang
anulih raris anaup.
anangis duh mirah ninguang,
dini saja Gustin titiang.
170. Gede utang jani titiang naur.
Men Bekung kocapan,
jejeh ngenot buka mati,
"Cepat ibu datang dari men-
jual bunga".
Men Bekung berkata,
perkataannya halus,
"Aduh permata hatiku Gusti,
yang memberikan ibu cincin,
dan ibu pakai ke istana,
dilihat oleh Raden Galuh,
bunganya diperhatikan,
lalu cincinnya diperhatikan.
Raden Galuh tersenyum,
lalu dipinjamnya,
Raden Galuh menangis,
sungguh ibu sangat takut,
gemetar badan ibu seperti ke-
payahan,
kemudian Raden Galuh berka-
ta,
"Kenapa bibi Bekung takut,
saya sedih pada diri sendiri,
waktunya telah sampai.
Itu yang menyebabkan ibu
gembira,
bagaikan puncak segala kegem-
biraan,
pikiran ibu saat itu",
IGerantang tersenyum,
tidak disangka-sangka Raden
Galuh datang,
dilihatnya I Gerantang,
lalu segera mendekap,
sambil menangis "Duh, perma-
taku,
benar di sini junjunganku.
Sungguh besar utangku seka-
rang kubayar."
Diceritrakan Men Bekung,
sangat takut melihat,
57<noinclude></noinclude>
owk1ukqfuh5lu06eaqlfgp1nas192of
113692
113415
2022-07-20T03:50:07Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113415 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>167. Enggal meme teka ngadep san-
tum,
Men Bekung angucap.
pesu munyinnyane aris,
aduh mas mirah ingsun Gusti,
mangicen titiang bungkung.
bungkungang meme ke pura,
kapanggih Rahaden Galuh,
bungkunge ida manyingak,
bungkunge malih kacingak.
168. Raden Galuh semu guyu,
laut selang ida,
Rahaden Galuh manangis,
meme jejeh tuah takut,
pakatugtug meme lesu
laut Rahaden ngandika,
dadi bibi Bekung takut,
nira kangen teken awak,
dewasa nirane enggal.
169. Ento dadi meme ngelah ke-
nyung.
pangonyangan liang,
keneh memene prajani,
I Gerantang semu kenyung,
kaget Raden Galuh rauh,
kacingak raris I Gerantang
anulih raris anaup.
anangis duh mirah ninguang,
dini saja Gustin titiang.
170. Gede utang jani titiang naur.
Men Bekung kocapan,
jejeh ngenot buka mati,
"Cepat ibu datang dari men-
jual bunga".
Men Bekung berkata,
perkataannya halus,
"Aduh permata hatiku Gusti,
yang memberikan ibu cincin,
dan ibu pakai ke istana,
dilihat oleh Raden Galuh,
bunganya diperhatikan,
lalu cincinnya diperhatikan.
Raden Galuh tersenyum,
lalu dipinjamnya,
Raden Galuh menangis,
sungguh ibu sangat takut,
gemetar badan ibu seperti ke-
payahan,
kemudian Raden Galuh berka-
ta,
"Kenapa bibi Bekung takut,
saya sedih pada diri sendiri,
waktunya telah sampai.
Itu yang menyebabkan ibu
gembira,
bagaikan puncak segala kegem-
biraan,
pikiran ibu saat itu",
IGerantang tersenyum,
tidak disangka-sangka Raden
Galuh datang,
dilihatnya I Gerantang,
lalu segera mendekap,
sambil menangis "Duh, perma-
taku,
benar di sini junjunganku.
Sungguh besar utangku seka-
rang kubayar."
Diceritrakan Men Bekung,
sangat takut melihat,
57<noinclude></noinclude>
3beicjs2ya21okjx3z7wylv6xunp5ir
113699
113692
2022-07-20T04:07:44Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>167. Enggal meme teka ngadep san-<br>
tum,<br>
Men Bekung angucap,<br>
pesu munyinnyane aris,<br>
aduh mas mirah ingsun Gusti,<br>
mangicen titiang bungkung,<br>
bungkungang meme ke pura,<br>
kapanggih Rahaden Galuh,<br>
bungkunge ida manyingak,<br>
bungkunge malih kacingak.
168. Raden Galuh semu guyu,<br>
laut selang ida,<br>
Rahaden Galuh manangis,<br>
meme jejeh tuah takut,<br>
pakatugtug meme lesu
laut Rahaden ngandika,
dadi bibi Bekung takut,<br>
nira kangen teken awak,<br>
dewasa nirane enggal.
169. Ento dadi meme ngelah ke-<br>
nyung,<br>
pangonyangan liang,
keneh memene prajani,<br>
I Gerantang semu kenyung,<br>
kaget Raden Galuh rauh,
kacingak raris I Gerantang<br>
anulih raris anaup,<br>
anangis duh mirah ninguang,
dini saja Gustin titiang.<br>
170. Gede utang jani titiang naur,
Men Bekung kocapan,<br>
jejeh ngenot buka mati,
"Cepat ibu datang dari men-<br>
jual bunga",<br>
Men Bekung berkata,<br>
perkataannya halus,<br>
"Aduh permata hatiku Gusti,<br>
yang memberikan ibu cincin,<br>
dan ibu pakai ke istana,<br>
dilihat oleh Raden Galuh,<br>
bunganya diperhatikan,<br>
lalu cincinnya diperhatikan,<br>
Raden Galuh tersenyum,<br>
lalu dipinjamnya,<br>
Raden Galuh menangis,<br>
sungguh ibu sangat takut,<br>
gemetar badan ibu seperti ke-<br>
payahan,<br>
kemudian Raden Galuh berka-<br>
ta,<br>
"Kenapa bibi Bekung takut,<br>
saya sedih pada diri sendiri,<br>
waktunya telah sampai.<br>
Itu yang menyebabkan ibu<br>
gembira,<br>
bagaikan puncak segala kegem-<br>
biraan,<br>
pikiran ibu saat itu",<br>
I Gerantang tersenyum,<br>
tidak disangka-sangka Raden<br>
Galuh datang,<br>
dilihatnya I Gerantang,<br>
lalu segera mendekap,<br>
sambil menangis "Duh, perma-<br>
taku,<br>
benar di sini junjunganku.<br>
Sungguh besar utangku seka-<br>
rang kubayar."<br>
Diceritrakan Men Bekung,<br>
sangat takut melihat,
57<noinclude></noinclude>
lmjp906kvk3m3jmty7dhaa4u9uxapuw
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/38
250
32271
113289
2022-07-19T12:41:06Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>I Gerantang mangeraris kema.
103. Raris ia manyemak sedah,
I Gerantang raris mamargi.
tan kocapan jani di jalan,
perapta maring pasar agung,
I Gerantang nulia atanya,
singgih Gusti ,
titiang nakonang I Cupak
104 . Parekan raris ngaturang,
inggih dlane sarnpun mamukti,
paran dlane Mantri Anorn,
I Gerantang mangke amuwus ,
titiang naweg nunas ica,
ring I Gusti,
aturan titiang I Gerantang
105 . Parekan raris ngaturang,
maring Gustin ipun mangkin ,
dewa ratu gustin titiang,
wenten datengannya wu rauh,
manyarnbat cokor idewa,
raga keris,
mapungkusan I Gerantang.
106. Mantri Anom mangandika,
eda iba nunden sedih ,
nyaman kai suba ilang
eda iba jani ngerungu,
to mamedin i rangsasa
kema paid,
aba ka tukade kutang.
107 . Parekane raris mangarang,
manyeet ban talin sampi,
mamaid masuriak reko,
akeh anak pada nulu,
I Gerantang lalu ke sana
Lalu dia mengambil sirih ,
I Gerantang lalu berjalan,
tidak diceritrakan di jalan,
akhirnya sarnpai di pasar ramai,
I Gerantang lalu bertanya,
"Ya tuan,
saya menanyakan I Cupak".
Pelayan mengatakan,
" Beliau sudah dinobatkan,
bernama Mantri Anom. "
I Gerantang berkata,
"Saya mohon kerelaan,
terhadap tuan,
katakan saya I Gerantang".
Pelayan menyampaikan,
kepada raj anya,
"Paduka tuanku,
ada pendatang baru datang,
menyebut-nyebut nama paduka,
badannya kurus,
bernama I Gerantang".
Mantri Anomn berkata,
"Jangan karnu menyuruh aku
bersedih ,
saudaraku sudah hilang,
jangan kamu perhatikan,
barangkali itu roh si raksasa,
ayo ke sana seret,
buang di kali".
Para pelayan lalu
mengeru muni,
mengikat dengan tali sapi,
menyeret sambil bersorak-sorak,
banyak orang yang melihat,
38<noinclude></noinclude>
eo54hhfuiswopsvo644cpefyit3cv3g
113395
113289
2022-07-19T15:02:01Z
Tudpartha
144
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>I Gerantang mangeraris kema.
103. Raris ia manyemak sedah,
I Gerantang raris mamargi.
tan kocapan jani di jalan,
perapta maring pasar agung,
I Gerantang nulia atanya,
singgih Gusti,
titiang nakonang I Cupak
104 . Parekan raris ngaturang,
inggih dlane sarnpun mamukti,
paran dlane Mantri Anorn,
I Gerantang mangke amuwus ,
titiang naweg nunas ica,
ring I Gusti,
aturan titiang I Gerantang
105 . Parekan raris ngaturang,
maring Gustin ipun mangkin ,
dewa ratu gustin titiang,
wenten datengannya wu rauh,
manyarnbat cokor idewa,
raga keris,
mapungkusan I Gerantang.
106. Mantri Anom mangandika,
eda iba nunden sedih ,
nyaman kai suba ilang
eda iba jani ngerungu,
to mamedin i rangsasa
kema paid,
aba ka tukade kutang.
107 . Parekane raris mangarang,
manyeet ban talin sampi,
mamaid masuriak reko,
akeh anak pada nulu,
I Gerantang lalu ke sana
Lalu dia mengambil sirih ,
I Gerantang lalu berjalan,
tidak diceritrakan di jalan,
akhirnya sarnpai di pasar ramai,
I Gerantang lalu bertanya,
"Ya tuan,
saya menanyakan I Cupak".
Pelayan mengatakan,
" Beliau sudah dinobatkan,
bernama Mantri Anom. "
I Gerantang berkata,
"Saya mohon kerelaan,
terhadap tuan,
katakan saya I Gerantang".
Pelayan menyampaikan,
kepada raj anya,
"Paduka tuanku,
ada pendatang baru datang,
menyebut-nyebut nama paduka,
badannya kurus,
bernama I Gerantang".
Mantri Anomn berkata,
"Jangan karnu menyuruh aku
bersedih ,
saudaraku sudah hilang,
jangan kamu perhatikan,
barangkali itu roh si raksasa,
ayo ke sana seret,
buang di kali".
Para pelayan lalu
mengeru muni,
mengikat dengan tali sapi,
menyeret sambil bersorak-sorak,
banyak orang yang melihat,
38<noinclude></noinclude>
lzx07w8qb60viadqkcxfb2qjrrgzctz
113670
113395
2022-07-20T02:08:56Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113395 antuk [[Special:Contributions/Tudpartha|Tudpartha]] ([[User talk:Tudpartha|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>I Gerantang mangeraris kema.
103. Raris ia manyemak sedah,
I Gerantang raris mamargi.
tan kocapan jani di jalan,
perapta maring pasar agung,
I Gerantang nulia atanya,
singgih Gusti ,
titiang nakonang I Cupak
104 . Parekan raris ngaturang,
inggih dlane sarnpun mamukti,
paran dlane Mantri Anorn,
I Gerantang mangke amuwus ,
titiang naweg nunas ica,
ring I Gusti,
aturan titiang I Gerantang
105 . Parekan raris ngaturang,
maring Gustin ipun mangkin ,
dewa ratu gustin titiang,
wenten datengannya wu rauh,
manyarnbat cokor idewa,
raga keris,
mapungkusan I Gerantang.
106. Mantri Anom mangandika,
eda iba nunden sedih ,
nyaman kai suba ilang
eda iba jani ngerungu,
to mamedin i rangsasa
kema paid,
aba ka tukade kutang.
107 . Parekane raris mangarang,
manyeet ban talin sampi,
mamaid masuriak reko,
akeh anak pada nulu,
I Gerantang lalu ke sana
Lalu dia mengambil sirih ,
I Gerantang lalu berjalan,
tidak diceritrakan di jalan,
akhirnya sarnpai di pasar ramai,
I Gerantang lalu bertanya,
"Ya tuan,
saya menanyakan I Cupak".
Pelayan mengatakan,
" Beliau sudah dinobatkan,
bernama Mantri Anom. "
I Gerantang berkata,
"Saya mohon kerelaan,
terhadap tuan,
katakan saya I Gerantang".
Pelayan menyampaikan,
kepada raj anya,
"Paduka tuanku,
ada pendatang baru datang,
menyebut-nyebut nama paduka,
badannya kurus,
bernama I Gerantang".
Mantri Anomn berkata,
"Jangan karnu menyuruh aku
bersedih ,
saudaraku sudah hilang,
jangan kamu perhatikan,
barangkali itu roh si raksasa,
ayo ke sana seret,
buang di kali".
Para pelayan lalu
mengeru muni,
mengikat dengan tali sapi,
menyeret sambil bersorak-sorak,
banyak orang yang melihat,
38<noinclude></noinclude>
2c1fj27v4ao7soiftw9gj5pij8yxfii
113728
113670
2022-07-20T08:56:09Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>I Gerantang mangeraris kema.<br>
103. Raris ia manyemak sedah,<br>
I Gerantang raris mamargi.<br>
tan kocapan jani di jalan,<br>
perapta maring pasar agung,<br>
I Gerantang nulia atanya,<br>
singgih Gusti ,<br>
titiang nakonang I Cupak<br>
104 . Parekan raris ngaturang,<br>
inggih dane sarnpun mamukti,<br>
paran dane Mantri Anom,<br>
I Gerantang mangke amuwus ,<br>
titiang naweg nunas ica,<br>
ring I Gusti,<br>
aturan titiang I Gerantang
105. Parekan raris ngaturang,<br>
maring Gustin ipun mangkin ,<br>
dewa ratu gustin titiang,<br>
wenten datengannya wu rauh,<br>
manyarnbat cokor idewa,<br>
raga keris,<br>
mapungkusan I Gerantang.<br>
106. Mantri Anom mangandika,<br>
eda iba nunden sedih ,<br>
nyaman kai suba ilang<br>
eda iba jani ngerungu,<br>
to mamedin i rangsasa<br>
kema paid,<br>
aba ka tukade kutang.<br>
107 . Parekane raris mangarang,<br>
manyeet ban talin sampi,<br>
mamaid masuriak reko,<br>
akeh anak pada nulu,
I Gerantang lalu ke sana<br>
Lalu dia mengambil sirih ,<br>
I Gerantang lalu berjalan,<br>
tidak diceritrakan di jalan,<br>
akhirnya sarnpai di pasar ramai,<br>
I Gerantang lalu bertanya,<br>
"Ya tuan,<br>
saya menanyakan I Cupak".
Pelayan mengatakan,<br>
" Beliau sudah dinobatkan,<br>
bernama Mantri Anom. "<br>
I Gerantang berkata,<br>
"Saya mohon kerelaan,<br>
terhadap tuan,<br>
katakan saya I Gerantang".
Pelayan menyampaikan,<br>
kepada rajanya,<br>
"Paduka tuanku,<br>
ada pendatang baru datang,<br>
menyebut-nyebut nama paduka,<br>
badannya kurus,<br>
bernama I Gerantang".
Mantri Anomn berkata,<br>
"Jangan karnu menyuruh aku<br>
bersedih ,<br>
saudaraku sudah hilang,<br>
jangan kamu perhatikan,<br>
barangkali itu roh si raksasa,<br>
ayo ke sana seret,<br>
buang di kali".
Para pelayan lalu mengeru-<br>
muni, <br>
mengikat dengan tali sapi,<br>
menyeret sambil bersorak-so-<br>
rak,<br>
banyak orang yang melihat,
38<noinclude></noinclude>
p0x02lap3ad1d0a6pyfe29wow80ojl4
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/56
250
32272
113291
2022-07-19T12:42:50Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>164. Singnya kaget ia nu idup,
sapari polahe,
tuturin i ngemban,
muwus andikan dewa,
mas ayu titiang ngatehang,
idewa Rahaden Galuh,
nuli mantuk sadulur,
sareng i ngemban,
Men Bekung katon makelap.
165. Ento ko ia memen Bekung,
ejoh suba kelod,
jalane pisan tuutin,
buka winoning tuduh,
wang jero agung nora tau,
lewihan ake di jaba,
tuara manggih Raden Galuh,
kocap mangke I Gerantang,
sedekan suud mapayas,
166. Makamben bungah masabuk,
luir cacirupan,
masekar campaka putih,
rupane tuhu bagus,
tan pendah | warga santun,
Men Bekung anuli teka,
semitannyane masemu ke-
nyung
ngenot pianake mapayas,
kagiat manggih sekar emas.
56
Apakah tidak mungkin dia ma-
sih hidup?"
semua kejadian dahulu,
lalu diceritrakan pada inang
pengasuhnya,
yang berkata "Sekehendak tu-
an putri,
saya bersedia mengantar,
tuanku Raden Galuh."
Lalu pulang bersama,
dengan inang pengasuh,
Men Bekung kelihatan agak
jauh.
Itu dia Men Bekung,
sudah jauh ke selatan,
jalan satu-satunya dituruti,
bagaikan sudah kehendak Tu-
han,
orang se istana tidak ada yang
mengetahui,
lebih-lebih orang di luar,
tidak ada yang melihat Raden
Galuh,
Diceritrakan sekarang I Geran-
tang,
baru habis berhias.
Berkain indah dan berikat ping-
gang,
bagaikan disepuh emas,
berbunga cempaka putih,
sungguh tampan rupanya,
tidak bedanya seperti I warga-
sari,
Lalu datang Men Bekung,
wajahnya tersenyum-senyum,
melihat anaknya berhias,
terkejut bagaikan melihat bu-
nga emas.<noinclude></noinclude>
0ypuw7gkp16h55qbbltowcffgtzn5yk
113420
113291
2022-07-19T15:14:07Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>164. Singnya kaget ia nu idup,
sapari polahe,
tuturin i ngemban,
muwus andikan dewa,
mas ayu titiang ngatehang,
idewa Rahaden Galuh,
nuli mantuk sadulur,
sareng i ngemban,
Men Bekung katon makelap.
165. Ento ko ia memen Bekung,
ejoh suba kelod,
jalane pisan tuutin,
buka winoning tuduh,
wang jero agung nora tau,
lewihan ake di jaba,
tuara manggih Raden Galuh,
kocap mangke I Gerantang,
sedekan suud mapayas,
166. Makamben bungah masabuk,
luir cacirupan,
masekar campaka putih,
rupane tuhu bagus,
tan pendah | warga santun,
Men Bekung anuli teka,
semitannyane masemu ke-
nyung
ngenot pianake mapayas,
kagiat manggih sekar emas.
Apakah tidak mungkin dia ma-
sih hidup?"
semua kejadian dahulu,
lalu diceritrakan pada inang
pengasuhnya,
yang berkata "Sekehendak tu-
an putri,
saya bersedia mengantar,
tuanku Raden Galuh."
Lalu pulang bersama,
dengan inang pengasuh,
Men Bekung kelihatan agak
jauh.
Itu dia Men Bekung,
sudah jauh ke selatan,
jalan satu-satunya dituruti,
bagaikan sudah kehendak Tu-
han,
orang se istana tidak ada yang
mengetahui,
lebih-lebih orang di luar,
tidak ada yang melihat Raden
Galuh,
Diceritrakan sekarang I Geran-
tang,
baru habis berhias.
Berkain indah dan berikat ping-
gang,
bagaikan disepuh emas,
berbunga cempaka putih,
sungguh tampan rupanya,
tidak bedanya seperti I warga-
sari,
Lalu datang Men Bekung,
wajahnya tersenyum-senyum,
melihat anaknya berhias,
terkejut bagaikan melihat bu-
nga emas.<noinclude></noinclude>
ctwgjozesnvop2ah3l7y6dqvjy61jgq
113691
113420
2022-07-20T03:49:12Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113420 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>164. Singnya kaget ia nu idup,
sapari polahe,
tuturin i ngemban,
muwus andikan dewa,
mas ayu titiang ngatehang,
idewa Rahaden Galuh,
nuli mantuk sadulur,
sareng i ngemban,
Men Bekung katon makelap.
165. Ento ko ia memen Bekung,
ejoh suba kelod,
jalane pisan tuutin,
buka winoning tuduh,
wang jero agung nora tau,
lewihan ake di jaba,
tuara manggih Raden Galuh,
kocap mangke I Gerantang,
sedekan suud mapayas,
166. Makamben bungah masabuk,
luir cacirupan,
masekar campaka putih,
rupane tuhu bagus,
tan pendah | warga santun,
Men Bekung anuli teka,
semitannyane masemu ke-
nyung
ngenot pianake mapayas,
kagiat manggih sekar emas.
56
Apakah tidak mungkin dia ma-
sih hidup?"
semua kejadian dahulu,
lalu diceritrakan pada inang
pengasuhnya,
yang berkata "Sekehendak tu-
an putri,
saya bersedia mengantar,
tuanku Raden Galuh."
Lalu pulang bersama,
dengan inang pengasuh,
Men Bekung kelihatan agak
jauh.
Itu dia Men Bekung,
sudah jauh ke selatan,
jalan satu-satunya dituruti,
bagaikan sudah kehendak Tu-
han,
orang se istana tidak ada yang
mengetahui,
lebih-lebih orang di luar,
tidak ada yang melihat Raden
Galuh,
Diceritrakan sekarang I Geran-
tang,
baru habis berhias.
Berkain indah dan berikat ping-
gang,
bagaikan disepuh emas,
berbunga cempaka putih,
sungguh tampan rupanya,
tidak bedanya seperti I warga-
sari,
Lalu datang Men Bekung,
wajahnya tersenyum-senyum,
melihat anaknya berhias,
terkejut bagaikan melihat bu-
nga emas.<noinclude></noinclude>
ifuyo6dz52oo50uxb9wad5yvzajr65g
113697
113691
2022-07-20T04:02:11Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>164. Singnya kaget ia nu idup,
sapari polahe,<br>
tuturin i ngemban,<br>
muwus andikan dewa,<br>
mas ayu titiang ngatehang,<br>
idewa Rahaden Galuh,<br>
nuli mantuk sadulur,<br>
sareng i ngemban,<br>
Men Bekung katon makelap.
165. Ento ko ia memen Bekung,<br>
ejoh suba kelod,<br>
jalane pisan tuutin,<br>
buka winoning tuduh,
wang jero agung nora tau,
lewih anake di jaba,<br>
tuara manggih Raden Galuh,
kocap mangke I Gerantang,
sedekan suud mapayas.
166. Makamben bungah masabuk,
luir cacirupan,<br>
masekar campaka putih,<br>
rupane tuhu bagus,<br>
tan pendah [ warga santun,
Men Bekung anuli teka,<br>
semitannyane masemu ke-<br>
nyung<br>
ngenot pianake mapayas,<br>
kagiat manggih sekar emas.
56
Apakah tidak mungkin dia ma-<br>
sih hidup?"<br>
semua kejadian dahulu,<br>
lalu diceritrakan pada inang<br>
pengasuhnya,<br>
yang berkata "Sekehendak tu-<br>
an putri,<br>
saya bersedia mengantar,<br>
tuanku Raden Galuh."<br>
Lalu pulang bersama,<br>
dengan inang pengasuh,<br>
Men Bekung kelihatan agak<br>
jauh.<br>
Itu dia Men Bekung,<br>
sudah jauh ke selatan,<br>
jalan satu-satunya dituruti,<br>
bagaikan sudah kehendak Tu-<br>
han,<br>
orang se istana tidak ada yang<br>
mengetahui,<br>
lebih-lebih orang di luar,<br>
tidak ada yang melihat Raden<br>
Galuh,<br>
Diceritrakan sekarang I Geran-<br>
tang,<br>
baru habis berhias.<br>
Berkain indah dan berikat ping-<br>
gang,<br>
bagaikan disepuh emas,<br>
berbunga cempaka putih,<br>
sungguh tampan rupanya,<br>
tidak bedanya seperti [ warga-<br>
sari,<br>
Lalu datang Men Bekung,<br>
wajahnya tersenyum-senyum,
melihat anaknya berhias,<br>
terkejut bagaikan melihat bu-<br>
nga emas.<noinclude></noinclude>
cvaykwicct9pyngr8qb6p5tjfhf4wr5
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/31
250
32273
113294
2022-07-19T12:45:27Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>ataken sang perabu,
arin ira dereng rauh,
I Cupak saur ature ,
singgih pukulun sang prabu,
nyaman titiang sampun pejah,
sareng titiang ka payudan.
79. Kadugi laut titiang mangamuk,
ngelawan i rangsasa,
pada prawira kawanin,
len ko papas ipun,
sapunika titiang masanggup,
rereh titiang di suargan,
sapunika titiang ratu,
raris titiang pantiganga,
ngewales titiang kena mata,
80. Ngeraris titiang nebek ngulih laku,
kena sasalangan,
getih ipun raris mijil,
laut ipun mangelur,
ebah ipun kaja kauh,
makelid titiang kelod kauh,
das titiang kajet bangke,
raris titiang manyuakang.
81. Ne suba saja iba mamungkul,
kai mapas iba,
gagatot tuah mai teguh,
aku tau kadaden iba,
ijung anggal ban kai ngelawan,
tuara iba menang utuh,
sapunika titiang dewa,
mangandelang titiang jengah.
raja bertanya,
"Adik mu belum datang?"
I Cupak menjawab katanya,
"Ya paduka sang prabu,
saudara saya sudah meninggal,
bersama saya dalam peperangan.
Akhirnya saya mengamuk,
melawan si raksasa,
lain yang dihadapinya,
demikianlah saya sanggup,
cari saya di sorga,
demikianlah saya tuanku,
lalu saya dibantingnya,
saya membalas kena matanya,
Lalu saya menusuk sekuatnya,
kena dadanya,
darahnya ke luar,
lalu dia meraung,
dan rebah arah barat laut,
saya menghindar ke barat daya,
hampir saya ditendang mayat,
lalu saya membalas.
Yang sudah-sudah memang kamu seorang unggul,
aku yang mengahadapimu,
aku datang dengan kekuatan dan kekebalan,
aku tahu asal-usulmu,
sungguh mudah bagiku melawanmu,
kamu tidak akan menang,
demikian (ka ta) saya tuanku,
karena saya merasa malu".
{{right|31}}<noinclude></noinclude>
4jhg6vi7jvilbc9y8166k9i255guagl
113500
113294
2022-07-19T16:58:01Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>ataken sang perabu,
arin ira dereng rauh,
I Cupak saur ature ,
singgih pukulun sang prabu,
nyaman titiang sampun pejah,
sareng titiang ka payudan.
79. Kadugi laut titiang mangamuk,
ngelawan i rangsasa,
pada prawira kawanin,
len ko papas ipun,
sapunika titiang masanggup,
rereh titiang di suargan,
sapunika titiang ratu,
raris titiang pantiganga,
ngewales titiang kena mata,
80. Ngeraris titiang nebek ngulih laku,
kena sasalangan,
getih ipun raris mijil,
laut ipun mangelur,
ebah ipun kaja kauh,
makelid titiang kelod kauh,
das titiang kajet bangke,
raris titiang manyuakang.
81. Ne suba saja iba mamungkul,
kai mapas iba,
gagatot tuah mai teguh,
aku tau kadaden iba,
ijung anggal ban kai ngelawan,
tuara iba menang utuh,
sapunika titiang dewa,
mangandelang titiang jengah.
raja bertanya,
"Adik mu belum datang?"
I Cupak menjawab katanya,
"Ya paduka sang prabu,
saudara saya sudah meninggal,
bersama saya dalam peperangan.
Akhirnya saya mengamuk,
melawan si raksasa,
lain yang dihadapinya,
demikianlah saya sanggup,
cari saya di sorga,
demikianlah saya tuanku,
lalu saya dibantingnya,
saya membalas kena matanya,
Lalu saya menusuk sekuatnya,
kena dadanya,
darahnya ke luar,
lalu dia meraung,
dan rebah arah barat laut,
saya menghindar ke barat daya,
hampir saya ditendang mayat,
lalu saya membalas.
Yang sudah-sudah memang kamu seorang unggul,
aku yang mengahadapimu,
aku datang dengan kekuatan dan kekebalan,
aku tahu asal-usulmu,
sungguh mudah bagiku melawanmu,
kamu tidak akan menang,
demikian (ka ta) saya tuanku,
karena saya merasa malu".
{{right|31}}<noinclude></noinclude>
anku70tokbe4mwlotjtr0j2wtrifs1b
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/55
250
32274
113295
2022-07-19T12:49:14Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>Raden Galuh semu kusia.
161. I Gerantang mangke malih ka-
wuwus,
makaria gaguden,
sambilang ia makakawin,
manis becik suaran ipun,
Gerantang mangke akidung,
ya warga sekar tembange,
ya manis alus,
buka tuara ada pada,
kadi sundari anginan.
162. Rahaden Galuh mangke kawu-
wus,
meling teken raga,
bibi mantuk den agelis
bungan bibine kantun,
depang nira sami nuku,
kaicen jinahe samas,
Men Bekung mapamit mantuk,
laut majalan ka jaba,
Men Bekung laut mabelanja.
163. Ban bungkunge dadi Men Be-
kung,
tepuk mungkungang,
masa tan ya urip,
Rahaden Galuh amuwus.
Meme Nginte ateh ingsun,
lamun meme tuhu teresna,
icang kumah dane Bekung,
bungkung icange kingetan,
ne baang icang I Gerantang.
Raden Galuh berwajah kusut.
Kembali diceritrakan I Geran-
tang.
membuat ukiran.
sambil melagukan kakawin,
sangat merdu suaranya,
lalu diganti dengan tembang
kidung,
yaitu warga sari tembangnya,
sungguh manis dan halus,
seperti tak ada yang menya-
mai,
bagaikan buluh perindu ditiup
angin.
Disebutlah sekarang Raden Ga-
luh,
sadar dengan dirinya,
"Bibi pulanglah segera,
ini bunga bibi yang masih,
biar saya bayar semua",
diberikan uang 400 kepeng
Men Bekung mohon diri dan
pulang.
lalu berjalan ke luar,
segera Men Bekung berbelanja.
Karena cincinnya Men Bekung,
dilihat memakai,
barangkali dia masih hidup,
Raden Galuh berkata.
"Ibu Ngin te tolong antarkan
saya,
kalau ibu benar-benar sayang,
saya mau ke rumah Men Be-
kung,
saya teringat karena cincin,
yang saya berikan I Gerantang.
55<noinclude></noinclude>
nvjwe0xmjxzkuqsblve4mqrfydoartf
113433
113295
2022-07-19T15:26:25Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>Raden Galuh semu kusia.
161. I Gerantang mangke malih ka-
wuwus,
makaria gaguden,
sambilang ia makakawin,
manis becik suaran ipun,
Gerantang mangke akidung,
ya warga sekar tembange,
ya manis alus,
buka tuara ada pada,
kadi sundari anginan.
162. Rahaden Galuh mangke kawu-
wus,
meling teken raga,
bibi mantuk den agelis
bungan bibine kantun,
depang nira sami nuku,
kaicen jinahe samas,
Men Bekung mapamit mantuk,
laut majalan ka jaba,
Men Bekung laut mabelanja.
163. Ban bungkunge dadi Men Be-
kung,
tepuk mungkungang,
masa tan ya urip,
Rahaden Galuh amuwus.
Meme Nginte ateh ingsun,
lamun meme tuhu teresna,
icang kumah dane Bekung,
bungkung icange kingetan,
ne baang icang I Gerantang.
Raden Galuh berwajah kusut.
Kembali diceritrakan I Geran-
tang.
membuat ukiran.
sambil melagukan kakawin,
sangat merdu suaranya,
lalu diganti dengan tembang
kidung,
yaitu warga sari tembangnya,
sungguh manis dan halus,
seperti tak ada yang menya-
mai,
bagaikan buluh perindu ditiup
angin.
Disebutlah sekarang Raden Ga-
luh,
sadar dengan dirinya,
"Bibi pulanglah segera,
ini bunga bibi yang masih,
biar saya bayar semua",
diberikan uang 400 kepeng
Men Bekung mohon diri dan
pulang.
lalu berjalan ke luar,
segera Men Bekung berbelanja.
Karena cincinnya Men Bekung,
dilihat memakai,
barangkali dia masih hidup,
Raden Galuh berkata.
"Ibu Ngin te tolong antarkan
saya,
kalau ibu benar-benar sayang,
saya mau ke rumah Men Be-
kung,
saya teringat karena cincin,
yang saya berikan I Gerantang.
55<noinclude></noinclude>
oezowpzsi2k3wv0womoac37q331osgn
113689
113433
2022-07-20T03:47:09Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113433 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>Raden Galuh semu kusia.
161. I Gerantang mangke malih ka-
wuwus,
makaria gaguden,
sambilang ia makakawin,
manis becik suaran ipun,
Gerantang mangke akidung,
ya warga sekar tembange,
ya manis alus,
buka tuara ada pada,
kadi sundari anginan.
162. Rahaden Galuh mangke kawu-
wus,
meling teken raga,
bibi mantuk den agelis
bungan bibine kantun,
depang nira sami nuku,
kaicen jinahe samas,
Men Bekung mapamit mantuk,
laut majalan ka jaba,
Men Bekung laut mabelanja.
163. Ban bungkunge dadi Men Be-
kung,
tepuk mungkungang,
masa tan ya urip,
Rahaden Galuh amuwus.
Meme Nginte ateh ingsun,
lamun meme tuhu teresna,
icang kumah dane Bekung,
bungkung icange kingetan,
ne baang icang I Gerantang.
Raden Galuh berwajah kusut.
Kembali diceritrakan I Geran-
tang.
membuat ukiran.
sambil melagukan kakawin,
sangat merdu suaranya,
lalu diganti dengan tembang
kidung,
yaitu warga sari tembangnya,
sungguh manis dan halus,
seperti tak ada yang menya-
mai,
bagaikan buluh perindu ditiup
angin.
Disebutlah sekarang Raden Ga-
luh,
sadar dengan dirinya,
"Bibi pulanglah segera,
ini bunga bibi yang masih,
biar saya bayar semua",
diberikan uang 400 kepeng
Men Bekung mohon diri dan
pulang.
lalu berjalan ke luar,
segera Men Bekung berbelanja.
Karena cincinnya Men Bekung,
dilihat memakai,
barangkali dia masih hidup,
Raden Galuh berkata.
"Ibu Ngin te tolong antarkan
saya,
kalau ibu benar-benar sayang,
saya mau ke rumah Men Be-
kung,
saya teringat karena cincin,
yang saya berikan I Gerantang.
55<noinclude></noinclude>
sdy0fn6i0gs1t225ic8qcf26elecoy0
113727
113689
2022-07-20T08:46:47Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>Raden Galuh semu kusia.<br>
161. I Gerantang mangke malih ka-<br>
wuwus,<br>
makaria gaguden,<br>
sambilang ia makakawin,<br>
manis becik suaran ipun,<br>
Gerantang mangke akidung,<br>
ya warga sekar tembange,<br>
ya manis alus,<br>
buka tuara ada pada,<br>
kadi sundari anginan.<br>
162. Rahaden Galuh mangke kawu-<br>
wus,<br>
meling teken raga,<br>
bibi mantuk den agelis<br>
bungan bibine kantun,<br>
depang nira sami nuku,<br>
kaicen jinahe samas,<br>
Men Bekung mapamit mantuk,<br>
laut majalan ka jaba,<br>
Men Bekung laut mabelanja.<br>
163. Ban bungkunge dadi Men Be-<br>
kung,<br>
tepuk mungkungang,<br>
masa tan ya urip,<br>
Rahaden Galuh amuwus.<br>
Meme Nginte ateh ingsun,<br>
lamun meme tuhu teresna,<br>
icang kumah dane Bekung,<br>
bungkung icange kingetan,<br>
ne baang icang I Gerantang.<br>
Raden Galuh berwajah kusut.<br>
Kembali diceritrakan I Geran-<br>
tang.<br>
membuat ukiran.<br>
sambil melagukan kakawin,<br>
sangat merdu suaranya,<br>
lalu diganti dengan tembang<br>
kidung,<br>
yaitu warga sari tembangnya,<br>
sungguh manis dan halus,<br>
seperti tak ada yang menya-<br>
mai,<br>
bagaikan buluh perindu ditiup<br>
angin.<br>
Disebutlah sekarang Raden Ga-<br>
luh,<br>
sadar dengan dirinya,<br>
"Bibi pulanglah segera,<br>
ini bunga bibi yang masih,<br>
biar saya bayar semua",<br>
diberikan uang 400 kepeng<br>
Men Bekung mohon diri dan<br>
pulang.<br>
lalu berjalan ke luar,<br>
segera Men Bekung berbelanja.<br>
Karena cincinnya Men Bekung,
dilihat memakai,<br>
barangkali dia masih hidup,<br>
Raden Galuh berkata.<br>
"Ibu Ngin te tolong antarkan<br>
saya,<br>
kalau ibu benar-benar sayang,<br>
saya mau ke rumah Men Be-<br>
kung,<br>
saya teringat karena cincin,<br>
yang saya berikan I Gerantang.
55<noinclude></noinclude>
1rlaj69powaih90haluh3n9dwvwjwfy
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/93
250
32275
113296
2022-07-19T12:53:44Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>86
b. 1. semua. Setelah selesai disimpan dalam suksmamu semuanya itu. Waktu itu anak putunya semua, menyembah kehadapan Hyang Kawitan. Setelah selesai itu semua di sanalah baru Mpu Kamareka melaksanakan yoga semadi
2. memusatkan pikiran kepada Sang Hyang Kamoksan, melaksana-kan ajaran Sanghyang Dasaksara yang ada di badan. Pada ubun-ubun:
ANG ANG ANG
ONG MANG SANG
NA BONG PANG ING YANG
Ini pada rambut, pertemuan ONG ngadeg lawan ONG sungsang
ONG UNG
UNG ONG UNG
ONG
UNG<noinclude></noinclude>
f7olyb1pl879u3ls3e1u0zylw1hvi8j
113327
113296
2022-07-19T13:54:47Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||86}}
b. 1. semua. Setelah selesai disimpan dalam suksmamu semuanya itu. Waktu itu anak putunya semua, menyembah kehadapan Hyang Kawitan. Setelah selesai itu semua di sanalah baru Mpu Kamareka melaksanakan yoga semadi
2. memusatkan pikiran kepada Sang Hyang Kamoksan, melaksana-kan ajaran Sanghyang Dasaksara yang ada di badan. Pada ubun-ubun:
ANG ANG ANG
ONG MANG SANG
NA BONG PANG ING YANG
Ini pada rambut, pertemuan ONG ngadeg lawan ONG sungsang
ONG UNG
UNG ONG UNG
ONG
UNG<noinclude></noinclude>
87m3loqnvjrhz9l4ryiowvqyw5noel6
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/39
250
32276
113297
2022-07-19T12:58:54Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>sami pada mamengongang,
agung alit,
parekan raris ngentungang.
108 . Sampun anyud mangulendang,
kaget rauh ring pasisi,
wen ten wa tangan ring teng h .
katah anak tuara tau,
Pan Bekung mangkin kocapan .
wus manampin,
laut ia mangun dit pencar.
109. Tumuli laut maj alan ,
rauh maring pasisi mangkin ,
balapan tuara ada reko
tuara ada ya ketepuk
raris majalan nganginang
padidin
kaget balapane ngenah
110. Pan bekung raris matingkah
manabdabang pancar raris
mangangkutang pencar reko
madipdip tindakan ipun
Pan Bekung raris mencarang
ulam keni
Pan Bekung nyuakang
111. Pan Bekung nyukupang pencar
pencar kaden engsut mangkin
semua mereka para tennenung,
besar kecil,
pelayan lalu melempar kan.
Setelah hanyut d ibawa air,
akhirnya sampai dipantai,
ada mayat di tengah laut,
banyak orang tidak tahu.
Diceri trakan sekarang Pan Bek ung,
telah mem persiapkan kapur sirih,
lalu dia menggendong pencar.
Lalu ia berjalan
diceritakan telah sampai di pantai
tidak ada ikan tangkapan
tidak ada ditemui
lalu ia berjalan ke timur
sendiran
lalu terlihat olehnya ikan tanggkapan
Pan Bekung mulai berkasi
mempersiapkan jaringnya
mengangkar jaring itu
pelan-pelan jalannya
Pan Bekung lalu melempar jaringnya
ikan terkena
Pan Bekung lalu membentangkan
Pan Bekung mulai menggulung pencarnya
dikiranya pencarnya tersangkut
39<noinclude></noinclude>
8mzmxi96mxvt4szwnz6r8ymwwrtux63
113399
113297
2022-07-19T15:03:43Z
Tudpartha
144
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>sami pada mamengongang,
agung alit,
parekan raris ngentungang.
108 . Sampun anyud mangulendang,
kaget rauh ring pasisi,
wenten watangan ring tengah .
katah anak tuara tau,
Pan Bekung mangkin kocapan .
wus manampin,
laut ia mangundit pencar.
109. Tumuli laut majalan ,
rauh maring pasisi mangkin ,
balapan tuara ada reko
tuara ada ya ketepuk
raris majalan nganginang
padidin
kaget balapane ngenah
110. Pan bekung raris matingkah
manabdabang pancar raris
mangangkutang pencar reko
madipdip tindakan ipun
Pan Bekung raris mencarang
ulam keni
Pan Bekung nyuakang
111. Pan Bekung nyukupang pencar
pencar kaden engsut mangkin
semua mereka para tennenung,
besar kecil,
pelayan lalu melempar kan.
Setelah hanyut d ibawa air,
akhirnya sampai dipantai,
ada mayat di tengah laut,
banyak orang tidak tahu.
Diceri trakan sekarang Pan Bek ung,
telah mem persiapkan kapur sirih,
lalu dia menggendong pencar.
Lalu ia berjalan
diceritakan telah sampai di pantai
tidak ada ikan tangkapan
tidak ada ditemui
lalu ia berjalan ke timur
sendiran
lalu terlihat olehnya ikan tanggkapan
Pan Bekung mulai berkasi
mempersiapkan jaringnya
mengangkar jaring itu
pelan-pelan jalannya
Pan Bekung lalu melempar jaringnya
ikan terkena
Pan Bekung lalu membentangkan
Pan Bekung mulai menggulung pencarnya
dikiranya pencarnya tersangkut
*) pencar +jaring penangkap ikan
39<noinclude></noinclude>
fykcw4i7mo0km6s2aoppa59bk73yf4t
113672
113399
2022-07-20T02:42:24Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113399 antuk [[Special:Contributions/Tudpartha|Tudpartha]] ([[User talk:Tudpartha|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>sami pada mamengongang,
agung alit,
parekan raris ngentungang.
108 . Sampun anyud mangulendang,
kaget rauh ring pasisi,
wen ten wa tangan ring teng h .
katah anak tuara tau,
Pan Bekung mangkin kocapan .
wus manampin,
laut ia mangun dit pencar.
109. Tumuli laut maj alan ,
rauh maring pasisi mangkin ,
balapan tuara ada reko
tuara ada ya ketepuk
raris majalan nganginang
padidin
kaget balapane ngenah
110. Pan bekung raris matingkah
manabdabang pancar raris
mangangkutang pencar reko
madipdip tindakan ipun
Pan Bekung raris mencarang
ulam keni
Pan Bekung nyuakang
111. Pan Bekung nyukupang pencar
pencar kaden engsut mangkin
semua mereka para tennenung,
besar kecil,
pelayan lalu melempar kan.
Setelah hanyut d ibawa air,
akhirnya sampai dipantai,
ada mayat di tengah laut,
banyak orang tidak tahu.
Diceri trakan sekarang Pan Bek ung,
telah mem persiapkan kapur sirih,
lalu dia menggendong pencar.
Lalu ia berjalan
diceritakan telah sampai di pantai
tidak ada ikan tangkapan
tidak ada ditemui
lalu ia berjalan ke timur
sendiran
lalu terlihat olehnya ikan tanggkapan
Pan Bekung mulai berkasi
mempersiapkan jaringnya
mengangkar jaring itu
pelan-pelan jalannya
Pan Bekung lalu melempar jaringnya
ikan terkena
Pan Bekung lalu membentangkan
Pan Bekung mulai menggulung pencarnya
dikiranya pencarnya tersangkut
39<noinclude></noinclude>
ivavtesjclxz366x9wobzwgtxnibjyh
113731
113672
2022-07-20T09:12:13Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>sami pada mamengongang,<br>
agung alit,<br>
parekan raris ngentungang.
108 . Sampun anyud mangulendang,<br>
kaget rauh ring pasisi,<br>
wen ten wa tangan ring tengah.<br>
katah anak tuara tau,<br>
Pan Bekung mangkin kocapan.<br>
wus manampin,<br>
laut ia mangun dit pencar.
109. Tumuli laut maj alan ,<br>
rauh maring pasisi mangkin ,<br>
balapan tuara ada reko<br>
tuara ada ya ketepuk<br>
raris majalan nganginang<br>
padidin<br>
kaget balapane ngenah<br>
110. Pan bekung raris matingkah <br>
manabdabang pancar raris<br>
mangangkutang pencar reko<br>
madipdip tindakan ipun<br>
Pan Bekung raris mencarang <br>
ulam keni<br>
Pan Bekung nyuakang
111. Pan Bekung nyukupang pen-<br>
car<br>
pencar kaden engsut mangkin
semua mereka para termenung,<br>
besar kecil, <br>
pelayan lalu melempar-<br>
kan.<br>
Setelah hanyut d ibawa air,<br>
akhirnya sampai dipantai,<br>
ada mayat di tengah laut,<br>
banyak orang tidak tahu.<br>
Diceri trakan sekarang Pan Be-<br>
kung,<br>
telah mem persiapkan kapur si-<br>
rih,<br>
lalu dia menggendong pen-<br>
car.*)
Lalu ia berjalan <br>
diceritakan telah sampai di<br>
pantai<br>
tidak ada ikan tangkapan <br>
tidak ada ditemui<br>
lalu ia berjalan ke timur<br>
sendiran<br>
lalu terlihat olehnya ikan tang-<br>
kapan
Pan Bekung mulai berkasi<br>
mempersiapkan jaringnya<br>
mengangkat jaring itu<br>
pelan-pelan jalannya<br>
Pan Bekung lalu melempar ja-<br>
ringnya<br>
ikan terkena<br>
Pan Bekung lalu membentang-<br>
kan
Pan Bekung mulai menggulung<br>
pencarnya
dikiranya pencarnya tersangkut
39<noinclude></noinclude>
i1sx6uwo1rgcz8lrtzgd2xqf9aalajp
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/26
250
32277
113298
2022-07-19T12:58:55Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>62. Sadulur mangke Raden Galuh,
I Gerantang angucap,
mangde ditu ada singid,
ditu ada yeh luung,
di pancorane badauh,
masiram rahadian,
bon kakane bas mangkug,
makedus maebo menyan,
kaka nguyak sarwa bunga.
63. I Cupak boncoh majalan kauh,
mandus ka pancoran,
kambene cakcakang panting,
makedus maeba bangkung,
I Cupak mangke anyutsut.
suud mandus jani kocapan,
makamben mabedbed saput,
maselet kadutan manyote,
mairib payas daratan.
64. Sadulur jani majalan malu,
sami maka tatiga,
I Cupak mangiring dori,
Rahaden Galuh di malu,
manjing alam munggah gunung,
kaleson mangkin I Gerantang,
kiap mangkin tan aturu.
Bersama-sama dengan Raden Galuh,
I Gerantang berkata,
bahwa di sana ada tempat terlindung,
dan di sana ada air jernih,
di pancuran di barat,
mandilah tuan putri,
Bau badanku (Cupak) sangat
busuk,
berdesir berbau menyan,
kakak memijak bermacam-macam bunga.
I Cupak segera berjalan ke barat,
mandi di pancuran,
kainnya dicuci,
mendesir berbau induk babi,
I Cupak membersihkan diri,
diceritrakan sudah selesai mandi,
memakai kain dan saput*)
memakai keris bergaya,
bagaikan pakaian orang bangsawan
Bersama-sama mereka berjalan,
ketiga-tiganya,
I Cupak mengikuti dari belakang,
Raden Galuh di muka,
masuk hutan naik gunung,
IGerantang merasa kepayahan,
mengantuk karena tidak pernah tidur
Saput*) = selimut pendek yang dipakai di alas kain pada bag1an pinggang.
26<noinclude></noinclude>
govv6r2nhzx3eo7vd5h3leu0d0zj7so
113475
113298
2022-07-19T16:11:47Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>62. Sadulur mangke Raden Galuh,
I Gerantang angucap,
mangde ditu ada singid,
ditu ada yeh luung,
di pancorane badauh,
masiram rahadian,
bon kakane bas mangkug,
makedus maebo menyan,
kaka nguyak sarwa bunga.
63. I Cupak boncoh majalan kauh,
mandus ka pancoran,
kambene cakcakang panting,
makedus maeba bangkung,
I Cupak mangke anyutsut.
suud mandus jani kocapan,
makamben mabedbed saput,
maselet kadutan manyote,
mairib payas daratan.
64. Sadulur jani majalan malu,
sami maka tatiga,
I Cupak mangiring dori,
Rahaden Galuh di malu,
manjing alam munggah gunung,
kaleson mangkin I Gerantang,
kiap mangkin tan aturu.
Bersama-sama dengan Raden Galuh,
I Gerantang berkata,
bahwa di sana ada tempat terlindung,
dan di sana ada air jernih,
di pancuran di barat,
mandilah tuan putri,
Bau badanku (Cupak) sangat
busuk,
berdesir berbau menyan,
kakak memijak bermacam-macam bunga.
I Cupak segera berjalan ke barat,
mandi di pancuran,
kainnya dicuci,
mendesir berbau induk babi,
I Cupak membersihkan diri,
diceritrakan sudah selesai mandi,
memakai kain dan saput*)
memakai keris bergaya,
bagaikan pakaian orang bangsawan
Bersama-sama mereka berjalan,
ketiga-tiganya,
I Cupak mengikuti dari belakang,
Raden Galuh di muka,
masuk hutan naik gunung,
IGerantang merasa kepayahan,
mengantuk karena tidak pernah tidur
*) Saput = selimut pendek yang dipakai di alas kain pada bag1an pinggang.
26<noinclude></noinclude>
724j0txb5ata1fl4r5p5h4o6nam5ja6
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/5
250
32278
113299
2022-07-19T12:59:58Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>KATA PENGANTAR
Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah-air hingga kini masih tersimpan karya karya sasta lama, yang pada hakekatnya adalah cagar budaya na- sional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu di segala bidang.
Karya sastra lama akan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang beraneka macam ragamnya. Dan penggalian kar- ya sastra lama, yang tersebar di daerah-daerah ini, akan mengha- silkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pula pan- dangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi ni- lainya. Modal semacam itu, yang tersimpan dalam karya-karya sas- tra daerah, akhinya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya.
Pemelihaaan, pembinaan dan penggalian sastra daerah jelas akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya.
Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya bagi pemeliharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan dapat tercipta pula, bila sastra-sastra daerah, yang termuat dalam karya- karya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan "dalam bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah tesebut. Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari da- lamnya tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, bahkan lebih dari itu, ia akan dapat menjelma menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra Dunia.
Sejalan dan seirama dengan pertimbangan tersebut di atas kami sajikan pada kesempatan ini suatu karya sastra Daerah Bali<noinclude></noinclude>
nye03za3twseah7uhck2wadrg7qvclz
113379
113299
2022-07-19T14:54:03Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>KATA PENGANTAR
Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah-air hingga kini masih tersimpan karya karya sasta lama, yang pada hakekatnya adalah cagar budaya na- sional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu di segala bidang.
Karya sastra lama akan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang beraneka macam ragamnya. Dan penggalian kar- ya sastra lama, yang tersebar di daerah-daerah ini, akan mengha- silkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pula pan- dangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi ni- lainya. Modal semacam itu, yang tersimpan dalam karya-karya sas- tra daerah, akhinya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya.
Pemelihaaan, pembinaan dan penggalian sastra daerah jelas akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya.
Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya bagi pemeliharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan dapat tercipta pula, bila sastra-sastra daerah, yang termuat dalam karya- karya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan "dalam bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah tesebut. Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari da- lamnya tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, bahkan lebih dari itu, ia akan dapat menjelma menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra Dunia.
Sejalan dan seirama dengan pertimbangan tersebut di atas kami sajikan pada kesempatan ini suatu karya sastra Daerah Bali<noinclude></noinclude>
d610i1stjxpunr0id36ee7mws6uzfb6
113701
113379
2022-07-20T04:11:03Z
Siti Noviali
151
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{rh||KATA PENGANTAR}}
Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah-air hingga kini masih tersimpan karya karya sasta lama, yang pada hakekatnya adalah cagar budaya na- sional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu di segala bidang.
Karya sastra lama akan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang beraneka macam ragamnya. Dan penggalian kar- ya sastra lama, yang tersebar di daerah-daerah ini, akan mengha- silkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pula pan- dangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi ni- lainya. Modal semacam itu, yang tersimpan dalam karya-karya sas- tra daerah, akhinya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya.
Pemelihaaan, pembinaan dan penggalian sastra daerah jelas akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya.
Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya bagi pemeliharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan dapat tercipta pula, bila sastra-sastra daerah, yang termuat dalam karya- karya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan "dalam bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah tesebut. Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari da- lamnya tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, bahkan lebih dari itu, ia akan dapat menjelma menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra Dunia.
Sejalan dan seirama dengan pertimbangan tersebut di atas kami sajikan pada kesempatan ini suatu karya sastra Daerah Bali<noinclude></noinclude>
8b3a8n45p3nqygysrsnx6h7lufmq4ca
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/81
250
32279
113300
2022-07-19T13:00:10Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||74}}
nyak persoal an . Bersama dcngan adiknya. kembali ke sorgaloka.
Digantikan oleh putranya yang
2. dipilih menjadi raja, Sri Haji Tapohulung di pulau Bali, hersthana di Bata hanyar, disebut Pejeng. Konon, sejak pemerintahannya, tidak ada yang baru diperintahkan , sama seperti ayahnya, beliau yang sudah pergi ke alam sunya.
3. Sebab kalau diingat kembali, lebih arif dalam kesaktian daripada ayahnya. sudah mampu keluar masuk sorga loka. Itulah sebabnya, tenang wilayahnya, karena kebijaksanaan Kryana Pati Pasung.
4. Grigis dan Kebo Iwa. Cukupkan dahulu sekian. Dilanjutkan Iagi ceritanya. Konon, Mpu Kamareka sudah cukup dewasa anaknya, sang Jaya Kayu Ireng, beristri dengan saudara sepupunya
b. 1. Ni Kay u Ireng, baru satu keturunan. Dan sang Jaya Ireng, kemudian melaksanakan upacara penyucian Apodgala seperti bapaknya, sebab asaI mula menjadi Bujangga di Bali. Seperti Bhatara terdah ulu, diupacara oleh Bapakanda. Juga berganti
2. namanya, sekarang bermama Mpu Gnijaya Mahireng . Demikian diceritakan. Kemudian Mpu Kamareka, mereka berputra tiga orang, laki-Iaki tampan rupanya, diberi nama Sang Made Celagi,
3. sang Nyoman Tarunyan, sang Ketut Kayu Selem. Kemudian mereka bersama-sama menjadi Bujangga, diupacarai oleh Bapaknya. Setelah melakukan upacara apodgala sang Mpu Celagi diberi nama Mpu Kaywan. Yang lebih keeil diberi nama
4. Mpu Nyoman Tarunya; yang paling kecil dinamakan Mpu Badengan. Tidak ada yang tercela. Mereka bersama-sama melaksanakan pengabdian. Kemudian Mpu Kaywan, pindah dari ceruk pertapaaan, bersemadi di
49a. 1. Panarajon bersthana di Balingkang; yang lain, yailu Mpu Tarunyan mencari tempat lain, bersemedi di muka GWlung Tulukbyu, bernama Blong. Sejak itu asal mulanya desa, yang disebut Tarunyan.
2. Karena itu berganti nama, diberi nama Tarunyan. Dan Mpu Gnijaya Mahireng bersama dengan Mpu Badengan, yang paling kecil tetap masih diam beryoga semadi di ceruk pertapaan
3. menyertai ayahnya. Kemudian, itulah dinamakan desa Songan, Demikian ceritanya dahulu, menurut cerita sang Dwijendra Sakti Wawu Rawuh kepada Sri Gelgel, pada Sri Gelgel pada wakro beribu kOla di Samplangan, bemama Tugu.<noinclude></noinclude>
8nlirej42oqvtg8n8dtel8qkenbovp0
113582
113300
2022-07-20T00:00:31Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||74}}
nyak persoal an . Bersama dcngan adiknya. kembali ke sorgaloka.
Digantikan oleh putranya yang
2. dipilih menjadi raja, Sri Haji Tapohulung di pulau Bali, hersthana di Bata hanyar, disebut Pejeng. Konon, sejak pemerintahannya, tidak ada yang baru diperintahkan , sama seperti ayahnya, beliau yang sudah pergi ke alam sunya.
3. Sebab kalau diingat kembali, lebih arif dalam kesaktian daripada ayahnya. sudah mampu keluar masuk sorga loka. Itulah sebabnya, tenang wilayahnya, karena kebijaksanaan Kryana Pati Pasung.
4. Grigis dan Kebo Iwa. Cukupkan dahulu sekian. Dilanjutkan Iagi ceritanya. Konon, Mpu Kamareka sudah cukup dewasa anaknya, sang Jaya Kayu Ireng, beristri dengan saudara sepupunya
b. 1. Ni Kay u Ireng, baru satu keturunan. Dan sang Jaya Ireng, kemudian melaksanakan upacara penyucian Apodgala seperti bapaknya, sebab asaI mula menjadi Bujangga di Bali. Seperti Bhatara terdah ulu, diupacara oleh Bapakanda. Juga berganti
2. namanya, sekarang bermama Mpu Gnijaya Mahireng . Demikian diceritakan. Kemudian Mpu Kamareka, mereka berputra tiga orang, laki-Iaki tampan rupanya, diberi nama Sang Made Celagi,
3. sang Nyoman Tarunyan, sang Ketut Kayu Selem. Kemudian mereka bersama-sama menjadi Bujangga, diupacarai oleh Bapaknya. Setelah melakukan upacara apodgala sang Mpu Celagi diberi nama Mpu Kaywan. Yang lebih keeil diberi nama
4. Mpu Nyoman Tarunya; yang paling kecil dinamakan Mpu Badengan. Tidak ada yang tercela. Mereka bersama-sama melaksanakan pengabdian. Kemudian Mpu Kaywan, pindah dari ceruk pertapaaan, bersemadi di
49a. 1. Panarajon bersthana di Balingkang; yang lain, yailu Mpu Tarunyan mencari tempat lain, bersemedi di muka GWlung Tulukbyu, bernama Blong. Sejak itu asal mulanya desa, yang disebut Tarunyan.
2. Karena itu berganti nama, diberi nama Tarunyan. Dan Mpu Gnijaya Mahireng bersama dengan Mpu Badengan, yang paling kecil tetap masih diam beryoga semadi di ceruk pertapaan
3. menyertai ayahnya. Kemudian, itulah dinamakan desa Songan, Demikian ceritanya dahulu, menurut cerita sang Dwijendra Sakti Wawu Rawuh kepada Sri Gelgel, pada Sri Gelgel pada wakro beribu kOla di Samplangan, bemama Tugu.<noinclude></noinclude>
1nuplypwuwttczdjzsfqj56rk024g8d
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/24
250
32280
113303
2022-07-19T13:11:46Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>bungkung cai ingong ngambil,
apang masinggelur bungkung,
maka cihnan tresnan iku.
I Gerantang nulia narima,
sandikan jeng ira sang ayu,
raris menjuh mungguing tangan,
I Gerantang raris mungkungang.
56. Puniki bungkung titiange ratu,
sampunang ambila.
ngedalem titiang ngaturin,
bes lonto bungkung eduk,
paica uli di gunung,
I Pasek Sangambu ngicen,
Rahaden Galuh mireng,
depang ja manira manyuang,
lamun suba gelah nira.
57.I Gerantang raris mangaturang,
bungkung besi lonto reke,
ngedaleme tidong gigis,
ngaturang sada nguntul,
Rahaden Galuh nanggapin,
kenyung nyenperade teken i tiwas,
teken mangenjuhang manguntul,
ajak ia magaguyuan,
apang iya kadung tabeh,
58. I Gerantang mirengang semu kenyung.
alus pangucape,
singgih pukulun tuan dewi,
margite sampun mantuk,
cincinmu aku yang memakai,
supaya bertukar cincin.
sebagai tanda cinta kasih,
I Gerantang lalu menerima,
"Sekehendak tuanku putri".
lalu menyodorkan cincin ditangannya,
I Gerantang memakai cincin itu.
"Ini cincin hamba tuan putri,
janganlah diambil,
malu saya mempersembahkan,
karena jelas hanya cincin ijuk,
dapat di gunung,
I Pasek Sangambu memberikan".
Raden Galuh mendengar,
"Biarlah saya ambil,
kalau memang harus menjadi milikku".
I Gerantang lalu mempersembahkan.
memang hanyalah cincin besi.
malunya bukan main.
mempersembahkan sambil menunduk.
Raden Galuh menerima,
tersenyum memandang si miskin,
"Menyodorkan cincin saja menunduk,
diajak bersenda gurau,
supaya dia makin berani".
I Gerantang mendengar sambil tersenyum,
berkata pelan,
"Ya junjungan tuan putri,
marilah kita pulang",
24<noinclude></noinclude>
0qdrtq0h7mojcr6ca54gvxw1uy8zwmm
113472
113303
2022-07-19T16:09:58Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>bungkung cai ingong ngambil,
apang masinggelur bungkung,
maka cihnan tresnan iku.
I Gerantang nulia narima,
sandikan jeng ira sang ayu,
raris menjuh mungguing tangan,
I Gerantang raris mungkungang.
56. Puniki bungkung titiange ratu,
sampunang ambila.
ngedalem titiang ngaturin,
bes lonto bungkung eduk,
paica uli di gunung,
I Pasek Sangambu ngicen,
Rahaden Galuh mireng,
depang ja manira manyuang,
lamun suba gelah nira.
57.I Gerantang raris mangaturang,
bungkung besi lonto reke,
ngedaleme tidong gigis,
ngaturang sada nguntul,
Rahaden Galuh nanggapin,
kenyung nyenperade teken i tiwas,
teken mangenjuhang manguntul,
ajak ia magaguyuan,
apang iya kadung tabeh,
58. I Gerantang mirengang semu kenyung.
alus pangucape,
singgih pukulun tuan dewi,
margite sampun mantuk,
cincinmu aku yang memakai,
supaya bertukar cincin.
sebagai tanda cinta kasih,
I Gerantang lalu menerima,
"Sekehendak tuanku putri".
lalu menyodorkan cincin ditangannya,
I Gerantang memakai cincin itu.
"Ini cincin hamba tuan putri,
janganlah diambil,
malu saya mempersembahkan,
karena jelas hanya cincin ijuk,
dapat di gunung,
I Pasek Sangambu memberikan".
Raden Galuh mendengar,
"Biarlah saya ambil,
kalau memang harus menjadi milikku".
I Gerantang lalu mempersembahkan.
memang hanyalah cincin besi.
malunya bukan main.
mempersembahkan sambil menunduk.
Raden Galuh menerima,
tersenyum memandang si miskin,
"Menyodorkan cincin saja menunduk,
diajak bersenda gurau,
supaya dia makin berani".
I Gerantang mendengar sambil tersenyum,
berkata pelan,
"Ya junjungan tuan putri,
marilah kita pulang",
24<noinclude></noinclude>
kygf976kp4n7dql4x1eyiw8hor6kkcp
113662
113472
2022-07-20T01:45:22Z
Siti Noviali
151
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>bungkung cai ingong ngambil,
apang masinggelur bungkung,
maka cihnan tresnan iku.
I Gerantang nulia narima,
sandikan jeng ira sang ayu,
raris menjuh mungguing tangan,
I Gerantang raris mungkungang.
56. Puniki bungkung titiange ratu,
sampunang ambila.
ngedalem titiang ngaturin,
bes lonto bungkung eduk,
paica uli di gunung,
I Pasek Sangambu ngicen,
Rahaden Galuh mireng,
depang ja manira manyuang,
lamun suba gelah nira.
57.I Gerantang raris mangaturang,
bungkung besi lonto reke,
ngedaleme tidong gigis,
ngaturang sada nguntul,
Rahaden Galuh nanggapin,
kenyung nyenperade teken i tiwas,
teken mangenjuhang manguntul,
ajak ia magaguyuan,
apang iya kadung tabeh,
58. I Gerantang mirengang semu kenyung.
alus pangucape,
singgih pukulun tuan dewi,
margite sampun mantuk,
cincinmu aku yang memakai,
supaya bertukar cincin.
sebagai tanda cinta kasih,
I Gerantang lalu menerima,
"Sekehendak tuanku putri".
lalu menyodorkan cincin ditangannya,
I Gerantang memakai cincin itu.
"Ini cincin hamba tuan putri,
janganlah diambil,
malu saya mempersembahkan,
karena jelas hanya cincin ijuk,
dapat di gunung,
I Pasek Sangambu memberikan".
Raden Galuh mendengar,
"Biarlah saya ambil,
kalau memang harus menjadi milikku".
I Gerantang lalu mempersembahkan.
memang hanyalah cincin besi.
malunya bukan main.
mempersembahkan sambil menunduk.
Raden Galuh menerima,
tersenyum memandang si miskin,
"Menyodorkan cincin saja menunduk,
diajak bersenda gurau,
supaya dia makin berani".
I Gerantang mendengar sambil tersenyum,
berkata pelan,
"Ya junjungan tuan putri,
marilah kita pulang",<noinclude>24</noinclude>
iacjmbcb8iwdvz9mlouyo8cuv6pgzm1
113663
113662
2022-07-20T01:45:45Z
Siti Noviali
151
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>bungkung cai ingong ngambil,
apang masinggelur bungkung,
maka cihnan tresnan iku.
I Gerantang nulia narima,
sandikan jeng ira sang ayu,
raris menjuh mungguing tangan,
I Gerantang raris mungkungang.
56. Puniki bungkung titiange ratu,
sampunang ambila.
ngedalem titiang ngaturin,
bes lonto bungkung eduk,
paica uli di gunung,
I Pasek Sangambu ngicen,
Rahaden Galuh mireng,
depang ja manira manyuang,
lamun suba gelah nira.
57.I Gerantang raris mangaturang,
bungkung besi lonto reke,
ngedaleme tidong gigis,
ngaturang sada nguntul,
Rahaden Galuh nanggapin,
kenyung nyenperade teken i tiwas,
teken mangenjuhang manguntul,
ajak ia magaguyuan,
apang iya kadung tabeh,
58. I Gerantang mirengang semu kenyung.
alus pangucape,
singgih pukulun tuan dewi,
margite sampun mantuk,
cincinmu aku yang memakai,
supaya bertukar cincin.
sebagai tanda cinta kasih,
I Gerantang lalu menerima,
"Sekehendak tuanku putri".
lalu menyodorkan cincin ditangannya,
I Gerantang memakai cincin itu.
"Ini cincin hamba tuan putri,
janganlah diambil,
malu saya mempersembahkan,
karena jelas hanya cincin ijuk,
dapat di gunung,
I Pasek Sangambu memberikan".
Raden Galuh mendengar,
"Biarlah saya ambil,
kalau memang harus menjadi milikku".
I Gerantang lalu mempersembahkan.
memang hanyalah cincin besi.
malunya bukan main.
mempersembahkan sambil menunduk.
Raden Galuh menerima,
tersenyum memandang si miskin,
"Menyodorkan cincin saja menunduk,
diajak bersenda gurau,
supaya dia makin berani".
I Gerantang mendengar sambil tersenyum,
berkata pelan,
"Ya junjungan tuan putri,
marilah kita pulang",<noinclude>{{left|24}}</noinclude>
cs2jb3llfffn26blxbdn5ywq0r0iqb1
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/82
250
32281
113304
2022-07-19T13:12:18Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||75}}
4. anak sisyanira mpu sumeru, beda kawwanganya, wijil ing jnanan, ring tampurhyang, sang apanlah sang mpu kamareka, pungkuran pawijilanira nguni, ring sira kang sinangguh sanak pitu,
47a. 1. nguniweh ring anakira mpu ghana, sang anama sira mpu galuh, ya ta sinangguh wawu aprenah amisan , i sira mpu kamareka, sampun, 2, Lurunan , nga, saking pawijilira bhaLara hyang ghnijaya ,
2. nahan ikang carita //0// kunang kawasita mwah sang mpu kamareka, awarahwarah i anakira ki kayu jayamahireng anaku kayu ireng, rengwakna pawarah ramanta mangke, wkas
3. yan hana wtu pratisentananta, warah juga ring titigagaduhan, lawan kengetakna aghuru sisya, lawan saparisentananira bhatara mpu ghnijaya, sang sidha sinangguh sanak pitu, prasidha
4. misan arning wtua, nguni hana ling bhatara abra sinuhun lawan bapanta, Lan sinungaken alapsilyalap, mwang silih sembah, nanging yan kita tkeng pratisemananta, tka wnang anembaha, nguniweh inalapan,
b. 1. apan kita aprenah kasisya, aja langgana, kunang yana sarna pratisentana, layogyanya silih sembah, silyalap mangka sasananinga nadi manusa, kunang mwah wkas ring
2. tkaning kapatyanta, aja angeseng sawa , ndya matan gnya apan bhatara tan hyun ring letuh,nga, pingit, apan parek ing parhyangan, pura ing panarajon, pum tgeh. hulun danu mwang batur,
3. didinya tan kararaban den ing kukusing sawa, apan mulaning bali , tan kayogyanana gineseng. pendem juga ya, nging wnang apreteka, nga, mabya tanem, mangka kengetakna, aja angliwari.
4. kna sodanira bhaLara abra sinuhun //0// wuwusan mwah sang ratu bali, sri haji masula masuli. kajanapriya kotamanira nindyeng sarat, denya angdaning praja man
48a. 1. dala, rep sapunpunan ira, tan hana wyadi baya kewuh, pira kunang lawasira, wkasan mur ta ya ring acintya, tan pakalewaran, tan sah paparengring sang rayi, mantuk ing swarghastana, gumanti
sutanira
2. sumilih angadeg ratu, sri haji topahulung, maring bali rajya awesma pwa maring batahanyar,nga, pejeng, kunang, sapandirinira, tan hana katakonakna, sarna kaya sang yayah, sang wus umoring acintya,<noinclude></noinclude>
nq6re4rzd3f0e4mbtpmv3u4qki94p73
113579
113304
2022-07-19T23:59:25Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||75}}
4. anak sisyanira mpu sumeru, beda kawwanganya, wijil ing jnanan, ring tampurhyang, sang apanlah sang mpu kamareka, pungkuran pawijilanira nguni, ring sira kang sinangguh sanak pitu,
47a. 1. nguniweh ring anakira mpu ghana, sang anama sira mpu galuh, ya ta sinangguh wawu aprenah amisan , i sira mpu kamareka, sampun, 2, Lurunan , nga, saking pawijilira bhaLara hyang ghnijaya ,
2. nahan ikang carita //0// kunang kawasita mwah sang mpu kamareka, awarahwarah i anakira ki kayu jayamahireng anaku kayu ireng, rengwakna pawarah ramanta mangke, wkas
3. yan hana wtu pratisentananta, warah juga ring titigagaduhan, lawan kengetakna aghuru sisya, lawan saparisentananira bhatara mpu ghnijaya, sang sidha sinangguh sanak pitu, prasidha
4. misan arning wtua, nguni hana ling bhatara abra sinuhun lawan bapanta, Lan sinungaken alapsilyalap, mwang silih sembah, nanging yan kita tkeng pratisemananta, tka wnang anembaha, nguniweh inalapan,
b. 1. apan kita aprenah kasisya, aja langgana, kunang yana sarna pratisentana, layogyanya silih sembah, silyalap mangka sasananinga nadi manusa, kunang mwah wkas ring
2. tkaning kapatyanta, aja angeseng sawa , ndya matan gnya apan bhatara tan hyun ring letuh,nga, pingit, apan parek ing parhyangan, pura ing panarajon, pum tgeh. hulun danu mwang batur,
3. didinya tan kararaban den ing kukusing sawa, apan mulaning bali , tan kayogyanana gineseng. pendem juga ya, nging wnang apreteka, nga, mabya tanem, mangka kengetakna, aja angliwari.
4. kna sodanira bhaLara abra sinuhun //0// wuwusan mwah sang ratu bali, sri haji masula masuli. kajanapriya kotamanira nindyeng sarat, denya angdaning praja man
48a. 1. dala, rep sapunpunan ira, tan hana wyadi baya kewuh, pira kunang lawasira, wkasan mur ta ya ring acintya, tan pakalewaran, tan sah paparengring sang rayi, mantuk ing swarghastana, gumanti
sutanira
2. sumilih angadeg ratu, sri haji topahulung, maring bali rajya awesma pwa maring batahanyar,nga, pejeng, kunang, sapandirinira, tan hana katakonakna, sarna kaya sang yayah, sang wus umoring acintya,<noinclude></noinclude>
mmkw7l3maigvdu0ht4qqd27c0qd3ldx
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/40
250
32282
113305
2022-07-19T13:13:08Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>mangusud ban lima reko
kaget watangan katepuk
Pan Bekung ngasisiang
mangagahin
112. Pan Bekung raris masila
meleketang warangane
ke urip saja Gusti Reko
mangelingling Gusti mas ingsun
kaget metu ya angkihan
kelebat kelebit
Pan Bekung ngalih pauban
113. I Gerantang mangke ingean
pesu munyinyane aris
sapasira ngurip titiang reko
Pan Bekung mangke amuwus
Bapa mangurip idewa
suka Gusti
bapa ngangon Gusti piana
114. Pan Bekung raris nampinang
I gerantang raris nangapin
sampun usan mencar reko
I Gerantang alon amuwus
niki sepah titang pencar
ya peremangkon
Pan Bekung raris mencara
115. Pan Bekung nyukupang
pencarnyane mangkin
sawatara pitung keranjang
balapane liu pesu
lalu dirabanya dengan tangan
dilihatnya sesosok tubuh
Pan Bekung lalu ke pinggir
membuka
tidak ada tanda-tanda masih bernafas
Pan Bekung lalu duduk
memperhatikan tubuh itu
ya rupanya tuan masih hidup
sadarlah tuanku
lalu mulai di bernafas
berdenyut-denyut
Pan Bekung lalu mencari tempat teduh
I Gerantang sekarang telah sadar
lalu berkata dengan pelan.
"Siapakah yang menghidupkan saya"
Pan Bekung lalu berkata
"Bapak yang menghidupkan anakku"
senangkan hati tuan sebagai anak"
Pan Bekung lalu menyediakan sirih
I Gerantang segera mengambil
setelah selesai mencar
I Gerantang segera mengambil
setelah selesai mencar
I Gerantang berkata pelan
ini adem saya dijaring
dengan segera
Pan bekung menjaringnya
Pan Bekung mulai menggulung
pencarnya sekarang Kira-kira tujuh keranjang
ikan Banyak yang keluar.
40<noinclude></noinclude>
2j7xor88x4qx4pt4vokolu4f61qrpgl
113505
113305
2022-07-19T17:04:40Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>mangusud ban lima reko
kaget watangan katepuk
Pan Bekung ngasisiang
mangagahin
112. Pan Bekung raris masila
meleketang warangane
ke urip saja Gusti Reko
mangelingling Gusti mas ingsun
kaget metu ya angkihan
kelebat kelebit
Pan Bekung ngalih pauban
113. I Gerantang mangke ingetan
pesu munyinyane aris
sapasira ngurip titiang reko
Pan Bekung mangke amuwus
Bapa mangurip idewa
suka Gusti
bapa ngangon Gusti piana
114. Pan Bekung raris nampinang
I gerantang raris nangapin
sampun usan mencar reko
I Gerantang alon amuwus
niki sepah titang pencar
ya peremangkon
Pan Bekung raris mencara
115. Pan Bekung nyukupang
pencarnyane mangkin
sawatara pitung keranjang
balapane liu pesu
lalu dirabanya dengan tangan
dilihatnya sesosok tubuh
Pan Bekung lalu ke pinggir
membuka
tidak ada tanda-tanda masih bernafas
Pan Bekung lalu duduk
memperhatikan tubuh itu
ya rupanya tuan masih hidup
sadarlah tuanku
lalu mulai di bernafas
berdenyut-denyut
Pan Bekung lalu mencari tempat teduh
I Gerantang sekarang telah sadar
lalu berkata dengan pelan.
"Siapakah yang menghidupkan saya"
Pan Bekung lalu berkata
"Bapak yang menghidupkan anakku"
senangkan hati tuan sebagai anak"
Pan Bekung lalu menyediakan sirih
I Gerantang segera mengambil
setelah selesai mencar
I Gerantang segera mengambil
setelah selesai mencar
I Gerantang berkata pelan
ini adem saya dijaring
dengan segera
Pan bekung menjaringnya
Pan Bekung mulai menggulung
pencarnya sekarang Kira-kira tujuh keranjang
ikan Banyak yang keluar.
40<noinclude></noinclude>
3vkk9mtzxhj5f48rouyngysud2adi2s
113678
113505
2022-07-20T03:14:43Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113505 antuk [[Special:Contributions/Listya Purnami|Listya Purnami]] ([[User talk:Listya Purnami|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>mangusud ban lima reko
kaget watangan katepuk
Pan Bekung ngasisiang
mangagahin
112. Pan Bekung raris masila
meleketang warangane
ke urip saja Gusti Reko
mangelingling Gusti mas ingsun
kaget metu ya angkihan
kelebat kelebit
Pan Bekung ngalih pauban
113. I Gerantang mangke ingean
pesu munyinyane aris
sapasira ngurip titiang reko
Pan Bekung mangke amuwus
Bapa mangurip idewa
suka Gusti
bapa ngangon Gusti piana
114. Pan Bekung raris nampinang
I gerantang raris nangapin
sampun usan mencar reko
I Gerantang alon amuwus
niki sepah titang pencar
ya peremangkon
Pan Bekung raris mencara
115. Pan Bekung nyukupang
pencarnyane mangkin
sawatara pitung keranjang
balapane liu pesu
lalu dirabanya dengan tangan
dilihatnya sesosok tubuh
Pan Bekung lalu ke pinggir
membuka
tidak ada tanda-tanda masih bernafas
Pan Bekung lalu duduk
memperhatikan tubuh itu
ya rupanya tuan masih hidup
sadarlah tuanku
lalu mulai di bernafas
berdenyut-denyut
Pan Bekung lalu mencari tempat teduh
I Gerantang sekarang telah sadar
lalu berkata dengan pelan.
"Siapakah yang menghidupkan saya"
Pan Bekung lalu berkata
"Bapak yang menghidupkan anakku"
senangkan hati tuan sebagai anak"
Pan Bekung lalu menyediakan sirih
I Gerantang segera mengambil
setelah selesai mencar
I Gerantang segera mengambil
setelah selesai mencar
I Gerantang berkata pelan
ini adem saya dijaring
dengan segera
Pan bekung menjaringnya
Pan Bekung mulai menggulung
pencarnya sekarang Kira-kira tujuh keranjang
ikan Banyak yang keluar.
40<noinclude></noinclude>
29n2mxlykqggn2cq905k040vde97q2v
113716
113678
2022-07-20T07:23:59Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>mangusud ban lima reko,
kaget watangan katepuk,
Pan Bekung ngasisiang,
mangagahin,
buka tuara ada mangkihang,
112. Pan Bekung raris masila,
meleketang watangane,
ke urip saja Gusti Reko,
mangelingling Gusti mas ing-
sun,
kaget metu ya angkihan
kelebat kelebit,
Pan Bekung ngalih pauban
113. I Gerantang mangke ingetan,
pesu munyinyane aris,
sapasira ngurip titiang reko,
Pan Bekung mangke amuwus,
Bapa mangurip idewa,
suka Gusti,
bapa ngangon Gusti pianak,
114. Pan Bekung raris nampinang,
I gerantang raris nanggapin,
sampun usan mencar reko,
I Gerantang alon amuwus,
niki sepah titang pencar,
ya peremangkin,
Pan Bekung raris mencara,
115. Pan Bekung nyukupang,
pencarnyane mangkin,
sawatara pitung keranjang,
balapane liu pesu,
lalu dirabanya dengan tangan,
dilihatnya sesosok tubuh,
Pan Bekung lalu ke pinggir,
membuka,
tidak ada tanda-tanda masih
bernafas,
Pan Bekung lalu duduk,
memperhatikan tubuh itu,
ya rupanya tuan masih hidup,
sadarlah tuanku,
lalu mulai dia bernafas
berdenyut-denyut
Pan Bekung lalu mencari tem-
pat teduh,
I Gerantang sekarang telah sa-
dar,
lalu berkata dengan pelan.
"Siapakah yang menghidupkan saya"
Pan Bekung lalu berkata,
"Bapak yang menghidupkan
anakku"
senangkanlah hati tuan.
Bapak akan memungut tuan
sebagai anak".
Pan Bekung lalu menyediakan
sirih,
I Gerantang segera mengambil,
setelah selesai mencar,
I Gerantang berkata pelan,
ini adem (?) saya dijaring,
dengan segera,
Pan bekung menjaringnya.
Pan Bekung mulai menggulung,
pencarnya sekarang,
ira-kira tujuh keranjang
ikan banyak yang keluar.
40<noinclude></noinclude>
l4itaqoe3g5pl0to0aexvynaoxslf7z
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/83
250
32283
113306
2022-07-19T13:21:15Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||76}}
Lanjutkan lagi, cerita perihal putra-pulra sang Calur Bujangga. Adalah putranya sang Mpu Jaya Mahireng, laki-Iaki , tiga orang. Yang lertua bernama Taruhulu, adik Dwijendra sakti Wuwu Rawuh kepada Sri Gelgel, pada waktu beribu kota di Samplangan, bernama Tugu.
4. Lanjutkan lagi, carita peri hal putra-pulra sang Catur Bujangga. Adalah putranya sang Mpu Jaya Mahireng, laki-laki, tiga orang . Yang tertua bernama Taruhulu, adiknya empat Kayu Selem dan
b. 1. sang Wreksa lreng dan seorang perempuan dinamakan Ni Kayu Nyelem . Dan Putranya Mpu Panarajon, iaki-laki seorang dan perempuan empat orang, diupakara nama. Yang laki diberi nama sang Pranarajon, hampir sama
2. dengan nama ayahnya dan yang perempuan bernama Ni Ayu Nguli, Ni Kayu lreng, Ni Ayu Kinti, Ni Ayu Kaywan. Dan putra-putranya Mpu Tarunyan, empat orang, laki-laki seorang, perempuan tiga orang, diupakara nama.
3. Yang lertua bernama sang Tarunyan, sama dengan nama ayahnya dan namanya yang perempuan-perempuan, Ni Ayu Dani, Ni Ayu Tarunya, Ni Ayu Taruni. Itulah putra-putranya Mpu Tarunyan.
4. Adapun putra-putranya sang Badengan, laki-laki dua orang; diupakara nama, Ki Kayu Ceiagi, Ki Kayu Taruna. Sekianlah putra-putranya Ki Catur Sanak, baru dua lurunan, bersaudara sepupu.
50a. 1. Entah sudah berapa lamanya, ketika Lelah gcnap usianya kemudian saling ambil-mengambil dengan saudara-saudara sepupunya. Sang Taruwulu, mengambil istri Ni Ayu Kayu Cemeng, anak
2. sang Mpu Pranardjon. Adapun mereka yang bemama sang Kayu Selem mengambil istri Ni Ayu Tarunya, putri Mpu Tarunyan. Adapun saudaranya, yaitu sang Wreksa Ireng mengambii iSlri dua
3. orang, dimadu sesaudara, yailu yang bcmama Ni Ayu Nguli, Ni Ayu Kinti, putri sang Mpu Panarajon. Dan putranya Mpu Kaywan Ni Pranarajon, kelurunan sang Pranarajon, mengambil
4. islri yang bernama Ni Ayu Taruna, putri Mpu Tarunyan. Dan yang be.rnama sang Tarunyan, pulra Mpu Tarunyan, mengambil istri, putrinya Mpu Jaya Mahireng yang bemama Ni
b. 1. Ayu Kayu Nyelem. Dan putranya Mpu Madengan yang bemama<noinclude></noinclude>
plzx551fzhv8jq2d8tf6zw60uuyv785
113580
113306
2022-07-19T23:59:59Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||76}}
Lanjutkan lagi, cerita perihal putra-pulra sang Calur Bujangga. Adalah putranya sang Mpu Jaya Mahireng, laki-Iaki , tiga orang. Yang lertua bernama Taruhulu, adik Dwijendra sakti Wuwu Rawuh kepada Sri Gelgel, pada waktu beribu kota di Samplangan, bernama Tugu.
4. Lanjutkan lagi, carita peri hal putra-pulra sang Catur Bujangga. Adalah putranya sang Mpu Jaya Mahireng, laki-laki, tiga orang . Yang tertua bernama Taruhulu, adiknya empat Kayu Selem dan
b. 1. sang Wreksa lreng dan seorang perempuan dinamakan Ni Kayu Nyelem . Dan Putranya Mpu Panarajon, iaki-laki seorang dan perempuan empat orang, diupakara nama. Yang laki diberi nama sang Pranarajon, hampir sama
2. dengan nama ayahnya dan yang perempuan bernama Ni Ayu Nguli, Ni Kayu lreng, Ni Ayu Kinti, Ni Ayu Kaywan. Dan putra-putranya Mpu Tarunyan, empat orang, laki-laki seorang, perempuan tiga orang, diupakara nama.
3. Yang lertua bernama sang Tarunyan, sama dengan nama ayahnya dan namanya yang perempuan-perempuan, Ni Ayu Dani, Ni Ayu Tarunya, Ni Ayu Taruni. Itulah putra-putranya Mpu Tarunyan.
4. Adapun putra-putranya sang Badengan, laki-laki dua orang; diupakara nama, Ki Kayu Ceiagi, Ki Kayu Taruna. Sekianlah putra-putranya Ki Catur Sanak, baru dua lurunan, bersaudara sepupu.
50a. 1. Entah sudah berapa lamanya, ketika Lelah gcnap usianya kemudian saling ambil-mengambil dengan saudara-saudara sepupunya. Sang Taruwulu, mengambil istri Ni Ayu Kayu Cemeng, anak
2. sang Mpu Pranardjon. Adapun mereka yang bemama sang Kayu Selem mengambil istri Ni Ayu Tarunya, putri Mpu Tarunyan. Adapun saudaranya, yaitu sang Wreksa Ireng mengambii iSlri dua
3. orang, dimadu sesaudara, yailu yang bcmama Ni Ayu Nguli, Ni Ayu Kinti, putri sang Mpu Panarajon. Dan putranya Mpu Kaywan Ni Pranarajon, kelurunan sang Pranarajon, mengambil
4. islri yang bernama Ni Ayu Taruna, putri Mpu Tarunyan. Dan yang be.rnama sang Tarunyan, pulra Mpu Tarunyan, mengambil istri, putrinya Mpu Jaya Mahireng yang bemama Ni
b. 1. Ayu Kayu Nyelem. Dan putranya Mpu Madengan yang bemama<noinclude></noinclude>
t84lrnls927t64h3syrylmfbllope5a
113755
113580
2022-07-20T11:07:55Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||76}}
Lanjutkan lagi, cerita perihal putra-pulra sang Calur Bujangga. Adalah putranya sang Mpu Jaya Mahireng, laki-Iaki , tiga orang. Yang lertua bernama Taruhulu, adik Dwijendra sakti Wuwu Rawuh kepada Sri Gelgel, pada waktu beribu kota di Samplangan, bernama Tugu.
4. Lanjutkan lagi, carita peri hal putra-pulra sang Catur Bujangga. Adalah putranya sang Mpu Jaya Mahireng, laki-laki, tiga orang . Yang tertua bernama Taruhulu, adiknya empat Kayu Selem dan
b. 1. sang Wreksa lreng dan seorang perempuan dinamakan Ni Kayu Nyelem . Dan Putranya Mpu Panarajon, iaki-laki seorang dan perempuan empat orang, diupakara nama. Yang laki diberi nama sang Pranarajon, hampir sama
2. dengan nama ayahnya dan yang perempuan bernama Ni Ayu Nguli, Ni Kayu lreng, Ni Ayu Kinti, Ni Ayu Kaywan. Dan putra-putranya Mpu Tarunyan, empat orang, laki-laki seorang, perempuan tiga orang, diupakara nama.
3. Yang lertua bernama sang Tarunyan, sama dengan nama ayahnya dan namanya yang perempuan-perempuan, Ni Ayu Dani, Ni Ayu Tarunya, Ni Ayu Taruni. Itulah putra-putranya Mpu Tarunyan.
4. Adapun putra-putranya sang Badengan, laki-laki dua orang; diupakara nama, Ki Kayu Ceiagi, Ki Kayu Taruna. Sekianlah putra-putranya Ki Catur Sanak, baru dua lurunan, bersaudara sepupu.
50a. 1. Entah sudah berapa lamanya, ketika Lelah gcnap usianya kemudian saling ambil-mengambil dengan saudara-saudara sepupunya. Sang Taruwulu, mengambil istri Ni Ayu Kayu Cemeng, anak
2. sang Mpu Pranardjon. Adapun mereka yang bemama sang Kayu Selem mengambil istri Ni Ayu Tarunya, putri Mpu Tarunyan. Adapun saudaranya, yaitu sang Wreksa Ireng mengambii iSlri dua
3. orang, dimadu sesaudara, yailu yang bcmama Ni Ayu Nguli, Ni Ayu Kinti, putri sang Mpu Panarajon. Dan putranya Mpu Kaywan Ni Pranarajon, kelurunan sang Pranarajon, mengambil
4. islri yang bernama Ni Ayu Taruna, putri Mpu Tarunyan. Dan yang be.rnama sang Tarunyan, pulra Mpu Tarunyan, mengambil istri, putrinya Mpu Jaya Mahireng yang bemama Ni
b. 1. Ayu Kayu Nyelem. Dan putranya Mpu Madengan yang bemama<noinclude></noinclude>
0t5htqqqketcawsmwkq06hr0lq8k0cf
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/23
250
32284
113309
2022-07-19T13:25:08Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>52. Sing mejahang ira pacang naur.
ene anggon enden,
cincin irane ambil,
maka ciri teresna laku,
munyin ira kadung labuh
sing mejahang i rangsasa,
yenya enu nunggu tuuh,
ento pakarma ya, nira,
nira tusing pacang nilas.
53. I Gerantang mamedek anembah,
matur sampunang,
ngandika sapunika tuan dewi,
titiang jadma luwu,
wantah jatin titiang patut,
bakti nyokor ring sang nata,
samaliha ring Raden Galuh,
apan pemah panembahan,
mula titiang babataran.
54. Rahaden Galuh mangke mangerungu,
arum pangucape,
munyine ngolasang ati,
ne anak bagus nerus,
buka tuara ada bagus,
yen alih di gumi Daha,
Arya patih mantri demung.
ksatria muah bujangga,
makejang kasoran rupa
55. Rahaden Galuh malih amuus,
bungkung nirane anggen,
Tuan yang membunuh (raksasa) aku akan membayar,
ini dulu yang kupakai membayar,
ini ambil cincinku.
sebagai tanda kasih sayangku,
perkataanku terlanjur,
barang siapa dapat membunuh si raksasa,
jika masih aku hidup,
itu sebagai jodohku,
aku tidak akan mengingkari
I Gerantang dengan sujud menyembah,
berkata, "Jangan
berkata demikian tuan putri,
saya manusia nista,
karena kesungguhan bakti saya,
mengabdi pada Tuanku raja,
dan terhadap Raden Galuh,
karena sebagai junjungan,
sepantasnya saya sebagai abdi".
Raden Galuh mendengar,
sangat manis perkataannya,
perkataannya mengharukan,
"lni baru orang benar-benar bagus,
bagaikan tidak ada yang melebihi,
jika dicari di negara Daha,
para Arya, Patih, Mantri dan
Demung,
para Ksatria maupun Bujangga,
semua kalah rupanya."
Raden Galuh berkata lagi,
"Ini cincinku kau pakai,
{{right|23}}<noinclude></noinclude>
sect1u543exz2iwt10c6tx7i3za1hg0
113471
113309
2022-07-19T16:09:09Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>52. Sing mejahang ira pacang naur.
ene anggon enden,
cincin irane ambil,
maka ciri teresna laku,
munyin ira kadung labuh
sing mejahang i rangsasa,
yenya enu nunggu tuuh,
ento pakarma ya, nira,
nira tusing pacang nilas.
53. I Gerantang mamedek anembah,
matur sampunang,
ngandika sapunika tuan dewi,
titiang jadma luwu,
wantah jatin titiang patut,
bakti nyokor ring sang nata,
samaliha ring Raden Galuh,
apan pemah panembahan,
mula titiang babataran.
54. Rahaden Galuh mangke mangerungu,
arum pangucape,
munyine ngolasang ati,
ne anak bagus nerus,
buka tuara ada bagus,
yen alih di gumi Daha,
Arya patih mantri demung.
ksatria muah bujangga,
makejang kasoran rupa
55. Rahaden Galuh malih amuus,
bungkung nirane anggen,
Tuan yang membunuh (raksasa) aku akan membayar,
ini dulu yang kupakai membayar,
ini ambil cincinku.
sebagai tanda kasih sayangku,
perkataanku terlanjur,
barang siapa dapat membunuh si raksasa,
jika masih aku hidup,
itu sebagai jodohku,
aku tidak akan mengingkari
I Gerantang dengan sujud menyembah,
berkata, "Jangan
berkata demikian tuan putri,
saya manusia nista,
karena kesungguhan bakti saya,
mengabdi pada Tuanku raja,
dan terhadap Raden Galuh,
karena sebagai junjungan,
sepantasnya saya sebagai abdi".
Raden Galuh mendengar,
sangat manis perkataannya,
perkataannya mengharukan,
"lni baru orang benar-benar bagus,
bagaikan tidak ada yang melebihi,
jika dicari di negara Daha,
para Arya, Patih, Mantri dan
Demung,
para Ksatria maupun Bujangga,
semua kalah rupanya."
Raden Galuh berkata lagi,
"Ini cincinku kau pakai,
{{right|23}}<noinclude></noinclude>
rsz82jbf5ssi08ur5zmbr4umdzak674
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/41
250
32285
113310
2022-07-19T13:27:19Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>Pan Bekung ngaisiang.
sawang bingkih
laut ia manyemak keranjang
116. Pan bekung ngisinan keranjang
keranjangannyane sami misi
kenken ban madaya reko
bapa ngalih papah tubuh
pacang anggon bapa kisa
bapa gelis
dini nden idewa
117. Mangkin sampun polih kisa
Pan Bekung raris mawali
mangojog genah I Gerantang
Pan Bekung mangke amuwus
bapa nu ngajangin ulam
margi gelis
Gusti ajak bapa kabian
118. Kcap ulam smapun telas
Pan Bekung raris nyagjagin
laut nyemak mengandong
I Gerantang mangke saturut
sampun perapta marin abian
kubu asiki
I Gerantang raris manegak
119. Pan Bekung epot manyakan.
mamubuh laut premangkin
mangawe baboreh reko
sewes ngalablab jukut
sampun sami karatengang
wus masagi
tumuli raris madaar
120. Pan bekung raris mangucap
Pan Bekung ke pinggir
agar berat
lalu dia mengambil keranjang
Pan Bekung memasukkan ke
dalam keranjang
semua keranjangnya terisi
apa daya sekarang
Bapak mencari pelepah daun kelapa
akan ayah pakai kisa
ayah segera kembali
kamu tinggal dulu disini
setelah dapat kisa
Pan Bekung lalu kembali
menuju tempat I Gerantang
Pan Bekung lalu berkata
Ayah masih mengangkati ikan
mari kita berjalan
kamu ikut ke kebun ayah
Setelah ikan semua terngkat
Pan Bekung menyongsong
mengambil lalu menggendong
I Gerantang hanya menurut
setelah sampai di kebun
hanya ada sebuah pondok
I Gerantang lalu duduk
Pan Bekung sibuk menanak
membuat bubur
membuat param
dan memasak sayur
setelah semua masak
lalu dihidangkan
segera dia makan
Pan Bekung lalu berkata<noinclude></noinclude>
c51rnbzao06a3xb9uwhdb0dj7gbdumk
113509
113310
2022-07-19T17:09:13Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>Pan Bekung ngaisiang.
sawang bingkih
laut ia manyemak keranjang
116. Pan bekung ngisinan keranjang
keranjangannyane sami misi
kenken ban madaya reko
bapa ngalih papah tubuh
pacang anggon bapa kisa
bapa gelis
dini nden idewa
117. Mangkin sampun polih kisa
Pan Bekung raris mawali
mangojog genah I Gerantang
Pan Bekung mangke amuwus
bapa nu ngajangin ulam
margi gelis
Gusti ajak bapa kabian
118. Kocap ulam sampun telas
Pan Bekung raris nyagjagin
laut nyemak mengandong
I Gerantang mangke saturut
sampun perapta marin abian
kubu asiki
I Gerantang raris manegak
119. Pan Bekung epot manyakan.
mamubuh laut premangkin
mangawe baboreh reko
sewes ngalablab jukut
sampun sami karatengang
wus masagi
tumuli raris madaar
120. Pan bekung raris mangucap
Pan Bekung ke pinggir
agar berat
lalu dia mengambil keranjang
Pan Bekung memasukkan ke
dalam keranjang
semua keranjangnya terisi
apa daya sekarang
Bapak mencari pelepah daun kelapa
akan ayah pakai kisa
ayah segera kembali
kamu tinggal dulu disini
setelah dapat kisa
Pan Bekung lalu kembali
menuju tempat I Gerantang
Pan Bekung lalu berkata
Ayah masih mengangkati ikan
mari kita berjalan
kamu ikut ke kebun ayah
Setelah ikan semua terngkat
Pan Bekung menyongsong
mengambil lalu menggendong
I Gerantang hanya menurut
setelah sampai di kebun
hanya ada sebuah pondok
I Gerantang lalu duduk
Pan Bekung sibuk menanak
membuat bubur
membuat param
dan memasak sayur
setelah semua masak
lalu dihidangkan
segera dia makan
Pan Bekung lalu berkata,
*) kisa = anyaman daun kelapa yang menyerupai bakul
{{right|41}}<noinclude></noinclude>
idpwox0m1gbp6t4mv4soxxbqjjdlq1a
113679
113509
2022-07-20T03:16:59Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113509 antuk [[Special:Contributions/Listya Purnami|Listya Purnami]] ([[User talk:Listya Purnami|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>Pan Bekung ngaisiang.
sawang bingkih
laut ia manyemak keranjang
116. Pan bekung ngisinan keranjang
keranjangannyane sami misi
kenken ban madaya reko
bapa ngalih papah tubuh
pacang anggon bapa kisa
bapa gelis
dini nden idewa
117. Mangkin sampun polih kisa
Pan Bekung raris mawali
mangojog genah I Gerantang
Pan Bekung mangke amuwus
bapa nu ngajangin ulam
margi gelis
Gusti ajak bapa kabian
118. Kcap ulam smapun telas
Pan Bekung raris nyagjagin
laut nyemak mengandong
I Gerantang mangke saturut
sampun perapta marin abian
kubu asiki
I Gerantang raris manegak
119. Pan Bekung epot manyakan.
mamubuh laut premangkin
mangawe baboreh reko
sewes ngalablab jukut
sampun sami karatengang
wus masagi
tumuli raris madaar
120. Pan bekung raris mangucap
Pan Bekung ke pinggir
agar berat
lalu dia mengambil keranjang
Pan Bekung memasukkan ke
dalam keranjang
semua keranjangnya terisi
apa daya sekarang
Bapak mencari pelepah daun kelapa
akan ayah pakai kisa
ayah segera kembali
kamu tinggal dulu disini
setelah dapat kisa
Pan Bekung lalu kembali
menuju tempat I Gerantang
Pan Bekung lalu berkata
Ayah masih mengangkati ikan
mari kita berjalan
kamu ikut ke kebun ayah
Setelah ikan semua terngkat
Pan Bekung menyongsong
mengambil lalu menggendong
I Gerantang hanya menurut
setelah sampai di kebun
hanya ada sebuah pondok
I Gerantang lalu duduk
Pan Bekung sibuk menanak
membuat bubur
membuat param
dan memasak sayur
setelah semua masak
lalu dihidangkan
segera dia makan
Pan Bekung lalu berkata<noinclude></noinclude>
00a5wi81vvvvg0583hnhwq4lv4mrsq8
113713
113679
2022-07-20T07:02:42Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>Pan Bekung ngasisiang,
sawang bingkih,
laut ia manyemak keranjang.
116. Pan bekung ngisinan keran-
jang
keranjangannyane sami misi,
kenken ban madaya reko,
bapa ngalih papah tubuh,
pacang anggon bapa kisa,
bapa gelis,
dini kuda nden idewa.
117. Mangkin sampun polih kisa,
Pan Bekung raris mawali,
mangojog genah I Gerantang,
Pan Bekung mangke amuwus,
bapa nu ngajangin ulam.
margi gelis,
Gusti ajak bapa kabian.
118. Kocap ulam sampun telas,
Pan Bekung raris nyagjagin,
laut nyemak mengandong,
I Gerantang mangke saturut,
sampun perapta marin abian,
kubu asiki,
I Gerantang raris manegak,
119. Pan Bekung epot manyakan,
mamubuh laut premangkin
mangawe baboreh reko,
sewes ngalablab jukut,
sampun sami karatengang ,
wus masagi,
tumuli raris madaar.
120. Pan bekung raris mangucap,
Pan Bekung ke pinggir,
agar berat,
lalu dia mengambil keranjang,
Pan Bekung memasukkan ke
dalam keranjang,
semua keranjangnya terisi,
apa daya sekarang,
"Bapak mencari pelepah daun kelapa,
akan ayah pakai kisa*),
ayah segera kembali,
kamu tinggal dulu di sini",
setelah dapat kisa,
Pan Bekung lalu kembali,
menuju tempat I Gerantang
Pan Bekung lalu berkata,
"Ayah masih mengangkati ikan,
mari kita berjalan.
kamu ikut ke kebun ayah".
Setelah ikan semua terangkat,
Pan Bekung menyongsong,
mengambil lalu menggendong,
I Gerantang hanya menurut,
setelah sampai di kebun,
hanya ada sebuah pondok,
I Gerantang lalu duduk,
Pan Bekung sibuk menanak,
membuat bubur,
membuat param,
dan memasak sayur,
setelah semua masak,
lalu dihidangkan,
segera dia makan,
Pan Bekung lalu berkata,
*) kisa = anyaman daun kelapa yang menyerupai bakul.
41<noinclude></noinclude>
jgbhzq3i4io48ztjfq0ipjug540mjg2
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/84
250
32286
113311
2022-07-19T13:33:08Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||77}}
3. mwah yan ulihakna yaya limpad kasusaklyanya tawan sang yayah, apan wus wruh umanjing mijil, umaha ing swarghaloka, ya helunyan rep sapunpunan ira, welning wicitrane kryana palih pasung garigis,
4. mwang kbo iwa, neng akna ngkata sakareng //0// Wanlun kna mwah tang carita lucapa mpu kamareka, wus wayah pwa luwuh anakira, sang jaya kayu ireng, akuren tawan sanak
b. 1. ni kayu ireng, wawu,nga, salurunan, kunang sira sang jaya ireng, tumuli pwa sira apodgata, kaya sang bapa, apan mutaning bhujangga bali, piwkas bhatara nguni, linapak de sang yayah, ther ginanti
2. kang puspata, mangke hanama mpu ghnijaya mahireng, mangkana kacaritanya, ri wkasan sira mpu kamareka, mwah ta ya asuta,3, diri, taki taki paripumna, inaranan sang madhe clagi,
3. sang nyoman tarunyan, sang ktut kayu selem, ri wkasan prasamasira pada mujanggain, tinapak de sang bapa, wussing apodgata, sang kayu ctagi inaranan sira mpu kaywan, kang waruju inaranan sira
4. mpu nyoman tarunyan, kang pinih klUl inaranan pwa mpu badngan, tankata punang wadhu, ya ta pwa prasama hangutah prakirti karmma, kunang sira mpu de kaywan, sah saking gwa song ayoga marong pranarajon,
49a. 1. awesma maring balingkang, mwah waneh sira mpu nyoman tarunyan, angalih i sira unggwan, ayoga ajcnging ghiri lulukbyu, nga, blong, duking mangka wiltaning desa, nga, tarunyan,
2. ya marmmanya asalin pangkusan, ingaranan sira mpu tarunyan, kunang sira mpu ghnijaya mahireng, papareng tawan sang mpu badengan pinih alit, kari pwa sira ayoga maring gwa song,
3. umiring sang yayah, ri wkasan ya ta ingaranan desa songan, mangkana pidarltanya i nguni, ling sang dwijendra sakti wawu dateng, ring sri haji gelgel, kata asrameng samptangan, nga, lugu,
4. wantunan mwah punang carita, babahaning sutanira sang catur bhujangga, hanane sutanya sang mpu jaya mahireng, jalujalu,3, kang panwa haran sang taruhulu, mahari sang kayu selem, mwah
b. 1. sang wreksa ireng, mwah stri sawiji, ingarana ni kayu nyelem, kunang mwah sutane mpu pranarajon. jalu sawiji, sm, ptang diri,<noinclude></noinclude>
fh35vegaqdp40enpxchv1w4zmuz9mn3
113588
113311
2022-07-20T00:03:53Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||77}}
3. mwah yan ulihakna yaya limpad kasusaklyanya tawan sang yayah, apan wus wruh umanjing mijil, umaha ing swarghaloka, ya helunyan rep sapunpunan ira, welning wicitrane kryana palih pasung garigis,
4. mwang kbo iwa, neng akna ngkata sakareng //0// Wanlun kna mwah tang carita lucapa mpu kamareka, wus wayah pwa luwuh anakira, sang jaya kayu ireng, akuren tawan sanak
b. 1. ni kayu ireng, wawu,nga, salurunan, kunang sira sang jaya ireng, tumuli pwa sira apodgata, kaya sang bapa, apan mutaning bhujangga bali, piwkas bhatara nguni, linapak de sang yayah, ther ginanti
2. kang puspata, mangke hanama mpu ghnijaya mahireng, mangkana kacaritanya, ri wkasan sira mpu kamareka, mwah ta ya asuta,3, diri, taki taki paripumna, inaranan sang madhe clagi,
3. sang nyoman tarunyan, sang ktut kayu selem, ri wkasan prasamasira pada mujanggain, tinapak de sang bapa, wussing apodgata, sang kayu ctagi inaranan sira mpu kaywan, kang waruju inaranan sira
4. mpu nyoman tarunyan, kang pinih klUl inaranan pwa mpu badngan, tankata punang wadhu, ya ta pwa prasama hangutah prakirti karmma, kunang sira mpu de kaywan, sah saking gwa song ayoga marong pranarajon,
49a. 1. awesma maring balingkang, mwah waneh sira mpu nyoman tarunyan, angalih i sira unggwan, ayoga ajcnging ghiri lulukbyu, nga, blong, duking mangka wiltaning desa, nga, tarunyan,
2. ya marmmanya asalin pangkusan, ingaranan sira mpu tarunyan, kunang sira mpu ghnijaya mahireng, papareng tawan sang mpu badengan pinih alit, kari pwa sira ayoga maring gwa song,
3. umiring sang yayah, ri wkasan ya ta ingaranan desa songan, mangkana pidarltanya i nguni, ling sang dwijendra sakti wawu dateng, ring sri haji gelgel, kata asrameng samptangan, nga, lugu,
4. wantunan mwah punang carita, babahaning sutanira sang catur bhujangga, hanane sutanya sang mpu jaya mahireng, jalujalu,3, kang panwa haran sang taruhulu, mahari sang kayu selem, mwah
b. 1. sang wreksa ireng, mwah stri sawiji, ingarana ni kayu nyelem, kunang mwah sutane mpu pranarajon. jalu sawiji, sm, ptang diri,<noinclude></noinclude>
liaa8h1pa0nlmpbys2jg9syffdetcsn
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/42
250
32287
113314
2022-07-19T13:36:41Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>duh mirah Gusti matangi,
lawanin Gusti madaar,
pang Gusti gelis nalutus ,
I Geran tang mangke atangia,
ngucap aris,
tittiang nunas legan bapa.
12 I . I Gerantang mangke madaar,
satara aji kalih,
liang kayunnyane reko,
Pan Bekung mangke amuwus,
dini enden Gusti mirah,
bapa mulih,
ngaba ulame punika.
122. I Gerantang alon angucap,
inggih bapa apang gelis,
Pan Bekung raris majalan ,
amakta ulam puniku,
sampun te ked jani jumah,
mangaukin ,
Men Bekung laut manyagjag.
123 . Men Bekung encol madagang.
akeh anak mamelinin ,
lais pindanganyane reko,
Men Bekung raris mantuk ,
sampun teked jani jumah
gelis nampin,
Men Bekung nutug kaabian
124. Sampun perapta maring atxan,
Pan Bekung raris kapanggi h .
epot manyakan di paon.
Men Bekung mangke andulu.
nyen ento anake negak ,
raga keris,
"Aduh, anakku bangunlah,
paksaka n dirirnu makan ,
supaya segera kamu sehat",
sekarang I Gerantang bangun,
dan berkata,
"Saya terima kebaikan hati
bapak ".
Lalu I G erantang makan,
mereka berdua,
sangat gembira hatinya,
kemudian Pan Bekung berkata,
"Kamu tinggal dulu di sini,
bapak pulang,
membawa ikan-ikan itu".
I Gerantang berkata pelan,
"Ya bapak supaya lebih cepat",
Pan Bekung lalu berj alan ,
membawa ikan itu,
setelah tiba di rnmah,
lalu memanggil.
Men Bekung segera menyong
song.
Men Bekung segera berjualan,
banyak orang membeli.
sungguh laris ikan pindangnya,
Men Be kung segera pulang,
setelah sampai di rumah,
mengambil sirih,
dan Men Bekung menyusul ke
kebun
Setelah sampai di kebun (pondok) .
dijum painva Pan Bekung,
sibuk menanak di dapur.
Men Be kung sekarang melihat.
"Siapa yang duduk i tu ? "
badannya sangat kurus?"<noinclude></noinclude>
a17yr7320x19471upw7cp7k4f3r5nug
113412
113314
2022-07-19T15:11:13Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>duh mirah Gusti matangi,
lawanin Gusti madaar,
pang Gusti gelis nalutus ,
I Geran tang mangke atangia,
ngucap aris,
tittiang nunas legan bapa.
12 I . I Gerantang mangke madaar,
satara aji kalih,
liang kayunnyane reko,
Pan Bekung mangke amuwus,
dini enden Gusti mirah,
bapa mulih,
ngaba ulame punika.
122. I Gerantang alon angucap,
inggih bapa apang gelis,
Pan Bekung raris majalan ,
amakta ulam puniku,
sampun te ked jani jumah,
mangaukin ,
Men Bekung laut manyagjag.
123 . Men Bekung encol madagang.
akeh anak mamelinin ,
lais pindanganyane reko,
Men Bekung raris mantuk ,
sampun teked jani jumah
gelis nampin,
Men Bekung nutug kaabian
124. Sampun perapta maring atxan,
Pan Bekung raris kapanggi h .
epot manyakan di paon.
Men Bekung mangke andulu.
nyen ento anake negak ,
raga keris,
"Aduh, anakku bangunlah,
paksaka n dirirnu makan ,
supaya segera kamu sehat",
sekarang I Gerantang bangun,
dan berkata,
"Saya terima kebaikan hati
bapak ".
Lalu I G erantang makan,
mereka berdua,
sangat gembira hatinya,
kemudian Pan Bekung berkata,
"Kamu tinggal dulu di sini,
bapak pulang,
membawa ikan-ikan itu".
I Gerantang berkata pelan,
"Ya bapak supaya lebih cepat",
Pan Bekung lalu berj alan ,
membawa ikan itu,
setelah tiba di rnmah,
lalu memanggil.
Men Bekung segera menyong
song.
Men Bekung segera berjualan,
banyak orang membeli.
sungguh laris ikan pindangnya,
Men Be kung segera pulang,
setelah sampai di rumah,
mengambil sirih,
dan Men Bekung menyusul ke
kebun
Setelah sampai di kebun (pondok) .
dijum painva Pan Bekung,
sibuk menanak di dapur.
Men Be kung sekarang melihat.
"Siapa yang duduk i tu ? "
badannya sangat kurus?"<noinclude></noinclude>
8nnsywi8woqcssmrpnyj8icqm6t34g1
113680
113412
2022-07-20T03:17:56Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113412 antuk [[Special:Contributions/Damayantidwi|Damayantidwi]] ([[User talk:Damayantidwi|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>duh mirah Gusti matangi,
lawanin Gusti madaar,
pang Gusti gelis nalutus ,
I Geran tang mangke atangia,
ngucap aris,
tittiang nunas legan bapa.
12 I . I Gerantang mangke madaar,
satara aji kalih,
liang kayunnyane reko,
Pan Bekung mangke amuwus,
dini enden Gusti mirah,
bapa mulih,
ngaba ulame punika.
122. I Gerantang alon angucap,
inggih bapa apang gelis,
Pan Bekung raris majalan ,
amakta ulam puniku,
sampun te ked jani jumah,
mangaukin ,
Men Bekung laut manyagjag.
123 . Men Bekung encol madagang.
akeh anak mamelinin ,
lais pindanganyane reko,
Men Bekung raris mantuk ,
sampun teked jani jumah
gelis nampin,
Men Bekung nutug kaabian
124. Sampun perapta maring atxan,
Pan Bekung raris kapanggi h .
epot manyakan di paon.
Men Bekung mangke andulu.
nyen ento anake negak ,
raga keris,
"Aduh, anakku bangunlah,
paksaka n dirirnu makan ,
supaya segera kamu sehat",
sekarang I Gerantang bangun,
dan berkata,
"Saya terima kebaikan hati
bapak ".
Lalu I G erantang makan,
mereka berdua,
sangat gembira hatinya,
kemudian Pan Bekung berkata,
"Kamu tinggal dulu di sini,
bapak pulang,
membawa ikan-ikan itu".
I Gerantang berkata pelan,
"Ya bapak supaya lebih cepat",
Pan Bekung lalu berj alan ,
membawa ikan itu,
setelah tiba di rnmah,
lalu memanggil.
Men Bekung segera menyong
song.
Men Bekung segera berjualan,
banyak orang membeli.
sungguh laris ikan pindangnya,
Men Be kung segera pulang,
setelah sampai di rumah,
mengambil sirih,
dan Men Bekung menyusul ke
kebun
Setelah sampai di kebun (pondok) .
dijum painva Pan Bekung,
sibuk menanak di dapur.
Men Be kung sekarang melihat.
"Siapa yang duduk i tu ? "
badannya sangat kurus?"<noinclude></noinclude>
fwb7kj9mznmsgqmi97wvdszbmwg25gy
113715
113680
2022-07-20T07:13:55Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>duh mirah Gusti matangi,
lawanin Gusti madaar,
pang Gusti gelis nalutus ,
I Gerantang mangke atangia,
ngucap aris,
tittiang nunas legan bapa.
121. I Gerantang mangke madaar,
satara aji kalih,
liang kayunnyane reko,
Pan Bekung mangke amuwus,
dini enden Gusti mirah,
bapa mulih,
ngaba ulame punika.
122. I Gerantang alon angucap,
inggih bapa apang gelis,
Pan Bekung raris majalan ,
amakta ulam puniku,
sampun teked jani jumah,
mangaukin ,
Men Bekung laut manyagjag.
123 . Men Bekung encol madagang,
akeh anak mamelinin ,
lais pindanganyane reko,
Men Bekung raris mantuk ,
sampun teked jani jumah
gelis nampin,
Men Bekung nutug ka abian
124. Sampun perapta maring abian,
Pan Bekung raris kapanggih,
epot manyakan di paon,
Men Bekung mangke andulu.
nyen ento anake negak ,
raga keris,
"Aduh, anakku bangunlah,
paksakan dirimu makan,
supaya segera kamu sehat",
sekarang I Gerantang bangun,
dan berkata,
"Saya terima kebaikan hati
bapak ".
Lalu I G rantang makan,
mereka berdua,
sangat gembira hatinya,
kemudian Pan Bekung berkata,
"Kamu tinggal dulu di sini,
bapak pulang,
membawa ikan-ikan itu".
I Gerantang berkata pelan,
"Ya bapak supaya lebih cepat",
Pan Bekung lalu berjalan ,
membawa ikan itu,
setelah tiba di rumah,
lalu memanggil.
Men Bekung segera menyong-
song.
Men Bekung segera berjualan,
banyak orang membeli.
sungguh laris ikan pindangnya,
Men Bekung segera pulang,
setelah sampai di rumah,
mengambil sirih,
dan Men Bekung menyusul ke
kebun
Setelah sampai di kebun (pon-
dok).
dijumpainya Pan Bekung,
sibuk menanak di dapur.
Men Bekung sekarang melihat.
"Siapa yang duduk itu? "
badannya sangat kurus?"
42<noinclude></noinclude>
r2c0xx89mycix8eiig3x3t16hra3x3b
113718
113715
2022-07-20T08:10:29Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>duh mirah Gusti matangi, <br>
lawanin Gusti madaar,<br>
pang Gusti gelis nalutus ,<br>
I Gerantang mangke atangia,<br>
ngucap aris,<br>
tittiang nunas legan bapa.
121. I Gerantang mangke madaar,<br>
satara aji kalih,<br>
liang kayunnyane reko,<br>
Pan Bekung mangke amuwus,<br>
dini enden Gusti mirah,<br>
bapa mulih,<br>
ngaba ulame punika.
122. I Gerantang alon angucap,<br>
inggih bapa apang gelis,<br>
Pan Bekung raris majalan ,<br>
amakta ulam puniku,<br>
sampun teked jani jumah,<br>
mangaukin ,<br>
Men Bekung laut manyagjag.
123 . Men Bekung encol madagang,<br>
akeh anak mamelinin ,<br>
lais pindanganyane reko,<br>
Men Bekung raris mantuk ,<br>
sampun teked jani jumah<br>
gelis nampin,<br>
Men Bekung nutug ka abian
124. Sampun perapta maring abian,<br>
Pan Bekung raris kapanggih,<br>
epot manyakan di paon,<br>
Men Bekung mangke andulu.<br>
nyen ento anake negak ,<br>
raga keris,
"Aduh, anakku bangunlah,<br>
paksakan dirimu makan,<br>
supaya segera kamu sehat",<br>
sekarang I Gerantang bangun,<br>
dan berkata,
"Saya terima kebaikan hati<br>
bapak ".
Lalu I Gerantang makan,<br>
mereka berdua,<br>
sangat gembira hatinya,<br>
kemudian Pan Bekung berkata,<br>
"Kamu tinggal dulu di sini,<br>
bapak pulang,<br>
membawa ikan-ikan itu".
I Gerantang berkata pelan,<br>
"Ya bapak supaya lebih cepat",<br>
Pan Bekung lalu berjalan ,<br>
membawa ikan itu,<br>
setelah tiba di rumah,<br>
lalu memanggil.<br>
Men Bekung segera menyong-<br>
song.
Men Bekung segera berjualan,<br>
banyak orang membeli.<br>
sungguh laris ikan pindangnya,<br>
Men Bekung segera pulang,<br>
setelah sampai di rumah,<br>
mengambil sirih,<br>
dan Men Bekung menyusul ke<br>
kebun
Setelah sampai di kebun (pon-<br>
dok).<br>
dijumpainya Pan Bekung,<br>
sibuk menanak di dapur.<br>
Men Bekung sekarang melihat.<br>
"Siapa yang duduk itu? "<br>
badannya sangat kurus?"
42<noinclude></noinclude>
fvsbyuhzal1a56xp22grxwbippgr8nq
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/13
250
32288
113315
2022-07-19T13:36:57Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>20. Singgih pukulun dewa sang sinuhun,
alinggih sasuhunan,
banggayang titiang iriki,
sang nata lingnia muwus,
saking endi sangkan ipun,
sayang san maninggal desa,
warahana anak ingsun,
yen angdenya cai bunga,
bumara kembang sarinnya,
21. Kenken keranan cai lampus,
ngutang-ngutang awak,
warahana ingsun cai,
I Gerantang nembah matur,
singgih dewa sang sinuhun,
tan bisa titiang ring awak,
imeme ibapa nundung,
masa titiang tani lepas,
titiang tuara nahen iwang,
22. Prasama pada welas ngerungu,
perebekel muang manca,
kanuruhan lan arya patih,
tur goba pantes bagus,
munyine manis alus,
sing mirengan pada gaok,
ne anak bagus nerus,
tusing ada pada pada,
yan nya tuah pada di jaba.
23. Parekare nyung, pabisik pada kenyung
"Ya tuanku raja Junjungan
hamba,
duduklah tuanku,
biarlah kami di sini ".
Sang raja lalu berkata,
"Dari mana asalmu,
sungguh kasihan meninggalkan
desa,
katakanlah asalmu,
jika diumpamakan kamu sebagai bunga,
baru sedang mekarnya.
Apa sebabnya kamu melarikan
diri,
membuang-buang diri,
kamu beritahulah aku",
I Gerantang sujud berkata,
"Ya tuanku junjungan hamba,
memang kebodohan saya,
ibu dan ayah mengusir saya,
saya merasa tidak bersalah,
saya tidak pernah mengingkari."
Semua yang hadir kasihan mendengar,
para perebekel dan manca,
kanuruhan dan arya patih,
lagi pula rupanya bagus,
suaranya manis halus,
setiap yang mendengar merasa
kagum,
ini baru anak tampan sekali.
tidak ada yang menyamai,
jika diambilkan pada orang kebanyakan.
Para pelayan berbisik-bisik dan
tersenyum,
{{right|13}}<noinclude></noinclude>
9i2pws8qwrfcf6tutccaiaj8z9kc05a
113392
113315
2022-07-19T15:00:48Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>20. Singgih pukulun dewa sang sinuhun,
alinggih sasuhunan,
banggayang titiang iriki,
sang nata lingnia muwus,
saking endi sangkan ipun,
sayang san maninggal desa,
warahana anak ingsun,
yen angdenya cai bunga,
bumara kembang sarinnya,
21. Kenken keranan cai lampus,
ngutang-ngutang awak,
warahana ingsun cai,
I Gerantang nembah matur,
singgih dewa sang sinuhun,
tan bisa titiang ring awak,
imeme ibapa nundung,
masa titiang tani lepas,
titiang tuara nahen iwang,
22. Prasama pada welas ngerungu,
perebekel muang manca,
kanuruhan lan arya patih,
tur goba pantes bagus,
munyine manis alus,
sing mirengan pada gaok,
ne anak bagus nerus,
tusing ada pada pada,
yan nya tuah pada di jaba.
23. Parekare nyung, pabisik pada kenyung
"Ya tuanku raja Junjungan
hamba,
duduklah tuanku,
biarlah kami di sini ".
Sang raja lalu berkata,
"Dari mana asalmu,
sungguh kasihan meninggalkan
desa,
katakanlah asalmu,
jika diumpamakan kamu sebagai bunga,
baru sedang mekarnya.
Apa sebabnya kamu melarikan
diri,
membuang-buang diri,
kamu beritahulah aku",
I Gerantang sujud berkata,
"Ya tuanku junjungan hamba,
memang kebodohan saya,
ibu dan ayah mengusir saya,
saya merasa tidak bersalah,
saya tidak pernah mengingkari."
Semua yang hadir kasihan mendengar,
para perebekel dan manca,
kanuruhan dan arya patih,
lagi pula rupanya bagus,
suaranya manis halus,
setiap yang mendengar merasa
kagum,
ini baru anak tampan sekali.
tidak ada yang menyamai,
jika diambilkan pada orang kebanyakan.
Para pelayan berbisik-bisik dan
tersenyum,
{{right|13}}<noinclude></noinclude>
1k14c7ujdd0wevvotfbh7ywz5d3q7vi
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/46
250
32289
113316
2022-07-19T13:41:34Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>136.
Urab barak
urab putih sam-
pun,
puput maadonan,
jajeruk gagecokne,
Ki Rahaden Mantri amuwus,
abaang kai mai sangu,
basang kai suba layah,
wang jerone pakabusut,
ngaturang daar pacampah,
mawadah dulang-dulangan.
137. Ulam ipun masanding mapun-
duh,
ada mawadah dulang,
pane ngiu sidi ,
Rahaden Mantri menyekul,
bene tuah jamak malu,
ngesop nasi ngeeng anawan,
nyemak lawar lan jajeruk,
buka tuara ngamah-amah,
ne asopan akenyeman.
138.
Sawatara ulame yan itung,
yan cara pabean,
sawatara seket besik,
urapnya tuara kantun,
buin urutan timpal ipun,
basangan seleng dadua,
masundul manuk tatelu,
katut tulange masih telah
meng kari bulunnya dogan.
Lawar merah, lawar putih, su-
dah,
selesai dicampur,
kuah dan gecok (jenis lawar),
Raden Mantri berkata,
" Bawakan aku nasi ke mari,
perutku sudah lapar,
para pembantu sibuk,
membawakan makanan
yang tidak sempurna,
mawadah dulang-dulangan.
bertempat pada dulang.
Dagingnya berdampingan ber-
kumpul,
ada bertempat di dulang,
pada periuk, bakul dan ayakan,
Raden Mantri. mulai makan,
dagingnya yang diambil dulu,
ada bertempat di dulang,
menyuapkan nasi memakai ta-
ngan kiri dan kanan.
mengambil lawar dan kuah,
bagaikan orang lama tak ma-
kan-makan.
yang sesuap sekejap mata le-
nyap,
Kira-kira jika dagingnya dihi-
tung,
seperti dalam upacara bakar
mayat,
lebih kurang 50 bagian,
lawarnya habis,
ditambah lagi daging ayam jan-
tan tiga ekor.
sampai tulang-tulangnya habis, hanya tinggal bulu-bulunya sa-
ja.
46<noinclude></noinclude>
3b3hducpkna27mr2wf25mvz60kh1qg7
113419
113316
2022-07-19T15:13:48Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>136. Urab barak urab putih sam-
pun,
puput maadonan,
jajeruk gagecokne,
Ki Rahaden Mantri amuwus,
abaang kai mai sangu,
basang kai suba layah,
wang jerone pakabusut,
ngaturang daar pacampah,
mawadah dulang-dulangan.
137. Ulam ipun masanding mapun-
duh,
ada mawadah dulang,
pane ngiu sidi ,
Rahaden Mantri menyekul,
bene tuah jamak malu,
ngesop nasi ngeeng anawan,
nyemak lawar lan jajeruk,
buka tuara ngamah-amah,
ne asopan akenyeman.
138.
Sawatara ulame yan itung,
yan cara pabean,
sawatara seket besik,
urapnya tuara kantun,
buin urutan timpal ipun,
basangan seleng dadua,
masundul manuk tatelu,
katut tulange masih telah
meng kari bulunnya dogan.
Lawar merah, lawar putih, su-
dah,
selesai dicampur,
kuah dan gecok (jenis lawar),
Raden Mantri berkata,
" Bawakan aku nasi ke mari,
perutku sudah lapar,
para pembantu sibuk,
membawakan makanan
yang tidak sempurna,
mawadah dulang-dulangan.
bertempat pada dulang.
Dagingnya berdampingan ber-
kumpul,
ada bertempat di dulang,
pada periuk, bakul dan ayakan,
Raden Mantri. mulai makan,
dagingnya yang diambil dulu,
ada bertempat di dulang,
menyuapkan nasi memakai ta-
ngan kiri dan kanan.
mengambil lawar dan kuah,
bagaikan orang lama tak ma-
kan-makan.
yang sesuap sekejap mata le-
nyap,
Kira-kira jika dagingnya dihi-
tung,
seperti dalam upacara bakar
mayat,
lebih kurang 50 bagian,
lawarnya habis,
ditambah lagi daging ayam jan-
tan tiga ekor.
sampai tulang-tulangnya habis, hanya tinggal bulu-bulunya sa-
ja.
46<noinclude></noinclude>
p9w8aje41fnteexawhmsix8hnlcjnl1
113683
113419
2022-07-20T03:37:40Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113419 antuk [[Special:Contributions/Damayantidwi|Damayantidwi]] ([[User talk:Damayantidwi|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>136.
Urab barak
urab putih sam-
pun,
puput maadonan,
jajeruk gagecokne,
Ki Rahaden Mantri amuwus,
abaang kai mai sangu,
basang kai suba layah,
wang jerone pakabusut,
ngaturang daar pacampah,
mawadah dulang-dulangan.
137. Ulam ipun masanding mapun-
duh,
ada mawadah dulang,
pane ngiu sidi ,
Rahaden Mantri menyekul,
bene tuah jamak malu,
ngesop nasi ngeeng anawan,
nyemak lawar lan jajeruk,
buka tuara ngamah-amah,
ne asopan akenyeman.
138.
Sawatara ulame yan itung,
yan cara pabean,
sawatara seket besik,
urapnya tuara kantun,
buin urutan timpal ipun,
basangan seleng dadua,
masundul manuk tatelu,
katut tulange masih telah
meng kari bulunnya dogan.
Lawar merah, lawar putih, su-
dah,
selesai dicampur,
kuah dan gecok (jenis lawar),
Raden Mantri berkata,
" Bawakan aku nasi ke mari,
perutku sudah lapar,
para pembantu sibuk,
membawakan makanan
yang tidak sempurna,
mawadah dulang-dulangan.
bertempat pada dulang.
Dagingnya berdampingan ber-
kumpul,
ada bertempat di dulang,
pada periuk, bakul dan ayakan,
Raden Mantri. mulai makan,
dagingnya yang diambil dulu,
ada bertempat di dulang,
menyuapkan nasi memakai ta-
ngan kiri dan kanan.
mengambil lawar dan kuah,
bagaikan orang lama tak ma-
kan-makan.
yang sesuap sekejap mata le-
nyap,
Kira-kira jika dagingnya dihi-
tung,
seperti dalam upacara bakar
mayat,
lebih kurang 50 bagian,
lawarnya habis,
ditambah lagi daging ayam jan-
tan tiga ekor.
sampai tulang-tulangnya habis, hanya tinggal bulu-bulunya sa-
ja.
46<noinclude></noinclude>
7a700qmrx7hiiwom7jhimxd40tphljk
113733
113683
2022-07-20T09:23:28Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>136. Urab barak urab putih sam-<br>
pun,<br>
puput maadonan,<br>
jajeruk gagecokne,<br><br>
Ki Rahaden Mantri amuwus,<br>
abaang kai mai sangu,<br>
basang kai suba layah,<br>
wang jerone pakabusut,<br>
ngaturang daar pacampah,<br>
mawadah dulang-dulangan.
137. Ulamipun masanding mapun-<br>
duh,<br>
ada mawadah dulang,<br>
pane ngiu sidi ,<br>
Rahaden Mantri menyekul,<br>
bene tuah jamak malu,<br>
ngesop nasi ngeeng anawan,<br>
nyemak lawar lan jajeruk,<br>
buka tuara ngamah-amah,<br>
ne asopan akenyeman.
138. Sawatara ulame yan itung,
yan cara pabean,
sawatara seket besik,<br>
urapnya tuara kantun,<br>
buin urutan timpal ipun,<br>
basangan seleng dadua,<br>
masundul manuk tatelu,<br>
katut tulange masih telah <br>
meng kari bulunnya dogan.
Lawar merah, lawar putih, su-<br>
dah,<br>
selesai dicampur,<br>
kuah dan gecok (jenis lawar),<br>
Raden Mantri berkata,<br>
" Bawakan aku nasi ke mari,<br>
perutku sudah lapar,<br>
para pembantu sibuk,<br>
membawakan makanan<br>
yang tidak sempurna,<br>
mawadah dulang-dulangan.<br>
bertempat pada dulang.
Dagingnya berdampingan ber-<br>
kumpul,<br>
ada bertempat di dulang,<br>
pada periuk, bakul dan ayakan,<br>
Raden Mantri. mulai makan,<br>
dagingnya yang diambil dulu,<br>
ada bertempat di dulang,<br>
menyuapkan nasi memakai ta-<br>
ngan kiri dan kanan.<br>
mengambil lawar dan kuah,<br>
bagaikan orang lama tak ma-<br>
kan-makan.<br>
yang sesuap sekejap mata le-<br>
nyap,
Kira-kira jika dagingnya dihi-<br>
tung,<br>
seperti dalam upacara bakar<br>
mayat,<br>
lebih kurang 50 bagian,<br>
lawarnya habis,<br>
ditambah dengan susis <br>
usus babi dua ekor<br>
ditambah lagi daging ayam jan-<br>
tan tiga ekor.<br>
sampai tulang-tulangnya habis,<br>
hanya tinggal bulu-bulunya sa-<br>
ja.
46<noinclude></noinclude>
s07o87ii9f9farkrp5p4fd5pl5mxcu3
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/47
250
32290
113317
2022-07-19T13:42:49Z
Tudpartha
144
/* Bermasalah */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="2" user="Tudpartha" /></noinclude>
I Cupak yang diangkat menjadi Mantri Anom pekerjaannya hanya
berpesta pora dilayani oleh para pelayannya.<noinclude></noinclude>
17rauzoka0x8ck831ohalw64q50w3p6
113318
113317
2022-07-19T13:43:11Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>
I Cupak yang diangkat menjadi Mantri Anom pekerjaannya hanya
berpesta pora dilayani oleh para pelayannya.<noinclude></noinclude>
llszpdp4rqnf442iv7l1n5ethoj1nno
113515
113318
2022-07-19T17:14:58Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>
I Cupak yang diangkat menjadi Mantri Anom pekerjaannya hanya
berpesta pora dilayani oleh para pelayannya.<noinclude></noinclude>
5szd53si1thp9b4y8cj6vsoiyh28m2z
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/58
250
32291
113319
2022-07-19T13:47:05Z
Ni Luh Septiani
788
/* Kaca sané sampun kauji */ Ngardi kaca madaging "prajani nyalempoh kecud.<br> Pan Bekung mangelaut matur,<br> dewa ratu Gustin titiang, duh mantukan sang sinuun ,<br> naweg titiang nunas ica,<br> tan urung tuah titiang pejah. seketika lemas karena takut.<br> Pan Bekung lalu berkata.<br> "Ya tuan putri junjungan ham-<br> ba.<br> pulanglah tuan putri,<br> hamba mohon dengan sangat,<br> tentu hamba akan mati kare-<br> na hal ini". I71 . Sira ngemban mangke lingira<br> muwus,<br> jejeh san...
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Luh Septiani" /></noinclude>prajani nyalempoh kecud.<br>
Pan Bekung mangelaut matur,<br>
dewa ratu Gustin titiang,
duh mantukan sang sinuun ,<br>
naweg titiang nunas ica,<br>
tan urung tuah titiang pejah.
seketika lemas karena takut.<br>
Pan Bekung lalu berkata.<br>
"Ya tuan putri junjungan ham-<br>
ba.<br>
pulanglah tuan putri,<br>
hamba mohon dengan sangat,<br>
tentu hamba akan mati kare-<br>
na hal ini".
I71 . Sira ngemban mangke lingira<br>
muwus,<br>
jejeh san nanang,<br>
ngenot jejeh Pan Bekung mati,
satingkahe katutur,
Pan Bekung asemu kenyung,<br>
i ngemban raris angucap,<br>
eda ja Pan Bekung takut.<br>
Pan Bekung amanggih bagia,
pianak nyeneng satata.
lnang pengasuh sekarang ber-<br>
kata,<br>
" Rupanya bapak takut sekali",<br>
melihat ketakutan Pan Bekung<br>
bagaikan akan mati,<br>
lalu diceritakan segala keja-<br>
diannya,<br>
Pan Bekung tersenyum,<br>
inang pengasuh lalu berkata,<br>
"Janganlah Pan Bekung takut,<br>
Pan Bekung menemui kebaha-<br>
giaan,<br>
anakmu akan tetap hidup.
I72. Men Bekung epot nuunang ka-<br>
sur,<br>
menahang pasarene,<br>
jumah meten sige ilid,
I Gerantang lingnia muwus,<br>
rauh saja Dewa Ayu,
teresna saja Gustin titiang,<br>
memanjakan titiang dusun,<br>
tuduh manguripang titiang,
rauh idewa mas mirah.
Men Bekung sibuk menurun-<br>
kan kasur,<br>
membersihkan tempat tidur,<br>
di dalam kamar tempat yang<br>
tersembunyi,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Akhirnya datang juga Gusti<br>
Ayu,<br>
benar-benar Gusti cinta,<br>
dengan saya orang dusun,<br>
Tuhan telah menghidupkan sa-<br>
ya,<br>
dapat bertemu dengan adinda".
173. I Gerantang sareng ring Raden<br>
Galuh,<br>
masare jumahan,<br>
I Gerantang angaras pipi.
I Gerantang dan Raden Galuh,
lalu tidur dalam kamar,<br>
I Gerantang mencium pipi.
58<noinclude></noinclude>
2d5thwtj2zrdnb68lqmga36zy4gtovf
113387
113319
2022-07-19T14:57:53Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>prajani nyalempoh kecud.<br>
Pan Bekung mangelaut matur,<br>
dewa ratu Gustin titiang,
duh mantukan sang sinuun ,<br>
naweg titiang nunas ica,<br>
tan urung tuah titiang pejah.
seketika lemas karena takut.<br>
Pan Bekung lalu berkata.<br>
"Ya tuan putri junjungan ham-<br>
ba.<br>
pulanglah tuan putri,<br>
hamba mohon dengan sangat,<br>
tentu hamba akan mati kare-<br>
na hal ini".
I71 . Sira ngemban mangke lingira<br>
muwus,<br>
jejeh san nanang,<br>
ngenot jejeh Pan Bekung mati,
satingkahe katutur,
Pan Bekung asemu kenyung,<br>
i ngemban raris angucap,<br>
eda ja Pan Bekung takut.<br>
Pan Bekung amanggih bagia,
pianak nyeneng satata.
lnang pengasuh sekarang ber-<br>
kata,<br>
" Rupanya bapak takut sekali",<br>
melihat ketakutan Pan Bekung<br>
bagaikan akan mati,<br>
lalu diceritakan segala keja-<br>
diannya,<br>
Pan Bekung tersenyum,<br>
inang pengasuh lalu berkata,<br>
"Janganlah Pan Bekung takut,<br>
Pan Bekung menemui kebaha-<br>
giaan,<br>
anakmu akan tetap hidup.
I72. Men Bekung epot nuunang ka-<br>
sur,<br>
menahang pasarene,<br>
jumah meten sige ilid,
I Gerantang lingnia muwus,<br>
rauh saja Dewa Ayu,
teresna saja Gustin titiang,<br>
memanjakan titiang dusun,<br>
tuduh manguripang titiang,
rauh idewa mas mirah.
Men Bekung sibuk menurun-<br>
kan kasur,<br>
membersihkan tempat tidur,<br>
di dalam kamar tempat yang<br>
tersembunyi,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Akhirnya datang juga Gusti<br>
Ayu,<br>
benar-benar Gusti cinta,<br>
dengan saya orang dusun,<br>
Tuhan telah menghidupkan sa-<br>
ya,<br>
dapat bertemu dengan adinda".
173. I Gerantang sareng ring Raden<br>
Galuh,<br>
masare jumahan,<br>
I Gerantang angaras pipi.
I Gerantang dan Raden Galuh,
lalu tidur dalam kamar,<br>
I Gerantang mencium pipi.
58<noinclude></noinclude>
3vj6gzgrtmqd93zugn9ekvnlvozizhs
113693
113387
2022-07-20T03:50:51Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113387 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>prajani nyalempoh kecud.<br>
Pan Bekung mangelaut matur,<br>
dewa ratu Gustin titiang,
duh mantukan sang sinuun ,<br>
naweg titiang nunas ica,<br>
tan urung tuah titiang pejah.
seketika lemas karena takut.<br>
Pan Bekung lalu berkata.<br>
"Ya tuan putri junjungan ham-<br>
ba.<br>
pulanglah tuan putri,<br>
hamba mohon dengan sangat,<br>
tentu hamba akan mati kare-<br>
na hal ini".
I71 . Sira ngemban mangke lingira<br>
muwus,<br>
jejeh san nanang,<br>
ngenot jejeh Pan Bekung mati,
satingkahe katutur,
Pan Bekung asemu kenyung,<br>
i ngemban raris angucap,<br>
eda ja Pan Bekung takut.<br>
Pan Bekung amanggih bagia,
pianak nyeneng satata.
lnang pengasuh sekarang ber-<br>
kata,<br>
" Rupanya bapak takut sekali",<br>
melihat ketakutan Pan Bekung<br>
bagaikan akan mati,<br>
lalu diceritakan segala keja-<br>
diannya,<br>
Pan Bekung tersenyum,<br>
inang pengasuh lalu berkata,<br>
"Janganlah Pan Bekung takut,<br>
Pan Bekung menemui kebaha-<br>
giaan,<br>
anakmu akan tetap hidup.
I72. Men Bekung epot nuunang ka-<br>
sur,<br>
menahang pasarene,<br>
jumah meten sige ilid,
I Gerantang lingnia muwus,<br>
rauh saja Dewa Ayu,
teresna saja Gustin titiang,<br>
memanjakan titiang dusun,<br>
tuduh manguripang titiang,
rauh idewa mas mirah.
Men Bekung sibuk menurun-<br>
kan kasur,<br>
membersihkan tempat tidur,<br>
di dalam kamar tempat yang<br>
tersembunyi,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Akhirnya datang juga Gusti<br>
Ayu,<br>
benar-benar Gusti cinta,<br>
dengan saya orang dusun,<br>
Tuhan telah menghidupkan sa-<br>
ya,<br>
dapat bertemu dengan adinda".
173. I Gerantang sareng ring Raden<br>
Galuh,<br>
masare jumahan,<br>
I Gerantang angaras pipi.
I Gerantang dan Raden Galuh,
lalu tidur dalam kamar,<br>
I Gerantang mencium pipi.
58<noinclude></noinclude>
l9vyyrq0zyjtcxcw6gu1y563vaqhkal
113726
113693
2022-07-20T08:43:28Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>prajani nyalempoh kecud.<br>
Pan Bekung mangelaut matur,<br>
dewa ratu Gustin titiang,
duh mantukan sang sinuun ,<br>
naweg titiang nunas ica,<br>
tan urung tuah titiang pejah.
I71 . Sira ngemban mangke lingira<br>
muwus,<br>
jejeh san nanang,<br>
ngenot jejeh Pan Bekung mati,
satingkahe katutur,
Pan Bekung asemu kenyung,<br>
i ngemban raris angucap,<br>
eda ja Pan Bekung takut.<br>
Pan Bekung amanggih bagia,
pianak nyeneng satata.
I72. Men Bekung epot nuunang ka-<br>
sur,<br>
menahang pasarene,<br>
jumah meten sige ilid,
I Gerantang lingnia muwus,<br>
rauh saja Dewa Ayu,
teresna saja Gustin titiang,<br>
memanjakan titiang dusun,<br>
tuduh manguripang titiang,
rauh idewa mas mirah.
173. I Gerantang sareng ring Raden<br>
Galuh,<br>
masare jumahan,<br>
I Gerantang angaras pipi.
seketika lemas karena takut.<br>
Pan Bekung lalu berkata.<br>
"Ya tuan putri junjungan ham-<br>
ba.<br>
pulanglah tuan putri,<br>
hamba mohon dengan sangat,<br>
tentu hamba akan mati kare-<br>
na hal ini".
lnang pengasuh sekarang ber-<br>
kata,<br>
" Rupanya bapak takut sekali",<br>
melihat ketakutan Pan Bekung<br>
bagaikan akan mati,<br>
lalu diceritakan segala keja-<br>
diannya,<br>
Pan Bekung tersenyum,<br>
inang pengasuh lalu berkata,<br>
"Janganlah Pan Bekung takut,<br>
Pan Bekung menemui kebaha-<br>
giaan,<br>
anakmu akan tetap hidup.
Men Bekung sibuk menurun-<br>
kan kasur,<br>
membersihkan tempat tidur,<br>
di dalam kamar tempat yang<br>
tersembunyi,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Akhirnya datang juga Gusti<br>
Ayu,<br>
benar-benar Gusti cinta,<br>
dengan saya orang dusun,<br>
Tuhan telah menghidupkan sa-<br>
ya,<br>
dapat bertemu dengan adinda".
I Gerantang dan Raden Galuh,
lalu tidur dalam kamar,<br>
I Gerantang mencium pipi.
58<noinclude></noinclude>
8d5d5dzcxx0hcnj9n2ammfuhkn8kvhp
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/110
250
32292
113320
2022-07-19T13:47:19Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>103
Waneh sang panarajan, sutanya ingaranan sang panarajon,
2. ngalap sang tarunyan, ngaran ni nyelem. Lawan mwah anak sang<br>
tarunyan di made, nga, sang twed ireng, ngalap sutane sang kayu<br>
panarajon, kang ingaranan ni<br>
3. nyarem, mamadu ring wkane sang kayu ireng, kang ingaranan ni<br>
cemeng. Waneh sang dryakeh, kawka de sang kayu ireng, angalap<br>
pwa umah, kang ingaranan ayu ireng. Waneh anak sang tarunyan.
4. aran sang badngan, ingalap olih sang ireng. Presama pwa sira pada<br>
wredhi santana, manak gumanak maputu, mabuyut, macanggah,<br>
mawareng, makepek, malih maijengen //0//<br>
651. 1. Tucapa mwah sang inucap wawu, atisaya pada bhaktinya aka-<br>
witan nguniweh ring kahyangan, angelingan angaturaken walin<br>
bhatara, ngatemwang, mwang ring sang<br>
2. kawitan hana warawarahira, ring pratisemana , lwirnya nora hana<br>
waneh,kaya piwkas sang kawitan nguni, didinya pada lan lupa,<br>
ring tithigagaduhan, mahayu kahyangan, astiti ring<br>
3. kawitan, wkas yan sampun pada madohdohan gnah, didinyan pada<br>
umengetakna , tinami kayang kawkas, yan sira lali, tan wruh<br>
makawitan, kna sodanira sanghyang tri<br>
4. purusa, maka nguni sang wus lephas, mangkana katattwanya tlas<br>
//0// Puniki sasuratan, wayan pasek saking gyanyar, nging ampura,<br>
ina puniki wit saking desa sangan //0//<noinclude></noinclude>
lojsde14pt6flqw3478vpxmlbaohbe0
113325
113320
2022-07-19T13:53:36Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||103}}
Waneh sang panarajan, sutanya ingaranan sang panarajon,
2. ngalap sang tarunyan, ngaran ni nyelem. Lawan mwah anak sang<br>
tarunyan di made, nga, sang twed ireng, ngalap sutane sang kayu<br>
panarajon, kang ingaranan ni<br>
3. nyarem, mamadu ring wkane sang kayu ireng, kang ingaranan ni<br>
cemeng. Waneh sang dryakeh, kawka de sang kayu ireng, angalap<br>
pwa umah, kang ingaranan ayu ireng. Waneh anak sang tarunyan.
4. aran sang badngan, ingalap olih sang ireng. Presama pwa sira pada<br>
wredhi santana, manak gumanak maputu, mabuyut, macanggah,<br>
mawareng, makepek, malih maijengen //0//<br>
651. 1. Tucapa mwah sang inucap wawu, atisaya pada bhaktinya aka-<br>
witan nguniweh ring kahyangan, angelingan angaturaken walin<br>
bhatara, ngatemwang, mwang ring sang<br>
2. kawitan hana warawarahira, ring pratisemana , lwirnya nora hana<br>
waneh,kaya piwkas sang kawitan nguni, didinya pada lan lupa,<br>
ring tithigagaduhan, mahayu kahyangan, astiti ring<br>
3. kawitan, wkas yan sampun pada madohdohan gnah, didinyan pada<br>
umengetakna , tinami kayang kawkas, yan sira lali, tan wruh<br>
makawitan, kna sodanira sanghyang tri<br>
4. purusa, maka nguni sang wus lephas, mangkana katattwanya tlas<br>
//0// Puniki sasuratan, wayan pasek saking gyanyar, nging ampura,<br>
ina puniki wit saking desa sangan //0//<noinclude></noinclude>
8k9d44kjn2eiz2h5gxuhiox0fqzji42
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/14
250
32293
113321
2022-07-19T13:47:21Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>misikang I Cupak,
buka tumbale odalin,
alis kuping celepuk,
basang bedog batis tubug,
paliate bero sonar,
abet gogong mua kuwuk,
pantes nyambal sera matah,
pantes pejang di kangean.
24. Sang nata mangke lingnia muwus,
cai anak inguang,
keranan bapa ngundang cai,
bapa kasor ban satru,
aran ipun I Manaru,
nyaman cai dini ilang,
kambil antuk I Manaru,
ento bapa mangerasanang,
jani bapa teka sukserah.
25. Yen mati ban cai I Menaru,
bakat anak inguang,
cai bakal pabuncingin,
jumeneng dadi ratu,
I Cupak mangke sinawur,
mangerak manelikang mata,
singgih dewa sang sinuwuh,
mangkin titiang manyandang,
yan titiang mamunggal,
membisikkan I Cupak,
bagaikan patung diupacarai.
alis mata, telinganya bagaikan
burung hantu,
perut buncit telapak kakinya
tebal dan besar,
pandangan matanya juling,
lakunya sombong bermuka musang,
pantas suka makan terasi mentah,
pantas ditempatkan di Kangean.*)
Sang raja sekarang berkata,
"Kamu anakku,
maksud bapak memanggil kamu,
bapak dikalahkan oleh musuh,
yang bernama I Manaru,
saudaramu di sini hilang,
diambil oleh I Manaru,
itu yang menyebabkan bapak susah.
sekarang bapak menyerahkan
padamu.
Jika terbunuh olehmu I Manaru,
dapat merebut anakku,
kamu akan kukawinkan,
diangkat menjadi raja",
I Cupak sekarang menjawab,
membentak matanya mendelik,
"Ya junjungan hamba,
sekarang saya akan sanggup,
biarlah saya yang memenggalnya.
*)Nama suatu tempat.
14<noinclude></noinclude>
kmmslu3oecjj5tmajw71pp1ahf8q6wz
113394
113321
2022-07-19T15:01:41Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>misikang I Cupak,
buka tumbale odalin,
alis kuping celepuk,
basang bedog batis tubug,
paliate bero sonar,
abet gogong mua kuwuk,
pantes nyambal sera matah,
pantes pejang di kangean.
24. Sang nata mangke lingnia muwus,
cai anak inguang,
keranan bapa ngundang cai,
bapa kasor ban satru,
aran ipun I Manaru,
nyaman cai dini ilang,
kambil antuk I Manaru,
ento bapa mangerasanang,
jani bapa teka sukserah.
25. Yen mati ban cai I Menaru,
bakat anak inguang,
cai bakal pabuncingin,
jumeneng dadi ratu,
I Cupak mangke sinawur,
mangerak manelikang mata,
singgih dewa sang sinuwuh,
mangkin titiang manyandang,
yan titiang mamunggal,
membisikkan I Cupak,
bagaikan patung diupacarai.
alis mata, telinganya bagaikan
burung hantu,
perut buncit telapak kakinya
tebal dan besar,
pandangan matanya juling,
lakunya sombong bermuka musang,
pantas suka makan terasi mentah,
pantas ditempatkan di Kangean.*)
Sang raja sekarang berkata,
"Kamu anakku,
maksud bapak memanggil kamu,
bapak dikalahkan oleh musuh,
yang bernama I Manaru,
saudaramu di sini hilang,
diambil oleh I Manaru,
itu yang menyebabkan bapak susah.
sekarang bapak menyerahkan
padamu.
Jika terbunuh olehmu I Manaru,
dapat merebut anakku,
kamu akan kukawinkan,
diangkat menjadi raja",
I Cupak sekarang menjawab,
membentak matanya mendelik,
"Ya junjungan hamba,
sekarang saya akan sanggup,
biarlah saya yang memenggalnya.
*)Nama suatu tempat.
14<noinclude></noinclude>
1g5vgp6xix5vxtj3ckug36l4bm3vkr7
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/48
250
32294
113322
2022-07-19T13:48:26Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>139. Celenge ne maji siu satus,
yan anggon panyampah,
kuangan buin akikit,
yan tingainnya itung,
yen nampah celeng aukud,
yan angsul ban penyu dadua,
sedang melaha puniku,
ajengan Rahaden Mantri,
anging anggon aseriakan.
140. Parekane ane nem dasa kitung,
kaicen ulume,
tahanarmya tuah akikit,
parekane parum suba,
baan mare bas tuyuh,
sai nampah peteng lemah,
tong kodag kenehe takut,
apang kiap masi nyemak,
apangnya masih ngayah,
l41. Tan kocap Raden Mantri A-
gung,
nyaberan panampahe,
celeng panjake silik,
suba emed ngubuh bangkung,
ngelah kucit suba mejuk,
tununa ban parekane,
telung dasa ne mangeruruh,
parekane paserantab,
sami tuara ngitungang,
Babi yang seharga seribu sera-
tus,
jika dipakai mencampur,
masih kurang lagi sedikit,
jika siangnya dihitung,
memotong babi seekor,
ditambah dengan penyu dua
ekor,
itu baru cukup,
untuk makanan Raden Mantri,
tetapi hanya untuk makan se-
kali.
Pelayannya yang 60 orang itu,
diberikan daging,
sem uanya serta sedikit,
para pelayan akhimya berkum-
pul,
karena merasa terlalu payah,
setiap hari siang dan malam
pekerjaannya memotong babi,
tetapi mereka semua takut,
walaupun men gantuk dikerja
kan juga,
karena tetap sebagai kewajib-
an .
Tidak diceritrakan lagi Raden
Man tri Agung,
setiap saat potong babi,
babi rakyat sampai habis,
akhirnya rakyat enggan me-
melihara babi betina,
setiap punya anak diambil,
dipanggang oleh para pelayan,
dikerahkan 30 orang untuk
mengambilnya,
para pelayan berkeliaran,
semua tidak menghitung hi-
tung.
48<noinclude></noinclude>
q0klim1fmkqi3bk5zib6ztapnv35ahl
113517
113322
2022-07-19T17:16:20Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>139. Celenge ne maji siu satus,
yan anggon panyampah,
kuangan buin akikit,
yan tingainnya itung,
yen nampah celeng aukud,
yan angsul ban penyu dadua,
sedang melaha puniku,
ajengan Rahaden Mantri,
anging anggon aseriakan.
140. Parekane ane nem dasa kitung,
kaicen ulume,
tahanarmya tuah akikit,
parekane parum suba,
baan mare bas tuyuh,
sai nampah peteng lemah,
tong kodag kenehe takut,
apang kiap masi nyemak,
apangnya masih ngayah,
l41. Tan kocap Raden Mantri A-
gung,
nyaberan panampahe,
celeng panjake silik,
suba emed ngubuh bangkung,
ngelah kucit suba mejuk,
tununa ban parekane,
telung dasa ne mangeruruh,
parekane paserantab,
sami tuara ngitungang,
Babi yang seharga seribu sera-
tus,
jika dipakai mencampur,
masih kurang lagi sedikit,
jika siangnya dihitung,
memotong babi seekor,
ditambah dengan penyu dua
ekor,
itu baru cukup,
untuk makanan Raden Mantri,
tetapi hanya untuk makan se-
kali.
Pelayannya yang 60 orang itu,
diberikan daging,
semuanya serta sedikit,
para pelayan akhirnya berkum-
pul,
karena merasa terlalu payah,
setiap hari siang dan malam
pekerjaannya memotong babi,
tetapi mereka semua takut,
walaupun mengantuk dikerja
kan juga,
karena tetap sebagai kewajib-
an .
Tidak diceritrakan lagi Raden
Mantri Agung,
setiap saat potong babi,
babi rakyat sampai habis,
akhirnya rakyat enggan me-
melihara babi betina,
setiap punya anak diambil,
dipanggang oleh para pelayan,
dikerahkan 30 orang untuk
mengambilnya,
para pelayan berkeliaran,
semua tidak menghitung hi-
tung.
48<noinclude></noinclude>
3206s5wjr7z45tpdeepp0aq379vu62l
113518
113517
2022-07-19T17:16:44Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>139. Celenge ne maji siu satus,
yan anggon panyampah,
kuangan buin akikit,
yan tingainnya itung,
yen nampah celeng aukud,
yan angsul ban penyu dadua,
sedang melaha puniku,
ajengan Rahaden Mantri,
anging anggon aseriakan.
140. Parekane ane nem dasa kitung,
kaicen ulume,
tahanarmya tuah akikit,
parekane parum suba,
baan mare bas tuyuh,
sai nampah peteng lemah,
tong kodag kenehe takut,
apang kiap masi nyemak,
apangnya masih ngayah,
141. Tan kocap Raden Mantri A-
gung,
nyaberan panampahe,
celeng panjake silik,
suba emed ngubuh bangkung,
ngelah kucit suba mejuk,
tununa ban parekane,
telung dasa ne mangeruruh,
parekane paserantab,
sami tuara ngitungang,
Babi yang seharga seribu sera-
tus,
jika dipakai mencampur,
masih kurang lagi sedikit,
jika siangnya dihitung,
memotong babi seekor,
ditambah dengan penyu dua
ekor,
itu baru cukup,
untuk makanan Raden Mantri,
tetapi hanya untuk makan se-
kali.
Pelayannya yang 60 orang itu,
diberikan daging,
semuanya serta sedikit,
para pelayan akhirnya berkum-
pul,
karena merasa terlalu payah,
setiap hari siang dan malam
pekerjaannya memotong babi,
tetapi mereka semua takut,
walaupun mengantuk dikerja
kan juga,
karena tetap sebagai kewajib-
an .
Tidak diceritrakan lagi Raden
Mantri Agung,
setiap saat potong babi,
babi rakyat sampai habis,
akhirnya rakyat enggan me-
melihara babi betina,
setiap punya anak diambil,
dipanggang oleh para pelayan,
dikerahkan 30 orang untuk
mengambilnya,
para pelayan berkeliaran,
semua tidak menghitung hi-
tung.
48<noinclude></noinclude>
dal35pqtf7cyux3wxc2slzky7pdvzi8
113684
113518
2022-07-20T03:39:12Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113518 antuk [[Special:Contributions/Listya Purnami|Listya Purnami]] ([[User talk:Listya Purnami|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>139. Celenge ne maji siu satus,
yan anggon panyampah,
kuangan buin akikit,
yan tingainnya itung,
yen nampah celeng aukud,
yan angsul ban penyu dadua,
sedang melaha puniku,
ajengan Rahaden Mantri,
anging anggon aseriakan.
140. Parekane ane nem dasa kitung,
kaicen ulume,
tahanarmya tuah akikit,
parekane parum suba,
baan mare bas tuyuh,
sai nampah peteng lemah,
tong kodag kenehe takut,
apang kiap masi nyemak,
apangnya masih ngayah,
l41. Tan kocap Raden Mantri A-
gung,
nyaberan panampahe,
celeng panjake silik,
suba emed ngubuh bangkung,
ngelah kucit suba mejuk,
tununa ban parekane,
telung dasa ne mangeruruh,
parekane paserantab,
sami tuara ngitungang,
Babi yang seharga seribu sera-
tus,
jika dipakai mencampur,
masih kurang lagi sedikit,
jika siangnya dihitung,
memotong babi seekor,
ditambah dengan penyu dua
ekor,
itu baru cukup,
untuk makanan Raden Mantri,
tetapi hanya untuk makan se-
kali.
Pelayannya yang 60 orang itu,
diberikan daging,
semuanya serta sedikit,
para pelayan akhirnya berkum-
pul,
karena merasa terlalu payah,
setiap hari siang dan malam
pekerjaannya memotong babi,
tetapi mereka semua takut,
walaupun mengantuk dikerja
kan juga,
karena tetap sebagai kewajib-
an .
Tidak diceritrakan lagi Raden
Mantri Agung,
setiap saat potong babi,
babi rakyat sampai habis,
akhirnya rakyat enggan me-
melihara babi betina,
setiap punya anak diambil,
dipanggang oleh para pelayan,
dikerahkan 30 orang untuk
mengambilnya,
para pelayan berkeliaran,
semua tidak menghitung hi-
tung.
48<noinclude></noinclude>
o6gm8h11dept12x3srtfpx2j0jbjuus
113734
113684
2022-07-20T09:25:53Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>139. Celenge ne maji siu satus,<br>
yan anggon panyampah,<br>
kuangan buin akikit,<br>
yan tingainnya itung,<br>
yen nampah celeng aukud,<br>
yan angsul ban penyu dadua,<br>
sedang melaha puniku,<br>
ajengan Rahaden Mantri,<br>
anging anggon aseriakan.
140. Parekane ane nem dasa kitung,<br>
kaicen ulume,<br>
tahanarmya tuah akikit,<br>
parekane parum suba,<br>
baan mare bas tuyuh,<br>
sai nampah peteng lemah,<br>
tong kodag kenehe takut,<br>
apang kiap masi nyemak,<br>
apangnya masih ngayah,
l41. Tan kocap Raden Mantri A-<br>
gung,<br>
nyaberan panampahe,<br>
celeng panjake silik,<br>
suba emed ngubuh bangkung,<br>
ngelah kucit suba mejuk,<br>
tununa ban parekane,<br>
telung dasa ne mangeruruh,<br>
parekane paserantab,<br>
sami tuara ngitungang,
Babi yang seharga seribu sera-<br>
tus,<br>
jika dipakai mencampur,<br>
masih kurang lagi sedikit,<br>
jika siangnya dihitung,<br>
memotong babi seekor,<br>
ditambah dengan penyu dua<br>
ekor,<br>
itu baru cukup,<br>
untuk makanan Raden Mantri,<br>
tetapi hanya untuk makan se-<br>
kali.
Pelayannya yang 60 orang itu,<br>
diberikan daging,<br>
semuanya serta sedikit,<br>
para pelayan akhirnya berkum-<br>
pul,<br>
karena merasa terlalu payah,<br>
setiap hari siang dan malam<br>
pekerjaannya memotong babi,<br>
tetapi mereka semua takut,<br>
walaupun mengantuk dikerja<br>
kan juga,<br>
karena tetap sebagai kewajib-<br>
an .
Tidak diceritrakan lagi Raden<br>
Mantri Agung,<br>
setiap saat potong babi,<br>
babi rakyat sampai habis,<br>
akhirnya rakyat enggan me-<br>
melihara babi betina,<br>
setiap punya anak diambil,<br>
dipanggang oleh para pelayan,<br>
dikerahkan 30 orang untuk<br>
mengambilnya,<br>
para pelayan berkeliaran,<br>
semua tidak menghitung hi-<br>
tung.
48<noinclude></noinclude>
ofi4k0kqee56gtsnh40m0lnnom23ki2
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/54
250
32295
113323
2022-07-19T13:50:33Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>sasenengan Raden Galuh,
menuh lan campaka pe tak.
sandat gambir pacar cina.
158. Kacingakan ali-ali reke bung-
kung.
telek tek awasang.
Raden Galuh pesu tangis,
eling ring utang ingsun,
duk ing goa belas mantuk,
buka kailangan jiwa,
bungkunge makada sungsut,
tulen bungkung ingsun nikia,
paican duke ngunia.
159. Bibi Bekung pantesan mabung-
kung.
ira nyilih endenan,
Men Bekung raris ngaturin,
nanggapin semu kenyung.
bas tulen gelah ingsun,
Raden Galuh mangulihang,
Men Bekung nanggapin aseru,
takut mulati rahadian,
mas nyane ase mu erang
160. Raden Galuh mangke amuwus,
nguda bibi keto,
ulat bibi jeneng jerih,
nguda ke bibi takut,
ira pedih teken laku,
baane paek dewasa.
Men Bekung asemu kenyung,
makita kedek ngarenga,
54
kegemaran Raden Galuh,
melati dan cempaka putih,
sandat, gambir dan pacar cina.
Lalu dilihat oleh Raden Galuh
cincin Men Bekung.
diperhatikan baik-baik,
Raden Galuh lalu menangis,
teringat akan hutangnya,
waktu dalam goa berpisah pu-
lang.
bagaikan melayang jiwanya,
cincin itu yang membuat se-
dih.
persis seperti cincin saya,
yang kuberikan dahulu.
"Bibi Bekung cacok sekali pa-
kai cincin.
bisa saya pinjam sebentar?"
Men Bekung lalu memberikan,
diterima dengan senyum diku-
lum.
benar-benar milik saya,
Raden Galuh mengembalikan,
dengan segera diambil oleh
Men Bekung,
takut melihat Rahuden Galuh,
emasnya seperti tersenyum ma-
lu.
Lalu Raden Galuh berkata,
"Mengapa bibi demikian,
barangkali bibi merasa takut,
mengapa bibi takut.
aku benci dengan perbuatan-
ku,
karena hari yang baik telah de
kat".
Men Bekung tersenyum.
in gn rasanya dia tertawa men-
dengar,<noinclude></noinclude>
q15h0ydaw199r61j1p6uihzbevk974f
113435
113323
2022-07-19T15:28:57Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>sasenengan Raden Galuh,
menuh lan campaka petak.
sandat gambir pacar cina.
158. Kacingakan ali-ali reke bung-
kung.
telektek awasang.
Raden Galuh pesu tangis,
eling ring utang ingsun,
duk ing goa belas mantuk,
buka kailangan jiwa,
bungkunge makada sungsut,
tulen bungkung ingsun nikia,
paican duke ngunia.
159. Bibi Bekung pantesan mabung-
kung.
ira nyilih endenan,
Men Bekung raris ngaturin,
nanggapin semu kenyung.
bas tulen gelah ingsun,
Raden Galuh mangulihang,
Men Bekung nanggapin aseru,
takut mulati rahadian,
mas nyane asemu erang
160. Raden Galuh mangke amuwus,
nguda bibi keto,
ulat bibi jeneng jerih,
nguda ke bibi takut,
ira pedih teken laku,
baane paek dewasa.
Men Bekung asemu kenyung,
makita kedek ngarenga,
kegemaran Raden Galuh,
melati dan cempaka putih,
sandat, gambir dan pacar cina.
Lalu dilihat oleh Raden Galuh
cincin Men Bekung.
diperhatikan baik-baik,
Raden Galuh lalu menangis,
teringat akan hutangnya,
waktu dalam goa berpisah pu-
lang.
bagaikan melayang jiwanya,
cincin itu yang membuat se-
dih.
persis seperti cincin saya,
yang kuberikan dahulu.
"Bibi Bekung cocok sekali pa-
kai cincin.
bisa saya pinjam sebentar?"
Men Bekung lalu memberikan,
diterima dengan senyum diku-
lum.
benar-benar milik saya,
Raden Galuh mengembalikan,
dengan segera diambil oleh
Men Bekung,
takut melihat Rahaden Galuh,
emasnya seperti tersenyum ma-
lu.
Lalu Raden Galuh berkata,
"Mengapa bibi demikian,
barangkali bibi merasa takut,
mengapa bibi takut.
aku benci dengan perbuatan-
ku,
karena hari yang baik telah de
kat".
Men Bekung tersenyum.
ingin rasanya dia tertawa men-
dengar,
54<noinclude></noinclude>
t5doz7fu765g7djmfqmy9syq5ogcnjn
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/85
250
32296
113324
2022-07-19T13:52:52Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||78}}
Ki Kayu Cetagi, mengambil Ni Kayu Dani anak Mpu Tarunyan. Dan yang bemama sang Taruna, mengambil Ni Ayu
2. Kaywan , putri Mpu Pranarajon. Dcmikiantah sem uanya, saling ambil-mengambil di antara saudara sepupu. Tidak terkirakan tenangnya rumah tangga mereka masing-masing sebab semuanya
sama-sama bertujuan
3. mengabdikan diri kepada masatah kepanditaan, Entah sudah berapa tamanya mereka berumah tangga, sama-sama senang mempunyai keturunan, saling percaya-mempercayai Bcgitu ceritanya. Setanjut
4. nya, setelah sang bijaksana, yaitu Kamareka mempunyai keturunan, sama-sama bahagianya. Makin lama .makin tualah mereka, sudah ingin mencapai cira-citanya. Pada hari yang baik, di kumpulkanlah
51a. 1. anak cucunya semua umuk memberitahukan, bilamana nanti telah meninggal dan kembali ke alam sunya, yang isinya sebagai berikut, "Anakku, cucuku semuanya. Dengarlah kata-kataku sekarang ini. Bapakmu akan meninggalkan engkau sekalian, pulang
2. kembali ke alam niskala sebab sudah cukup umurku di dunia ini . pada butan pumama, sasih kapat yang akan datang, setelah aku tidak makan-makan lagi, kamu semua hendaknya membuat kahyangan, membuatkan ''sthana'' bagi Sang Hyang Tri Purusa,
3. terutama untuk Sang Hyang Suci Nirmala. Tetapi hendaknya, bapakmu lebih dahulu dibuatkan ''bebaturan.'', untukmu semua, kalau telah selesai parhyangan itu, hendaknya kamu setanjutnya membuatkan upacara penyucian
4. yang dinamakan ''anyanyapuh. angenteg linggih .'' Bapak diupacarai di bebaturan. Ini begini hakikatnya,"Sang Hyang Dwipata mau pemujaan untuk Bhatara Hyang Suci yang berabiseka nama
b. 1. Sangyang Taya. Yang dimaksud dengan Sang Hyang Tri Purusa, 'yaitu Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu, dan BhaTara Iswara. Dan tempat memuja Bhatara Sang Hyang Ibu Pertiwi yang menunggal
dengan Bhatara Sangyang Akasa, itulah yang dinamakan Paibon.
2. Tetapi Bapakmu, hendaknya dibuatkan dahulu pemujaan ruh Ieluhur namanya. Begitu itu dan ingatlah. Dan Bilamana kamu sudah selesai menyucikan kahyanagan itu, setanjutnya jangan lupa melakukan upacara yang disebut ''prekretining yajna inula''<noinclude></noinclude>
omwf58tcenzbqpvzw6r8hzhg7a6d0ce
113365
113324
2022-07-19T14:38:43Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|78}}
Ki Kayu Cetagi, mengambil Ni Kayu Dani anak Mpu Tarunyan. Dan yang bemama sang Taruna, mengambil Ni Ayu
2. Kaywan , putri Mpu Pranarajon. Dcmikiantah sem uanya, saling ambil-mengambil di antara saudara sepupu. Tidak terkirakan tenangnya rumah tangga mereka masing-masing sebab semuanya
sama-sama bertujuan
3. mengabdikan diri kepada masatah kepanditaan, Entah sudah berapa tamanya mereka berumah tangga, sama-sama senang mempunyai keturunan, saling percaya-mempercayai Bcgitu ceritanya. Setanjut
4. nya, setelah sang bijaksana, yaitu Kamareka mempunyai keturunan, sama-sama bahagianya. Makin lama .makin tualah mereka, sudah ingin mencapai cira-citanya. Pada hari yang baik, di kumpulkanlah
51a. 1. anak cucunya semua umuk memberitahukan, bilamana nanti telah meninggal dan kembali ke alam sunya, yang isinya sebagai berikut, "Anakku, cucuku semuanya. Dengarlah kata-kataku sekarang ini. Bapakmu akan meninggalkan engkau sekalian, pulang
2. kembali ke alam niskala sebab sudah cukup umurku di dunia ini . pada butan pumama, sasih kapat yang akan datang, setelah aku tidak makan-makan lagi, kamu semua hendaknya membuat kahyangan, membuatkan ''sthana'' bagi Sang Hyang Tri Purusa,
3. terutama untuk Sang Hyang Suci Nirmala. Tetapi hendaknya, bapakmu lebih dahulu dibuatkan ''bebaturan.'', untukmu semua, kalau telah selesai parhyangan itu, hendaknya kamu setanjutnya membuatkan upacara penyucian
4. yang dinamakan ''anyanyapuh. angenteg linggih .'' Bapak diupacarai di bebaturan. Ini begini hakikatnya,"Sang Hyang Dwipata mau pemujaan untuk Bhatara Hyang Suci yang berabiseka nama
b. 1. Sangyang Taya. Yang dimaksud dengan Sang Hyang Tri Purusa, 'yaitu Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu, dan BhaTara Iswara. Dan tempat memuja Bhatara Sang Hyang Ibu Pertiwi yang menunggal
dengan Bhatara Sangyang Akasa, itulah yang dinamakan Paibon.
2. Tetapi Bapakmu, hendaknya dibuatkan dahulu pemujaan ruh Ieluhur namanya. Begitu itu dan ingatlah. Dan Bilamana kamu sudah selesai menyucikan kahyanagan itu, setanjutnya jangan lupa melakukan upacara yang disebut ''prekretining yajna inula''<noinclude></noinclude>
868e3x62zti5p2vtgquqzz2n1fux9zm
113756
113365
2022-07-20T11:08:35Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|78}}
Ki Kayu Cetagi, mengambil Ni Kayu Dani anak Mpu Tarunyan. Dan yang bemama sang Taruna, mengambil Ni Ayu
2. Kaywan , putri Mpu Pranarajon. Dcmikiantah sem uanya, saling ambil-mengambil di antara saudara sepupu. Tidak terkirakan tenangnya rumah tangga mereka masing-masing sebab semuanya
sama-sama bertujuan
3. mengabdikan diri kepada masatah kepanditaan, Entah sudah berapa tamanya mereka berumah tangga, sama-sama senang mempunyai keturunan, saling percaya-mempercayai Bcgitu ceritanya. Setanjut
4. nya, setelah sang bijaksana, yaitu Kamareka mempunyai keturunan, sama-sama bahagianya. Makin lama .makin tualah mereka, sudah ingin mencapai cira-citanya. Pada hari yang baik, di kumpulkanlah
51a. 1. anak cucunya semua umuk memberitahukan, bilamana nanti telah meninggal dan kembali ke alam sunya, yang isinya sebagai berikut, "Anakku, cucuku semuanya. Dengarlah kata-kataku sekarang ini. Bapakmu akan meninggalkan engkau sekalian, pulang
2. kembali ke alam niskala sebab sudah cukup umurku di dunia ini . pada butan pumama, sasih kapat yang akan datang, setelah aku tidak makan-makan lagi, kamu semua hendaknya membuat kahyangan, membuatkan ''sthana'' bagi Sang Hyang Tri Purusa,
3. terutama untuk Sang Hyang Suci Nirmala. Tetapi hendaknya, bapakmu lebih dahulu dibuatkan ''bebaturan.'', untukmu semua, kalau telah selesai parhyangan itu, hendaknya kamu setanjutnya membuatkan upacara penyucian
4. yang dinamakan ''anyanyapuh. angenteg linggih .'' Bapak diupacarai di bebaturan. Ini begini hakikatnya,"Sang Hyang Dwipata mau pemujaan untuk Bhatara Hyang Suci yang berabiseka nama
b. 1. Sangyang Taya. Yang dimaksud dengan Sang Hyang Tri Purusa, 'yaitu Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu, dan BhaTara Iswara. Dan tempat memuja Bhatara Sang Hyang Ibu Pertiwi yang menunggal
dengan Bhatara Sangyang Akasa, itulah yang dinamakan Paibon.
2. Tetapi Bapakmu, hendaknya dibuatkan dahulu pemujaan ruh Ieluhur namanya. Begitu itu dan ingatlah. Dan Bilamana kamu sudah selesai menyucikan kahyanagan itu, setanjutnya jangan lupa melakukan upacara yang disebut ''prekretining yajna inula''<noinclude></noinclude>
jx6gbqiteiun6nu50a7r7ybfqbl0ji1
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/43
250
32297
113326
2022-07-19T13:54:01Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>Pan Bekung mangke angucap.
125 . Jani anake ingetang,
apang melah matepetin,
apang enggal seger reko,
anggon pianak bareng empu,
eda nyai pati telunan,
mangayahin,
apang dadi seger enggal.
126. sampun tutug selae dina
I Gerantang seger den gelis
pangucape manis alon
luih rupannyane bagus
buka tuara ada pada
mamadenin
rupa kadi hyang semara
127. Bejang-bajange mierengang
Men Bekung ngajak wong apekik
liu anake ngerutang
ban gobane luih bagus
rupa luir kasuarpena
cerik kelih
sami pada mangerutang
128. Tua bajang pada girang
suba boknyane putih
geger pada kema nelok
pada ia mangaba serbuk
agenang awake bajang
mangeresin
apang kenehnyane galak
Pan Bekung lalu menjawab.
"Mulai sekarang kamu harus
ingat,
memelihara dia baik -baik,
supaya segera sembuh,
kita angkat anak bersama-sama memelihara ,
jangan kamu tidak bersungguh
sungguh,
meladeninya,
supaya cepat dia sembuh".
sudah berjalan 25 hari
dengan cepat I Gerantang sembuh
bicaranya halus dan pelan
dan rupanya sangat bagus
bagaikan tidak ada yang menyamai
memadai
rupanya seperti Hyang semara
Para gadis mendengar
Men Bekung mengajak pemuda tampan
banyak yang mempesonakan
besar keci
semua membicarakan
yang tua yang muda semua senang
ada yang rambutnya sudah putih
ribut semua datang menjenguk
semua membawa serubuk (jimat)
dirasakan diri masih gadis
menaksir
supaya pikirannua tertarik
43<noinclude></noinclude>
sdvf3pdihm9l0o5zstzz3c9n3ogoyqs
113510
113326
2022-07-19T17:10:35Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>Pan Bekung mangke angucap.
125. Jani anake ingetang,
apang melah matepetin,
apang enggal seger reko,
anggon pianak bareng empu,
eda nyai pati telunan,
mangayahin,
apang dadi seger enggal.
126. sampun tutug selae dina
I Gerantang seger den gelis
pangucape manis alon
luih rupannyane bagus
buka tuara ada pada
mamadenin
rupa kadi hyang semara
127. Bejang-bajange mirengang
Men Bekung ngajak wong apekik
liu anake ngerutang
ban gobane luih bagus
rupa luir kasuarpena
cerik kelih
sami pada mangerutang
128. Tua bajang pada girang
suba boknyane putih
geger pada kema nelok
pada ia mangaba serbuk
agenang awake bajang
mangeresin
apang kenehnyane galak
Pan Bekung lalu menjawab.
"Mulai sekarang kamu harus
ingat,
memelihara dia baik -baik,
supaya segera sembuh,
kita angkat anak bersama-sama memelihara ,
jangan kamu tidak bersungguh
sungguh,
meladeninya,
supaya cepat dia sembuh".
sudah berjalan 25 hari
dengan cepat I Gerantang sembuh
bicaranya halus dan pelan
dan rupanya sangat bagus
bagaikan tidak ada yang menyamai
memadai
rupanya seperti Hyang semara
Para gadis mendengar
Men Bekung mengajak pemuda tampan
banyak yang mempesonakan
besar keci
semua membicarakan
yang tua yang muda semua senang
ada yang rambutnya sudah putih
ribut semua datang menjenguk
semua membawa serubuk (jimat)
dirasakan diri masih gadis
menaksir
supaya pikirannya tertarik
{{right|43}}<noinclude></noinclude>
sud8h80mxdp68rz98nx46q9pjojq90k
113681
113510
2022-07-20T03:23:55Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113510 antuk [[Special:Contributions/Listya Purnami|Listya Purnami]] ([[User talk:Listya Purnami|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>Pan Bekung mangke angucap.
125 . Jani anake ingetang,
apang melah matepetin,
apang enggal seger reko,
anggon pianak bareng empu,
eda nyai pati telunan,
mangayahin,
apang dadi seger enggal.
126. sampun tutug selae dina
I Gerantang seger den gelis
pangucape manis alon
luih rupannyane bagus
buka tuara ada pada
mamadenin
rupa kadi hyang semara
127. Bejang-bajange mierengang
Men Bekung ngajak wong apekik
liu anake ngerutang
ban gobane luih bagus
rupa luir kasuarpena
cerik kelih
sami pada mangerutang
128. Tua bajang pada girang
suba boknyane putih
geger pada kema nelok
pada ia mangaba serbuk
agenang awake bajang
mangeresin
apang kenehnyane galak
Pan Bekung lalu menjawab.
"Mulai sekarang kamu harus
ingat,
memelihara dia baik -baik,
supaya segera sembuh,
kita angkat anak bersama-sama memelihara ,
jangan kamu tidak bersungguh
sungguh,
meladeninya,
supaya cepat dia sembuh".
sudah berjalan 25 hari
dengan cepat I Gerantang sembuh
bicaranya halus dan pelan
dan rupanya sangat bagus
bagaikan tidak ada yang menyamai
memadai
rupanya seperti Hyang semara
Para gadis mendengar
Men Bekung mengajak pemuda tampan
banyak yang mempesonakan
besar keci
semua membicarakan
yang tua yang muda semua senang
ada yang rambutnya sudah putih
ribut semua datang menjenguk
semua membawa serubuk (jimat)
dirasakan diri masih gadis
menaksir
supaya pikirannua tertarik
43<noinclude></noinclude>
oorpuhh61qpjirwk5173pndr5sbu1hg
113714
113681
2022-07-20T07:09:00Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>Pan Bekung mangke angucap.
125. Jani anake ingetang,
apang melah matepetin,
apang enggal seger reko,
anggon pianak bareng empu,
eda nyai pati telunan,
mangayahin,
apang dadi seger enggal.
126. sampun tutug selae dina,
I Gerantang seger den gelis,
pangucape manis alon,
luih rupannyane bagus,
buka tuara ada pada,
mamadenin,
rupa kadi hyang Semara,
127. Bajang-bajange mirengang,
Men Bekung ngajak wong ape-
kik,
liu anake ngerutang,
ban gobane luih bagus,
rupa luir kasuapena
cerik kelih,
sami pada mangerutang,
128. Tua bajang pada girang,
suba boknyane putih,
geger pada kema nelok,
pada ia mangaba serbuk,
agenang awake bajang,
mangeresin,
apang kenehnyane galak.
Pan Bekung lalu menjawab.
"Mulai sekarang kamu harus
ingat,
memelihara dia baik-baik,
supaya segera sembuh,
kita angkat anak bersama-sa
ma memelihara ,
jangan kamu tidak bersungguh-
sungguh,
meladeninya,
supaya cepat dia sembuh".
sudah berjalan 25 hari,
dengan cepat I Gerantang sem-
buh,
bicaranya halus dan pelan,
dan rupanya sangat bagus,
bagaikan tidak ada yang me-
nyamai,
memadai,
rupanya seperti Hyang Semara
Para gadis mendengar,
Men Bekung mengajak pemu-
da tampan,
banyak yang mempesonakan,
besar kecil,
semua membicarakan,
Yang tua yang muda semua se-
nang,
ada yang rambutnya sudah pu-
tih,
ribut semua datang menjenguk,
semua membawa serbuk (ji-
mat),
dirasakan diri masih gadis,
menaksir,
supaya pikirannya tertarik,
43<noinclude></noinclude>
b6tqh9jglvl9tct47xsmxiud97rdu8z
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/15
250
32298
113328
2022-07-19T13:56:31Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>26. Kerasa ban titiang mayung ijing,
kabisannya mangan,
gampang ban matenin.
mantra anggen titiang ngebug,
pamungkeme nene luung,
apa tong dadi nyebak,
mangkin titiang tan wedi ratu,
bangun mangerak mangindayang,
parekane kenyem ngelenang.
27. I Cupak tulen ngiwasin mercu,
buka jajodoge,
sang nata ngandika aris.
agelis dewa sang bagus,
agem palpalan nuli rauh,
mawadah wanci papangkonan,
maduluran ebat patung,
lawar be siap mapanggang,
be guling sampel-sampelan.
28. Berem arak maderek lumintu,
miwah sasanganan,
sampun sami cumawis,
sampun usan masangu,
sang nata ling ira muwus,
madaar cai ne pada.
da cai nganggo kaimud,
yen cai bilih kasadian.
anak cai mangelahang.
Terasa gampang oleh saya,
karena tahunya hanya makan,
gampang membunuhnya,
saya pakai mantra untuk menyerang,
mantra yang utama,
supaya dia tak bisa menganga,
sekarang saya tidak takut tuan
ku ",
Lalu bangun memperagakan,
para pelayan tersenyum seakan tak acuh.
I Cupak seperti memandang mercu,
seperti patung,
sang raja lalu berkata,
"Segeralah lakukan anak bagus",
lalu datang hidangan,
bertempat dalam panci yang besar,
bersama masakan untuk dimakan bersama,
lawar, daging ayam panggang,
babi panggang yang dipotong
besar-besar.
Berem (minuman keras) arak
berderet,
dan jajan-jajan,
telah semua sedia,
setelah selesai menghidangkan,
sang raja berkata,
"Silahkan kamu makan dulu,
jangan kamu malu-malu,
jika kamu nanti berhasil,
kamu yang punya semuanya".
{{right|15}}<noinclude></noinclude>
gtwr0top078qe8latc6q245nom7v9a3
113396
113328
2022-07-19T15:02:30Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>26. Kerasa ban titiang mayung ijing,
kabisannya mangan,
gampang ban matenin.
mantra anggen titiang ngebug,
pamungkeme nene luung,
apa tong dadi nyebak,
mangkin titiang tan wedi ratu,
bangun mangerak mangindayang,
parekane kenyem ngelenang.
27. I Cupak tulen ngiwasin mercu,
buka jajodoge,
sang nata ngandika aris.
agelis dewa sang bagus,
agem palpalan nuli rauh,
mawadah wanci papangkonan,
maduluran ebat patung,
lawar be siap mapanggang,
be guling sampel-sampelan.
28. Berem arak maderek lumintu,
miwah sasanganan,
sampun sami cumawis,
sampun usan masangu,
sang nata ling ira muwus,
madaar cai ne pada.
da cai nganggo kaimud,
yen cai bilih kasadian.
anak cai mangelahang.
Terasa gampang oleh saya,
karena tahunya hanya makan,
gampang membunuhnya,
saya pakai mantra untuk menyerang,
mantra yang utama,
supaya dia tak bisa menganga,
sekarang saya tidak takut tuan
ku ",
Lalu bangun memperagakan,
para pelayan tersenyum seakan tak acuh.
I Cupak seperti memandang mercu,
seperti patung,
sang raja lalu berkata,
"Segeralah lakukan anak bagus",
lalu datang hidangan,
bertempat dalam panci yang besar,
bersama masakan untuk dimakan bersama,
lawar, daging ayam panggang,
babi panggang yang dipotong
besar-besar.
Berem (minuman keras) arak
berderet,
dan jajan-jajan,
telah semua sedia,
setelah selesai menghidangkan,
sang raja berkata,
"Silahkan kamu makan dulu,
jangan kamu malu-malu,
jika kamu nanti berhasil,
kamu yang punya semuanya".
{{right|15}}<noinclude></noinclude>
h3mtk5fbwg081tdaj8ejlktxujswzyq
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/49
250
32299
113329
2022-07-19T13:57:16Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>142. Katah matuutin carakampung,
ngubuhin badeg,
kewata nunun mangantih.
kocapan Mantri Agung,
sawatara wau satahun.
mamukti Sira Rahadian,
I Gerantang mangke kawuwus,
ngetah reke tatanduran,
katah bungane kocapan,
143. Men Bekung Pan Bekung sadia
taku,
kadi bikase daha,
buduh teken anak muani,
ambut to keneh ipun.
mangenot I Gerantang bagus,
ambul to kenehe manak,
Pan Bekung maworan ajum,
angucap aduh mas mirah,
matati kuda idewa,
144. Mulihke sambitang nganggur,
di tusingnya ada,
kenehe cumpu ngiwasin,
bajang-bajange itu,
betah-betah goban ipun,
lega gati bapa madikang.
tusing bapa pacang takut,
ngetohin cai alaad,
suka bapa mabungcingang.
Banyak yang meniru cara hi-
dup di kampung,
hanya memelihara alat tenun,
pekerjaannya menenun dan
membuat benang,
diceritrakan Mantri Agung,
ada kira-kira satu tahun,
menikmati tahta kerajaan,
diceritrakan sekarang I Geran-
tang,
dia mempunyai kebun (tanam-
an),
sangat banyak bunganya.
Bernasib baik Pan Bekung dan
Men Bekung,
bagaikan sifat gadis remaja,
yang sedang rindu pada jejaka,
demikianlah perasaannya,
melihat ketampanan I Geran-
tang,
demikiantah pula kasihnya ber-
anak,
Pan Bekung sambit menyom-
bong.
berkata, "Oh putra permata
hati,
jalan-jalanlah kamu.
Pulanglah misalnya sambil nga-
dim,
jika tidak ada,
yang menarik kau pandang,
gadis-gadis banyak,
segar-segar rupanya,
senang sekali ayah melamar-
nya,
ayah tidak akan takut,
membiayai kamu seadanya,
dengan senang ayah mengawin-
kan kamu,
49<noinclude></noinclude>
4z9fp6im8iyomqjg1fjdypjwapphtas
113521
113329
2022-07-19T17:17:41Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>142. Katah matuutin carakampung,
ngubuhin badeg,
kewata nunun mangantih.
kocapan Mantri Agung,
sawatara wau satahun.
mamukti Sira Rahadian,
I Gerantang mangke kawuwus,
ngetah reke tatanduran,
katah bungane kocapan,
143. Men Bekung Pan Bekung sadia
taku,
kadi bikase daha,
buduh teken anak muani,
ambut to keneh ipun.
mangenot I Gerantang bagus,
ambul to kenehe manak,
Pan Bekung maworan ajum,
angucap aduh mas mirah,
matati kuda idewa,
144. Mulihke sambitang nganggur,
di tusingnya ada,
kenehe cumpu ngiwasin,
bajang-bajange itu,
betah-betah goban ipun,
lega gati bapa madikang.
tusing bapa pacang takut,
ngetohin cai alaad,
suka bapa mabungcingang.
Banyak yang meniru cara hi-
dup di kampung,
hanya memelihara alat tenun,
pekerjaannya menenun dan
membuat benang,
diceritrakan Mantri Agung,
ada kira-kira satu tahun,
menikmati tahta kerajaan,
diceritrakan sekarang I Geran-
tang,
dia mempunyai kebun (tanam-
an),
sangat banyak bunganya.
Bernasib baik Pan Bekung dan
Men Bekung,
bagaikan sifat gadis remaja,
yang sedang rindu pada jejaka,
demikianlah perasaannya,
melihat ketampanan I Geran-
tang,
demikiantah pula kasihnya ber-
anak,
Pan Bekung sambit menyom-
bong.
berkata, "Oh putra permata
hati,
jalan-jalanlah kamu.
Pulanglah misalnya sambil nga-
dim,
jika tidak ada,
yang menarik kau pandang,
gadis-gadis banyak,
segar-segar rupanya,
senang sekali ayah melamar-
nya,
ayah tidak akan takut,
membiayai kamu seadanya,
dengan senang ayah mengawin-
kan kamu,
{{right|49}}<noinclude></noinclude>
6xt96zrjogbd6qusrxgjklb74an61sa
113685
113521
2022-07-20T03:39:46Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113521 antuk [[Special:Contributions/Aryana prayoga|Aryana prayoga]] ([[User talk:Aryana prayoga|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>142. Katah matuutin carakampung,
ngubuhin badeg,
kewata nunun mangantih.
kocapan Mantri Agung,
sawatara wau satahun.
mamukti Sira Rahadian,
I Gerantang mangke kawuwus,
ngetah reke tatanduran,
katah bungane kocapan,
143. Men Bekung Pan Bekung sadia
taku,
kadi bikase daha,
buduh teken anak muani,
ambut to keneh ipun.
mangenot I Gerantang bagus,
ambul to kenehe manak,
Pan Bekung maworan ajum,
angucap aduh mas mirah,
matati kuda idewa,
144. Mulihke sambitang nganggur,
di tusingnya ada,
kenehe cumpu ngiwasin,
bajang-bajange itu,
betah-betah goban ipun,
lega gati bapa madikang.
tusing bapa pacang takut,
ngetohin cai alaad,
suka bapa mabungcingang.
Banyak yang meniru cara hi-
dup di kampung,
hanya memelihara alat tenun,
pekerjaannya menenun dan
membuat benang,
diceritrakan Mantri Agung,
ada kira-kira satu tahun,
menikmati tahta kerajaan,
diceritrakan sekarang I Geran-
tang,
dia mempunyai kebun (tanam-
an),
sangat banyak bunganya.
Bernasib baik Pan Bekung dan
Men Bekung,
bagaikan sifat gadis remaja,
yang sedang rindu pada jejaka,
demikianlah perasaannya,
melihat ketampanan I Geran-
tang,
demikiantah pula kasihnya ber-
anak,
Pan Bekung sambit menyom-
bong.
berkata, "Oh putra permata
hati,
jalan-jalanlah kamu.
Pulanglah misalnya sambil nga-
dim,
jika tidak ada,
yang menarik kau pandang,
gadis-gadis banyak,
segar-segar rupanya,
senang sekali ayah melamar-
nya,
ayah tidak akan takut,
membiayai kamu seadanya,
dengan senang ayah mengawin-
kan kamu,
49<noinclude></noinclude>
4md9koiulnmczzjyuytzopvl0j5rrg7
113730
113685
2022-07-20T09:07:04Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>142. Katah matuutin carakampung, <br>
ngubuhin badeg, <br>
kewata nunun mangantih.
kocapan Mantri Agung, <br>
sawatara wau satahun. <br>
mamukti Sira Rahadian, <br>
I Gerantang mangke kawuwus, <br>
ngetah reke tatanduran,
katah bungane kocapan, <br>
143. Men Bekung Pan Bekung sadia <br>
laku, <br>
kadi bikase daha, <br>
buduh teken anak muani, <br>
ambut to keneh ipun. <br>
mangenot I Gerantang bagus, <br>
ambul to kenehe manak, <br>
Pan Bekung maworan ajum,
angucap aduh mas mirah,
matati kuda idewa,
144. Mulihke sambitang nganggur,
di tusingnya ada, <br>
kenehe cumpu ngiwasin, <br>
bajang-bajange liu,<br>
betah-betah goban ipun, <br>
lega gati bapa madikang. <br>
tusing bapa pacang takut, <br>
ngetohin cai alaad, <br>
suka bapa mabungcingang.
Banyak yang meniru cara hi- <br>
dup di kampung, <br>
hanya memelihara alat tenun, <br>
pekerjaannya menenun dan <br>
membuat benang, <br>
diceritrakan Mantri Agung, <br>
ada kira-kira satu tahun, <br>
menikmati tahta kerajaan, <br>
diceritrakan sekarang I Geran- <br>
tang, <br>
dia mempunyai kebun (tanam- <br>
an), <br>
sangat banyak bunganya.
Bernasib baik Pan Bekung dan <br>
Men Bekung, <br>
bagaikan sifat gadis remaja, <br>
yang sedang rindu pada jejaka, <br>
demikianlah perasaannya, <br>
melihat ketampanan I Geran- <br>
tang, <br>
demikiantah pula kasihnya ber- <br>
anak, <br>
Pan Bekung sambit menyom- <br>
bong. <br>
berkata, "Oh putra permata <br>
hati, <br>
jalan-jalanlah kamu. <br>
Pulanglah misalnya sambil nga- <br>
dim, <br>
jika tidak ada, <br>
yang menarik kau pandang, <br>
gadis-gadis banyak, <br>
segar-segar rupanya, <br>
senang sekali ayah melamar- <br>
nya, <br>
ayah tidak akan takut, <br>
membiayai kamu seadanya, <br>
dengan senang ayah mengawin- <br>
kan kamu,
49<noinclude></noinclude>
mkp9hw508fb5rfgw00fa6mrcpyv67z6
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/53
250
32300
113330
2022-07-19T13:57:27Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>enak pada ia aturu,
abang wetan anuli lemah.
I Gerantang mengalap bunga.
155. Men Bekung maperaya kayeh
malu,
manyuang yehe,
Wus mapetat masuri,
taler masusuk menuh.
apanga makeranan ayu,
tusing ngasen awak pawah.
kenehe bajang satuuk.
laut majalan madagang.
tan kocap reke di pasar,
156. Wang jerone nyadang laut mu-
wus,
bibi Bekung teka.
mai pangandikan Raden Dewi,
ka Jero aba malu,
Men Bekung ia saturut,
bungkunge sada kecirang,
lagute mabungkung luung,
ngemba-embat matayungan,
sampun teked di pagaluhan.
157. Raden Galuh mangke amuwus,
bibi Bekung bungane,
aba mai dini bareng,
alungguh lan ingsun,
Men Bekung nuli an urun,
masambilan manyumbah,
semuanya tidur nyenyak.
langit merah di timur hari mu-
lai pagi,
I Gerantang lalu memetik bu-
nga.
Men Bekung berkemas-kemas
mandi terlebih dulu,
mengambil air,
setelah menyisir rambutnya,
tiidak lupa menyuntingkan
kembang melati,
supaya lebih cantik,
tidak merasa diri sudah om-
pong
pikirannya tetap muda,
lalu berjalan berjualan,
tidak diceritrakan telah sampai
di pasar,
Orang istana menghadang lalu
berkata,
"Bibi Bekung datang
marilah atas suruhan Raden
Dewi,
bawa ke istana dulu"
Men Bekung menurut,
cincinnya sengaja diperlihat-
kan,
merasa bercincin indah,
Sengaja ayunan tangannya pe-
lan-pelan,
akhirnya tiba di keputrian.
Raden Galuh berkata,
"Bibi Bekung itu bunganya,
bawa ke mari di sini bersama
sama.
duduk bersama saya"
Men Bekung lalu turun,
sambil menyembah,
53<noinclude></noinclude>
7lfromvqfnos2uql4wkpp8zbifszbp4
113443
113330
2022-07-19T15:36:12Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>enak pada ia aturu,
abang wetan anuli lemah.
I Gerantang mengalap bunga.
155. Men Bekung maperaya kayeh
malu,
manyuang yehe,
Wus mapetat masuri,
taler masusuk menuh.
apanga makeranan ayu,
tusing ngasen awak pawah.
kenehe bajang satuuk.
laut majalan madagang.
tan kocap reke di pasar,
156. Wang jerone nyadang laut mu-
wus,
bibi Bekung teka.
mai pangandikan Raden Dewi,
ka Jero aba malu,
Men Bekung ia saturut,
bungkunge sada kecirang,
lagute mabungkung luung,
ngemba-embat matayungan,
sampun teked di pagaluhan.
157. Raden Galuh mangke amuwus,
bibi Bekung bungane,
aba mai dini bareng,
alungguh lan ingsun,
Men Bekung nuli anurun,
masambilan manyumbah,
semuanya tidur nyenyak.
langit merah di timur hari mu-
lai pagi,
I Gerantang lalu memetik bu-
nga.
Men Bekung berkemas-kemas
mandi terlebih dulu,
mengambil air,
setelah menyisir rambutnya,
tidak lupa menyuntingkan
kembang melati,
supaya lebih cantik,
tidak merasa diri sudah om-
pong,
pikirannya tetap muda,
lalu berjalan berjualan,
tidak diceritrakan telah sampai
di pasar,
Orang istana menghadang lalu
berkata,
"Bibi Bekung datang
marilah atas suruhan Raden
Dewi,
bawa ke istana dulu"
Men Bekung menurut,
cincinnya sengaja diperlihat-
kan,
merasa bercincin indah,
Sengaja ayunan tangannya pe-
lan-pelan,
akhirnya tiba di keputrian.
Raden Galuh berkata,
"Bibi Bekung itu bunganya,
bawa ke mari di sini bersama
sama.
duduk bersama saya"
Men Bekung lalu turun,
sambil menyembah,
{{right|53}}<noinclude></noinclude>
cktbdtcu56qvqhdf9wc1hz1cfox1owe
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/28
250
32301
113331
2022-07-19T13:59:24Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>
bangun ia laut manugtug.<br>
malaib luir kadi pasar.<br>
anuli kapanggih gua.<br>
68. I Cupak manutug arin ipun<br>
adi anti kaka.<br>
dija aja alih adi,<br>
kalaadang nene buut.<br>
ento kocap karuruh<br>
nulia kapanggih arinia.<br>
I Cupak dekah mengangsur.<br>
I Gerantang mangkin angucap.<br>
Kenken jani ban madaya.
69. Ne gua dalem mapengung.<br>
umah i rangsasa,<br>
tong dadi baan nuunin,<br>
ento panyalin duur,<br>
sepeg kaka bakal tuut,<br>
I rangsasa kapanggih aturu,<br>
Raden Galuh alinggiha,<br>
I Gerantang mangucap aris,<br>
ngejoh Rahaden Galuh,<br>
titiang mejah sanga sateru,<br>
Rahaden Galuh sangidang,<br>
I Gerantang mereja ia ngere-<br>
gut,<br>
raris nyuduk salangan,<br>
i rangsasa nulia pejah.
71. 1 rangsasa nuli raris makiud,<br>
rudiranira muncar,<br>
I Gerantang raris nyamping,<br>
parek ring Rahaden Galuh.
Lalu dia bangun mengejar.<br>
larinya bagaikan anak panah.<br>
lalu dilihatnya sebuah gua.
I Cupak mengikuti adiknya.<br>
"Adik tunggu kakak.<br>
di mana kucari kau".<br>
Diikuti jejaknya agak kacau,<br>
itu yang diikuti,<br>
lalu dijumpainya adiknya,<br>
I Cupak nafasnya terengah-<br>
engah,
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Apa daya kita sekarang.<br>
Goa ini sangat dalam,<br>
rumah si Raksasa,<br>
tak dapat dituruni,<br>
itu ada rotan di atas.<br>
tolong kakak potong untuk ku-<br>
pakai pegangan,<br>
untuk mencari tuan putri."<br>
I Cupak menurut,<br>
memotong rotan mengkerek,<br>
I Gerantang turun goa dengan<br>
hati-hati.
Dijumpainya si Raksasa tidur,<br>
Raden Galuh duduk,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Minggirlah Raden Galuh.<br>
saya akan membunuh musuh",<br>
Raden Galuh minggir,<br>
I Gerantang mengamuk dan<br>
nïenerjang,<br>
lalu menikam dada,<br>
Si Raksasa akhirnya mati.<br>
Si Raksasa bergerak,<br>
darahnya memancur,<br>
I Gerantang lalu ke pinggir,<br>
dekat dengan Raden Galuh,
28<noinclude></noinclude>
h8m8e2cdchvjs3xp7mal3pda1mdxw0j
113496
113331
2022-07-19T16:52:44Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>bangun ia laut manugtug.<br>
malaib luir kadi pasar.<br>
anuli kapanggih gua.
68. I Cupak manutug arin ipun<br>
adi anti kaka.<br>
dija aja alih adi,<br>
kalaadang nene buut.<br>
ento kocap karuruh<br>
nulia kapanggih arinia.<br>
I Cupak dekah mengangsur.<br>
I Gerantang mangkin angucap.<br>
Kenken jani ban madaya.
69. Ne gua dalem mapengung.<br>
umah i rangsasa,<br>
tong dadi baan nuunin,<br>
ento panyalin duur,<br>
sepeg kaka bakal tuut,
ngulati mangke rahadian,
I Cupak mangke saturut,
nyepeg laut matantan,
I Gerantang tuun prayatna.
70. I rangsasa kapanggih aturu,<br>
Raden Galuh alinggiha,<br>
I Gerantang mangucap aris,<br>
ngejoh Rahaden Galuh,<br>
titiang mejah sanga sateru,<br>
Rahaden Galuh sangidang,<br>
I Gerantang mereja ia ngere-<br>
gut,<br>
raris nyuduk salangan,<br>
i rangsasa nulia pejah.
71. 1 rangsasa nuli raris makiud,<br>
rudiranira muncar,<br>
I Gerantang raris nyamping,<br>
parek ring Rahaden Galuh.
Lalu dia bangun mengejar.<br>
larinya bagaikan anak panah.<br>
lalu dilihatnya sebuah gua.
I Cupak mengikuti adiknya.<br>
"Adik tunggu kakak.<br>
di mana kucari kau".<br>
Diikuti jejaknya agak kacau,<br>
itu yang diikuti,<br>
lalu dijumpainya adiknya,<br>
I Cupak nafasnya terengah-<br>
engah,
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Apa daya kita sekarang.<br>
Goa ini sangat dalam,<br>
rumah si Raksasa,<br>
tak dapat dituruni,<br>
itu ada rotan di atas.<br>
tolong kakak potong untuk ku-<br>
pakai pegangan,<br>
untuk mencari tuan putri."<br>
I Cupak menurut,<br>
memotong rotan mengkerek,<br>
I Gerantang turun goa dengan<br>
hati-hati.
Dijumpainya si Raksasa tidur,<br>
Raden Galuh duduk,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Minggirlah Raden Galuh.<br>
saya akan membunuh musuh",<br>
Raden Galuh minggir,<br>
I Gerantang mengamuk dan<br>
menerjang,
lalu menikam dada,<br>
Si Raksasa akhirnya mati.<br>
Si Raksasa bergerak,<br>
darahnya memancur,<br>
I Gerantang lalu ke pinggir,<br>
dekat dengan Raden Galuh,
28<noinclude></noinclude>
716vs3b9o8l42pxu0eyeew1xnz5hzxf
113665
113496
2022-07-20T01:51:15Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113496 antuk [[Special:Contributions/I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH|I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH]] ([[User talk:I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>
bangun ia laut manugtug.<br>
malaib luir kadi pasar.<br>
anuli kapanggih gua.<br>
68. I Cupak manutug arin ipun<br>
adi anti kaka.<br>
dija aja alih adi,<br>
kalaadang nene buut.<br>
ento kocap karuruh<br>
nulia kapanggih arinia.<br>
I Cupak dekah mengangsur.<br>
I Gerantang mangkin angucap.<br>
Kenken jani ban madaya.
69. Ne gua dalem mapengung.<br>
umah i rangsasa,<br>
tong dadi baan nuunin,<br>
ento panyalin duur,<br>
sepeg kaka bakal tuut,<br>
I rangsasa kapanggih aturu,<br>
Raden Galuh alinggiha,<br>
I Gerantang mangucap aris,<br>
ngejoh Rahaden Galuh,<br>
titiang mejah sanga sateru,<br>
Rahaden Galuh sangidang,<br>
I Gerantang mereja ia ngere-<br>
gut,<br>
raris nyuduk salangan,<br>
i rangsasa nulia pejah.
71. 1 rangsasa nuli raris makiud,<br>
rudiranira muncar,<br>
I Gerantang raris nyamping,<br>
parek ring Rahaden Galuh.
Lalu dia bangun mengejar.<br>
larinya bagaikan anak panah.<br>
lalu dilihatnya sebuah gua.
I Cupak mengikuti adiknya.<br>
"Adik tunggu kakak.<br>
di mana kucari kau".<br>
Diikuti jejaknya agak kacau,<br>
itu yang diikuti,<br>
lalu dijumpainya adiknya,<br>
I Cupak nafasnya terengah-<br>
engah,
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Apa daya kita sekarang.<br>
Goa ini sangat dalam,<br>
rumah si Raksasa,<br>
tak dapat dituruni,<br>
itu ada rotan di atas.<br>
tolong kakak potong untuk ku-<br>
pakai pegangan,<br>
untuk mencari tuan putri."<br>
I Cupak menurut,<br>
memotong rotan mengkerek,<br>
I Gerantang turun goa dengan<br>
hati-hati.
Dijumpainya si Raksasa tidur,<br>
Raden Galuh duduk,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Minggirlah Raden Galuh.<br>
saya akan membunuh musuh",<br>
Raden Galuh minggir,<br>
I Gerantang mengamuk dan<br>
nïenerjang,<br>
lalu menikam dada,<br>
Si Raksasa akhirnya mati.<br>
Si Raksasa bergerak,<br>
darahnya memancur,<br>
I Gerantang lalu ke pinggir,<br>
dekat dengan Raden Galuh,
28<noinclude></noinclude>
8ev97sqls9d3990cec6x53potbeoudh
113673
113665
2022-07-20T02:45:21Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>bangun ia laut manugtug.<br>
malaib luir kadi pasar.<br>
anuli kapanggih gua.
68. I Cupak manutug arin ipun<br>
adi anti kaka.<br>
dija aja alih adi,<br>
kalaadang nene buut.<br>
ento kocap karuruh<br>
nulia kapanggih arinia.<br>
I Cupak dekah mengangsur.<br>
I Gerantang mangkin angucap.<br>
Kenken jani ban madaya.
69. Ne gua dalem mapengung.<br>
umah i rangsasa,<br>
tong dadi baan nuunin,<br>
ento panyalin duur,<br>
sepeg kaka bakal tuut,
ngulati mangke rahadian,
I Cupak mangke saturut,
nyepeg laut matantan,
I Gerantang tuun prayatna,
I rangsasa kapanggih aturu,<br>
Raden Galuh alinggiha,<br>
I Gerantang mangucap aris,<br>
ngejoh Rahaden Galuh,<br>
titiang mejah sanga sateru,<br>
Rahaden Galuh sangidang,<br>
I Gerantang mereja ia ngere-<br>
gut,<br>
raris nyuduk salangan,<br>
i rangsasa nulia pejah.
71. I rangsasa nuli raris makiud,<br>
rudiranira muncar,<br>
I Gerantang raris nyamping,<br>
parek ring Rahaden Galuh.
Lalu dia bangun mengejar.<br>
larinya bagaikan anak panah.<br>
lalu dilihatnya sebuah gua.
I Cupak mengikuti adiknya.<br>
"Adik tunggu kakak.<br>
di mana kucari kau".<br>
Diikuti jejaknya agak kacau,<br>
itu yang diikuti,<br>
lalu dijumpainya adiknya,<br>
I Cupak nafasnya terengah-<br>
engah,
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Apa daya kita sekarang.<br>
Goa ini sangat dalam,<br>
rumah si Raksasa,<br>
tak dapat dituruni,<br>
itu ada rotan di atas.<br>
tolong kakak potong untuk ku-<br>
pakai pegangan,<br>
untuk mencari tuan putri."<br>
I Cupak menurut,<br>
memotong rotan mengkerek,<br>
I Gerantang turun goa dengan<br>
hati-hati.
Dijumpainya si Raksasa tidur,<br>
Raden Galuh duduk,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
"Minggirlah Raden Galuh.<br>
saya akan membunuh musuh",<br>
Raden Galuh minggir,<br>
I Gerantang mengamuk dan<br>
nïenerjang,
lalu menikam dada,<br>
Si Raksasa akhirnya mati.<br>
Si Raksasa bergerak,<br>
darahnya memancur,<br>
I Gerantang lalu ke pinggir,<br>
dekat dengan Raden Galuh,
28<noinclude></noinclude>
lzpl0hfdp3biplb5blq9s071ensl6wx
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/12
250
32302
113332
2022-07-19T14:01:13Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>atanya lingnia alus,
dateng saking ndi pukulun,
I Gerantang saur ujare,
inggih datengan pukulun,
tan wenten manawang desa,
kocap wong sudra papa.
17. Pun Kembar mangke lingnia
muwus,
jero te datengan,
titiang kautus meriki,
antuk ida sang perabu,
apang jerone mangkin rauh,
mamedek linggih sang nata,
punapi karian sang perabu,
awanan titiang kasengan,
ulat wenten karia buat.
18. Inggih sanikan da sang perabu,
I Gerantang mangerasa,
ban munyin kakaneki,
maka tatiga lumaku,
manjing sira ka puri agung,
kapanggih ida sang nata,
pun Kembar nulia umatur,
nyalebseb maka tatiga,
sami pada matur sembah.
19. Pun Kembar saha sembah umatur,
ring ida sang nata,
inggih datengan puniki,
sang nata lingnia muwus,
cai datengan malungguh,
papareng lawan inguang,
nguda cai ngejoh ditu,
merene ingsun atanya,
I Gerantang matur sembah.
bertanya perkataannya halus,
"Datang dari mana tuan?",
I Gerantang menjawab,
"Ya kedatangan saya,
saya tidak tahu nama desa,
adapun saya orang kebanyakan
dan miskin".
Si Kembar sekarang berkata,
"Saudara yang baru datang,
saya diutus ke mari,
oleh beliau sraya,
supaya sekarang saudara datang,
menghadap sang raja",
"Apa pekerjaan sang prabu,
makanya saya dipanggil,
barangkali ada pekerjaan yang
penting.
Ya sekehendak sang raja",
I Gerantang menyadari,
atas ucapan kakaknya,
bertiga mereka berjalan,
masuk ke istana,
dilihatnya sang raja,
Si Kembar lalu berkata,
membungkuk ketiganya,
semua menyembah.
Si Kembar dengan sujud berkata,
kepada paduka raja,
"Ya saudara ini yang datang",
Sang raja berkata,
"Kamu yang baru datang duduklah,
bersama-sama denganku,
mengapa kamu menjauh,
ke sinilah aku bertanya,"
I Gerantang menyembah.
12<noinclude></noinclude>
g4aut28v7iyn1yjzjh9z41txkbgjsdc
113391
113332
2022-07-19T15:00:07Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>atanya lingnia alus,
dateng saking ndi pukulun,
I Gerantang saur ujare,
inggih datengan pukulun,
tan wenten manawang desa,
kocap wong sudra papa.
17. Pun Kembar mangke lingnia
muwus,
jero te datengan,
titiang kautus meriki,
antuk ida sang perabu,
apang jerone mangkin rauh,
mamedek linggih sang nata,
punapi karian sang perabu,
awanan titiang kasengan,
ulat wenten karia buat.
18. Inggih sanikan da sang perabu,
I Gerantang mangerasa,
ban munyin kakaneki,
maka tatiga lumaku,
manjing sira ka puri agung,
kapanggih ida sang nata,
pun Kembar nulia umatur,
nyalebseb maka tatiga,
sami pada matur sembah.
19. Pun Kembar saha sembah umatur,
ring ida sang nata,
inggih datengan puniki,
sang nata lingnia muwus,
cai datengan malungguh,
papareng lawan inguang,
nguda cai ngejoh ditu,
merene ingsun atanya,
I Gerantang matur sembah.
bertanya perkataannya halus,
"Datang dari mana tuan?",
I Gerantang menjawab,
"Ya kedatangan saya,
saya tidak tahu nama desa,
adapun saya orang kebanyakan
dan miskin".
Si Kembar sekarang berkata,
"Saudara yang baru datang,
saya diutus ke mari,
oleh beliau sraya,
supaya sekarang saudara datang,
menghadap sang raja",
"Apa pekerjaan sang prabu,
makanya saya dipanggil,
barangkali ada pekerjaan yang
penting.
Ya sekehendak sang raja",
I Gerantang menyadari,
atas ucapan kakaknya,
bertiga mereka berjalan,
masuk ke istana,
dilihatnya sang raja,
Si Kembar lalu berkata,
membungkuk ketiganya,
semua menyembah.
Si Kembar dengan sujud berkata,
kepada paduka raja,
"Ya saudara ini yang datang",
Sang raja berkata,
"Kamu yang baru datang duduklah,
bersama-sama denganku,
mengapa kamu menjauh,
ke sinilah aku bertanya,"
I Gerantang menyembah.
12<noinclude></noinclude>
45i7mu35o2f2bbtyvsbv4fq96mu8akk
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/44
250
32303
113333
2022-07-19T14:03:14Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>1 29. Men Bekung jani kocapan ,
baan kenehnyane rim-rim,
tan dadi ban nyambada reko,
luh-luh pacarubut,
tong dadi pada sambada,
tuara mulih,
ramannya tuara ngibukang.
130. Kocap malih I Cupak ,
mangandika sai-sai ,
ri kaulania reko,
pacang pada mangeruruh,
sampi kebo lan jaran,
bebek kambing,
bangkung payah tepen durian .
131. Bancingahe kadi sema,
bon tulang pada pengit,
liu anak pada kema,
tong nyandang majalan ditu,
malih kasalinan ,
tembang adri,
parekan pada prayatna.
'''Puh Adri'''
132. Nampah celen g lingsire aukud,
dadua ne semengan.
ebat patung len maguling,
sewes lawar jajeruk .
celeng kaulane gempung,
kadugi negul kucitnya.
sing mamesu wenang ejuk,
Diceritrakan sekarang Men Bekung,
karena pikirannya was-was,
tidak dapat d ihalangi,
gadis-gadis berebutan ,
tak dapat dihalangi,
tidak mau pulang,
orang tuanya juga tidak peduli.
Diceritrakan kembali I Cupak,
sering-sering berkata,
kepada rakyatnya,
supaya semua mencari ,
sapi, kerbau dan kuda,
itik dan kambing,
induk babi tua dipotong belakangan.
Halaman istana bagaikan kuburan.
dengan bau tulang yang busuk.
banyak orang yang datang,
tidak tahan lewat di sana,
lagi disalin ,
dengan tembang adri,
para pelayan semua waspada.
Sorenya memotong babi seekor,
paginya dua ekor,
diolah dan dipanggang.
lain lagi lawar dan kuah,
babi milik rakyat semua dihabiskan ,
akhimya semua mengikat babinya.
karena setiap yan g keluar boleh di tangkap.<noinclude></noinclude>
7yvnnhiwcs5guqovvfnjwzgxmq58pjd
113511
113333
2022-07-19T17:12:05Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude> 29. Men Bekung jani kocapan ,
baan kenehnyane rim-rim,
tan dadi ban nyambada reko,
luh-luh pacarubut,
tong dadi pada sambada,
tuara mulih,
ramannya tuara ngibukang.
130. Kocap malih I Cupak ,
mangandika sai-sai ,
ri kaulania reko,
pacang pada mangeruruh,
sampi kebo lan jaran,
bebek kambing,
bangkung payah tepen durian .
131. Bancingahe kadi sema,
bon tulang pada pengit,
liu anak pada kema,
tong nyandang majalan ditu,
malih kasalinan ,
tembang adri,
parekan pada prayatna.
'''Puh Adri'''
132. Nampah celeng lingsire aukud,
dadua ne semengan.
ebat patung len maguling,
sewes lawar jajeruk .
celeng kaulane gempung,
kadugi negul kucitnya.
sing mamesu wenang ejuk,
Diceritrakan sekarang Men Bekung,
karena pikirannya was-was,
tidak dapat dihalangi,
gadis-gadis berebutan ,
tak dapat dihalangi,
tidak mau pulang,
orang tuanya juga tidak peduli.
Diceritrakan kembali I Cupak,
sering-sering berkata,
kepada rakyatnya,
supaya semua mencari ,
sapi, kerbau dan kuda,
itik dan kambing,
induk babi tua dipotong belakangan.
Halaman istana bagaikan kuburan.
dengan bau tulang yang busuk.
banyak orang yang datang,
tidak tahan lewat di sana,
lagi disalin ,
dengan tembang adri,
para pelayan semua waspada.
Sorenya memotong babi seekor,
paginya dua ekor,
diolah dan dipanggang.
lain lagi lawar dan kuah,
babi milik rakyat semua dihabiskan ,
akhimya semua mengikat babinya.
karena setiap yang keluar boleh di tangkap.
44<noinclude></noinclude>
8av01i77tc6xmic6peno6ng4xwp9fw3
113682
113511
2022-07-20T03:35:41Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113511 antuk [[Special:Contributions/Listya Purnami|Listya Purnami]] ([[User talk:Listya Purnami|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>1 29. Men Bekung jani kocapan ,
baan kenehnyane rim-rim,
tan dadi ban nyambada reko,
luh-luh pacarubut,
tong dadi pada sambada,
tuara mulih,
ramannya tuara ngibukang.
130. Kocap malih I Cupak ,
mangandika sai-sai ,
ri kaulania reko,
pacang pada mangeruruh,
sampi kebo lan jaran,
bebek kambing,
bangkung payah tepen durian .
131. Bancingahe kadi sema,
bon tulang pada pengit,
liu anak pada kema,
tong nyandang majalan ditu,
malih kasalinan ,
tembang adri,
parekan pada prayatna.
'''Puh Adri'''
132. Nampah celen g lingsire aukud,
dadua ne semengan.
ebat patung len maguling,
sewes lawar jajeruk .
celeng kaulane gempung,
kadugi negul kucitnya.
sing mamesu wenang ejuk,
Diceritrakan sekarang Men Bekung,
karena pikirannya was-was,
tidak dapat d ihalangi,
gadis-gadis berebutan ,
tak dapat dihalangi,
tidak mau pulang,
orang tuanya juga tidak peduli.
Diceritrakan kembali I Cupak,
sering-sering berkata,
kepada rakyatnya,
supaya semua mencari ,
sapi, kerbau dan kuda,
itik dan kambing,
induk babi tua dipotong belakangan.
Halaman istana bagaikan kuburan.
dengan bau tulang yang busuk.
banyak orang yang datang,
tidak tahan lewat di sana,
lagi disalin ,
dengan tembang adri,
para pelayan semua waspada.
Sorenya memotong babi seekor,
paginya dua ekor,
diolah dan dipanggang.
lain lagi lawar dan kuah,
babi milik rakyat semua dihabiskan ,
akhimya semua mengikat babinya.
karena setiap yan g keluar boleh di tangkap.<noinclude></noinclude>
idatymofvb5ntd28vo0r5nji9qn040c
113690
113682
2022-07-20T03:48:59Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>129. Men Bekung jani kocapan,<br>
baan kenehnyane rim-rim,<br>
tan dadi ban nyambada reko,<br>
luh-luh pacarubut,<br>
tong dadi pada sambada,<br>
tuara mulih,<br>
ramannya tuara ngibukang.
130. Kocap malih I Cupak,<br>
mangandika sai-sai,<br>
ri kaulania reko,<br>
pacang pada mangeruruh,<br>
sampi kebo lan jaran,<br>
bebek kambing,<br>
bangkung payah tepen durian.
131. Bancingahe kadi sema,<br>
bon tulang pada pengit,<br>
liu anak pada kema,<br>
tong nyandang majalan ditu,<br>
malih kasalinan,<br>
tembang adri,<br>
parekan pada prayatna.
'''Puh Adri'''
132. Nampah celeng lingsire aukud,<br>
dadua ne semengan,<br>
ebat patung len maguling,<br>
sewes lawar jajeruk,<br>
celeng kaulane gempung,<br>
kadugi negul kucitnya,<br>
sing mamesu wenang ejuk.
Diceritrakan sekarang Men Bekung,<br>
karena pikirannya was-was,<br>
tidak dapat dihalangi,<br>
gadis-gadis berebutan,<br>
tak dapat dihalangi,<br>
tidak mau pulang,<br>
orang tuanya juga tidak peduli.
Diceritrakan kembali I Cupak,<br>
sering-sering berkata,<br>
kepada rakyatnya,<br>
supaya semua mencari,<br>
sapi, kerbau dan kuda,<br>
itik dan kambing,<br>
induk babi tua dipotong belakangan.
Halaman istana bagaikan kuburan,<br>
dengan bau tulang yang busuk,<br>
banyak orang yang datang,<br>
tidak tahan lewat di sana,<br>
lagi disalin,<br>
dengan tembang adri,<br>
para pelayan semua waspada.
Sorenya memotong babi seekor,<br>
paginya dua ekor,<br>
diolah dan dipanggang,<br>
lain lagi lawar dan kuah,<br>
babi milik rakyat semua dihabiskan,<br>
akhirnya semua mengikat babinya,<br>
karena setiap yang ke luar boleh di tangkap.<noinclude></noinclude>
3d0tnzzmqu66vfzh6vnyskk4tevldcd
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/52
250
32304
113334
2022-07-19T14:03:34Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>bibi dane jro Bekung,
bayah icang tuah tatelu,
Men Bekung raris angucap,
madasa nene aungkus,
bayah ja buin dadua,
wang jero raris mamayah.
152. Bibi Bekung benjang malih la-
muna kantun,
adep bungane,
ke Jero tanjaang gelis,
pangandikan Rahaden Galuh,
sandikan dane sang ayu,
Men Bekung raris mabelanja,
meli tikeh nene alus,
telung bidang tikeh klesa,
sewes malih dadaran.
153. Polih ngadep bunga aji satus,
matanggu limolas,
tan kocapan sireng margi,
teked jumah semu kenyung,
I Gerantang ling ira muwus,
kikit meme mabelanja,
tikehe paturu luung.
tumben meme nangah galang.
dadi koos mabelanja.
154. Yen meme madagang ka jero
agung.
ne bungkung icange.
bungkungang ka jero puri,
Men Bekung saturut.
tan kocap rahina iku.
wengi jani kawuwusan.
52
"Bibi Men Bekung.
saya bayar yang tiga ini
Men Bekung lalu berkata,
Sepuluh kepeng yang sebung-
kus.
bayarilah lagi yang dua ini",
orang istana lalu membayar,
"Bibi Men Bekung kalau besok
masih,
menjual bunga,
datanglah ke jero (istana) men-
jajakkan,
atas suruhan Raden Galuh".
"Baiklah sekehendak hati tuan
Putri",
L.alu Men Bekung berbelanja,
membeli tikar yang halus,
tiga lembar tikar pandan,
dan lain lagi makanan.
Dapat menjual bunga seharga
100 kepeng.
lebih lima belas kepeng.
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
sampai di rumah dia terse -
nyum.
I Gerantang berkata.
Hebat ibu berbelanja,
membeli tikar yang baik-baik,
tumben ibu ke kota,
jadi banyak yang dibeli.
Jika ibu berjualan ke istana,
ini cincin saya.
dipakai ke istana."
tidak diceritrakan hari itu.
tersebu tlah hari telah malam.<noinclude></noinclude>
hghyd4vtqe7awzwg2hx9yp0t6o4fr3p
113512
113334
2022-07-19T17:12:37Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>bibi dane jro Bekung,
bayah icang tuah tatelu,
Men Bekung raris angucap,
madasa nene aungkus,
bayah ja buin dadua,
wang jero raris mamayah.
152. Bibi Bekung benjang malih la-
muna kantun,
adep bungane,
ke Jero tanjaang gelis,
pangandikan Rahaden Galuh,
sandikan dane sang ayu,
Men Bekung raris mabelanja,
meli tikeh nene alus,
telung bidang tikeh klesa,
sewes malih dadaran.
153. Polih ngadep bunga aji satus,
matanggu limolas,
tan kocapan sireng margi,
teked jumah semu kenyung,
I Gerantang ling ira muwus,
kikit meme mabelanja,
tikehe paturu luung.
tumben meme nangah galang.
dadi koos mabelanja.
154. Yen meme madagang ka jero
agung.
ne bungkung icange.
bungkungang ka jero puri,
Men Bekung saturut.
tan kocap rahina iku.
wengi jani kawuwusan.
"Bibi Men Bekung.
saya bayar yang tiga ini
Men Bekung lalu berkata,
Sepuluh kepeng yang sebung-
kus.
bayarilah lagi yang dua ini",
orang istana lalu membayar,
"Bibi Men Bekung kalau besok
masih,
menjual bunga,
datanglah ke jero (istana) men-
jajakkan,
atas suruhan Raden Galuh".
"Baiklah sekehendak hati tuan
Putri",
Lalu Men Bekung berbelanja,
membeli tikar yang halus,
tiga lembar tikar pandan,
dan lain lagi makanan.
Dapat menjual bunga seharga
100 kepeng.
lebih lima belas kepeng.
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
sampai di rumah dia terse -
nyum.
I Gerantang berkata.
Hebat ibu berbelanja,
membeli tikar yang baik-baik,
tumben ibu ke kota,
jadi banyak yang dibeli.
Jika ibu berjualan ke istana,
ini cincin saya.
dipakai ke istana."
tidak diceritrakan hari itu.
tersebu tlah hari telah malam.
52<noinclude></noinclude>
63gixge2vqtmis3r3h2p5yaf9rglfee
113688
113512
2022-07-20T03:44:49Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113512 antuk [[Special:Contributions/Aryana prayoga|Aryana prayoga]] ([[User talk:Aryana prayoga|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>bibi dane jro Bekung,
bayah icang tuah tatelu,
Men Bekung raris angucap,
madasa nene aungkus,
bayah ja buin dadua,
wang jero raris mamayah.
152. Bibi Bekung benjang malih la-
muna kantun,
adep bungane,
ke Jero tanjaang gelis,
pangandikan Rahaden Galuh,
sandikan dane sang ayu,
Men Bekung raris mabelanja,
meli tikeh nene alus,
telung bidang tikeh klesa,
sewes malih dadaran.
153. Polih ngadep bunga aji satus,
matanggu limolas,
tan kocapan sireng margi,
teked jumah semu kenyung,
I Gerantang ling ira muwus,
kikit meme mabelanja,
tikehe paturu luung.
tumben meme nangah galang.
dadi koos mabelanja.
154. Yen meme madagang ka jero
agung.
ne bungkung icange.
bungkungang ka jero puri,
Men Bekung saturut.
tan kocap rahina iku.
wengi jani kawuwusan.
52
"Bibi Men Bekung.
saya bayar yang tiga ini
Men Bekung lalu berkata,
Sepuluh kepeng yang sebung-
kus.
bayarilah lagi yang dua ini",
orang istana lalu membayar,
"Bibi Men Bekung kalau besok
masih,
menjual bunga,
datanglah ke jero (istana) men-
jajakkan,
atas suruhan Raden Galuh".
"Baiklah sekehendak hati tuan
Putri",
L.alu Men Bekung berbelanja,
membeli tikar yang halus,
tiga lembar tikar pandan,
dan lain lagi makanan.
Dapat menjual bunga seharga
100 kepeng.
lebih lima belas kepeng.
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
sampai di rumah dia terse -
nyum.
I Gerantang berkata.
Hebat ibu berbelanja,
membeli tikar yang baik-baik,
tumben ibu ke kota,
jadi banyak yang dibeli.
Jika ibu berjualan ke istana,
ini cincin saya.
dipakai ke istana."
tidak diceritrakan hari itu.
tersebu tlah hari telah malam.<noinclude></noinclude>
ou85epbydnd3n9kvoqsacfmx21w0304
113695
113688
2022-07-20T03:56:10Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>bibi dane jro Bekung,<br>
bayah icang tuah tatelu,<br>
Men Bekung raris angucap,<br>
madasa nene aungkus,<br>
bayah ja buin dadua,<br>
wang jero raris mamayah.
152. Bibi Bekung benjang malih la-<br>
muna kantun,<br>
adep bungane,<br>
ke Jero tanjaang gelis,<br>
pangandikan Rahaden Galuh,<br>
sandikan dane sang ayu,<br>
Men Bekung raris mabelanja,<br>
meli tikeh nene alus,<br>
telung bidang tikeh klesa,<br>
sewes malih dadaran.
153. Polih ngadep bunga aji satus,<br>
matanggu limolas,<br>
tan kocapan sireng margi,<br>
teked jumah semu kenyung,<br>
I Gerantang ling ira muwus,<br>
kikit meme mabelanja,<br>
tikehe paturu luung,<br>
tumben meme nangah galang,<br>
dadi koos mabelanja.
154. Yen meme madagang ka jero<br>
agun,<br>
ne bungkung icange,<br>
bungkungang ka jero puri,<br>
Men Bekung saturut,<br>
tan kocap rahina iku,<br>
wengi jani kawuwusan.
52
"Bibi Men Bekung,<br>
saya bayar yang tiga ini",<br>
Men Bekung lalu berkata,<br>
"Sepuluh kepeng yang sebung-<br>
kus,<br>
bayarilah lagi yang dua ini",<br>
orang istana lalu membayar.<br>
"Bibi Men Bekung kalau besok<br>
masih,<br>
menjual bunga,<br>
datanglah ke jero (istana) men-<br>
jajakkan,<br>
atas suruhan Raden Galuh".<br>
"Baiklah sekehendak hati tuan<br>
Putri",<br>
Lalu Men Bekung berbelanja,<br>
membeli tikar yang halus,<br>
tiga lembar tikar pandan,<br>
dan lain lagi makanan.<br>
Dapat menjual bunga seharga<br>
100 kepeng,<br>
lebih lima belas kepeng,<br>
tidak diceritrakan dalam per-<br>
jalanan,<br>
sampai di rumah dia terse-<br>
nyum,<br>
I Gerantang berkata,<br>
Hebat ibu berbelanja,<br>
membeli tikar yang baik-baik,<br>
tumben ibu ke kota,<br>
jadi banyak yang dibeli.<br>
Jika ibu berjualan ke istana,
ini cincin saya,<br>
dipakai ke istana."<br>
Men Bekung menurut,
tidak diceritrakan hari itu,<br>
tersebutlah hari telah malam.<noinclude></noinclude>
kqc8ils19zyvp04wncg9jz2bshdmj8z
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/50
250
32305
113335
2022-07-19T14:04:23Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>145.
Gerantang mangke lingira
muwus.
aris pangucape,
aduh bapa miwah bibi.
utang titiange agung,
apan anggen titiang naur,
yen sih titiang idup nyagia,
ngalih titiang anak eluh,
yan tan polih sarin surya,
tusing ada titiang lega.
146. Meme Jani titiang nunden nu-
ku,
mangadep bungane,
ka pekene di nagari,
semengan palimunan iku,
kocap benjang kawuwus.
sampun usan ngalap bunga.
lir gilo angsana tunjung,
campaka putih lan sandat,
lan ginitri pacah cina.
147. Sutri gambir kalawan menuh,
pelet sedangane,
canigara bungan suri,
tigaro bungan tunjung,
katerangan lan pacar galuh,
parijata lan angsana,
kacita lan sekar ungu,
tangguli kalawan pudak,
saruni miwah padma bang
148. Pasemengan Men Bekung tuah
gupuh.
sampun mapuraya.
mapun masuah malenyig,
Gerantang sekarang berkata,
halus ucapannya,
"Aduh ayah dan bibi,
utang saya sangat besar.
apa yang saya pakai memba-
yar,
jika lanjut usia saya berkehen-
dak,
mengambil perempuan,
jika tidak dapat sarinya mata-
hari,
tak ada yang lain saya senang.
Ibu sekarang saya suruh ber-
jualan,
menjual bunga,
ke pasar di kota,
besok pagi-pagi sekali '
diceritrakan keesokan harinya.
setelah selesai memetik kem-
bang,
lir gilo, angsana dan teratai,
cempaka putih dan sandat,
bunga ginitri dan pacah cina.
Kembang sutri, gambir dan
melati,
bunga pelet sedangan,
canigara dan bunga suri,
kembang tigaro dan tunjung,
keterangan dan pacar galuh,
parijata dan an giana,
kacita dan bunga ungu,
tangguli dan pudak,
seruni serta teratai merah.
Pagi-pagi Men Bekung sudah si-
buk,
sudah bersiap-siap.
memakai minyak rambut dan
bersisir rapi,
50.<noinclude></noinclude>
o0om110c8r643epr8hxyjk5s5f7izaa
113348
113335
2022-07-19T14:19:16Z
IPutu Dirga
869
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>145.
Gerantang mangke lingira
muwus.
aris pangucape,
aduh bapa miwah bibi.
utang titiange agung,
apan anggen titiang naur,
yen sih titiang idup nyagia,
ngalih titiang anak eluh,
yan tan polih sarin surya,
tusing ada titiang lega.
146. Meme Jani titiang nunden nu-
ku,
mangadep bungane,
ka pekene di nagari,
semengan palimunan iku,
kocap benjang kawuwus.
sampun usan ngalap bunga.
lir gilo angsana tunjung,
campaka putih lan sandat,
lan ginitri pacah cina.
147. Sutri gambir kalawan menuh,
pelet sedangane,
canigara bungan suri,
tigaro bungan tunjung,
katerangan lan pacar galuh,
parijata lan angsana,
kacita lan sekar ungu,
tangguli kalawan pudak,
saruni miwah padma bang
148. Pasemengan Men Bekung tuah
gupuh.
sampun mapuraya.
mapun masuah malenyig,
50
Gerantang sekarang berkata,
halus ucapannya,
"Aduh ayah dan bibi,
utang saya sangat besar.
apa yang saya pakai memba-
yar,
jika lanjut usia saya berkehen-
dak,
mengambil perempuan,
jika tidak dapat sarinya mata-
hari,
tak ada yang lain saya senang.
Ibu sekarang saya suruh ber-
jualan,
menjual bunga,
ke pasar di kota,
besok pagi-pagi sekali",
diceritrakan keesokan harinya.
setelah selesai memetik kem-
bang,
lir gilo, angsana dan teratai,
cempaka putih dan sandat,
bunga ginitri dan pacah cina.
Kembang sutri, gambir dan
melati,
bunga pelet sedangan,
canigara dan bunga suri,
kembang tigaro dan tunjung,
keterangan dan pacar galuh,
parijata dan angsana,
kacita dan bunga ungu,
tangguli dan pudak,
seruni serta teratai merah.
Pagi-pagi Men Bekung sudah si-
buk,
sudah bersiap-siap.
memakai minyak rambut dan
bersisir rapi,<noinclude></noinclude>
15me55wb373l73wnjmbmv0yrkvb54u6
113686
113348
2022-07-20T03:41:24Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113348 antuk [[Special:Contributions/IPutu Dirga|IPutu Dirga]] ([[User talk:IPutu Dirga|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>145.
Gerantang mangke lingira
muwus.
aris pangucape,
aduh bapa miwah bibi.
utang titiange agung,
apan anggen titiang naur,
yen sih titiang idup nyagia,
ngalih titiang anak eluh,
yan tan polih sarin surya,
tusing ada titiang lega.
146. Meme Jani titiang nunden nu-
ku,
mangadep bungane,
ka pekene di nagari,
semengan palimunan iku,
kocap benjang kawuwus.
sampun usan ngalap bunga.
lir gilo angsana tunjung,
campaka putih lan sandat,
lan ginitri pacah cina.
147. Sutri gambir kalawan menuh,
pelet sedangane,
canigara bungan suri,
tigaro bungan tunjung,
katerangan lan pacar galuh,
parijata lan angsana,
kacita lan sekar ungu,
tangguli kalawan pudak,
saruni miwah padma bang
148. Pasemengan Men Bekung tuah
gupuh.
sampun mapuraya.
mapun masuah malenyig,
Gerantang sekarang berkata,
halus ucapannya,
"Aduh ayah dan bibi,
utang saya sangat besar.
apa yang saya pakai memba-
yar,
jika lanjut usia saya berkehen-
dak,
mengambil perempuan,
jika tidak dapat sarinya mata-
hari,
tak ada yang lain saya senang.
Ibu sekarang saya suruh ber-
jualan,
menjual bunga,
ke pasar di kota,
besok pagi-pagi sekali '
diceritrakan keesokan harinya.
setelah selesai memetik kem-
bang,
lir gilo, angsana dan teratai,
cempaka putih dan sandat,
bunga ginitri dan pacah cina.
Kembang sutri, gambir dan
melati,
bunga pelet sedangan,
canigara dan bunga suri,
kembang tigaro dan tunjung,
keterangan dan pacar galuh,
parijata dan an giana,
kacita dan bunga ungu,
tangguli dan pudak,
seruni serta teratai merah.
Pagi-pagi Men Bekung sudah si-
buk,
sudah bersiap-siap.
memakai minyak rambut dan
bersisir rapi,
50.<noinclude></noinclude>
9t7zzqk3kfjpo3mzvj31nvocq1as7pj
113722
113686
2022-07-20T08:20:20Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>145. Gerantang mangke lingira <br>
muwus. <br>
aris pangucape, <br>
aduh bapa miwah bibi. <br>
utang titiange agung, <br>
apan anggen titiang naur, <br>
yen sih titiang idup nyagia,
ngalih titiang anak eluh, <br>
yan tan polih sarin surya,<br>
tusing ada titiang lega.
146. Meme Jani titiang nunden nu- <br>
ku, <br>
mangadep bungane, <br>
ka pekene di nagari, <br>
semengan palimunan iku, <br>
kocap benjang kawuwus. <br>
sampun usan ngalap bunga. <br>
lir gilo angsana tunjung,
campaka putih lan sandat, <br>
lan ginitri pacah cina.<br>
147. Sutri gambir kalawan menuh,
pelet sedangane, <br>
canigara bungan suri, <br>
tigaro bungan tunjung, <br>
katerangan lan pacar galuh, <br>
parijata lan angsana, <br>
kacita lan sekar ungu, <br>
tangguli kalawan pudak, <br>
saruni miwah padma bang
148. Pasemengan Men Bekung tuah <br>
gupuh. <br>
sampun mapuraya. <br>
mapun masuah malenyig,
Gerantang sekarang berkata,
halus ucapannya, <br>
"Aduh ayah dan bibi, <br>
utang saya sangat besar. <br>
apa yang saya pakai memba- <br>
yar, <br>
jika lanjut usia saya berkehen- <br>
dak, <br>
mengambil perempuan, <br>
jika tidak dapat sarinya mata- <br>
hari, <br>
tak ada yang lain saya senang.
Ibu sekarang saya suruh ber- <br>
jualan, <br>
menjual bunga, <br>
ke pasar di kota, <br>
besok pagi-pagi sekali ' <br>
diceritrakan keesokan harinya. <br>
setelah selesai memetik kem- <br>
bang,
lir gilo, angsana dan teratai, <br>
cempaka putih dan sandat, <br>
bunga ginitri dan pacah cina. <br>
Kembang sutri, gambir dan <br>
melati, <br>
bunga pelet sedangan, <br>
canigara dan bunga suri, <br>
kembang tigaro dan tunjung, <br>
keterangan dan pacar galuh, <br>
parijata dan an giana, <br>
kacita dan bunga ungu, <br>
tangguli dan pudak, <br>
seruni serta teratai merah. <br>
Pagi-pagi Men Bekung sudah si- <br>
buk, <br>
sudah bersiap-siap. <br>
memakai minyak rambut dan <br>
bersisir rapi,
50.<noinclude></noinclude>
odefu39amaw6lif20pon582dlmprx3u
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/109
250
32306
113336
2022-07-19T14:06:54Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>102
waktu upakara ''nurunang'' Bhatara kabeh, ''widhi wedananya'',<br>
3. sarwa pawitra, yaiLu ''suci asoroh'', untuk mereka masing-masing,<br>
pada pelinggih bhatara, juga ''widhi wedana'' selengkapnya. Hen-<br>
daknya lengkap, tidak boleh kurang. Tata cara wedana: di bawah<br>
4. segala bentuk ''pangenteg linggih''. Pada ganggungan catur. Tata<br>
caranya seperti terdahulu, disucikan oleh brahmana. Datang ''tilem''<br>
ke dasa, lalu menghaturkan ''piodalan''.<br>
64a. 1. Begitulah ceritanya dahulu. Sesudah selesai menghaturkan upakara<br>
karya itu, tidak ada kekurangan persediaan apa pun, untuk para<br>
tamu tidak kurang makan maupun minuman. Lamak kalau diceri-<br>
takan semua. Kemudian,<br>
2. kembali para tamu, pulang ke rumahnya masing-masing. Lamanya<br>
upakara karya itu, tiga bulan, dimulai dari sasih ''ke-pitu'' sampai<br>
dengan sasih ''ke-dasa''. Begitulah ceritanya. Sesudah beberapa<br>
tahun lamanya, Bujangga Bali, lebih-lebih telah<br>
3. tualah mereka itu masing-masing. Mpu Jaya Mahireng, Mpu Pana-<br>
rajon. Mpu Tarunyan sampai Mpu anak muridnya semua, telah<br>
sampai dengan, tiga turunan. Sangat<br>
4. baktilah mereka semua, tidak ada yang perlu dikatakan sampai<br>
sekarang, yang masih ada ialah Tarunyan, anak dari sang Ba-<br>
dengan, mengambil anak sang Wreksa Ireng<br>
b. 1. bernama Ni Ayu Reka. Yang lainya, anaknya sang Kayu Ireng,<br>
bernama sang Togog Ireng, mengambil anaknya sang Panarajon<br>
yang bernama Ni Rojani. Lainya dari Panarajon, anaknya diberi<br>
2. nama sang Panarajon, mengambil anak sang Tarunyan, bernama<br>
Ni Nyelem. Dan anaknya sang Tarunyan yang kedua, yang ber-<br>
nama sang Tuwed Ireng, mengambil anaknya sang Kayu Pana-<br>
rajon, yang bernama Ni Nyarem. dimadu oleh anaknya sang Kayu<br>
Ireng, yang bernama Ni Cemeng. Yang lainnya, yaitu sang<br>
Dryakah, anaknya dari sang Kayu Ireng, kawin dengan Ni Ayu<br>
Ireng. Lainnya, anak sang Tarunyan,<br>
4. bernama sang Badengan, diambil oleh sang Ireng. Mereka meru<br>
pakan keluarga yang sama-sama berbahagia anak beranak, ber<br>
cucu, buyut, ''canggah'', ''wareng'', ''kepek'' sampai ''maijengan''.<br>
65a. l. Dikatakan, yang disebut terakhir, sangat hormat kepada Hyang<br>
Kawitan, lebih-lebih terhadap kahyangan. Ingat, tidak pemah me-<noinclude></noinclude>
i5hs8yv5b2ds4tc7gytpehti2mfx9pr
113343
113336
2022-07-19T14:12:59Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||102}}
waktu upakara ''nurunang'' Bhatara kabeh, ''widhi wedananya'',<br>
3. sarwa pawitra, yaiLu ''suci asoroh'', untuk mereka masing-masing,<br>
pada pelinggih bhatara, juga ''widhi wedana'' selengkapnya. Hen-<br>
daknya lengkap, tidak boleh kurang. Tata cara wedana: di bawah<br>
4. segala bentuk ''pangenteg linggih''. Pada ganggungan catur. Tata<br>
caranya seperti terdahulu, disucikan oleh brahmana. Datang ''tilem''<br>
ke dasa, lalu menghaturkan ''piodalan''.<br>
64a. 1. Begitulah ceritanya dahulu. Sesudah selesai menghaturkan upakara<br>
karya itu, tidak ada kekurangan persediaan apa pun, untuk para<br>
tamu tidak kurang makan maupun minuman. Lamak kalau diceri-<br>
takan semua. Kemudian,<br>
2. kembali para tamu, pulang ke rumahnya masing-masing. Lamanya<br>
upakara karya itu, tiga bulan, dimulai dari sasih ''ke-pitu'' sampai<br>
dengan sasih ''ke-dasa''. Begitulah ceritanya. Sesudah beberapa<br>
tahun lamanya, Bujangga Bali, lebih-lebih telah<br>
3. tualah mereka itu masing-masing. Mpu Jaya Mahireng, Mpu Pana-<br>
rajon. Mpu Tarunyan sampai Mpu anak muridnya semua, telah<br>
sampai dengan, tiga turunan. Sangat<br>
4. baktilah mereka semua, tidak ada yang perlu dikatakan sampai<br>
sekarang, yang masih ada ialah Tarunyan, anak dari sang Ba-<br>
dengan, mengambil anak sang Wreksa Ireng<br>
b. 1. bernama Ni Ayu Reka. Yang lainya, anaknya sang Kayu Ireng,<br>
bernama sang Togog Ireng, mengambil anaknya sang Panarajon<br>
yang bernama Ni Rojani. Lainya dari Panarajon, anaknya diberi<br>
2. nama sang Panarajon, mengambil anak sang Tarunyan, bernama<br>
Ni Nyelem. Dan anaknya sang Tarunyan yang kedua, yang ber-<br>
nama sang Tuwed Ireng, mengambil anaknya sang Kayu Pana-<br>
rajon, yang bernama Ni Nyarem. dimadu oleh anaknya sang Kayu<br>
Ireng, yang bernama Ni Cemeng. Yang lainnya, yaitu sang<br>
Dryakah, anaknya dari sang Kayu Ireng, kawin dengan Ni Ayu<br>
Ireng. Lainnya, anak sang Tarunyan,<br>
4. bernama sang Badengan, diambil oleh sang Ireng. Mereka meru<br>
pakan keluarga yang sama-sama berbahagia anak beranak, ber<br>
cucu, buyut, ''canggah'', ''wareng'', ''kepek'' sampai ''maijengan''.<br>
65a. l. Dikatakan, yang disebut terakhir, sangat hormat kepada Hyang<br>
Kawitan, lebih-lebih terhadap kahyangan. Ingat, tidak pemah me-<noinclude></noinclude>
ophrb2jvajpvbvrchtmmrdr7uo6t4k8
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/45
250
32307
113337
2022-07-19T14:09:13Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>pangandikan Raden Aria.
parekan sami masambang.
13 . Ring kaula nene luh-luh,
antuk maubuhan,
samas celenge wus lisik ,
kerayaning jubeng bangkung,
ento ne malih karuruh,
bebek kandang-kandangan,
manguelin dad i laku,
tunggalin awak panjak,
sang perabu sampun maserah.
1 3 4. I Raden Mantri mangkia lungguh ,
ring paebatan,
angucap munyine jadig,
adonin nden malu,
basang kai suba seduk,
parekan encong m anyemak,
embane punika ratu,
dereng n goreng kari matah,
mangke kaulan gorengang.
I 3 5 . Rahaden Mantri mangkin sumaur,
emba matah te juang,
apane malu adonin,
ne duang pane dipungkur,
juru ebate saturut ,
mangadonang lawar punika,
emba matah anggon ipun,
papait pejangin gula,
mica ne megoh katumbah.
itu perkataan nya Raden Aria
(C'upak)
para pelayan semua berjaga-jaga.
Terhadap rakyat perempuan ,
harus memelihara babi,
400 ekor babi telah habis,
sampai induk babi yang tidak
mau beranak,
itu yang sengaja dicari,
itik berkandang-kandang,
jika dilarang menjadi persoalan ,
maklum diri sebagai rakyat,
sang raja telah menyerahkan.
Raden Mantri lalu duduk ,
di tempat mengolah daging,
berka ta dengan kasar,
"Ayo segeralah diadon,
perutku sudah lapar".
pelayan dengan segera meng
am bil,
"Bawang gorengnya tuanku ,
belum digoreng masih men
tah ",
lalu rakyat menggorengnya.·
Raden Mantri menjawab,
"Pakai saja bawang mentah,
satu periuk dulu dicampur,
yang dua periuk nanti bela
kangan,
para petugas menurut,
mencampur lawar itu ,
memakai bawang mentah,
yang pait ditambah gula,
merica dan ketumbar.
45<noinclude></noinclude>
789gu7e0fis42cse61320ibvv0obenz
113514
113337
2022-07-19T17:14:26Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>pangandikan Raden Aria.
parekan sami masambang.
13. Ring kaula nene luh-luh,
antuk maubuhan,
samas celenge wus lisik ,
kerayaning jubeng bangkung,
ento ne malih karuruh,
bebek kandang-kandangan,
manguelin dad i laku,
tunggalin awak panjak,
sang perabu sampun maserah.
134. I Raden Mantri mangkia lungguh ,
ring paebatan,
angucap munyine jadig,
adonin nden malu,
basang kai suba seduk,
parekan encong manyemak,
embane punika ratu,
dereng n goreng kari matah,
mangke kaulan gorengang.
135 . Rahaden Mantri mangkin sumaur,
emba matah te juang,
apane malu adonin,
ne duang pane dipungkur,
juru ebate saturut ,
mangadonang lawar punika,
emba matah anggon ipun,
papait pejangin gula,
mica ne megoh katumbah.
itu perkataan nya Raden Aria
(Cupak)
para pelayan semua berjaga-jaga.
Terhadap rakyat perempuan ,
harus memelihara babi,
400 ekor babi telah habis,
sampai induk babi yang tidak
mau beranak,
itu yang sengaja dicari,
itik berkandang-kandang,
jika dilarang menjadi persoalan ,
maklum diri sebagai rakyat,
sang raja telah menyerahkan.
Raden Mantri lalu duduk ,
di tempat mengolah daging,
berka ta dengan kasar,
"Ayo segeralah diadon,
perutku sudah lapar".
pelayan dengan segera mengambil,
"Bawang gorengnya tuanku ,
belum digoreng masih mentah ",
lalu rakyat menggorengnya.·
Raden Mantri menjawab,
"Pakai saja bawang mentah,
satu periuk dulu dicampur,
yang dua periuk nanti belakangan,
para petugas menurut,
mencampur lawar itu ,
memakai bawang mentah,
yang pait ditambah gula,
merica dan ketumbar.
{{right|45}}<noinclude></noinclude>
9ybu8941ndk34pm11oe30azy9uknr9t
113658
113514
2022-07-20T01:32:29Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113514 antuk [[Special:Contributions/Listya Purnami|Listya Purnami]] ([[User talk:Listya Purnami|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>pangandikan Raden Aria.
parekan sami masambang.
13 . Ring kaula nene luh-luh,
antuk maubuhan,
samas celenge wus lisik ,
kerayaning jubeng bangkung,
ento ne malih karuruh,
bebek kandang-kandangan,
manguelin dad i laku,
tunggalin awak panjak,
sang perabu sampun maserah.
1 3 4. I Raden Mantri mangkia lungguh ,
ring paebatan,
angucap munyine jadig,
adonin nden malu,
basang kai suba seduk,
parekan encong m anyemak,
embane punika ratu,
dereng n goreng kari matah,
mangke kaulan gorengang.
I 3 5 . Rahaden Mantri mangkin sumaur,
emba matah te juang,
apane malu adonin,
ne duang pane dipungkur,
juru ebate saturut ,
mangadonang lawar punika,
emba matah anggon ipun,
papait pejangin gula,
mica ne megoh katumbah.
itu perkataan nya Raden Aria
(C'upak)
para pelayan semua berjaga-jaga.
Terhadap rakyat perempuan ,
harus memelihara babi,
400 ekor babi telah habis,
sampai induk babi yang tidak
mau beranak,
itu yang sengaja dicari,
itik berkandang-kandang,
jika dilarang menjadi persoalan ,
maklum diri sebagai rakyat,
sang raja telah menyerahkan.
Raden Mantri lalu duduk ,
di tempat mengolah daging,
berka ta dengan kasar,
"Ayo segeralah diadon,
perutku sudah lapar".
pelayan dengan segera meng
am bil,
"Bawang gorengnya tuanku ,
belum digoreng masih men
tah ",
lalu rakyat menggorengnya.·
Raden Mantri menjawab,
"Pakai saja bawang mentah,
satu periuk dulu dicampur,
yang dua periuk nanti bela
kangan,
para petugas menurut,
mencampur lawar itu ,
memakai bawang mentah,
yang pait ditambah gula,
merica dan ketumbar.
45<noinclude></noinclude>
qf5dhna2j5hsrxniq89pl2wg7es03dg
113659
113658
2022-07-20T01:35:11Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>pangandikan Raden Aria.
parekan sami masambang.
13 . Ring kaula nene luh-luh,
antuk maubuhan,
samas celenge wus lisik ,
kerayaning jubeng bangkung,
ento ne malih karuruh,
bebek kandang-kandangan,
manguelin dad i laku,
tunggalin awak panjak,
sang perabu sampun maserah.
1 3 4. I Raden Mantri mangkia lungguh ,
ring paebatan,
angucap munyine jadig,
adonin nden malu,
basang kai suba seduk,
parekan encong m anyemak,
embane punika ratu,
dereng n goreng kari matah,
mangke kaulan gorengang.
I 3 5 . Rahaden Mantri mangkin sumaur,
emba matah te juang,
apane malu adonin,
ne duang pane dipungkur,
juru ebate saturut ,
mangadonang lawar punika,
emba matah anggon ipun,
papait pejangin gula,
mica ne megoh katumbah.
itu perkataan nya Raden Aria
(C'upak)
para pelayan semua berjaga-jaga.
Terhadap rakyat perempuan ,
harus memelihara babi,
400 ekor babi telah habis,
sampai induk babi yang tidak
mau beranak,
itu yang sengaja dicari,
itik berkandang-kandang,
jika dilarang menjadi persoalan ,
maklum diri sebagai rakyat,
sang raja telah menyerahkan.
Raden Mantri lalu duduk ,
di tempat mengolah daging,
berka ta dengan kasar,
"Ayo segeralah diadon,
perutku sudah lapar".
pelayan dengan segera meng
am bil,
"Bawang gorengnya tuanku ,
belum digoreng masih men
tah ",
lalu rakyat menggorengnya.·
Raden Mantri menjawab,
"Pakai saja bawang mentah,
satu periuk dulu dicampur,
yang dua periuk nanti bela
kangan,
para petugas menurut,
mencampur lawar itu ,
memakai bawang mentah,
yang pait ditambah gula,
merica dan ketumbar.
45<noinclude></noinclude>
eb8lui3tmdt0wehd5rqht02cqf7nfy6
113732
113659
2022-07-20T09:17:22Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>pangandikan Raden Aria.<br>
parekan sami masambang.<br>
13 . Ring kaula nene luh-luh,<br>
antuk maubuhan,<br>
samas celenge wus lisik ,<br>
kerayaning jubeng bangkung,<br>
ento ne malih karuruh,<br>
bebek kandang-kandangan,<br>
manguelin dadi laku,<br>
tunggalin awak panjak,<br>
sang perabu sampun maserah.
134. I Raden Mantri mangkia lung-<br>
guh,<br>
ring paebatan,<br>
angucap munyine jadig,<br>
adonin nden malu,<br>
basang kai suba seduk,<br>
parekan encong manyemak,<br>
embane punika ratu,<br>
dereng n goreng kari matah,<br>
mangke kaulan gorengang.
135. Rahaden Mantri mangkin su-<br>
maur,<br>
emba matah te juang,<br>
apane malu adonin,<br>
ne duang pane dipungkur,<br>
juru ebate saturut ,<br>
mangadonang lawar punika,<br>
emba matah anggon ipun,<br>
papait pejangin gula,<br>
mica ne megoh katumbah.
itu perkataannya Raden Aria<br>
(Cupak)<br>
para pelayan semua berjaga-ja-<br>
ga.<br>
Terhadap rakyat perempuan ,<br>
harus memelihara babi,<br>
400 ekor babi telah habis,<br>
sampai induk babi yang tidak<br>
mau beranak,<br>
itu yang sengaja dicari,<br>
itik berkandang-kandang,<br>
jika dilarang menjadi persoalan ,<br>
maklum diri sebagai rakyat,<br>
sang raja telah menyerahkan.<br>
Raden Mantri lalu duduk ,<br>
di tempat mengolah daging,<br>
berkata dengan kasar,<br>
"Ayo segeralah diadon,<br>
perutku sudah lapar".<br>
pelayan dengan segera meng<br>
ambil,<br>
"Bawang gorengnya tuanku ,<br>
belum digoreng masih men<br>
tah ",<br>
lalu rakyat menggorengnya.·<br>
Raden Mantri menjawab,<br>
"Pakai saja bawang mentah,<br>
satu periuk dulu dicampur,<br>
yang dua periuk nanti bela<br>
kangan,<br>
para petugas menurut,<br>
mencampur lawar itu ,<br>
memakai bawang mentah,<br>
yang pait ditambah gula,<br>
merica dan ketumbar.
45<noinclude></noinclude>
2o93m8j5j9bm5avlap3mz50bcb42epq
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/51
250
32308
113338
2022-07-19T14:09:37Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>pusunge cara ilu,
bok gudig buin caruncung.
wenten ambul ikut sudang,
mapayas sampun puput,
majalan jani madagang
tan kocapan reke di jalan.
149. Kocap mangkin di pasare rauh,
manuunang soke,
wong istri pada nyapatin,
apa kaadep Men Bekung,
icang ngadep sarwa santun,
nanangnya ngongkon mada-
gang
Sami wong pada mandulu,
pada ngerebut mabalanja,
Istri kakung nuku sekar,
150. Ne duang salongsong campaka
menuh,
ento ne engkebanga.
wang jero anu perapti,
andikan Rahaden Galuh,
ke peken memeli santun,
wang jero raris angucap,
bibi dane jero Bekung,
icang mai meli bunga,
manguda bungane onya.
151. Puniki kari bunga duang bung-
kus.
wang jerone manyemak,
ebone miik sumirit,
sanggulnya gaya lama,
rambut jarang dan pendek,
kira-kira sebesar ekor ikan
(sanggulnya),
setelah selesai berhias,
lalu pergi berjualan,
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
Diceritrakan telah tiba di pa-
sar,
lalu menurunkan bakulnya,
para wanitanya menyapanya,
"Apa yang dijual Men Be-
kung",
"Saya menjual bermacam-ma-
cam bunga,
bapaknya menyuruh saya jual-
an",
Semua orang melihat,
datang menyerbu berbelanja,
ada seorang perempuan muda
membeli bunga.
Yang dua bungkus bunga cem-
paka dan melati,
itu yang sengaja disembunyi-
kan,
orang istana datang,
atas suruhan Raden Galuh,
untuk ke pasar membeli bunga,
orang istana lalu berkata,
"Bibi men Bekung,
saya datang membeli bunga,
berapa harga bunga semua
nya.
"Ini bunganya masih dua
bungkus."
Orang istana lalu mengambil.
baunya harum semerbak,
51<noinclude></noinclude>
e7c1lqr11lezq0xgxm6g11aslfzdxul
113513
113338
2022-07-19T17:14:09Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>pusunge cara ilu,
bok gudig buin caruncung.
wenten ambul ikut sudang,
mapayas sampun puput,
majalan jani madagang
tan kocapan reke di jalan.
149. Kocap mangkin di pasare rauh,
manuunang soke,
wong istri pada nyapatin,
apa kaadep Men Bekung,
icang ngadep sarwa santun,
nanangnya ngongkon mada-
gang
Sami wong pada mandulu,
pada ngerebut mabalanja,
Istri kakung nuku sekar,
150. Ne duang salongsong campaka
menuh,
ento ne engkebanga.
wang jero anu perapti,
andikan Rahaden Galuh,
ke peken memeli santun,
wang jero raris angucap,
bibi dane jero Bekung,
icang mai meli bunga,
manguda bungane onya.
151. Puniki kari bunga duang bung-
kus.
wang jerone manyemak,
ebone miik sumirit,
sanggulnya gaya lama,
rambut jarang dan pendek,
kira-kira sebesar ekor ikan
(sanggulnya),
setelah selesai berhias,
lalu pergi berjualan,
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
Diceritrakan telah tiba di pa-
sar,
lalu menurunkan bakulnya,
para wanitanya menyapanya,
"Apa yang dijual Men Be-
kung",
"Saya menjual bermacam-ma-
cam bunga,
bapaknya menyuruh saya jual-
an",
Semua orang melihat,
datang menyerbu berbelanja,
ada seorang perempuan muda
membeli bunga.
Yang dua bungkus bunga cem-
paka dan melati,
itu yang sengaja disembunyi-
kan,
orang istana datang,
atas suruhan Raden Galuh,
untuk ke pasar membeli bunga,
orang istana lalu berkata,
"Bibi men Bekung,
saya datang membeli bunga,
berapa harga bunga semua
nya.
"Ini bunganya masih dua
bungkus."
Orang istana lalu mengambil.
baunya harum semerbak,
{{right|51}}<noinclude></noinclude>
pvbg1fz5dc713o94ylixqpic5xnf7xu
113687
113513
2022-07-20T03:43:12Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113513 antuk [[Special:Contributions/Aryana prayoga|Aryana prayoga]] ([[User talk:Aryana prayoga|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>pusunge cara ilu,
bok gudig buin caruncung.
wenten ambul ikut sudang,
mapayas sampun puput,
majalan jani madagang
tan kocapan reke di jalan.
149. Kocap mangkin di pasare rauh,
manuunang soke,
wong istri pada nyapatin,
apa kaadep Men Bekung,
icang ngadep sarwa santun,
nanangnya ngongkon mada-
gang
Sami wong pada mandulu,
pada ngerebut mabalanja,
Istri kakung nuku sekar,
150. Ne duang salongsong campaka
menuh,
ento ne engkebanga.
wang jero anu perapti,
andikan Rahaden Galuh,
ke peken memeli santun,
wang jero raris angucap,
bibi dane jero Bekung,
icang mai meli bunga,
manguda bungane onya.
151. Puniki kari bunga duang bung-
kus.
wang jerone manyemak,
ebone miik sumirit,
sanggulnya gaya lama,
rambut jarang dan pendek,
kira-kira sebesar ekor ikan
(sanggulnya),
setelah selesai berhias,
lalu pergi berjualan,
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
Diceritrakan telah tiba di pa-
sar,
lalu menurunkan bakulnya,
para wanitanya menyapanya,
"Apa yang dijual Men Be-
kung",
"Saya menjual bermacam-ma-
cam bunga,
bapaknya menyuruh saya jual-
an",
Semua orang melihat,
datang menyerbu berbelanja,
ada seorang perempuan muda
membeli bunga.
Yang dua bungkus bunga cem-
paka dan melati,
itu yang sengaja disembunyi-
kan,
orang istana datang,
atas suruhan Raden Galuh,
untuk ke pasar membeli bunga,
orang istana lalu berkata,
"Bibi men Bekung,
saya datang membeli bunga,
berapa harga bunga semua
nya.
"Ini bunganya masih dua
bungkus."
Orang istana lalu mengambil.
baunya harum semerbak,
51<noinclude></noinclude>
7we4mao8tfc5y7qzwt53f8uf5zorx8z
113729
113687
2022-07-20T08:59:43Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>pusunge cara ilu,<br>
bok gudig buin caruncung.<br>
wenten ambul ikut sudang,<br>
mapayas sampun puput,<br>
majalan jani madagang<br>
tan kocapan reke di jalan.
149. Kocap mangkin di pasare rauh,<br>
manuunang soke,<br>
wong istri pada nyapatin,<br>
apa kaadep Men Bekung,<br>
icang ngadep sarwa santun,<br>
nanangnya ngongkon mada-<br>
gang<br>
Sami wong pada mandulu,<br>
pada ngerebut mabalanja,<br>
Istri kakung nuku sekar,<br>
150. Ne duang salongsong campaka<br>
menuh,<br>
ento ne engkebanga.<br>
wang jero anu perapti,<br>
andikan Rahaden Galuh,<br>
ke peken memeli santun,<br>
wang jero raris angucap,<br>
bibi dane jero Bekung,<br>
icang mai meli bunga,<br>
manguda bungane onya.
151. Puniki kari bunga duang bung-<br>
kus.<br>
wang jerone manyemak,<br>
ebone miik sumirit,
sanggulnya gaya lama,<br>
rambut jarang dan pendek,<br>
kira-kira sebesar ekor ikan<br>
(sanggulnya),<br>
setelah selesai berhias,<br>
lalu pergi berjualan,<br>
tidak diceritrakan dalam per<br>-
jalanan.<br>
Diceritrakan telah tiba di pa-<br>
sar,<br>
lalu menurunkan bakulnya,<br>
para wanitanya menyapanya,<br>
"Apa yang dijual Men Be-<br>
kung",<br>
"Saya menjual bermacam-ma-<br>
cam bunga,<br>
bapaknya menyuruh saya jual-<br>
an",<br>
Semua orang melihat,<br>
datang menyerbu berbelanja,<br>
ada seorang perempuan muda<br>
membeli bunga.
Yang dua bungkus bunga cem-<br>
paka dan melati,<br>
itu yang sengaja disembunyi-<br>
kan,<br>
orang istana datang,<br>
atas suruhan Raden Galuh,<br>
untuk ke pasar membeli bunga,<br>
orang istana lalu berkata,<br>
"Bibi men Bekung,<br>
saya datang membeli bunga,<br>
berapa harga bunga semua<br>
nya.
"Ini bunganya masih dua<br>
bungkus."<br>
Orang istana lalu mengambil.<br>
baunya harum semerbak,
51<noinclude></noinclude>
2wwfwc3f23eo06o836awip0dwo1tgwm
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/25
250
32309
113339
2022-07-19T14:11:34Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>Rahaden ngambilang suruh,
iki sedah ideran mangke,
I Gerantang nulia umatur,
titiang tan bisa amucang,
Rahaden Galuh amucang.
59. Nah irate amucang malu,
ia ta unanggap,
I Gerantang sumaur aris,
liman titiange ratu,
liman titiang isep tuju,
Rahaden Galuh amucang,
asung sepahe ring lati,
I Gerantang mangke manumas,
mangelut laut mangaras,
60. Rahaden Galuh mangke ulangun,
polahe ring marga,
madandan tangan di margi,
I Gerantang lingnia matur,
pangerumiune manis alus,
mamargi mas mirah inguang,
Rahaden Galuh lumaku,
sarwi ia maguyon-guyon.
Rahaden Galuh semu egar
61. I Cupak kocapan nu di luhur,
ngeling goar-goar,
bebeten suung iwasin,
I Manaru menyengku,
watangan ipun ambul kubu,
I Cupak raris melusan,
gelis mangke ira tuun,
bau manegtegang dekah.
kaget I Gerantang teka.
Raden Galuh mengambil sirih,
"Ini tempat sirih silahkan makan sirih".
I Gerantang lalu berkata,
"Saya tidak bisa makan sirih",
Raden Galuh lalu makan sirih.
"Ya biarlah saya makan sirih
dulu,"
Lalu dia mengambil,
I Gerantang berkata pelan,
"Tangan saya Tuan Putri,
tangan saya sakit reumatik"
Raden Galuh makan sirih,
serasi sepah dalam pipinya,
sekarang I Gerantang minta,
memeluk lalu mencium.
Raden Galuh terpesona,
perilakunya di jalan,
berpegangan tangan di jalan,
I Gerantang berkata,
ucapannya halus manis,
"Berjalanlah adindaku sayang",
Raden Galuh berjalan,
sambil bersenda gurau,
Raden Galuh sangat gembira.
Diceritrakan I Cupak masih di atas.
menangis keras-keras,
dilihatnya di bawah tidak ada
orang.
I Manaru sangat besar,
mayatnya sebesar pondok,
I Cupak lalu melepaskan ikatannya,
dan segera dia turun.
baru menenangkan hati.
segera I Gerantang datang.
{{right|25}}<noinclude></noinclude>
rnmq5fp6z2j0ur65ibx4mtudfn51jo7
113474
113339
2022-07-19T16:10:36Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>Rahaden ngambilang suruh,
iki sedah ideran mangke,
I Gerantang nulia umatur,
titiang tan bisa amucang,
Rahaden Galuh amucang.
59. Nah irate amucang malu,
ia ta unanggap,
I Gerantang sumaur aris,
liman titiange ratu,
liman titiang isep tuju,
Rahaden Galuh amucang,
asung sepahe ring lati,
I Gerantang mangke manumas,
mangelut laut mangaras,
60. Rahaden Galuh mangke ulangun,
polahe ring marga,
madandan tangan di margi,
I Gerantang lingnia matur,
pangerumiune manis alus,
mamargi mas mirah inguang,
Rahaden Galuh lumaku,
sarwi ia maguyon-guyon.
Rahaden Galuh semu egar
61. I Cupak kocapan nu di luhur,
ngeling goar-goar,
bebeten suung iwasin,
I Manaru menyengku,
watangan ipun ambul kubu,
I Cupak raris melusan,
gelis mangke ira tuun,
bau manegtegang dekah.
kaget I Gerantang teka.
Raden Galuh mengambil sirih,
"Ini tempat sirih silahkan makan sirih".
I Gerantang lalu berkata,
"Saya tidak bisa makan sirih",
Raden Galuh lalu makan sirih.
"Ya biarlah saya makan sirih
dulu,"
Lalu dia mengambil,
I Gerantang berkata pelan,
"Tangan saya Tuan Putri,
tangan saya sakit reumatik"
Raden Galuh makan sirih,
serasi sepah dalam pipinya,
sekarang I Gerantang minta,
memeluk lalu mencium.
Raden Galuh terpesona,
perilakunya di jalan,
berpegangan tangan di jalan,
I Gerantang berkata,
ucapannya halus manis,
"Berjalanlah adindaku sayang",
Raden Galuh berjalan,
sambil bersenda gurau,
Raden Galuh sangat gembira.
Diceritrakan I Cupak masih di atas.
menangis keras-keras,
dilihatnya di bawah tidak ada
orang.
I Manaru sangat besar,
mayatnya sebesar pondok,
I Cupak lalu melepaskan ikatannya,
dan segera dia turun.
baru menenangkan hati.
segera I Gerantang datang.
{{right|25}}<noinclude></noinclude>
60xj1mp7mmsq5kvsre9h3qdsod6rq4s
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/19
250
32310
113340
2022-07-19T14:12:10Z
Damayantidwi
878
/* Kaca sané durung kauji-wacén */ Ngardi kaca madaging "ento nene kaingetang,<br> makeneh sambil majalan, 39. Kocap tegeh umah I Manaru, I Gerantang diwangan,<br> sambilanga nogtog kori,<br> tan pendah kadi gunung,<br> korin ipun agung-agung,<br> sawetara limang depa,<br> tegeh ipun panungtung nyuh,<br> I Gerantang raris ngucap.<br> mangauk-ngauk mai pesuan. 40. Manaru mai te iba pesu,<br> kai ne utusan,<br> mangambil i Nyai Cili,<br> I Manaru mangarungu,<br> Nyai Cili jalma ngawuk.<br> d...
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Damayantidwi" /></noinclude>ento nene kaingetang,<br>
makeneh sambil majalan,
39. Kocap tegeh umah I Manaru,
I Gerantang diwangan,<br>
sambilanga nogtog kori,<br>
tan pendah kadi gunung,<br>
korin ipun agung-agung,<br>
sawetara limang depa,<br>
tegeh ipun panungtung nyuh,<br>
I Gerantang raris ngucap.<br>
mangauk-ngauk mai pesuan.
40. Manaru mai te iba pesu,<br>
kai ne utusan,<br>
mangambil i Nyai Cili,<br>
I Manaru mangarungu,<br>
Nyai Cili jalma ngawuk.<br>
dini jumah bapa medal,<br>
tumuli angerak manguwuh,
41. ngarebek luir kadi kilat,<br>
ne mahaap tuun,<br>
enyoknyane medal mapanyuh,<br>
mangutah mising pesu munyi-<br>
ne embuh,<br>
buka mangeluarang bayu,
42. I Manuru berahmantian.
pesu menganggar pedang.
itu yang diingat,
berpikir sambil berjalan.
Tersebutlah rumah I Manaru
sangat tinggi,
I Gerantang di jalan.
sambil mengetok pintu,
tidak ubahnya seperti gunung,
pintunya besar-besar,
ada kira-kira lima depa,
tingginya setinggi pohon kela-
pa,
I Gerantang lalu berkata,
memanggil-manggil menyuruh
ke luar.
"Manaru keluarlah kamu,
aku ini utusan,
untuk mengambil Nyai Cili",
I Manaru mendengar,
"Nyai Cili manusia jahat,
di sini di rumah saya",
keluar sambil membentak dan
menggeram,
bergetar seperti petir.
bumi bergerak seperti ada gem-
pa
I Cupak terbalik kepalanya,
menghadap ke bawah.
keluar air kencing,
muntah berak suaranya parau,
bagaikan orang akan menghem
buskan nafas.
"Oh Tuhan mati aku,
mudah-mudahan saya hidup,
dan si raksasa supaya mati,
nafas saya terputus-putus".
I Manaru sangat marah.
keluar mengangkat pedang.
19<noinclude></noinclude>
5i5oebp20udnftfxxwoim3jinugmlro
113342
113340
2022-07-19T14:12:25Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>ento nene kaingetang,<br>
makeneh sambil majalan,
39. Kocap tegeh umah I Manaru,
I Gerantang diwangan,<br>
sambilanga nogtog kori,<br>
tan pendah kadi gunung,<br>
korin ipun agung-agung,<br>
sawetara limang depa,<br>
tegeh ipun panungtung nyuh,<br>
I Gerantang raris ngucap.<br>
mangauk-ngauk mai pesuan.
40. Manaru mai te iba pesu,<br>
kai ne utusan,<br>
mangambil i Nyai Cili,<br>
I Manaru mangarungu,<br>
Nyai Cili jalma ngawuk.<br>
dini jumah bapa medal,<br>
tumuli angerak manguwuh,
41. ngarebek luir kadi kilat,<br>
ne mahaap tuun,<br>
enyoknyane medal mapanyuh,<br>
mangutah mising pesu munyi-<br>
ne embuh,<br>
buka mangeluarang bayu,
42. I Manuru berahmantian.
pesu menganggar pedang.
itu yang diingat,
berpikir sambil berjalan.
Tersebutlah rumah I Manaru
sangat tinggi,
I Gerantang di jalan.
sambil mengetok pintu,
tidak ubahnya seperti gunung,
pintunya besar-besar,
ada kira-kira lima depa,
tingginya setinggi pohon kela-
pa,
I Gerantang lalu berkata,
memanggil-manggil menyuruh
ke luar.
"Manaru keluarlah kamu,
aku ini utusan,
untuk mengambil Nyai Cili",
I Manaru mendengar,
"Nyai Cili manusia jahat,
di sini di rumah saya",
keluar sambil membentak dan
menggeram,
bergetar seperti petir.
bumi bergerak seperti ada gem-
pa
I Cupak terbalik kepalanya,
menghadap ke bawah.
keluar air kencing,
muntah berak suaranya parau,
bagaikan orang akan menghem
buskan nafas.
"Oh Tuhan mati aku,
mudah-mudahan saya hidup,
dan si raksasa supaya mati,
nafas saya terputus-putus".
I Manaru sangat marah.
keluar mengangkat pedang.
19<noinclude></noinclude>
cfsp02l5piygvz2h70rc07bgk20ve5w
113407
113342
2022-07-19T15:09:22Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>ento nene kaingetang,<br>
makeneh sambil majalan,
39. Kocap tegeh umah I Manaru,
I Gerantang diwangan,<br>
sambilanga nogtog kori,<br>
tan pendah kadi gunung,<br>
korin ipun agung-agung,<br>
sawetara limang depa,<br>
tegeh ipun panungtung nyuh,<br>
I Gerantang raris ngucap.<br>
mangauk-ngauk mai pesuan.
40. Manaru mai te iba pesu,<br>
kai ne utusan,<br>
mangambil i Nyai Cili,<br>
I Manaru mangarungu,<br>
Nyai Cili jalma ngawuk.<br>
dini jumah bapa medal,<br>
tumuli angerak manguwuh,
41. ngarebek luir kadi kilat,<br>
ne mahaap tuun,<br>
enyoknyane medal mapanyuh,<br>
mangutah mising pesu munyi-<br>
ne embuh,<br>
buka mangeluarang bayu,
42. I Manuru berahmantian.
pesu menganggar pedang.
itu yang diingat,
berpikir sambil berjalan.
Tersebutlah rumah I Manaru
sangat tinggi,
I Gerantang di jalan.
sambil mengetok pintu,
tidak ubahnya seperti gunung,
pintunya besar-besar,
ada kira-kira lima depa,
tingginya setinggi pohon kela-
pa,
I Gerantang lalu berkata,
memanggil-manggil menyuruh
ke luar.
"Manaru keluarlah kamu,
aku ini utusan,
untuk mengambil Nyai Cili",
I Manaru mendengar,
"Nyai Cili manusia jahat,
di sini di rumah saya",
keluar sambil membentak dan
menggeram,
bergetar seperti petir.
bumi bergerak seperti ada gem-
pa
I Cupak terbalik kepalanya,
menghadap ke bawah.
keluar air kencing,
muntah berak suaranya parau,
bagaikan orang akan menghem
buskan nafas.
"Oh Tuhan mati aku,
mudah-mudahan saya hidup,
dan si raksasa supaya mati,
nafas saya terputus-putus".
I Manaru sangat marah.
keluar mengangkat pedang.
19<noinclude></noinclude>
bitvu9wd94ieiajfd9ixqfs9bfhozdk
113708
113407
2022-07-20T04:17:23Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113407 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>ento nene kaingetang,<br>
makeneh sambil majalan,
39. Kocap tegeh umah I Manaru,
I Gerantang diwangan,<br>
sambilanga nogtog kori,<br>
tan pendah kadi gunung,<br>
korin ipun agung-agung,<br>
sawetara limang depa,<br>
tegeh ipun panungtung nyuh,<br>
I Gerantang raris ngucap.<br>
mangauk-ngauk mai pesuan.
40. Manaru mai te iba pesu,<br>
kai ne utusan,<br>
mangambil i Nyai Cili,<br>
I Manaru mangarungu,<br>
Nyai Cili jalma ngawuk.<br>
dini jumah bapa medal,<br>
tumuli angerak manguwuh,
41. ngarebek luir kadi kilat,<br>
ne mahaap tuun,<br>
enyoknyane medal mapanyuh,<br>
mangutah mising pesu munyi-<br>
ne embuh,<br>
buka mangeluarang bayu,
42. I Manuru berahmantian.
pesu menganggar pedang.
itu yang diingat,
berpikir sambil berjalan.
Tersebutlah rumah I Manaru
sangat tinggi,
I Gerantang di jalan.
sambil mengetok pintu,
tidak ubahnya seperti gunung,
pintunya besar-besar,
ada kira-kira lima depa,
tingginya setinggi pohon kela-
pa,
I Gerantang lalu berkata,
memanggil-manggil menyuruh
ke luar.
"Manaru keluarlah kamu,
aku ini utusan,
untuk mengambil Nyai Cili",
I Manaru mendengar,
"Nyai Cili manusia jahat,
di sini di rumah saya",
keluar sambil membentak dan
menggeram,
bergetar seperti petir.
bumi bergerak seperti ada gem-
pa
I Cupak terbalik kepalanya,
menghadap ke bawah.
keluar air kencing,
muntah berak suaranya parau,
bagaikan orang akan menghem
buskan nafas.
"Oh Tuhan mati aku,
mudah-mudahan saya hidup,
dan si raksasa supaya mati,
nafas saya terputus-putus".
I Manaru sangat marah.
keluar mengangkat pedang.
19<noinclude></noinclude>
ew0aj1izh3dcy1mqqxm8dlkzjd93f5p
113709
113708
2022-07-20T04:26:10Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>ento nene kaingetang,<br>
makeneh sambil majalan,
39. Kocap tegeh umah I Manaru,<br>
I Gerantang diwangan,<br>
sambilanga nogtog kori,<br>
tan pendah kadi gunung,<br>
korin ipun agung-agung,<br>
sawetara limang depa,<br>
tegeh ipun panungtung nyuh,
I Gerantang raris ngucap,<br>
mangauk-ngauk mai pesuan.
40. Manaru mai te iba pesu,<br>
kai ne utusan,<br>
mangambil i Nyai Cili,<br>
I Manaru mangarungu,<br>
Nyai Cili jalma ngawuk,<br>
dini jumah bapa medal,<br>
tumuli angerak manguwuh,
ngarebek luir kadi kilat,<br>
ketug linuh magenjongan.
41. I Cupak nyungsat tendasnya,
ne mahaap tuun,<br>
enyoknyane medal mapanyuh,<br>
mangutah mising pesu munyi-<br>
ne embuh,<br>
buka mangeluarang bayu,
dewa ratu mati titiang,
dumadak pang titiang idup,
mati kuda i rangsasa,
angkihan titiange rundah.
42. I Manuru berahmantian,<br>
pesu menganggar pedang,
itu yang diingat,<br>
berpikir sambil berjalan.<br>
Tersebutlah rumah I Manaru<br>
sangat tinggi,
I Gerantang di jalan,<br>
sambil mengetok pintu,<br>
tidak ubahnya seperti gunung,<br>
pintunya besar-besar,<br>
ada kira-kira lima depa,<br>
tingginya setinggi pohon kela-<br>
pa,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
memanggil-manggil menyuruh<br>
ke luar.<br>
"Manaru keluarlah kamu,<br>
aku ini utusan,<br>
untuk mengambil Nyai Cili",<br>
I Manaru mendengar,<br>
"Nyai Cili manusia jahat,<br>
di sini di rumah saya",<br>
keluar sambil membentak dan<br>
menggeram,<br>
bergetar seperti petir,<br>
bumi bergerak seperti ada gem-<br>
pa
I Cupak terbalik kepalanya,<br>
menghadap ke bawah,<br>
keluar air kencing,<br>
muntah berak suaranya parau,
bagaikan orang akan menghem<br>
buskan nafas.<br>
"Oh Tuhan mati aku,<br>
mudah-mudahan saya hidup,<br>
dan si raksasa supaya mati,<br>
nafas saya terputus-putus".
I Manaru sangat marah,<br>
keluar mengangkat pedang.<br>
19<noinclude></noinclude>
ew4anzxb44wqwet6mqocoz9omspwbx5
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/86
250
32311
113341
2022-07-19T14:12:13Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>
{{rh||79}}
pretelaming aran. kang jalu. inaranan. sang pranarajon. memper nama
2. sang bapa, mwah kang stristri. nga. ni kayu nguJi,nga. ni kayu ireng,nga. ni ayu kinti, ni ayu kaywan. mwah surane sira mpu tarunyan, 4. siki, laki, 1, istri,3, pretekaning aran
3. kang kakung, ingaranan sang tarunyan, memper kaya nama sang yayah, kunang namaning kang stri stri ni ayu dani ni ayu tarunya, ni ayu tanmi, mangka wkane sira mpu tarunyan, kunang mwah sutane
4. sang badngan, jalujalu,2, siki, pretekaning aran, ki kayu clagi, ki kayu taruna, mangka sutaane sang catur sanak,nga, wawu,2, turunan,nga, aprenah amisan,
50a 1. pirala kunang kalanya, prasama pada mengpeng jajakanya lumuli pada ingalap silyalap, tawan mimisan, sira sang taru hulu, ngalap rabi kang ingarnni ayu kayu ireng, wkane sang mpu pranarajon,
2. kunang mwah sang inaranan sang kayu selem, angalap rabi, kang ingaran ni ayu tanmya, okan sira mpu tarunyan, kunang mwah sang apanlah, sang wreksa ireng, angalap rabi,2 ,
3. amadhu sanak, kang ingaran ni ayu nguli, ni ayu kinti, okan sang mpu panarajon, kunang mwah sutane de mpu kaywan maring pranarajon, kang apanlab sang pranarnjon, angalap
4. rabi, sangbinaranan. ni ayu taruni, wkane sang mpu tarunyan, kunang mwah sang inaranan sang taronyan, sutane mpu tarunyan, angalap rabi, okan mpu jaya mahireng, kang ingaran ni
b. 1. yayu kayu nyelem, mwah wkane mpu badngan, kang ingaran ki kayu clagi, angalap ni kayu dani, okan mpu tarunyan, kunang kang ingaran sang taruna. sira ta angalap, ni ayu
2. kaywan, sutane sang mpu pranarajon, mangkana samodayanya aIap silyalap. lawan mimisan, tan katakna ramyaning pakurenira pada sowangsowang apan pada tinujwang kapti
3. taker rarasing karasikan, pim fa tawas ira almu tangan pada wredi pra sira kabeh sentana, tan iphaliphal, mangkana kacaritanya //0//
Apica, wuwusan sang maka
4. sudamani, sira mpu kamareka sampun wredi sentana, sayan wredha pwa sira, sampun angingkinaken cita, kala diwasa wara ayu, umupilaken putra potranira kabeh,<noinclude></noinclude>
bib9e4bz1bv1dtkjnaqer2j2l33slts
113613
113341
2022-07-20T00:11:23Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>
{{rh||79}}
pretelaming aran. kang jalu. inaranan. sang pranarajon. memper nama
2. sang bapa, mwah kang stristri. nga. ni kayu nguJi,nga. ni kayu ireng,nga. ni ayu kinti, ni ayu kaywan. mwah surane sira mpu tarunyan, 4. siki, laki, 1, istri,3, pretekaning aran
3. kang kakung, ingaranan sang tarunyan, memper kaya nama sang yayah, kunang namaning kang stri stri ni ayu dani ni ayu tarunya, ni ayu tanmi, mangka wkane sira mpu tarunyan, kunang mwah sutane
4. sang badngan, jalujalu,2, siki, pretekaning aran, ki kayu clagi, ki kayu taruna, mangka sutaane sang catur sanak,nga, wawu,2, turunan,nga, aprenah amisan,
50a 1. pirala kunang kalanya, prasama pada mengpeng jajakanya lumuli pada ingalap silyalap, tawan mimisan, sira sang taru hulu, ngalap rabi kang ingarnni ayu kayu ireng, wkane sang mpu pranarajon,
2. kunang mwah sang inaranan sang kayu selem, angalap rabi, kang ingaran ni ayu tanmya, okan sira mpu tarunyan, kunang mwah sang apanlah, sang wreksa ireng, angalap rabi,2 ,
3. amadhu sanak, kang ingaran ni ayu nguli, ni ayu kinti, okan sang mpu panarajon, kunang mwah sutane de mpu kaywan maring pranarajon, kang apanlab sang pranarnjon, angalap
4. rabi, sangbinaranan. ni ayu taruni, wkane sang mpu tarunyan, kunang mwah sang inaranan sang taronyan, sutane mpu tarunyan, angalap rabi, okan mpu jaya mahireng, kang ingaran ni
b. 1. yayu kayu nyelem, mwah wkane mpu badngan, kang ingaran ki kayu clagi, angalap ni kayu dani, okan mpu tarunyan, kunang kang ingaran sang taruna. sira ta angalap, ni ayu
2. kaywan, sutane sang mpu pranarajon, mangkana samodayanya aIap silyalap. lawan mimisan, tan katakna ramyaning pakurenira pada sowangsowang apan pada tinujwang kapti
3. taker rarasing karasikan, pim fa tawas ira almu tangan pada wredi pra sira kabeh sentana, tan iphaliphal, mangkana kacaritanya //0//
Apica, wuwusan sang maka
4. sudamani, sira mpu kamareka sampun wredi sentana, sayan wredha pwa sira, sampun angingkinaken cita, kala diwasa wara ayu, umupilaken putra potranira kabeh,<noinclude></noinclude>
lzzuodmjos10ab3yrash2y3dzv8m8sw
113757
113613
2022-07-20T11:08:55Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>
{{rh||79}}
pretelaming aran. kang jalu. inaranan. sang pranarajon. memper nama
2. sang bapa, mwah kang stristri. nga. ni kayu nguJi,nga. ni kayu ireng,nga. ni ayu kinti, ni ayu kaywan. mwah surane sira mpu tarunyan, 4. siki, laki, 1, istri,3, pretekaning aran
3. kang kakung, ingaranan sang tarunyan, memper kaya nama sang yayah, kunang namaning kang stri stri ni ayu dani ni ayu tarunya, ni ayu tanmi, mangka wkane sira mpu tarunyan, kunang mwah sutane
4. sang badngan, jalujalu,2, siki, pretekaning aran, ki kayu clagi, ki kayu taruna, mangka sutaane sang catur sanak,nga, wawu,2, turunan,nga, aprenah amisan,
50a 1. pirala kunang kalanya, prasama pada mengpeng jajakanya lumuli pada ingalap silyalap, tawan mimisan, sira sang taru hulu, ngalap rabi kang ingarnni ayu kayu ireng, wkane sang mpu pranarajon,
2. kunang mwah sang inaranan sang kayu selem, angalap rabi, kang ingaran ni ayu tanmya, okan sira mpu tarunyan, kunang mwah sang apanlah, sang wreksa ireng, angalap rabi,2 ,
3. amadhu sanak, kang ingaran ni ayu nguli, ni ayu kinti, okan sang mpu panarajon, kunang mwah sutane de mpu kaywan maring pranarajon, kang apanlab sang pranarnjon, angalap
4. rabi, sangbinaranan. ni ayu taruni, wkane sang mpu tarunyan, kunang mwah sang inaranan sang taronyan, sutane mpu tarunyan, angalap rabi, okan mpu jaya mahireng, kang ingaran ni
b. 1. yayu kayu nyelem, mwah wkane mpu badngan, kang ingaran ki kayu clagi, angalap ni kayu dani, okan mpu tarunyan, kunang kang ingaran sang taruna. sira ta angalap, ni ayu
2. kaywan, sutane sang mpu pranarajon, mangkana samodayanya aIap silyalap. lawan mimisan, tan katakna ramyaning pakurenira pada sowangsowang apan pada tinujwang kapti
3. taker rarasing karasikan, pim fa tawas ira almu tangan pada wredi pra sira kabeh sentana, tan iphaliphal, mangkana kacaritanya //0//
Apica, wuwusan sang maka
4. sudamani, sira mpu kamareka sampun wredi sentana, sayan wredha pwa sira, sampun angingkinaken cita, kala diwasa wara ayu, umupilaken putra potranira kabeh,<noinclude></noinclude>
bq4bdesu9lxb0hy3mv0el4upi0e6rof
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/8
250
32312
113344
2022-07-19T14:16:16Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>3. Adi kema mangidih banyu,
parocot silihang,
di warunge di margi,
I Gerantang tutut nyjaluk,
ojoga paturu eluh,
I Gerantang raris ujare.
jero sami gusti eluh.
madue ke gusti toya,
titiang nunas mamamitang,
4. Ne ngelah umah mangke sumaur,
sami pada olas,
mangkin titiang kari ngambil,
caratan nulia rauh,
I Gerantang menanggapin lesu,
titiang di jaba manunas,
sing warung abungkul,
titiang mangagah takilan,
baos titiang antukanga.
5. I Cupak mangke asangu malu,
mangehe ngenawan,
sopannyane nyendi-nyendi,
I Gerantang nulia rauh,
I Cupak munyine alus,
mangindayang manyemak toya,
nyelampar asu uli dija,
adi takilane ilang,
segaon malaibang.
5. I Gerantang sumaur semu kenyung,
ne yeh daar,
''Adik pergilah minta air,
pinjamkan kendi,
di sana di warung di pinggir
jalan."
I Gerantang menurut meminta,
kebetulan bertemu dengan para wanita,
I Geran tang lalu berkata,
"Saudara perempuan yang mulia,
punyakah saudara air,
tolong kalau bisa saya minta".
Yang punya rumah sekarang
berkata,
semua menaruh belas kasihan,
"Sebntar saya akan mengambil,
kendi" lalu datang,
I Gerantang mengambil lesu,
"Sava di luar makan.
pada sebuah warung,
saya membuka bekal,
sebentar saya kembalikan".
I Cupak yang makan duluan,
menyuap dengan tangan kiri
dan kanan,
suapannya sebesar batu sendi,
lalu datang I Gerantang,
I Cupak berkata halus,
mengatakan mengambil air,
melempar anjing entah dari
mana datangnya,
adik, bekal kita hilang,
anjing itu yang melarikan.
I Gerantang berkata sambil tersenyum,
"Ini airnya minum",
8<noinclude></noinclude>
ool3ham7vo8rpldqowdgwlcf1uqy4a8
113346
113344
2022-07-19T14:16:52Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>3. Adi kema mangidih banyu,
parocot silihang,
di warunge di margi,
I Gerantang tutut nyjaluk,
ojoga paturu eluh,
I Gerantang raris ujare.
jero sami gusti eluh.
madue ke gusti toya,
titiang nunas mamamitang,
4. Ne ngelah umah mangke sumaur,
sami pada olas,
mangkin titiang kari ngambil,
caratan nulia rauh,
I Gerantang menanggapin lesu,
titiang di jaba manunas,
sing warung abungkul,
titiang mangagah takilan,
baos titiang antukanga.
5. I Cupak mangke asangu malu,
mangehe ngenawan,
sopannyane nyendi-nyendi,
I Gerantang nulia rauh,
I Cupak munyine alus,
mangindayang manyemak toya,
nyelampar asu uli dija,
adi takilane ilang,
segaon malaibang.
5. I Gerantang sumaur semu kenyung,
ne yeh daar,
"Adik pergilah minta air,
pinjamkan kendi,
di sana di warung di pinggir
jalan."
I Gerantang menurut meminta,
kebetulan bertemu dengan para wanita,
I Geran tang lalu berkata,
"Saudara perempuan yang mulia,
punyakah saudara air,
tolong kalau bisa saya minta".
Yang punya rumah sekarang
berkata,
semua menaruh belas kasihan,
"Sebntar saya akan mengambil,
kendi" lalu datang,
I Gerantang mengambil lesu,
"Sava di luar makan.
pada sebuah warung,
saya membuka bekal,
sebentar saya kembalikan".
I Cupak yang makan duluan,
menyuap dengan tangan kiri
dan kanan,
suapannya sebesar batu sendi,
lalu datang I Gerantang,
I Cupak berkata halus,
mengatakan mengambil air,
melempar anjing entah dari
mana datangnya,
adik, bekal kita hilang,
anjing itu yang melarikan.
I Gerantang berkata sambil tersenyum,
"Ini airnya minum",
8<noinclude></noinclude>
pmhlluiwvl2laud3zpdois9c78u5p1p
113350
113346
2022-07-19T14:20:51Z
IPutu Dirga
869
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>3. Adi kema mangidih banyu,
parocot silihang,
di warunge di margi,
I Gerantang tutut nyjaluk,
ojoga paturu eluh,
I Gerantang raris ujare.
jero sami gusti eluh.
madue ke gusti toya,
titiang nunas mamamitang,
4. Ne ngelah umah mangke sumaur,
sami pada olas,
mangkin titiang kari ngambil,
caratan nulia rauh,
I Gerantang menanggapin lesu,
titiang di jaba manunas,
sing warung abungkul,
titiang mangagah takilan,
baos titiang antukanga.
5. I Cupak mangke asangu malu,
mangehe ngenawan,
sopannyane nyendi-nyendi,
I Gerantang nulia rauh,
I Cupak munyine alus,
mangindayang manyemak toya,
nyelampar asu uli dija,
adi takilane ilang,
segaon malaibang.
5. I Gerantang sumaur semu kenyung,
ne yeh daar,
"Adik pergilah minta air,
pinjamkan kendi,
di sana di warung di pinggir
jalan."
I Gerantang menurut meminta,
kebetulan bertemu dengan para wanita,
I Geran tang lalu berkata,
"Saudara perempuan yang mulia,
punyakah saudara air,
tolong kalau bisa saya minta".
Yang punya rumah sekarang
berkata,
semua menaruh belas kasihan,
"Sebentar saya akan mengambil,
kendi" lalu datang,
I Gerantang mengambil lesu,
"Saya di luar makan.
pada sebuah warung,
saya membuka bekal,
sebentar saya kembalikan".
I Cupak yang makan duluan,
menyuap dengan tangan kiri
dan kanan,
suapannya sebesar batu sendi,
lalu datang I Gerantang,
I Cupak berkata halus,
mengatakan mengambil air,
melempar anjing entah dari
mana datangnya,
adik, bekal kita hilang,
anjing itu yang melarikan.
I Gerantang berkata sambil tersenyum,
"Ini airnya minum",
8<noinclude></noinclude>
0kiiwwf6c5zlcmi48liwtgrely4eku9
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/33
250
32313
113345
2022-07-19T14:16:29Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>anging mapi tani tau,
buka buta tumben kedat,
sakatah ulame onya.
86. Sawetara wenten kapat sasur,
karangane.
tut urab barak lisik.
lewih ke balung balung.
maimbuh siap papitu
lisik tut batise onya.
tuah te mawor ajum,
ngesop ulam sada nyegel.
buka tuara nawang nyelab.
87. Tan Kocapan Raden Mantri
Agung,
wus madaar reke,
sang nata kocap malih.
ring paseban malungguh.
patih aria lawan demung,
satria muang manca.
parek i sang perabu,
nyabran dina tinangkilan,
suka wong negareng Dana,
88. Tan kocap ida sang perabu,
Mantri Anom kocap.
limang sasih sira mukti,
I Gerantang mangke kawuwus,
tetapi pura-pura tidak tahu,
bagaikan orang buta baru me-
lek,
semua daging dihabiskan.
Kira-kira ada 35 buah,
hidangan lawar*),
bersama-sama lawar merah ha-
bis semua,
ditambah lagi tulang-tulangnnya
dan ayam tujuh ekor,
habis sampai ke kaki-kakinya,
memangnya juga agak suka di-
puji,
makan daging sebanyak-ba-
nyaknya,
bagaikan tidak tahu rasa mun-
tah.
Tidak diceritrakan Raden Man-
tri Agung.
telah selesai makan,
diceritrakan kembali sang raja,
Di balai penghadapan beliau
duduk,
para patih, arya dan demung,
para satria dan manca,
dekat dengan sang raja,
setiap hari menghadap,
sangat suka orang-orang di
Daha.
Tidak disebut lagi sang prabu,
diceritrakan Mantri Anom,
Sudah lima bulan beliau diang
Kat,
Tersebutlah sekarang I Geran-
tang,
*) lawar =masakan khas Bali. Ditempatkan dalam satu tempat dengan segala macam adonan disebut karangan.
33<noinclude></noinclude>
lp6wscv8jzr6j17asdbdblfh2gujysm
113501
113345
2022-07-19T16:59:36Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>anging mapi tani tau,
buka buta tumben kedat,
sakatah ulame onya.
86. Sawetara wenten kapat sasur,
karangane.
tut urab barak lisik.
lewih ke balung balung.
maimbuh siap papitu
lisik tut batise onya.
tuah te mawor ajum,
ngesop ulam sada nyegel.
buka tuara nawang nyelab.
87. Tan Kocapan Raden Mantri
Agung,
wus madaar reke,
sang nata kocap malih.
ring paseban malungguh.
patih aria lawan demung,
satria muang manca.
parek i sang perabu,
nyabran dina tinangkilan,
suka wong negareng Dana,
88. Tan kocap ida sang perabu,
Mantri Anom kocap.
limang sasih sira mukti,
I Gerantang mangke kawuwus,
tetapi pura-pura tidak tahu,
bagaikan orang buta baru me-
lek,
semua daging dihabiskan.
Kira-kira ada 35 buah,
hidangan lawar*),
bersama-sama lawar merah ha-
bis semua,
ditambah lagi tulang-tulangnnya
dan ayam tujuh ekor,
habis sampai ke kaki-kakinya,
memangnya juga agak suka di-
puji,
makan daging sebanyak-ba-
nyaknya,
bagaikan tidak tahu rasa mun-
tah.
Tidak diceritrakan Raden Man-
tri Agung.
telah selesai makan,
diceritrakan kembali sang raja,
Di balai penghadapan beliau
duduk,
para patih, arya dan demung,
para satria dan manca,
dekat dengan sang raja,
setiap hari menghadap,
sangat suka orang-orang di
Daha.
Tidak disebut lagi sang prabu,
diceritrakan Mantri Anom,
Sudah lima bulan beliau diang
Kat,
Tersebutlah sekarang I Geran-
tang,
*) lawar = masakan khas Bali. Ditempatkan dalam satu tempat dengan segala macam adonan disebut karangan.
{{right|33}}<noinclude></noinclude>
rvy2vg9i49i13rhrzf1owqbi1cm8cr0
113667
113501
2022-07-20T01:56:40Z
Siti Noviali
151
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>anging mapi tani tau,
buka buta tumben kedat,
sakatah ulame onya.
86. Sawetara wenten kapat sasur,
karangane.
tut urab barak lisik.
lewih ke balung balung.
maimbuh siap papitu
lisik tut batise onya.
tuah te mawor ajum,
ngesop ulam sada nyegel.
buka tuara nawang nyelab.
87. Tan Kocapan Raden Mantri
Agung,
wus madaar reke,
sang nata kocap malih.
ring paseban malungguh.
patih aria lawan demung,
satria muang manca.
parek i sang perabu,
nyabran dina tinangkilan,
suka wong negareng Dana,
88. Tan kocap ida sang perabu,
Mantri Anom kocap.
limang sasih sira mukti,
I Gerantang mangke kawuwus,
tetapi pura-pura tidak tahu,
bagaikan orang buta baru me-
lek,
semua daging dihabiskan.
Kira-kira ada 35 buah,
hidangan lawar*),
bersama-sama lawar merah ha-
bis semua,
ditambah lagi tulang-tulangnnya
dan ayam tujuh ekor,
habis sampai ke kaki-kakinya,
memangnya juga agak suka di-
puji,
makan daging sebanyak-ba-
nyaknya,
bagaikan tidak tahu rasa mun-
tah.
Tidak diceritrakan Raden Man-
tri Agung.
telah selesai makan,
diceritrakan kembali sang raja,
Di balai penghadapan beliau
duduk,
para patih, arya dan demung,
para satria dan manca,
dekat dengan sang raja,
setiap hari menghadap,
sangat suka orang-orang di
Daha.
Tidak disebut lagi sang prabu,
diceritrakan Mantri Anom,
Sudah lima bulan beliau diang
Kat,
Tersebutlah sekarang I Geran-
tang,
*) lawar = masakan khas Bali. Ditempatkan dalam satu tempat dengan segala macam adonan disebut karangan.
{{right|33}}<noinclude></noinclude>
fxpt08arwqzy6mg69khvbksagfi7tou
113675
113667
2022-07-20T02:59:38Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>anging mapi tani tau,<br>
buka buta tumben kedat,<br>
sakatah ulame onya.
86. Sawetara wenten kapat sasur,<br>
karangane,<br>
tut urab barak lisik,<br>
lewih ke balung balung,<br>
maimbuh siap papitu,<br>
lisik tut batise onya,<br>
tuah te mawor ajum,<br>
ngesop ulam sada nyegel,<br>
buka tuara nawang nyelab.
87. Tan kocapan Raden Mantri<br>
Agung,<br>
wus madaar reke,<br>
sang nata kocap malih,<br>
ring paseban malungguh,<br>
patih aria lawan demung,<br>
satria muang manca,<br>
parek i sang perabu,<br>
nyabran dina tinangkilan,<br>
suka wong negareng Daha.
88. Tan kocap ida sang perabu,<br>
Mantri Anom kocap,<br>
limang sasih sira mukti,<br>
I Gerantang mangke kawuwus,
tetapi pura-pura tidak tahu,<br>
bagaikan orang buta baru me-<br>
lek,<br>
semua daging dihabiskan.<br>
Kira-kira ada 35 buah,<br>
hidangan lawar*),<br>
bersama-sama lawar merah ha-<br>
bis semua,<br>
ditambah lagi tulang-tulangnya<br>
dan ayam tujuh ekor,<br>
habis sampai ke kaki-kakinya,<br>
memangnya juga agak suka di-<br>
puji,<br>
makan daging sebanyak-ba-<br>
nyaknya,<br>
bagaikan tidak tahu rasa mun-<br>
tah.
Tidak diceritrakan Raden Man-<br>
tri Agung,<br>
telah selesai makan,<br>
diceritrakan kembali sang raja,<br>
di balai penghadapan beliau<br>
duduk,<br>
para patih, arya dan demung,<br>
para satria dan manca,<br>
dekat dengan sang raja,<br>
setiap hari menghadap,<br>
sangat suka orang-orang di<br>
Daha.
Tidak disebut lagi sang prabu,<br>
diceritrakan Mantri Anom,<br>
sudah lima bulan beliau diang-<br>
kat,<br>
Tersebutlah sekarang I Geran-<br>
tang,
*) lawar = masakan khas Bali. Ditempatkan dalam satu tempat dengan segala macam adonan disebut karangan.
{{right|33}}<noinclude></noinclude>
sdu8e74zc2y9wtmxefqdbgueq574b4m
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/45
250
32314
113347
2022-07-19T14:18:37Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>
{{center|38}}
3. Kawitan. Demikianlah perilakunya menyatakan rasa kasih sayang
hanya kepada putranya yang baru sekarang datang menghadap.
Banyak, kalau dibicarakan. Tidak lama beliau di Bali kemudian
kembali ke Jawa kemudian sering pulang balik ke Jawa dan Bali.
Sekarang diceritakan mengenai ketiga orang Mpu.
4. Sekarang diceritakan kembali putra Beliau, yang bernama Mpu
Mahameru, beliau datang ke Bali menghadap kedua Bhatara, yaitu
yang dipuja di Tolangkir, terutama yang kehadapan Hyang
Kawitan yang dipuja di Lempuyang. Tidak disertakan dalam per-
24a 1. jalanan sebab secepat pikiran, sekejap saja telah sampai di Pulau
Bali. Segera menuju ke desa Kuntugladi, dari desa itu, kemudian
ke Tampurhyang. Di sana beliau berhenti, mengambil air untuk
2. berkumur, sebab dilihatnya ada air sangat suci. Lalu membersih-
kan diri, melakukan pemujaan terhadap dewa penguasa danau.
Setelah selesai berkumur, segera melangkah. Dilihatnya arca
batang pohon asam, bagus
3. rupanya. Terpesona sang bijaksana melihat, laksana apsaraghana
yang tersebut dalam cerita. Keheran-heranan perasaan sang Rsi,
dikalahkan oleh arca pohon asam itu; merenunglah beliau. Setelah
mendapat wahyu,
4. kemudian beliau melakukan yoga semadi, sesuai dengan keahlian-
nya. Kemudian betul-betul menjadi wujud manusia sejati, di-
pegangnya manusia buatannya itu. Tanpa mengetahui bagaimana
keadaan sebenarnya, dia terus menyampaikan penghormatan
b. 1. ke hadapan sang bijaksana itu, serta berkata," Ya, Paduka Pendeta
yang mulia, siapakah menaruh belas kasihan kepada diri hamba,
menjadikan hamba berwujud manusia?" Berkata Maharsi itu,"
Tiada lain akulah menjadikan,
2. menyebabkan engkau menjadi manusia." Tunduk tertelungkup
manusia ciptaannya itu, disertai sembah memeluk dan mengelus-
elus kaki Pendeta Yang Mulia serta berkata," Pendeta Yang Mulia,
siapakah Tuan?" Menjawab Sang Pendeta (Resi),
3. "Aku berasal dari Jambudwipa, putra Bhatara Hyang Gnijaya di
Gunung Lempuyang, yaitu di Adrikarang (karangasem). Keluhur-
anku, Mpu Mahameru." Berkata kayu Reka (manusia) ciptaan,"
Ya, Paduka Mpuku Yang Mulia, karena kehendak
4. Hyang, bagaimana mungkin hamba menbayar hutang budi hamba,<noinclude></noinclude>
e5sfmwgvo300cq37byh6pfuio93r9p0
113362
113347
2022-07-19T14:34:09Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>
{{center|38}}
3. Kawitan. Demikianlah perilakunya menyatakan rasa kasih sayang
hanya kepada putranya yang baru sekarang datang menghadap.
Banyak, kalau dibicarakan. Tidak lama beliau di Bali kemudian
kembali ke Jawa kemudian sering pulang balik ke Jawa dan Bali.
Sekarang diceritakan mengenai ketiga orang Mpu.
4. Sekarang diceritakan kembali putra Beliau, yang bernama Mpu
Mahameru, beliau datang ke Bali menghadap kedua Bhatara, yaitu
yang dipuja di Tolangkir, terutama yang kehadapan Hyang
Kawitan yang dipuja di Lempuyang. Tidak disertakan dalam per-
24a 1. jalanan sebab secepat pikiran, sekejap saja telah sampai di Pulau
Bali. Segera menuju ke desa Kuntugladi, dari desa itu, kemudian
ke Tampurhyang. Di sana beliau berhenti, mengambil air untuk
2. berkumur, sebab dilihatnya ada air sangat suci. Lalu membersih-
kan diri, melakukan pemujaan terhadap dewa penguasa danau.
Setelah selesai berkumur, segera melangkah. Dilihatnya arca
batang pohon asam, bagus
3. rupanya. Terpesona sang bijaksana melihat, laksana apsaraghana
yang tersebut dalam cerita. Keheran-heranan perasaan sang Rsi,
dikalahkan oleh arca pohon asam itu; merenunglah beliau. Setelah
mendapat wahyu,
4. kemudian beliau melakukan yoga semadi, sesuai dengan keahlian-
nya. Kemudian betul-betul menjadi wujud manusia sejati, di-
pegangnya manusia buatannya itu. Tanpa mengetahui bagaimana
keadaan sebenarnya, dia terus menyampaikan penghormatan
b. 1. ke hadapan sang bijaksana itu, serta berkata," Ya, Paduka Pendeta
yang mulia, siapakah menaruh belas kasihan kepada diri hamba,
menjadikan hamba berwujud manusia?" Berkata Maharsi itu,"
Tiada lain akulah menjadikan,
2. menyebabkan engkau menjadi manusia." Tunduk tertelungkup
manusia ciptaannya itu, disertai sembah memeluk dan mengelus-
elus kaki Pendeta Yang Mulia serta berkata," Pendeta Yang Mulia,
siapakah Tuan?" Menjawab Sang Pendeta (Resi),
3. "Aku berasal dari Jambudwipa, putra Bhatara Hyang Gnijaya di
Gunung Lempuyang, yaitu di Adrikarang (karangasem). Keluhur-
anku, Mpu Mahameru." Berkata kayu Reka (manusia) ciptaan,"
Ya, Paduka Mpuku Yang Mulia, karena kehendak
4. Hyang, bagaimana mungkin hamba menbayar hutang budi hamba,<noinclude></noinclude>
le65ojp58uuuc0r6d14nmmhgm2xjesb
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/108
250
32315
113349
2022-07-19T14:19:25Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>101
yan tan wruh wnang tunasang ring sang brahmana, didinya tan<br>
kurang lintang //0//<br>
3. Prapteng sasih, ka, 9, anya brahma, nga, pepek sakalwirning prani,<br>
iwak kbo ingolah winangun urip, wresabha, wdus, asu bang<br>
bungkem, brakawot, irengan, kucit butwan,<br>
4. mregba pati, angsa, itik wlang kalung, sata mancawarna, madulur<br>
widhi wedana, tang sowangsowang, suci ngawa pada masoroh,<br>
puputing wedana prani, mwang gayah agung,<br>
b. 1. mapring, saba sanggah tutwan, ring gnah pringe, suci asoroh,<br>
iwaknya itik ireng, tgeping widhi wedana, ring gayah, mwah<br>
wedana, ring panggungan agung, cator sregep, dulurin banten,<br>
catur<br>
2. salwiranya, ring sanggar tawang suci ptak, maladha ptak, puput<br>
sarwwa galahan mentah ratang, mwang daksina nista madya<br>
motama //0// Mwah karyya nurunang bhatara kabeh, widhi wedana<br>
sarwwa pawitra,<br>
3. lwirnya suci asoroh, kang sowangsowang, ring palinggih bhatara,<br>
saha dulurning widhi wedana, sregep tan wnang kurang, krama-<br>
ning wedana, ring sor saparikrama<br>
4. pangenteg linggih, ring panggungan, catur, pretyekanya kadi<br>
nguni, pinastista olih brahmana //0// Prapta tileming kadasa, nga-<br>
turang paodalan ngalemwang,<br>
64a 1. mangkana pidartanya ring uni, gumanti wus puput punang karyya,<br>
tan lingen punang pasusuguh, ring sang tamwi, apan ya tan<br>
kurangin pangan mwang kenum, dawa yan kata akna, kapwa<br>
umantuka sang<br>
2. tamwi, kang sowangsowang, lawas punang karyya, 3, sasih, saking<br>
ka, 7, rawuh ka, 10, nihan ikang carita //0// Pirang warsa laminya,<br>
tang bhujangga bali, nguniweh sira sampun pada wuwus.<br>
3. wredha pwa sira kabeh, sira mpu jaya mahireng, mpu panarajon,<br>
mpu tarunyan, katkeng sang mpu anak sisyanira kabeh, wus<br>
sampun gnep, 3, turunan, padha<br>
4. wibhukti pwa sira kabeh, tan hanani inucap mwah //0// Katakna<br>
mangke sang kari tininggalan, kunang sang tarunyan, anak sang<br>
badheng, ingalap sang wreksa ireng,<br>
b. 1. ngaran ni ayu reka. Lyan mwah anak sang kayu ireng, ngarah<br>
sang togog ireng, ngalap anakira sang panarajon. aran ni rojani.<noinclude></noinclude>
r0ytfw1rzwc2lgef6v5gf7sfjtkr9me
113361
113349
2022-07-19T14:33:22Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>
{{rh||101}}
yan tan wruh wnang tunasang ring sang brahmana, didinya tan<br>
kurang lintang //0//<br>
3. Prapteng sasih, ka, 9, anya brahma, nga, pepek sakalwirning prani,<br>
iwak kbo ingolah winangun urip, wresabha, wdus, asu bang<br>
bungkem, brakawot, irengan, kucit butwan,<br>
4. mregba pati, angsa, itik wlang kalung, sata mancawarna, madulur<br>
widhi wedana, tang sowangsowang, suci ngawa pada masoroh,<br>
puputing wedana prani, mwang gayah agung,<br>
b. 1. mapring, saba sanggah tutwan, ring gnah pringe, suci asoroh,<br>
iwaknya itik ireng, tgeping widhi wedana, ring gayah, mwah<br>
wedana, ring panggungan agung, cator sregep, dulurin banten,<br>
catur<br>
2. salwiranya, ring sanggar tawang suci ptak, maladha ptak, puput<br>
sarwwa galahan mentah ratang, mwang daksina nista madya<br>
motama //0// Mwah karyya nurunang bhatara kabeh, widhi wedana<br>
sarwwa pawitra,<br>
3. lwirnya suci asoroh, kang sowangsowang, ring palinggih bhatara,<br>
saha dulurning widhi wedana, sregep tan wnang kurang, krama-<br>
ning wedana, ring sor saparikrama<br>
4. pangenteg linggih, ring panggungan, catur, pretyekanya kadi<br>
nguni, pinastista olih brahmana //0// Prapta tileming kadasa, nga-<br>
turang paodalan ngalemwang,<br>
64a 1. mangkana pidartanya ring uni, gumanti wus puput punang karyya,<br>
tan lingen punang pasusuguh, ring sang tamwi, apan ya tan<br>
kurangin pangan mwang kenum, dawa yan kata akna, kapwa<br>
umantuka sang<br>
2. tamwi, kang sowangsowang, lawas punang karyya, 3, sasih, saking<br>
ka, 7, rawuh ka, 10, nihan ikang carita //0// Pirang warsa laminya,<br>
tang bhujangga bali, nguniweh sira sampun pada wuwus.<br>
3. wredha pwa sira kabeh, sira mpu jaya mahireng, mpu panarajon,<br>
mpu tarunyan, katkeng sang mpu anak sisyanira kabeh, wus<br>
sampun gnep, 3, turunan, padha<br>
4. wibhukti pwa sira kabeh, tan hanani inucap mwah //0// Katakna<br>
mangke sang kari tininggalan, kunang sang tarunyan, anak sang<br>
badheng, ingalap sang wreksa ireng,<br>
b. 1. ngaran ni ayu reka. Lyan mwah anak sang kayu ireng, ngarah<br>
sang togog ireng, ngalap anakira sang panarajon. aran ni rojani.<noinclude></noinclude>
eo0oyo9eyufyxrf3ht95qbucgv419bk
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/6
250
32316
113352
2022-07-19T14:22:10Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|'''PENGANTAR}}
{{center|'''KEPALA PUSAT PEMBINAAN DAN}}
{{center|'''PENGEMBANGANB AHASA}}
Kebudayaan nasional kita tidak dapat terpepas dari kesusastraan, sebagai
mahkota pemakaian bahasa, termasuk sastra (lisan) daerah dan sastra lama
Indonesianya. Di satu pihak, sastra lisan berbahasa daerah atau naskah sastra
Indonesia lama itu merupakan manifestasi kehidupan bangsa kita pada masa
lalu, di pihak lain karya itu merupakan peninggalan budaya yang sangat
tinggi nilainya. Sehubungan dengan itu, dan sejalan dengan tujuan Proyek
Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah , dilakukan upaya pemilihan,
pengalihaksaraan . dan penerjemahan sastra (lisan) berbahasa daerah atau
naskah lama itu .<br>
Secara singkat, upaya itu dapat disebut sebagai usaha pelestarian nilai
budaya lama yang tinggi mutunya. Namun, pada hakikatnya, kegiatan ini
bertujuan memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia, sekaligus pula
memberikan saran a peluasan wawasan sastra dan budaya masyarakat luas
di luar masyarakat bahasa tempat sastra tertentu itu berasal. Secara tidak
langsung, kegiatan ini bertujuan pula menjadikan karya yang selama ini
"tersimpan" di dalam lingkup kedaerahan itu dapat menjadi pemicu pertum
buhan sikap dan wawasan sastra pembacanya ke arah kesetimbangan di dalam
menghadapi kemajuan ilmu dan perkembangan teknologi masa kini.<br>
Buku yang berjudul ''Babad Kayu Selem'' ini semula berupa cerita naskah
yang berbahasa Bali di daerah Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahan
dilakukan oleh 1 Wayan Wardha, penyuntingan terjemahan oleh Lukman
Hakim, dan pengolahan teknisnya oleh E. Bachtiar.
Mudah-mudahan terbitan ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengel11
bangan sastra d i Indonesia.
Jakarta, Desember 1989
Lukman Ali
{{center|v}}<noinclude></noinclude>
22epfkfq6uaa60fjqjltzvo7tmw2sb6
113359
113352
2022-07-19T14:32:41Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|'''PENGANTAR}}
{{center|'''KEPALA PUSAT PEMBINAAN DAN}}
{{center|'''PENGEMBANGAN BAHASA}}
Kebudayaan nasional kita tidak dapat terpepas dari kesusastraan, sebagai
mahkota pemakaian bahasa, termasuk sastra (lisan) daerah dan sastra lama
Indonesianya. Di satu pihak, sastra lisan berbahasa daerah atau naskah sastra
Indonesia lama itu merupakan manifestasi kehidupan bangsa kita pada masa
lalu, di pihak lain karya itu merupakan peninggalan budaya yang sangat
tinggi nilainya. Sehubungan dengan itu, dan sejalan dengan tujuan Proyek
Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah , dilakukan upaya pemilihan,
pengalihaksaraan . dan penerjemahan sastra (lisan) berbahasa daerah atau
naskah lama itu .<br>
Secara singkat, upaya itu dapat disebut sebagai usaha pelestarian nilai
budaya lama yang tinggi mutunya. Namun, pada hakikatnya, kegiatan ini
bertujuan memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia, sekaligus pula
memberikan saran a peluasan wawasan sastra dan budaya masyarakat luas
di luar masyarakat bahasa tempat sastra tertentu itu berasal. Secara tidak
langsung, kegiatan ini bertujuan pula menjadikan karya yang selama ini
"tersimpan" di dalam lingkup kedaerahan itu dapat menjadi pemicu pertum
buhan sikap dan wawasan sastra pembacanya ke arah kesetimbangan di dalam
menghadapi kemajuan ilmu dan perkembangan teknologi masa kini.<br>
Buku yang berjudul ''Babad Kayu Selem'' ini semula berupa cerita naskah
yang berbahasa Bali di daerah Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahan
dilakukan oleh 1 Wayan Wardha, penyuntingan terjemahan oleh Lukman
Hakim, dan pengolahan teknisnya oleh E. Bachtiar.
Mudah-mudahan terbitan ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengel11
bangan sastra d i Indonesia.
{{left|Jakarta, Desember 1989}} {{right|Lukman Ali}}
{{rh||v}}<noinclude></noinclude>
rp1gn8idsii7cw230i5feh5920f7j12
113636
113359
2022-07-20T00:29:15Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|'''PENGANTAR}}
{{center|'''KEPALA PUSAT PEMBINAAN DAN}}
{{center|'''PENGEMBANGAN BAHASA}}
Kebudayaan nasional kita tidak dapat terpepas dari kesusastraan, sebagai
mahkota pemakaian bahasa, termasuk sastra (lisan) daerah dan sastra lama
Indonesianya. Di satu pihak, sastra lisan berbahasa daerah atau naskah sastra
Indonesia lama itu merupakan manifestasi kehidupan bangsa kita pada masa
lalu, di pihak lain karya itu merupakan peninggalan budaya yang sangat
tinggi nilainya. Sehubungan dengan itu, dan sejalan dengan tujuan Proyek
Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah , dilakukan upaya pemilihan,
pengalihaksaraan . dan penerjemahan sastra (lisan) berbahasa daerah atau
naskah lama itu .<br>
Secara singkat, upaya itu dapat disebut sebagai usaha pelestarian nilai
budaya lama yang tinggi mutunya. Namun, pada hakikatnya, kegiatan ini
bertujuan memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia, sekaligus pula
memberikan sarana peluasan wawasan sastra dan budaya masyarakat luas
di luar masyarakat bahasa tempat sastra tertentu itu berasal. Secara tidak
langsung, kegiatan ini bertujuan pula menjadikan karya yang selama ini
"tersimpan" di dalam lingkup kedaerahan itu dapat menjadi pemicu pertum
buhan sikap dan wawasan sastra pembacanya ke arah kesetimbangan di dalam
menghadapi kemajuan ilmu dan perkembangan teknologi masa kini.<br>
Buku yang berjudul ''Babad Kayu Selem'' ini semula berupa cerita naskah
yang berbahasa Bali di daerah Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahan
dilakukan oleh I Wayan Wardha, penyuntingan terjemahan oleh Lukman
Hakim, dan pengolahan teknisnya oleh E. Bachtiar.
Mudah-mudahan terbitan ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengel11
bangan sastra di Indonesia.
{{left|Jakarta, Desember 1989}} {{right|Lukman Ali}}
{{rh||v}}<noinclude></noinclude>
8cgltc02mc1tjrlzljvri1ekol7x1rb
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/9
250
32317
113353
2022-07-19T14:23:13Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>I Cupak raris nanggapin,
laut raris manginum,
buka tuara ngelah semu,
manyesep mokmon caratan,
celegekane celegak celeguk,
amah beteke dengangan,
suud nginem laut mataag.
7. I Gerantang wus madaar suruh,
manyemak caratane,
mangantukang sige nyilih,
ne ngelah umah muwus,
gelis ko i gusti rauh,
I Gerantang sumaur reke.
titiang wus sampun masangu.
titiang ngantukang carata,
ne ngelah umah wus mananggap.
8.Ne ngelah umah andulu,
mamaang tampinan,
temako buah lan sirih,
ada mananjen sangu,
takilan titiange kantun,
I Gerantang alon angucap,
dewa ratu gusti eluh,
titiang sampun nunas sega,
di jabaan titiang nunas.
9. Puniki base buah lan puh,
ne pamitang titiang,
titiang tuah mamitang ugi,
iriki saking ayu,
titiang pamit gusti eluh,
raris majalan mesuang,
I Cupak lalu mengambil.
lalu segera minum.
bagaikan tidak punva perasaan,
mengisap cerat kendi,
tenggorokannya bersuara celegak-celeguk,
kenyang karena makan terburu-buru,
selesai minum lalu bersendahak.
I Gerantang sudah makan sirih,
lalu mengambil kendi,
mengembalikan pada tempatnya meminjam,
yang punya rumah berkata,
"Cepat sekali tuan kembali",
I Gerantang lalu menjawab,
"Saya sudah selesai makan,
saya mengembalikan kendi",
yang punya rumah lalu mengambil.
Yang punya rumah melihat,
memberikan kapur sirih,
tembakau pinang dan sirih,
ada yang mau memberi nasi,
"Bekal saya masih",
I Gerantang berkata pelan,
"Ya Tuan ibu yang baik,
saya sudah makan,
di jalan saya makan.
Ini sirih pinang dan kapur,
yang saya mohon,
akan saya ambil.
dengan cara yang baik,
Lalu berjalan ke luar.
{{right|9}}<noinclude></noinclude>
eetqgm5gfz8csksw5d3eabdx0gftjg3
113355
113353
2022-07-19T14:23:50Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>I Cupak raris nanggapin,
laut raris manginum,
buka tuara ngelah semu,
manyesep mokmon caratan,
celegekane celegak celeguk,
amah beteke dengangan,
suud nginem laut mataag.
7. I Gerantang wus madaar suruh,
manyemak caratane,
mangantukang sige nyilih,
ne ngelah umah muwus,
gelis ko i gusti rauh,
I Gerantang sumaur reke.
titiang wus sampun masangu.
titiang ngantukang carata,
ne ngelah umah wus mananggap.
8.Ne ngelah umah andulu,
mamaang tampinan,
temako buah lan sirih,
ada mananjen sangu,
takilan titiange kantun,
I Gerantang alon angucap,
dewa ratu gusti eluh,
titiang sampun nunas sega,
di jabaan titiang nunas.
9. Puniki base buah lan puh,
ne pamitang titiang,
titiang tuah mamitang ugi,
iriki saking ayu,
titiang pamit gusti eluh,
raris majalan mesuang,
I Cupak lalu mengambil.
lalu segera minum.
bagaikan tidak punva perasaan,
mengisap cerat kendi,
tenggorokannya bersuara celegak-celeguk,
kenyang karena makan terburu-buru,
selesai minum lalu bersendahak.
I Gerantang sudah makan sirih,
lalu mengambil kendi,
mengembalikan pada tempatnya meminjam,
yang punya rumah berkata,
"Cepat sekali tuan kembali",
I Gerantang lalu menjawab,
"Saya sudah selesai makan,
saya mengembalikan kendi",
yang punya rumah lalu mengambil.
Yang punya rumah melihat,
memberikan kapur sirih,
tembakau pinang dan sirih,
ada yang mau memberi nasi,
"Bekal saya masih",
I Gerantang berkata pelan,
"Ya Tuan ibu yang baik,
saya sudah makan,
di jalan saya makan.
Ini sirih pinang dan kapur,
yang saya mohon,
akan saya ambil.
dengan cara yang baik,
Lalu berjalan ke luar.
{{right|9}}<noinclude></noinclude>
lzeos9rk5zimqigpaacsjo5k81yf8uv
113382
113355
2022-07-19T14:55:18Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>I Cupak raris nanggapin,
laut raris manginum,
buka tuara ngelah semu,
manyesep mokmon caratan,
celegekane celegak celeguk,
amah beteke dengangan,
suud nginem laut mataag.
7. I Gerantang wus madaar suruh,
manyemak caratane,
mangantukang sige nyilih,
ne ngelah umah muwus,
gelis ko i gusti rauh,
I Gerantang sumaur reke.
titiang wus sampun masangu.
titiang ngantukang carata,
ne ngelah umah wus mananggap.
8.Ne ngelah umah andulu,
mamaang tampinan,
temako buah lan sirih,
ada mananjen sangu,
takilan titiange kantun,
I Gerantang alon angucap,
dewa ratu gusti eluh,
titiang sampun nunas sega,
di jabaan titiang nunas.
9. Puniki base buah lan puh,
ne pamitang titiang,
titiang tuah mamitang ugi,
iriki saking ayu,
titiang pamit gusti eluh,
raris majalan mesuang,
I Cupak lalu mengambil.
lalu segera minum.
bagaikan tidak punva perasaan,
mengisap cerat kendi,
tenggorokannya bersuara celegak-celeguk,
kenyang karena makan terburu-buru,
selesai minum lalu bersendahak.
I Gerantang sudah makan sirih,
lalu mengambil kendi,
mengembalikan pada tempatnya meminjam,
yang punya rumah berkata,
"Cepat sekali tuan kembali",
I Gerantang lalu menjawab,
"Saya sudah selesai makan,
saya mengembalikan kendi",
yang punya rumah lalu mengambil.
Yang punya rumah melihat,
memberikan kapur sirih,
tembakau pinang dan sirih,
ada yang mau memberi nasi,
"Bekal saya masih",
I Gerantang berkata pelan,
"Ya Tuan ibu yang baik,
saya sudah makan,
di jalan saya makan.
Ini sirih pinang dan kapur,
yang saya mohon,
akan saya ambil.
dengan cara yang baik,
Lalu berjalan ke luar.
{{right|9}}<noinclude></noinclude>
cns6xxdszk4nmbmqqei3t52c5coxmv6
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/35
250
32318
113354
2022-07-19T14:23:49Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>tuara inget teken awak
bahnyane menyakutut
tis dadi paturone
kaget ia mangerungu suara
92. Gerantang bangun cai sungsut
kaki mangorahin
padingehang munyin kaki
mabudi cai mantul
ngungsi galang ngungsi rahayu
tulang i rangsasa juang
ento pacekang cai tuut
pacek-pacekang di goa
enti ambah cai menekan
93. I Gerantang mangkin nuli angerungu
inget teken awak
suba mati dadi urip
inget ring ipian ipun
ne saja ada tuduh
tegarang masi idepang
laut gerayang-gerayang bangun
ngalih tulang i rangsasa
ane dadi baan macekang
94. Pilihan tulange ne lanus
ne dadi pacekang
indayang masih tigtig
mes parase tajuk
kadi gadebonge ancuk
tuduh sang hyang masaja
margane dadi ban nuut
tidak sdarkan diri
rebah dia tertelungkup
jadi dia tertidur lelap
tiba-tiba dia mendengar suara
Gerantang bangunlah mengapa kamu bersedih
sekarang kakek memeberitahu
dengarkanlah kata-kata kakek
kalau kamu mau pulang
menuju tempat yang terang dan selamat
ambillah tulang-tulang si raksasa
itu tancapkan dan turuti
tancapkan pada dinding gua
itu yang kamu naiki
I Gerantang samar-samar mendengar
sadar dengan dirinya
sudah mati kenapa hidup laho
teringat akan mimpinya
ini rupanya patunjuk Tuhan
akan kucoba manurutinya
lalu pelan-pelan dia bangun
mencari tulang-tulang si raksasa
yang bisa ditancapkan
ipilih tulang-tulang yang lurus
yang bisa ditancapkan
dicobanya memukul-mukul
terasa lunak batu cadas ditusuk
bagaikan menusuk pohon pisang
petunjuk tuhan memang benar
jalannya bia dituruti (dinaiki)<noinclude></noinclude>
473s9l05n78jqtjmuhgq9e4azch978y
113504
113354
2022-07-19T17:03:01Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>tuara inget teken awak
bahnyane menyakutut
tis dadi paturone
kaget ia mangerungu suara
92. Gerantang bangun cai sungsut
kaki mangorahin
padingehang munyin kaki
mabudi cai mantul
ngungsi galang ngungsi rahayu
tulang i rangsasa juang
ento pacekang cai tuut
pacek-pacekang di goa
enti ambah cai menekan
93. I Gerantang mangkin nuli angerungu
inget teken awak
suba mati dadi urip
inget ring ipian ipun
ne saja ada tuduh
tegarang masi idepang
laut gerayang-gerayang bangun
ngalih tulang i rangsasa
ane dadi baan macekang
94. Pilihan tulange ne lanus
ne dadi pacekang
indayang masih tigtig
mes parase tajuk
kadi gadebonge ancuk
tuduh sang hyang masaja
margane dadi ban nuut
tidak sdarkan diri
rebah dia tertelungkup
jadi dia tertidur lelap
tiba-tiba dia mendengar suara
Gerantang bangunlah mengapa kamu bersedih
sekarang kakek memeberitahu
dengarkanlah kata-kata kakek
kalau kamu mau pulang
menuju tempat yang terang dan selamat
ambillah tulang-tulang si raksasa
itu tancapkan dan turuti
tancapkan pada dinding gua
itu yang kamu naiki
I Gerantang samar-samar mendengar
sadar dengan dirinya
sudah mati kenapa hidup lagi
teringat akan mimpinya
ini rupanya patunjuk Tuhan
akan kucoba manurutinya
lalu pelan-pelan dia bangun
mencari tulang-tulang si raksasa
yang bisa ditancapkan
ipilih tulang-tulang yang lurus
yang bisa ditancapkan
dicobanya memukul-mukul
terasa lunak batu cadas ditusuk
bagaikan menusuk pohon pisang
petunjuk tuhan memang benar
jalannya bia dituruti (dinaiki)
{{right|35}}<noinclude></noinclude>
n84w9sp7p0boyxjfb3lkbpmrfm1b34p
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/32
250
32319
113356
2022-07-19T14:23:50Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>82.
Sakatah mamirengang kenyung,
suba te ia jaya,
sing abetang mangelenin,
sang nata mangke amuwus,
sakaulan ira iku,
ingsun warahakena,
datengan pukulun.
jani anggon ira pianak,
Mantri Anom parab ira.
83. Sakaulane mangkin anuun,
pada matur sembah.
I Cupak sumingkin nyadig,
meseh kemben lan saput,
saparadeg sampun puput,
pasarean galeng kasure,
sarwa bungah mangke rawuh,
campur upakarane,
bale mas wus maberesihan.
84. Wang jerone wenten kapat sa-
sur,
nene bajang-bajang.
pacang ngayahin sang mantri,
Mantri Anom parab ipun,
parekane pada kiul,
saliune berangsongan,
sakatahe petang puluh,
nulia rauh ulam,
tuak arak lan sanganan.
85. Kaideran Mantri Anom sam-
pun,
katuran daare,
ulamnia sampun sumanding.
dereng mawajik nyekul,
marareket liman ipun.
parekan pada maberiag.
Semua yang mendengar terse-
nyum,
memang dia menang,
segala perbuatannya sebetul-
nya berlainan,
Raja sekarang berkata,
"Semua rakyatku itu,
aku memberitahukan,
akan kedatanganmu,
sekarang akan kuangkat anak,
Mantri Anom namamu.
Semua rakyat setuju,
semua sujud menyembah,
I Cupak semakin sombong,
berganti pakaian,
selengkapnya telah tersedia,
tempat tidur, bantal dan kasur,
segala yang baik datang,
dengan segala upacara.
balai emas tetah dibersihkan.
Para pelayan sebanyak 35 o-
rang,
yang muda-muda.
akan melayani sang Mantri.
Mantri Anotn nama beliau,
para pelayan semua malas,
semuanya suka ngambek,
sebanyak 40 orang,
lalu datang daging,
tuak, arak dan jajan.
Mantri Anom sudah disedia-
kan,
disuguhkan makanan.
dagingnya berdampingan.
belum cuci tangan sudah meng-
ambil nasi.
melekat nasi-nasi di tangannya,
para pelayan tertawa.
32<noinclude></noinclude>
08pi3x77y3okoussht7n4ogiwhsovd4
113424
113356
2022-07-19T15:15:59Z
Damayantidwi
878
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>82. Sakatah mamirengang kenyung, <br>
suba te ia jaya, <br>
sing abetang mangelenin, <br>
sang nata mangke amuwus, <br>
sakaulan ira iku, <br>
ingsun warahakena, <br>
datengan pukulun. <br>
jani anggon ira pianak, <br>
Mantri Anom parab ira.
83. Sakaulane mangkin anuun, <br>
pada matur sembah. <br>
I Cupak sumingkin nyadig, <br>
meseh kemben lan saput, <br>
saparadeg sampun puput, <br>
pasarean galeng kasure, <br>
sarwa bungah mangke rawuh, <br>
campur upakarane, <br>
bale mas wus maberesihan.
84. Wang jerone wenten kapat sa- <br>
sur, <br>
nene bajang-bajang. <br>
pacang ngayahin sang mantri, <br>
Mantri Anom parab ipun, <br>
parekane pada kiul, <br>
saliune berangsongan,<br>
sakatahe petang puluh, <br>
nulia rauh ulam, <br>
tuak arak lan sanganan.
85. Kaideran Mantri Anom sam- <br>
pun, <br>
katuran daare, <br>
ulamnia sampun sumanding. <br>
dereng mawajik nyekul, <br>
marareket liman ipun. <br>
parekan pada maberiag.
Semua yang mendengar terse- <br>
nyum, <br>
memang dia menang, <br>
segala perbuatannya sebetul- <br>
nya berlainan, <br>
Raja sekarang berkata, <br>
"Semua rakyatku itu, <br>
aku memberitahukan, <br>
akan kedatanganmu, <br>
sekarang akan kuangkat anak, <br>
Mantri Anom namamu.
Semua rakyat setuju, <br>
semua sujud menyembah, <br>
I Cupak semakin sombong, <br>
berganti pakaian, <br>
selengkapnya telah tersedia, <br>
tempat tidur, bantal dan kasur, <br>
segala yang baik datang, <br>
dengan segala upacara. <br>
balai emas tetah dibersihkan.
Para pelayan sebanyak 35 o-<br>
rang, <br>
yang muda-muda. <br>
akan melayani sang Mantri. <br>
Mantri Anom nama beliau, <br>
para pelayan semua malas,<br>
semuanya suka ngambek, <br>
sebanyak 40 orang, <br>
lalu datang daging, <br>
tuak, arak dan jajan. <br>
Mantri Anom sudah disedia- <br>
kan, <br>
disuguhkan makanan. <br>
dagingnya berdampingan. <br>
belum cuci tangan sudah meng- <br>
ambil nasi. <br>
melekat nasi-nasi di tangannya, <br>
para pelayan tertawa.
32<noinclude></noinclude>
rsj7j4kqvu7l3vsvi5bh16fllk8p1ke
113425
113424
2022-07-19T15:16:07Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>82. Sakatah mamirengang kenyung, <br>
suba te ia jaya, <br>
sing abetang mangelenin, <br>
sang nata mangke amuwus, <br>
sakaulan ira iku, <br>
ingsun warahakena, <br>
datengan pukulun. <br>
jani anggon ira pianak, <br>
Mantri Anom parab ira.
83. Sakaulane mangkin anuun, <br>
pada matur sembah. <br>
I Cupak sumingkin nyadig, <br>
meseh kemben lan saput, <br>
saparadeg sampun puput, <br>
pasarean galeng kasure, <br>
sarwa bungah mangke rawuh, <br>
campur upakarane, <br>
bale mas wus maberesihan.
84. Wang jerone wenten kapat sa- <br>
sur, <br>
nene bajang-bajang. <br>
pacang ngayahin sang mantri, <br>
Mantri Anom parab ipun, <br>
parekane pada kiul, <br>
saliune berangsongan,<br>
sakatahe petang puluh, <br>
nulia rauh ulam, <br>
tuak arak lan sanganan.
85. Kaideran Mantri Anom sam- <br>
pun, <br>
katuran daare, <br>
ulamnia sampun sumanding. <br>
dereng mawajik nyekul, <br>
marareket liman ipun. <br>
parekan pada maberiag.
Semua yang mendengar terse- <br>
nyum, <br>
memang dia menang, <br>
segala perbuatannya sebetul- <br>
nya berlainan, <br>
Raja sekarang berkata, <br>
"Semua rakyatku itu, <br>
aku memberitahukan, <br>
akan kedatanganmu, <br>
sekarang akan kuangkat anak, <br>
Mantri Anom namamu.
Semua rakyat setuju, <br>
semua sujud menyembah, <br>
I Cupak semakin sombong, <br>
berganti pakaian, <br>
selengkapnya telah tersedia, <br>
tempat tidur, bantal dan kasur, <br>
segala yang baik datang, <br>
dengan segala upacara. <br>
balai emas tetah dibersihkan.
Para pelayan sebanyak 35 o-<br>
rang, <br>
yang muda-muda. <br>
akan melayani sang Mantri. <br>
Mantri Anom nama beliau, <br>
para pelayan semua malas,<br>
semuanya suka ngambek, <br>
sebanyak 40 orang, <br>
lalu datang daging, <br>
tuak, arak dan jajan. <br>
Mantri Anom sudah disedia- <br>
kan, <br>
disuguhkan makanan. <br>
dagingnya berdampingan. <br>
belum cuci tangan sudah meng- <br>
ambil nasi. <br>
melekat nasi-nasi di tangannya, <br>
para pelayan tertawa.
32<noinclude></noinclude>
jcebec9rifathzu62ekuzyfvd7b2cq0
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/22
250
32320
113357
2022-07-19T14:28:32Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>ketug Jinuh magenjongan,
I Gerantang nulia amuwus,
majalan kaki pang melah.
titiang kautus mejahang.
49. Wusan perang I Gerantang lumaku,
raris ka jeroan,
rahaden Galuh malinggih,
eling dane ring ibu,
I Gerantang nulia rauh,
Rahaden Galuh manyingak,
wong paran ta sira rawuh,
salawase inyong kene,
tuara anak mai teka.
50. I Gerantang mangke alon amuwus,
amepes tangane,
singgih pukulun tuan dewi,
titiang mariki kautus,
antuk ida sang perabu.
ngulati cokor idewa,
mangkin yen idewa kayun,
man tuk maring desa Daha,
I Manaru sampun pejah.
51. Rahaden Galuh mangke amuwus,
sapa amejahana,
singgih pakulun tuan dewi,
ampuranen pakulun,
rahaden Galuh amuwus,
agung utang ira mangke,
apa anggon ira nawur,
yan mati suba i rangsasa,
ira dadi panauran.
gempa bumi bergoyang,
I Gerantang lalu berkata,
"Berjalanlah kakek baik-baik.
saya hanya sebagai utusan untuk membunuhmu".
Setelah perkelahian I Gerantang berjalan,
lalu masuk ke dalam,
Raden Galuh duduk,
teringat beliau pada ibunda,
I Gerantang segera datang,
Raden Galuh melihat,
orang dari mana yang datang,
selamanya aku di sini,
tidak seorang pun datang ke mari.
I Gerantang berkata pelan,
sambil mencakupkan tangannya,
"ya paduka tuan putri,
saya ke mari diutus,
oleh beliau sang raja,
untuk mencari tuan putri,
sekarang jika tuan putri bersedia,
pulang ke Daha,
I Manaru sudah mati".
Sekarang berkata Raden Galuh,
"Siapa yang membunuh?"
"Hamba ya tuan putri,
maafkanlah hamba".
Raden Galuh berkata,
"Sungguh besar utangku,
apa yang kupakai membayar,
jika telah mati si raksasa,
akulah yang menjadi bayarannya.
22<noinclude></noinclude>
9wk1bvxg0qy6o5b25jsx8x6kretd86r
113413
113357
2022-07-19T15:11:30Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>ketug Jinuh magenjongan,
I Gerantang nulia amuwus,
majalan kaki pang melah.
titiang kautus mejahang.
49. Wusan perang I Gerantang lumaku,
raris ka jeroan,
rahaden Galuh malinggih,
eling dane ring ibu,
I Gerantang nulia rauh,
Rahaden Galuh manyingak,
wong paran ta sira rawuh,
salawase inyong kene,
tuara anak mai teka.
50. I Gerantang mangke alon amuwus,
amepes tangane,
singgih pukulun tuan dewi,
titiang mariki kautus,
antuk ida sang perabu.
ngulati cokor idewa,
mangkin yen idewa kayun,
man tuk maring desa Daha,
I Manaru sampun pejah.
51. Rahaden Galuh mangke amuwus,
sapa amejahana,
singgih pakulun tuan dewi,
ampuranen pakulun,
rahaden Galuh amuwus,
agung utang ira mangke,
apa anggon ira nawur,
yan mati suba i rangsasa,
ira dadi panauran.
gempa bumi bergoyang,
I Gerantang lalu berkata,
"Berjalanlah kakek baik-baik.
saya hanya sebagai utusan untuk membunuhmu".
Setelah perkelahian I Gerantang berjalan,
lalu masuk ke dalam,
Raden Galuh duduk,
teringat beliau pada ibunda,
I Gerantang segera datang,
Raden Galuh melihat,
orang dari mana yang datang,
selamanya aku di sini,
tidak seorang pun datang ke mari.
I Gerantang berkata pelan,
sambil mencakupkan tangannya,
"ya paduka tuan putri,
saya ke mari diutus,
oleh beliau sang raja,
untuk mencari tuan putri,
sekarang jika tuan putri bersedia,
pulang ke Daha,
I Manaru sudah mati".
Sekarang berkata Raden Galuh,
"Siapa yang membunuh?"
"Hamba ya tuan putri,
maafkanlah hamba".
Raden Galuh berkata,
"Sungguh besar utangku,
apa yang kupakai membayar,
jika telah mati si raksasa,
akulah yang menjadi bayarannya.
22<noinclude></noinclude>
hsw2q5tozznl4aviucai2mhmu57uqur
113696
113413
2022-07-20T03:57:25Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113413 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>ketug Jinuh magenjongan,
I Gerantang nulia amuwus,
majalan kaki pang melah.
titiang kautus mejahang.
49. Wusan perang I Gerantang lumaku,
raris ka jeroan,
rahaden Galuh malinggih,
eling dane ring ibu,
I Gerantang nulia rauh,
Rahaden Galuh manyingak,
wong paran ta sira rawuh,
salawase inyong kene,
tuara anak mai teka.
50. I Gerantang mangke alon amuwus,
amepes tangane,
singgih pukulun tuan dewi,
titiang mariki kautus,
antuk ida sang perabu.
ngulati cokor idewa,
mangkin yen idewa kayun,
man tuk maring desa Daha,
I Manaru sampun pejah.
51. Rahaden Galuh mangke amuwus,
sapa amejahana,
singgih pakulun tuan dewi,
ampuranen pakulun,
rahaden Galuh amuwus,
agung utang ira mangke,
apa anggon ira nawur,
yan mati suba i rangsasa,
ira dadi panauran.
gempa bumi bergoyang,
I Gerantang lalu berkata,
"Berjalanlah kakek baik-baik.
saya hanya sebagai utusan untuk membunuhmu".
Setelah perkelahian I Gerantang berjalan,
lalu masuk ke dalam,
Raden Galuh duduk,
teringat beliau pada ibunda,
I Gerantang segera datang,
Raden Galuh melihat,
orang dari mana yang datang,
selamanya aku di sini,
tidak seorang pun datang ke mari.
I Gerantang berkata pelan,
sambil mencakupkan tangannya,
"ya paduka tuan putri,
saya ke mari diutus,
oleh beliau sang raja,
untuk mencari tuan putri,
sekarang jika tuan putri bersedia,
pulang ke Daha,
I Manaru sudah mati".
Sekarang berkata Raden Galuh,
"Siapa yang membunuh?"
"Hamba ya tuan putri,
maafkanlah hamba".
Raden Galuh berkata,
"Sungguh besar utangku,
apa yang kupakai membayar,
jika telah mati si raksasa,
akulah yang menjadi bayarannya.
22<noinclude></noinclude>
1tiy9b8schlj48pd1e6xht1ca4u0f95
113707
113696
2022-07-20T04:17:00Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>ketug linuh magenjongan,
I Gerantang nulia amuwus,
majalan kaki pang melah,
titiang kautus mejahang.
49. Wusan perang I Gerantang lumaku,
raris ka jeroan,
rahaden Galuh malinggih,
eling dane ring ibu,
I Gerantang nulia rauh,
Rahaden Galuh manyingak,
wong paran ta sira rawuh,
salawase inyong kene,
tuara anak mai teka.
50. I Gerantang mangke alon amuwus,
amepes tangane,
singgih pukulun tuan dewi,
titiang mariki kautus,
antuk ida sang perabu,
ngulati cokor idewa,
mangkin yen idewa kayun,
mantuk maring desa Daha,
I Manaru sampun pejah.
51. Rahaden Galuh mangke amuwus,
sapa amejahana,
singgih pakulun tuan dewi,
ampuranen pakulun,
rahaden Galuh amuwus,
agung utang ira mangke,
apa anggon ira nawur,
yan mati suba i rangsasa,
ira dadi panauran.
gempa bumi bergoyang,
I Gerantang lalu berkata,
"Berjalanlah kakek baik-baik,
saya hanya sebagai utusan untuk membunuhmu".
Setelah perkelahian I Gerantang berjalan,
lalu masuk ke dalam,
Raden Galuh duduk,
teringat beliau pada ibunda,
I Gerantang segera datang,
Raden Galuh melihat,
orang dari mana yang datang,
selamanya aku di sini,
tidak seorang pun datang ke mari.
I Gerantang berkata pelan,
sambil mencakupkan tangannya,
"ya paduka tuan putri,
saya ke mari diutus,
oleh beliau sang raja,
untuk mencari tuan putri,
sekarang jika tuan putri bersedia,
pulang ke Daha,
I Manaru sudah mati".
Sekarang berkata Raden Galuh,
"Siapa yang membunuh?"
"Hamba ya tuan putri,
maafkanlah hamba".
Raden Galuh berkata,
"Sungguh besar utangku,
apa yang kupakai membayar,
jika telah mati si raksasa,
akulah yang menjadi bayarannya.
22<noinclude></noinclude>
iphdlv4onb6eb1ud2w6xg45teswqpya
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/87
250
32321
113358
2022-07-19T14:30:30Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||80}}
3. berbentuk ''wali''. Kamu hormati, bersama-sama dengan turunanmu. KeIak kemudian, terus-menerus sampai dengan yang akan datang juga. Mudah-mudahan selamat kamu semua. Sebar luaskan kepada keturunanmu, tiap-tiap keluarga nanti di desa-desa mana pun,
4. baik jauh maupun dekat. Selanjutnya datanglah mempersembahkan upacara ''Wali''. Adapun walinya adalah pada waktu Tilem ke Dasa. Jangan lain. Dan kalau ada keturunanmu tidak melaksanakan tata cara demikian itu, mereka bukanlah
52a. 1. keturunanmu. Itu disebut apa yang dinamakan ''angutang sasana.'' Mudah-mudahan mereka yang demikian itu jatuh martabatnya, kena sumpahku, banyak kerja , kurang pangan. Segala jerih payahnya, tidak mendapatkan basil; setiap yang tumbuh (lahir), Lerus hilang (mati). Demikian agar diingat olehmu
2. semua. lni lagi pemberitahuanku kepadarnu semua, nanti kalau ada pohon kayu tumbuh di tengah parhyangan hitam wama kayu itu, itu tandanya aku telah berwujud ''sekala niskala'', telah ''berstha''
3. ''na'' di situ mendampingi, menunggal dengan sanghyang Jagat karana. Dan, kalau sudah tumbuh pohon kayu berwama hitam, namakan lah pura itu pura Kayu Selem. Demikian dan ingatlah. Begini keadaannya di ceruk pertapaan ''gwa song''. " Kalau ada tumbuh pohon beringin, itulah
4. pertanda untukku. Di situ mandi pada pemandian suci. Pada zaman dahulu, dari sanalah bapakmu memuja, mohon keselamatan, seketurunanmu semua. Mudah-mudahan tidak kurang peng.
b. 1. hidupan, menemukan sumber hidup, kemuliaan martabat masing-masing. Mudah-mudahan selamat sentosa. Inilah tata caranya menghaturkan ''widhi wedana'', yailu suci, 1, serba hitam , itik
2. hitam jambul mulus untuk melengkapi guru piduka, dipersem bahkan kehadapan Bhatara Wisnu.lengkap dengan mantra pujaan. Jangan lupa. Ingat lagi ketetapan seperti di alam niskala. Dari situ
3. bapakmu memberitahukan kepadaku semua, aksara astawa, tala laku ''kelepasan'' atau ''kemoksan''. Barang siapa yang tabu, boleh menjadi Pandita; tidak melihat orangnya yang tabu. Mereka itu boleh menjadi pimpinanmu; mereka boleh melaksanakan upacara
4. perscmbahyangan menyiapkan ''dharama laksana'' bagi semua Wargamu. Ingatlah. "Setelah beberapa hari kemudian. waktu bulan ''purnama sasih Kapat'', saat iLulah sang Mpu Kamareka berdoa<noinclude></noinclude>
32jwj0b3bx3hqscotl9730as6aozqfe
113584
113358
2022-07-20T00:01:40Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||80}}
3. berbentuk ''wali''. Kamu hormati, bersama-sama dengan turunanmu. KeIak kemudian, terus-menerus sampai dengan yang akan datang juga. Mudah-mudahan selamat kamu semua. Sebar luaskan kepada keturunanmu, tiap-tiap keluarga nanti di desa-desa mana pun,
4. baik jauh maupun dekat. Selanjutnya datanglah mempersembahkan upacara ''Wali''. Adapun walinya adalah pada waktu Tilem ke Dasa. Jangan lain. Dan kalau ada keturunanmu tidak melaksanakan tata cara demikian itu, mereka bukanlah
52a. 1. keturunanmu. Itu disebut apa yang dinamakan ''angutang sasana.'' Mudah-mudahan mereka yang demikian itu jatuh martabatnya, kena sumpahku, banyak kerja , kurang pangan. Segala jerih payahnya, tidak mendapatkan basil; setiap yang tumbuh (lahir), Lerus hilang (mati). Demikian agar diingat olehmu
2. semua. lni lagi pemberitahuanku kepadarnu semua, nanti kalau ada pohon kayu tumbuh di tengah parhyangan hitam wama kayu itu, itu tandanya aku telah berwujud ''sekala niskala'', telah ''berstha''
3. ''na'' di situ mendampingi, menunggal dengan sanghyang Jagat karana. Dan, kalau sudah tumbuh pohon kayu berwama hitam, namakan lah pura itu pura Kayu Selem. Demikian dan ingatlah. Begini keadaannya di ceruk pertapaan ''gwa song''. " Kalau ada tumbuh pohon beringin, itulah
4. pertanda untukku. Di situ mandi pada pemandian suci. Pada zaman dahulu, dari sanalah bapakmu memuja, mohon keselamatan, seketurunanmu semua. Mudah-mudahan tidak kurang peng.
b. 1. hidupan, menemukan sumber hidup, kemuliaan martabat masing-masing. Mudah-mudahan selamat sentosa. Inilah tata caranya menghaturkan ''widhi wedana'', yailu suci, 1, serba hitam , itik
2. hitam jambul mulus untuk melengkapi guru piduka, dipersem bahkan kehadapan Bhatara Wisnu.lengkap dengan mantra pujaan. Jangan lupa. Ingat lagi ketetapan seperti di alam niskala. Dari situ
3. bapakmu memberitahukan kepadaku semua, aksara astawa, tala laku ''kelepasan'' atau ''kemoksan''. Barang siapa yang tabu, boleh menjadi Pandita; tidak melihat orangnya yang tabu. Mereka itu boleh menjadi pimpinanmu; mereka boleh melaksanakan upacara
4. perscmbahyangan menyiapkan ''dharama laksana'' bagi semua Wargamu. Ingatlah. "Setelah beberapa hari kemudian. waktu bulan ''purnama sasih Kapat'', saat iLulah sang Mpu Kamareka berdoa<noinclude></noinclude>
ggng8tzy53ftk19ssfsy6uba30vwwym
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/34
250
32322
113360
2022-07-19T14:33:20Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>maring gua nu idup,
tuara neda timang butan.
baane ia dudus bengu,
ban bangkene i
kasakitan ngadek bengua.
89. Berag tegereg kari balungmung,
kulit ngaput tulang,
tendase gede iwasin,
tulange panonjol mung,
paliate nu idup,
masi dadi matindakan,
buka ada widi turun,
patuduhin jani marga,
sangkannya ngelah pangerasa.
90. Nyelsel awak saeneme idup,
pidan titiang pejah.
suba berag masih urip.
yan idewa ica mulus.
ambulne nyakitin titiang.
mati kuda titiang ratu,
sakit san titiang naenang,
masih titiang tuara pejah.
91. Angembeng-ngembeng yeh ma-
tan ipun,
baane tuara pejah,
Jani mangungsiang mati,
mantigang awak ipun,
I Gerantang nuti kantu.
masih hidup datam gua,
tidak makan setama lima bu-
lan,
karena diliputi bau busuk,
mayat si raksasa,
menderita, mencium bau bu-
suk-
Kurus kering kelihatan tulang-
nya,
hanya kulit yang membung-
kus tulang,
kepalanya kelihatan besar,
tulang-tulangnya kelihatan me-
nonjol,
hanya pandangan matanya
memperlihatkan dia hidup,
dia masih dapat bergerak.
bagaikan Tuhan turun.
menunjukkan jalan.
akhimya dia mulai berpikir.
Menyesali dirinya masih hidup,
kapan saya mati.
sudah kurus masih saja hidup,
jika Tuhan benar-benar kasih.
mengapa sampai begini me-
nyiksa saya,
tunjukkanlah jalan kematian
bagiku.
sungguh tidak tahan saya me-
nanggung,
kenapa saya tidak juga mati.
Berlinang-linang air matanya,
karena tidak segera mati.
sekarang sudah bulat tekad-
nya untuk mati.
dibantingnya dirinya,
Gerantang terbentur,
34<noinclude></noinclude>
0vuxjoypdac9s089lv0876chsfltpwn
113438
113360
2022-07-19T15:33:07Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>maring gua nu idup,
tuara neda timang bulan.
baane ia dudus bengu,
ban bangkene i rangsasa
kasakitan ngadek bengua.
89. Berag tegereg kari balungmung,
kulit ngaput tulang,
tendase gede iwasin,
tulange panonjol mung,
paliate nu idup,
masi dadi matindakan,
buka ada widi turun,
patuduhin jani marga,
sangkannya ngelah pangerasa.
90. Nyelsel awak saeneme idup,
pidan titiang pejah.
suba berag masih urip.
yan idewa ica mulus.
ambulne nyakitin titiang.
mati kuda titiang ratu,
sakit san titiang naenang,
masih titiang tuara pejah.
91. Angembeng-ngembeng yeh ma-
tan ipun,
baane tuara pejah,
Jani mangungsiang mati,
mantigang awak ipun,
I Gerantang nuti kantu.
masih hidup dalam gua,
tidak makan selama lima bu-
lan,
karena diliputi bau busuk,
mayat si raksasa,
menderita, mencium bau bu-
suk-
Kurus kering kelihatan tulang-
nya,
hanya kulit yang membung-
kus tulang,
kepalanya kelihatan besar,
tulang-tulangnya kelihatan me-
nonjol,
hanya pandangan matanya
memperlihatkan dia hidup,
dia masih dapat bergerak.
bagaikan Tuhan turun.
menunjukkan jalan.
akhirnya dia mulai berpikir.
Menyesali dirinya masih hidup,
kapan saya mati.
sudah kurus masih saja hidup,
jika Tuhan benar-benar kasih.
mengapa sampai begini me-
nyiksa saya,
tunjukkanlah jalan kematian
bagiku.
sungguh tidak tahan saya me-
nanggung,
kenapa saya tidak juga mati.
Berlinang-linang air matanya,
karena tidak segera mati.
sekarang sudah bulat tekad-
nya untuk mati.
dibantingnya dirinya,
I Gerantang terbentur,
34<noinclude></noinclude>
5x0p7it2v0v1w9caxrhqsn05pu30m2q
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/17
250
32323
113363
2022-07-19T14:35:43Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>wus awajik ngajeng sirih,
paica nulia rawuh,
pecanangan keris papitu,
ganja nungkul ne tetiga,
ida sang nata muwus,
kadutan bapane punika,
sing demenin pilih tunggil.
33. I Gerantang anembah tur ia
nuwut.
I Cupak ngeledah,
nyemak keris mamilihin,
ane gede ganja dungkul,
buka kenken latut ngembus
laut mangelenteng-len tengang.
ne demenin anggon ngamuk.
anggon munggal i rangsasa,
apanga nawang macekah.
34. Gerantang pada nyemak sa-
da nguntul.
ne pinih cenika,
I Gerantang raris mapamit,
titiang mapamit ratu.
tumuli raris matur.
I Cupak bundit takilan,
katipate lima likur,
I Cupak jani mamarga,
tan kocapan jani di jalan,
35. Kocap sampun reke munggah
guung.
tampek tegal Werawa.
setelah cuci tangan lalu makan
sirih,
lalu datang pemberian lagi,
tempat sirih dan keris tujuh
bilah,
ganja nungkul*) tiga bilah,
Sang raja berkata,
Keris bapak itu,
pilihlah salah satu yang kamu
Senang
I Gerantang menyembah lalu
menurut,
I Cupak menggeledahi, keris,
memilih mengambil keris,
yang besar ganja dungkul,
seperti apa (raksasa) lalu dia
menghunus (nya),
dan memutar-mutarkan ke ba-
wah,
ini cocok untuk mengamuk,
dipakai memenggal raksasa,
supaya dirasakannya terbabat,
Agak menunduk I Gerantang
juga mengambil
yang paling kecil,
Gerantang lalu mohon diri,
"Saya mohon diri tuanku",
lalu menyembah.
I Cupak menggendong bekal,
ke tupat dua puluh lima biji,
I Cupak sekarang berjalan,
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
Diceritrakan perjalanan naik
gunung.
telah dekat tegalan Werawa.
ganja nungkul = salah satu motif keris.
17<noinclude></noinclude>
e8ptugmyfeq2o2zh7vi41q9q3kc4667
113401
113363
2022-07-19T15:04:20Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>wus awajik ngajeng sirih,
paica nulia rawuh,
pecanangan keris papitu,
ganja nungkul ne tetiga,
ida sang nata muwus,
kadutan bapane punika,
sing demenin pilih tunggil.
33. I Gerantang anembah tur ia
nuwut.
I Cupak ngeledah,
nyemak keris mamilihin,
ane gede ganja dungkul,
buka kenken latut ngembus
laut mangelenteng-len tengang.
ne demenin anggon ngamuk.
anggon munggal i rangsasa,
apanga nawang macekah.
34. Gerantang pada nyemak sa-
da nguntul.
ne pinih cenika,
I Gerantang raris mapamit,
titiang mapamit ratu.
tumuli raris matur.
I Cupak bundit takilan,
katipate lima likur,
I Cupak jani mamarga,
tan kocapan jani di jalan,
35. Kocap sampun reke munggah
guung.
tampek tegal Werawa.
setelah cuci tangan lalu makan
sirih,
lalu datang pemberian lagi,
tempat sirih dan keris tujuh
bilah,
ganja nungkul*) tiga bilah,
Sang raja berkata,
Keris bapak itu,
pilihlah salah satu yang kamu
Senang
I Gerantang menyembah lalu
menurut,
I Cupak menggeledahi, keris,
memilih mengambil keris,
yang besar ganja dungkul,
seperti apa (raksasa) lalu dia
menghunus (nya),
dan memutar-mutarkan ke ba-
wah,
ini cocok untuk mengamuk,
dipakai memenggal raksasa,
supaya dirasakannya terbabat,
Agak menunduk I Gerantang
juga mengambil
yang paling kecil,
Gerantang lalu mohon diri,
"Saya mohon diri tuanku",
lalu menyembah.
I Cupak menggendong bekal,
ke tupat dua puluh lima biji,
I Cupak sekarang berjalan,
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
Diceritrakan perjalanan naik
gunung.
telah dekat tegalan Werawa.
ganja nungkul = salah satu motif keris.
17<noinclude></noinclude>
sqin0rwu22c81d6ldjxz26zuyhrw2h3
113705
113401
2022-07-20T04:16:15Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113401 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>wus awajik ngajeng sirih,
paica nulia rawuh,
pecanangan keris papitu,
ganja nungkul ne tetiga,
ida sang nata muwus,
kadutan bapane punika,
sing demenin pilih tunggil.
33. I Gerantang anembah tur ia
nuwut.
I Cupak ngeledah,
nyemak keris mamilihin,
ane gede ganja dungkul,
buka kenken latut ngembus
laut mangelenteng-len tengang.
ne demenin anggon ngamuk.
anggon munggal i rangsasa,
apanga nawang macekah.
34. Gerantang pada nyemak sa-
da nguntul.
ne pinih cenika,
I Gerantang raris mapamit,
titiang mapamit ratu.
tumuli raris matur.
I Cupak bundit takilan,
katipate lima likur,
I Cupak jani mamarga,
tan kocapan jani di jalan,
35. Kocap sampun reke munggah
guung.
tampek tegal Werawa.
setelah cuci tangan lalu makan
sirih,
lalu datang pemberian lagi,
tempat sirih dan keris tujuh
bilah,
ganja nungkul*) tiga bilah,
Sang raja berkata,
Keris bapak itu,
pilihlah salah satu yang kamu
Senang
I Gerantang menyembah lalu
menurut,
I Cupak menggeledahi, keris,
memilih mengambil keris,
yang besar ganja dungkul,
seperti apa (raksasa) lalu dia
menghunus (nya),
dan memutar-mutarkan ke ba-
wah,
ini cocok untuk mengamuk,
dipakai memenggal raksasa,
supaya dirasakannya terbabat,
Agak menunduk I Gerantang
juga mengambil
yang paling kecil,
Gerantang lalu mohon diri,
"Saya mohon diri tuanku",
lalu menyembah.
I Cupak menggendong bekal,
ke tupat dua puluh lima biji,
I Cupak sekarang berjalan,
tidak diceritrakan dalam per-
jalanan.
Diceritrakan perjalanan naik
gunung.
telah dekat tegalan Werawa.
ganja nungkul = salah satu motif keris.
17<noinclude></noinclude>
e5vxpoycal1fpq3xxkhhjzgqoedms22
113723
113705
2022-07-20T08:32:08Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>wus awajik ngajeng sirih,
paica nulia rawuh,<br>
pecanangan keris papitu,<br>
ganja nungkul ne tetiga,<br>
ida sang nata muwus,<br>
kadutan bapane punika,<br>
sing demenin pilih tunggil.<br>
33. I Gerantang anembah tur ia<br>
nuwut.<br>
I Cupak ngeledah,<br>
nyemak keris mamilihin,<br>
ane gede ganja dungkul,<br>
buka kenken latut ngembus<br>
laut mangelenteng-len tengang.<br>
ne demenin anggon ngamuk.<br>
anggon munggal i rangsasa,<br>
apanga nawang macekah.<br>
34. Gerantang pada nyemak sa-<br>
da nguntul.<br>
ne pinih cenika,<br>
I Gerantang raris mapamit,<br>
titiang mapamit ratu.<br>
tumuli raris matur.<br>
I Cupak bundit takilan,<br>
katipate lima likur,<br>
I Cupak jani mamarga,<br>
tan kocapan jani di jalan,<br>
35. Kocap sampun reke munggah<br>
guung.<br>
tampek tegal Werawa.
setelah cuci tangan lalu makan<br>
sirih,<br>
lalu datang pemberian lagi,<br>
tempat sirih dan keris tujuh<br>
bilah,<br>
ganja nungkul*) tiga bilah,<br>
Sang raja berkata,<br>
"Keris bapak itu,<br>
pilihlah salah satu yang kamu<br>
Senangi".<br>
I Gerantang menyembah lalu<br>
menurut,<br>
I Cupak menggeledahi, keris,<br>
memilih mengambil keris,<br>
yang besar ganja dungkul,<br>
seperti apa (raksasa) lalu dia<br>
menghunus (nya),<br>
dan memutar-mutarkan ke ba-<br>
wah,<br>
ini cocok untuk mengamuk,<br>
dipakai memenggal raksasa,<br>
supaya dirasakannya terbabat,<br>
Agak menunduk I Gerantang<br>
juga mengambil<br>
yang paling kecil,<br>
Gerantang lalu mohon diri,<br>
"Saya mohon diri tuanku",<br>
lalu menyembah.<br>
I Cupak menggendong bekal,<br>
ke tupat dua puluh lima biji,<br>
I Cupak sekarang berjalan,<br>
tidak diceritrakan dalam per-<br>
jalanan.<br>
Diceritrakan perjalanan naik<br>
gunung.<br>
telah dekat tegalan Werawa.<br>
17<noinclude></noinclude>
ebbf38pt2juh0cc4ehkje8ez7wz7vno
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/5
250
32324
113364
2022-07-19T14:37:52Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>Perpustakaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
No Klasifikasi
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
BABAD Kayu Selem/penerjemah. I Wayan Wardha;
penyunting, Lukman Hakim-Jakarta Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
viii, 100 hlm.; 21 cm
ISBN 979-459-061-4
1. Kesusastraan Bali.
II. Hakim, Lukman.
I. Wardha, I Wayan.
PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
TAHUN 1989/1990
EPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
Pemimpin Proyek : Nafron Hasjim
Bendahara Proyek
Sekretaris Proyek: Suwanda
Staf Proyek: Lukman Hakim
E. Bachtiar
Sujatmo
Ciptodigiarto
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan
untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
iv<noinclude></noinclude>
gww9eafcqn3hvrxxjxs06qlynrhe6i2
113372
113364
2022-07-19T14:50:50Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>Perpustakaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
No Klasifikasi
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
BABAD Kayu Selem/penerjemah. I Wayan Wardha;
penyunting, Lukman Hakim-Jakarta Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
viii, 100 hlm.; 21 cm
ISBN 979-459-061-4
1. Kesusastraan Bali.
II. Hakim, Lukman.
I. Wardha, I Wayan.
PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
TAHUN 1989/1990
EPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
Pemimpin Proyek : Nafron Hasjim
Bendahara Proyek
Sekretaris Proyek: Suwanda
Staf Proyek: Lukman Hakim
E. Bachtiar
Sujatmo
Ciptodigiarto
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan
untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
{{rh||iv}}<noinclude></noinclude>
i550ofr7hqpew2dtaggmqh6hz80buwt
113635
113372
2022-07-20T00:28:31Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
BABAD Kayu Selem/penerjemah. I Wayan Wardha;
penyunting, Lukman Hakim-Jakarta Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
viii, 100 hlm.; 21 cm
ISBN 979-459-061-4
1. Kesusastraan Bali.
II. Hakim, Lukman.
I. Wardha, I Wayan.
((right|8x5.1}}
{{center|'''PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA INDONESIA DAN DAERAH TAHUN 1989/1990 DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA'''}}
'''Pemimpin Proyek''' : Nafron Hasjim
'''Bendahara Proyek''': Suwanda
'''Sekretaris Proyek''': Lukman Hakim
'''Staf Proyek''': E. Bachtiar
Sujatmo
Ciptodigiarto
{{center|Hak Cipta dilindungi undang-undang}}
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
{{rh||iv}}<noinclude></noinclude>
46tytxi839og1fj3b6j4ykk4vih7r37
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/29
250
32325
113366
2022-07-19T14:41:37Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>I Gerantang alon amuwus,
margi mantuk Gustin titiang,
Rahaden Galuh saturut,
laut nuut panyalin,
Rahaden Galuh wus munggah.
I
72. Gerantang ring uri mara ma-
nuut,
Cupak brahmantian.
laut manyepeg panyalin.
Gerantang nuli labuh,
onya babak onya belur,
laut ia bangun ngadaap,
Iwasin awake belur,
laut ia manyelsel awak,
kudiang jani pacang menekan.
73. Awake ne suba ya tuduh,
awak mabudi pejah.
masih ya nu idup jani,
yan penekin tegeh ngalawung,
sawatara pitung ngiyu,
I Cupak malih kocapan.
ngembus kadutan ganja dung-
kul,
margi mantuk Gustin titiang,
nyen teka i rangsasa.
74. Rahaden Galuh mangke anu-
rut.
takut ring I Cupak,
nganggar kadutan mandelik,
matane pantes buduh,
Rahaden Galuh lumaku,
I Cupak tandange ngegah.
manjing alas turun gunung,
Gerantang berkata pelan,
"Mari pulang tuan putri,"
Raden Galuh menurut,
lalu menaiki rotan,
Rahaden Galuh sudah di atas.
Gerantang mengikuti di be-
lakang,
I Cupak bersifat kejam,
lalu rotan itu dipotongnya,
I Gerantang akhirnya jatuh,
badannya penuh dengan luka,
lalu dia berusaha bangun,
dilihatnya tubuhnya penuh lu-
ka,
dia menyesali dirinya,
bagaimana caranya sekarang
naik ke permukaan.
Ya, memang sudah kehendak
Tuhan,
saya mau mati saja,
tapi masih saja hidup,
jika dinaiki tinggi sekali,
kira-kira ada tujuh meter.
Diceritrakan lagi I Cupak,
menarik keris yang bercincin
melingkar,
"Marilah pulang tuan putri,
nanti datang lagi si raksasa"
Raden Galuh menurut,
takut kepada I Cupak,
mengangkat keris matanya
mendelik,
pandangannya bagaikan orang
gila,
Raden Galuh berjalan,
I Cupak lagaknya gagah,
masuk hutan turun gunung,
29<noinclude></noinclude>
kb4v1elcgdxejcnowtpo59fqkd5yikx
113367
113366
2022-07-19T14:46:40Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>I Gerantang alon amuwus,
margi mantuk Gustin titiang,
Rahaden Galuh saturut,
laut nuut panyalin ,
Rahaden Galuh wus munggah.
72. I Gerantang ring uri mara manuut,
I Cupak brahmantian ,
laut manyepeg panyalin ,
I Gerantang nuli labuh,
onya babak onya belur,
laut ia bangun ngadaap,
iwasin awake belur,
laut ia manyelsel awak,
kudiang jani pacang menekan.
73. Awake ne suba ya tuduh,
awak mabudi pejah,
masih ya nu idup jani,
yan penekin tegeh ngalawung,
sawatara pitung ngiyu,
I Cupak malih kocapan,
ngembus kadutan ganja dungkul
margi mantuk Gustin titiang,
nyen teka i rangsasa.
74. Rahaden Galuh mangke anurut,
takut ring I Cupak,
nganggar kadutan mandelik,
matane pantes buduh,
Rahaden Galuh lumaku,
I Cupak tandange ngegah,
manjing alas turun gunung,
I Gerantang berkata pelan,
Raden Galuh menurut,
lalu menaiki rotan,
Rahaden Galuh sudah di atas.
I Gerantang mengikuti di belakang,
I Cupak bersifat kejam ,
lalu rotan itu dipotongnya,
I Gerantang akhirnya jatuh,
badannya penuh dengan luka,
lalu dia berusaha bangun,
dilihatnya tubuhnya penuh luka
dia menyesali dirinya,
bagaimana caranya sekarang
naik ke permukaan.
Ya, memang sudah kehendak
Tuhan ,
saya mau mati saja,
tapi masih saja hidup,
jika dinaiki tinggi sekali,
kira-kira ada tujuh meter.
Diceritrakan lagi I Cupak,
menarik keris yang bercincin melingkar,
"Marilah pulang tuan putri,
nanti datang lagi si raksasa."
Raden Galuh menurut,
takut kepada I Cupak,
mengangkat keris matanya mendelik,
pandangannya bagaikan orang gila,
Raden Galuh berjalan ,
I Cupak lagaknya gagah,
masuk hutan turun gunung,
{{right|29}}<noinclude></noinclude>
1h3d1fzcyfocetk7eij11ahgkusn7yn
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/27
250
32326
113368
2022-07-19T14:47:22Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>kaka mandeg mararian,
tumuli raris ararian.
65. Ingsun ngebah kaka kang tu-
tunggu,
tong dadi taenang,
kiape tidong gigis.
I Cupak mangkin muwus,
masare adi mas ingsun.
depang kaka menyandangan,
pacang nunggu Rahaden Ga-
luh.
yadin apa ja teka,
nyad pang kata tumanggalang.
66. I Gerantang enak mangkin atu-
Rahaden Galuh manegak,
I Cupak sareng masanding.
kagiat ngaredeg rauh.
I Rangsasa mangke rauh.
angantebang gidat banglah,
I Cupak ngeb manyulsul,
Rangsasa samangke enak.
manyaup nikul rahadian.
67. I Rangsasa nulia raris mantuk.
I Gerantang atangia,
Cupak mangelumbih jit.
iwasin Rahaden Galuh,
nguda kaka medem nyulsul,
kalingane sanggup dogen.
"Kakak berhentilah kita me
ngaso",
Lalu mereka beristirahat,
"Saya tidur kakak yang me-
nunggu.
tidak dapat ditahan
aku sangat mengantuk,"
I Cupak sekarang berkata,
Tidurlah adikku sayang,
biarlah kaka yang menjaga,
untuk menjaga Raden Galuh,
walaupun apa yang datang,
biar kakak yang menghadapi".
Gerantang tidur dengan le-
1apnya.
Rahaden Galuh duduk,
bersama I Cupak berdamping
tidak diduga-duga ada suara ge-
muruh datang,
Si Raksasa yang datang,
mengejutkan dengan kepalan ya
yang botak,
Cupak takut lalu merapatkan
badan.
Si Raksasa semakin senang
menangkap dan menggendong
Raden Galuh.
Lalu segera si Raksasa pulang,
Gerantang terjaga.
karena Cupak menyerudut
pantatnya.
dilihat Raden Galuh,
"Mengapa kakak tidur berim-
it.
hanya mulut kakak yang sang-
gup",
27<noinclude></noinclude>
7h52u3pzyb3bj4qibribmbu0a0yr278
113374
113368
2022-07-19T14:52:18Z
Pertama yasa
133
/* Kapastika */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>kaka mandeg mararian,
tumuli raris ararian.
65. Ingsun ngebah kaka kang tu-
tunggu,
tong dadi taenang,
kiape tidong gigis.
I Cupak mangkin muwus,
masare adi mas ingsun.
depang kaka menyandangan,
pacang nunggu Rahaden Ga-
luh.
yadin apa ja teka,
nyad pang kata tumanggalang.
66. I Gerantang enak mangkin atu-
Rahaden Galuh manegak,
I Cupak sareng masanding.
kagiat ngaredeg rauh.
I Rangsasa mangke rauh.
angantebang gidat banglah,
I Cupak ngeb manyulsul,
Rangsasa samangke enak.
manyaup nikul rahadian.
67. I Rangsasa nulia raris mantuk.
I Gerantang atangia,
Cupak mangelumbih jit.
iwasin Rahaden Galuh,
nguda kaka medem nyulsul,
kalingane sanggup dogen.
"Kakak berhentilah kita me
ngaso",
Lalu mereka beristirahat,
"Saya tidur kakak yang me-
nunggu.
tidak dapat ditahan
aku sangat mengantuk,"
I Cupak sekarang berkata,
Tidurlah adikku sayang,
biarlah kaka yang menjaga,
untuk menjaga Raden Galuh,
walaupun apa yang datang,
biar kakak yang menghadapi".
Gerantang tidur dengan le-
1apnya.
Rahaden Galuh duduk,
bersama I Cupak berdamping
tidak diduga-duga ada suara ge-
muruh datang,
Si Raksasa yang datang,
mengejutkan dengan kepalan ya
yang botak,
Cupak takut lalu merapatkan
badan.
Si Raksasa semakin senang
menangkap dan menggendong
Raden Galuh.
Lalu segera si Raksasa pulang,
Gerantang terjaga.
karena Cupak menyerudut
pantatnya.
dilihat Raden Galuh,
"Mengapa kakak tidur berim-
it.
hanya mulut kakak yang sang-
gup",
27<noinclude></noinclude>
3otgy656gryl7lbnecfo1j41et807ck
113664
113374
2022-07-20T01:47:13Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113374 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>kaka mandeg mararian,
tumuli raris ararian.
65. Ingsun ngebah kaka kang tu-
tunggu,
tong dadi taenang,
kiape tidong gigis.
I Cupak mangkin muwus,
masare adi mas ingsun.
depang kaka menyandangan,
pacang nunggu Rahaden Ga-
luh.
yadin apa ja teka,
nyad pang kata tumanggalang.
66. I Gerantang enak mangkin atu-
Rahaden Galuh manegak,
I Cupak sareng masanding.
kagiat ngaredeg rauh.
I Rangsasa mangke rauh.
angantebang gidat banglah,
I Cupak ngeb manyulsul,
Rangsasa samangke enak.
manyaup nikul rahadian.
67. I Rangsasa nulia raris mantuk.
I Gerantang atangia,
Cupak mangelumbih jit.
iwasin Rahaden Galuh,
nguda kaka medem nyulsul,
kalingane sanggup dogen.
"Kakak berhentilah kita me
ngaso",
Lalu mereka beristirahat,
"Saya tidur kakak yang me-
nunggu.
tidak dapat ditahan
aku sangat mengantuk,"
I Cupak sekarang berkata,
Tidurlah adikku sayang,
biarlah kaka yang menjaga,
untuk menjaga Raden Galuh,
walaupun apa yang datang,
biar kakak yang menghadapi".
Gerantang tidur dengan le-
1apnya.
Rahaden Galuh duduk,
bersama I Cupak berdamping
tidak diduga-duga ada suara ge-
muruh datang,
Si Raksasa yang datang,
mengejutkan dengan kepalan ya
yang botak,
Cupak takut lalu merapatkan
badan.
Si Raksasa semakin senang
menangkap dan menggendong
Raden Galuh.
Lalu segera si Raksasa pulang,
Gerantang terjaga.
karena Cupak menyerudut
pantatnya.
dilihat Raden Galuh,
"Mengapa kakak tidur berim-
it.
hanya mulut kakak yang sang-
gup",
27<noinclude></noinclude>
sabbdq4go8nxf88263j04xuvbves990
113725
113664
2022-07-20T08:41:18Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>kaka mandeg mararian, <br>
tumuli raris ararian.<br>
65. Ingsun ngebah kaka kang tu-<br>
tunggu,<br>
tong dadi taenang,<br>
kiape tidong gigis.<br>
I Cupak mangkin muwus,<br>
masare adi mas ingsun.<br>
depang kaka menyandangan,<br>
pacang nunggu Rahaden Ga-<br>
luh.<br>
yadin apa ja teka,<br>
nyad pang kata tumanggalang.
66. I Gerantang enak mangkin atu-<br>
ru<br>
Rahaden Galuh manegak,<br>
I Cupak sareng masanding.<br>
kagiat ngaredeg rauh.
I Rangsasa mangke rauh.<br>
angantebang gidat banglah,
I Cupak ngeb manyulsul,
Rangsasa samangke enak.<br>
manyaup nikul rahadian.
67. I Rangsasa nulia raris mantuk.<br>
I Gerantang atangia,<br>
Cupak mangelumbih jit.<br>
iwasin Rahaden Galuh,<br>
nguda kaka medem nyulsul,
kalingane sanggup dogen.
"Kakak berhentilah kita me<br>
ngaso",<br>
Lalu mereka beristirahat,<br>
"Saya tidur kakak yang me-<br>
nunggu.<br>
tidak dapat ditahan<br>
aku sangat mengantuk,"<br>
I Cupak sekarang berkata,<br>
Tidurlah adikku sayang,<br>
biarlah kaka yang menjaga,<br>
untuk menjaga Raden Galuh,
walaupun apa yang datang,<br>
biar kakak yang menghadapi".<br>
Gerantang tidur dengan le-<br>
lapnya.<br>
Rahaden Galuh duduk,<br>
bersama I Cupak berdamping-<br>
an<br>
tidak diduga-duga ada suara ge-<br>
muruh datang,<br>
Si Raksasa yang datang,<br>
mengejutkan dengan kepalanya<br>
yang botak,<br>
Cupak takut lalu merapatkan<br>
badan.<br>
Si Raksasa semakin senang<br>
menangkap dan menggendong<br>
Raden Galuh.
Lalu segera si Raksasa pulang,<br>
Gerantang terjaga.<br>
karena Cupak menyerudut<br>
pantatnya.<br>
dilihat Raden Galuh,<br>
"Mengapa kakak tidur berim-<br>
it.<br>
hanya mulut kakak yang sang-<br>
gup",
27<noinclude></noinclude>
66p02kgvpc7ipaa4678adfq6m4ym8as
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/107
250
32327
113369
2022-07-19T14:47:23Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>100<br>
4.tang, seperti dahulu, ''bebangkit'' dengan guling. Adapun widhi we-<br>
dana pada panggungan ialah ''suci asoroh, penek agung, guru''<br>
''piduka, sesayut prayascita, sesayut sudamala, sesayut pangam''
b. 1. ''byan sasayut pabersihan, sesayut byakawon, sesayut panyampuh<br>
lara, sesayut dirgayusa, sesayut panca bumi''. Dan yang di sang-<br>
gar tawang, ''suci pingit asoroh, daksina agung''. Untuk mereka yang menghadapi pekerjaan, uang<br>
2. 4500, ''nista''; 8500, ''madya''; 16000, ''utama''. Selanjutnya dalam ''sasih<br>
ka wulu, manca balikrama'' disebut orang. Adapun widhi we-<br>
dananya dan sarananya ialah, kambing, anjing ''bang bungkem,<br>
kucit butuhan'', angsa, itik ''blangkalung'',<br>
3. binatang lima warna, diolah masing-masing, ''winangun urip''. ''Widhi<br>
wedana'' yang lengkap. Pada sanggar tawang, ''suci asoroh'', ikannya<br>
4. itik putih jambul, pada panggungannya, ''suci pawitra, penek<br>
agung'' secukupnya, ''guru piduka, sesayut dirgayusa, sesayut pa-<br>
bersihan, sasayut sudamala, sasayut byakala, sesayut sapuhlara''.<br>
63a. 1. Di bawah disedikan guling bebangkit yang laki, ''gayah'', daging<br>
babi selengkapnya. Yang berfungsi sebagai bebali yaitu: ''kaku-''<br>
''wung'', gunting, ''letlet, asem, sate gde, pusut, ancak bingin, ambulu'',<br>
''surya, candra, nagasari'',<br>
2. ''sudamala''. Di gedong simpen dan di gedong sari: ''kacu, jejaringan'',<br>
''bansaula'', lengkap dengan ''widhi wedana'' dengan ''daksinanya''.
Demikian tata cara pelaksanaannya dahulu. Kalau kurang me-<br>
ngerti, silakan bertanya kepada Brahmana; maksudnya agar tidak<br>
kurang atau melebihi.<br>
3. pada ''sasih ke Sanga, Anynya Brahma'', namanya. Binatang se-<br>
lengkapnya ialah: daging kerbau diolah ''winangun urip, wresaba'',<br>
kambing, anjing, ''bang bungkem, brakawot, irengan, kucit laki'',<br>
4. ''mrega pati'', angsa, itik wlang kalung, binatang warna lima, untuk<br>
''widhi wedana''. Untuk mereka masing-masing membawa ''suci'' satu<br>
''soroh'', lengkap dengan binatang, dan juga ''gayah agung'',<br>
b.1. dengan pring dan juga sanggah ''tutwan''. Di dalam pring itu, diisi<br>
''suci asoroh'', dagingnya itik hitam, lengkap ''widhi wedananya'' juga<br>
ada ''gayahnya''. Untuk ''wedana'' padaa panggungan agung berupa: ca-<br>
tur lengkap, diisikan pada ''banten'', juga catur dengan sisinya.<br>
2.Pada sanggar tawang: ''suci'' putih, lada putih, ''galahan'' selengkap-<br>
nya, mentah masak dengan ''daksina nista, madya, utama''. Pada<noinclude></noinclude>
jqprsemeyk2x679tni3sx2n1ypdtl22
113375
113369
2022-07-19T14:52:21Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||100}}
4.tang, seperti dahulu, ''bebangkit'' dengan guling. Adapun widhi we-<br>
dana pada panggungan ialah ''suci asoroh, penek agung, guru''<br>
''piduka, sesayut prayascita, sesayut sudamala, sesayut pangam''
b. 1. ''byan sasayut pabersihan, sesayut byakawon, sesayut panyampuh<br>
lara, sesayut dirgayusa, sesayut panca bumi''. Dan yang di sang-<br>
gar tawang, ''suci pingit asoroh, daksina agung''. Untuk mereka yang menghadapi pekerjaan, uang<br>
2. 4500, ''nista''; 8500, ''madya''; 16000, ''utama''. Selanjutnya dalam ''sasih<br>
ka wulu, manca balikrama'' disebut orang. Adapun widhi we-<br>
dananya dan sarananya ialah, kambing, anjing ''bang bungkem,<br>
kucit butuhan'', angsa, itik ''blangkalung'',<br>
3. binatang lima warna, diolah masing-masing, ''winangun urip''. ''Widhi<br>
wedana'' yang lengkap. Pada sanggar tawang, ''suci asoroh'', ikannya<br>
4. itik putih jambul, pada panggungannya, ''suci pawitra, penek<br>
agung'' secukupnya, ''guru piduka, sesayut dirgayusa, sesayut pa-<br>
bersihan, sasayut sudamala, sasayut byakala, sesayut sapuhlara''.<br>
63a. 1. Di bawah disedikan guling bebangkit yang laki, ''gayah'', daging<br>
babi selengkapnya. Yang berfungsi sebagai bebali yaitu: ''kaku-''<br>
''wung'', gunting, ''letlet, asem, sate gde, pusut, ancak bingin, ambulu'',<br>
''surya, candra, nagasari'',<br>
2. ''sudamala''. Di gedong simpen dan di gedong sari: ''kacu, jejaringan'',<br>
''bansaula'', lengkap dengan ''widhi wedana'' dengan ''daksinanya''.
Demikian tata cara pelaksanaannya dahulu. Kalau kurang me-<br>
ngerti, silakan bertanya kepada Brahmana; maksudnya agar tidak<br>
kurang atau melebihi.<br>
3. pada ''sasih ke Sanga, Anynya Brahma'', namanya. Binatang se-<br>
lengkapnya ialah: daging kerbau diolah ''winangun urip, wresaba'',<br>
kambing, anjing, ''bang bungkem, brakawot, irengan, kucit laki'',<br>
4. ''mrega pati'', angsa, itik wlang kalung, binatang warna lima, untuk<br>
''widhi wedana''. Untuk mereka masing-masing membawa ''suci'' satu<br>
''soroh'', lengkap dengan binatang, dan juga ''gayah agung'',<br>
b.1. dengan pring dan juga sanggah ''tutwan''. Di dalam pring itu, diisi<br>
''suci asoroh'', dagingnya itik hitam, lengkap ''widhi wedananya'' juga<br>
ada ''gayahnya''. Untuk ''wedana'' padaa panggungan agung berupa: ca-<br>
tur lengkap, diisikan pada ''banten'', juga catur dengan sisinya.<br>
2.Pada sanggar tawang: ''suci'' putih, lada putih, ''galahan'' selengkap-<br>
nya, mentah masak dengan ''daksina nista, madya, utama''. Pada<noinclude></noinclude>
pbqccf8hum1360320yrldkzgkkpwrfx
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/88
250
32328
113370
2022-07-19T14:49:34Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>
{{rh||81}}
51a 1. aptya awarawarah, dumeh umantuking sunya taya, apa ta lwimya nihan, anaku mwang putuning wwang sdaya, rengwa aken ujar mami mangke, nihan yayah ta, agya ninggahali kila sdaya, muliheng, sunyalaya,
2. apan wus gnep tuwuh ramanta, mareng madyaloka, prapteng purnamaning kartika, kunang yan huwus aku wibhukti. kita prasama, didinya agya nangunaken kahyangan, angadeg akna sanghyang tripurusa,
3. maka muka sanghyang suci nirmala, kunang pwa tang hulun dumarana ginawyaken babaluran, kunang kita sdaya, yan wus puput tang parhyangan, didinya kita tumulya anangunaken karyya malaspas,
4. anyanyapuh , nga, angenleg Iinggih, wayah ta juga pahayu akna, mareng babaturan, nihan iki, katattwanya, sanghyang dwiphala, mwang pangastanan bhatara hyang suci, abi seka sanghyang taya, kunang
b. 1. kang sinangguh sanghyang tri purusa, sira bhatara brahma. wisnu, iswara, mwah pangastwanira, bhatara sanghyang ibhu pertiwi, atmu lawan bhatara sanghyang akasa, ya ta kang inaran paibhon,
2. anging inghulun wnang ginawyaken rum uhun, amujaken pitra ngaranya, mangka kenget akna, mwah yan wus puput denta mahayu kabyangan, wkasan aja lupa , mahayu prekretining yadnya, winula wali,
3. siniwinta, kaltkeng pratisentananta, wkasing dlaha, trustumus katkeng warlamana juga, mwang gami, poma kita sdaya warawarah sapratisentananta, sanggwanya wkas, ring dikdasa desa, dohaparek,
4. didinya dateng juga angaturana wali. kunang walinira kalaning tileming kedasa, aja angimpasin , kunang yan hana sentananta, lan anindihaken tithi gagadhuhan, ya dudu sentana,
52a. 1. angutang sasana, nga, moghnmogha ya, amingsor. kna sodan ingsun, sugih gawe kirang pangan, salampah lakunya. tan amangguhaken ayu. mcnLik menlik punggel, mangka kengetakna
2. kita sdaya, nihan waneh piwruhanta kita sdaya, wkas yan hana umentik kayu, sajroning kahyangan la. mah ireng rupan ikang kayu, ya cihnan manira rumawak skala niskala, wuwus alunggwengkana. umarek<noinclude></noinclude>
37andgbc6ro8ap9b4qr7ehf33i6hyyg
113583
113370
2022-07-20T00:01:05Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>
{{rh||81}}
51a 1. aptya awarawarah, dumeh umantuking sunya taya, apa ta lwimya nihan, anaku mwang putuning wwang sdaya, rengwa aken ujar mami mangke, nihan yayah ta, agya ninggahali kila sdaya, muliheng, sunyalaya,
2. apan wus gnep tuwuh ramanta, mareng madyaloka, prapteng purnamaning kartika, kunang yan huwus aku wibhukti. kita prasama, didinya agya nangunaken kahyangan, angadeg akna sanghyang tripurusa,
3. maka muka sanghyang suci nirmala, kunang pwa tang hulun dumarana ginawyaken babaluran, kunang kita sdaya, yan wus puput tang parhyangan, didinya kita tumulya anangunaken karyya malaspas,
4. anyanyapuh , nga, angenleg Iinggih, wayah ta juga pahayu akna, mareng babaturan, nihan iki, katattwanya, sanghyang dwiphala, mwang pangastanan bhatara hyang suci, abi seka sanghyang taya, kunang
b. 1. kang sinangguh sanghyang tri purusa, sira bhatara brahma. wisnu, iswara, mwah pangastwanira, bhatara sanghyang ibhu pertiwi, atmu lawan bhatara sanghyang akasa, ya ta kang inaran paibhon,
2. anging inghulun wnang ginawyaken rum uhun, amujaken pitra ngaranya, mangka kenget akna, mwah yan wus puput denta mahayu kabyangan, wkasan aja lupa , mahayu prekretining yadnya, winula wali,
3. siniwinta, kaltkeng pratisentananta, wkasing dlaha, trustumus katkeng warlamana juga, mwang gami, poma kita sdaya warawarah sapratisentananta, sanggwanya wkas, ring dikdasa desa, dohaparek,
4. didinya dateng juga angaturana wali. kunang walinira kalaning tileming kedasa, aja angimpasin , kunang yan hana sentananta, lan anindihaken tithi gagadhuhan, ya dudu sentana,
52a. 1. angutang sasana, nga, moghnmogha ya, amingsor. kna sodan ingsun, sugih gawe kirang pangan, salampah lakunya. tan amangguhaken ayu. mcnLik menlik punggel, mangka kengetakna
2. kita sdaya, nihan waneh piwruhanta kita sdaya, wkas yan hana umentik kayu, sajroning kahyangan la. mah ireng rupan ikang kayu, ya cihnan manira rumawak skala niskala, wuwus alunggwengkana. umarek<noinclude></noinclude>
qscefdybr8fcyoh4rm8ev5ffn0eyyy6
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/8
250
32329
113371
2022-07-19T14:50:14Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>'''PENDAHULUAN'''
''Babad Pasek Kayu Selem'' tersimpan di desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupalen Bangli Babad ini dilulis di alas daun lontar. Masing-masing lontar ditulisi empal baris kalimal bolak-balik. ''Babad Pasek Kayu Selem'' memakai bahasa Bali Tengahan bercarnpur dengan bahasa Sanskerta.
Babad ini bersifat kerakyaLan, bukan bersifal kerajaan atau keratuan Penuturya memakai gaya bahasa tersendiri dan berbeda dengan struktur babad yang dikeluarkan oleh raja-raja tertentu pada zaman Bali Kuna.
''Babad Pasek Kayu Selem'' merupakan uraian cikal bakal keluarga Pasek Kayu Selem yang ter,asuk golongan keluarga Wesya atau Sudra di Bali. Keluarga Pasek Kayu Selem mula-mula bermukim di sekitar gunung dan danau Batur lalu membuat bangunan suci di desa Songan yang disungsung sampai sekarang. Kini bangunan tersebut bernama pura ''Tampuhyang'' di Toya Bungkah.
Sebelum Babad ini dipaparkan penulis memanjatkan pennohonan ampun kepada yang bersemayam di Jambudwipa (Jawa) atas keberaniannya memaparkan sesuatu sebagai yang terpapar dalam babad tersebut.
Dalam babad ini diceritakan pula berapa kejadian yang menimpa pulau Bali seperti letusan gunung Tolangkir (gunung Agung) dan gunung Tam purhyang (gunung Batur). DiceriLakan pula daLangnya para Dewa dari Jawa ke Bali untuk memberi ketenteraman.
1<noinclude></noinclude>
nufed5o98nbvox1gq1i82w2rv2poetv
113378
113371
2022-07-19T14:53:39Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{centre|'''PENDAHULUAN'''}}
''Babad Pasek Kayu Selem'' tersimpan di desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupalen Bangli Babad ini dilulis di alas daun lontar. Masing-masing lontar ditulisi empal baris kalimal bolak-balik. ''Babad Pasek Kayu Selem'' memakai bahasa Bali Tengahan bercarnpur dengan bahasa Sanskerta.
Babad ini bersifat kerakyaLan, bukan bersifal kerajaan atau keratuan Penuturya memakai gaya bahasa tersendiri dan berbeda dengan struktur babad yang dikeluarkan oleh raja-raja tertentu pada zaman Bali Kuna.
''Babad Pasek Kayu Selem'' merupakan uraian cikal bakal keluarga Pasek Kayu Selem yang ter,asuk golongan keluarga Wesya atau Sudra di Bali. Keluarga Pasek Kayu Selem mula-mula bermukim di sekitar gunung dan danau Batur lalu membuat bangunan suci di desa Songan yang disungsung sampai sekarang. Kini bangunan tersebut bernama pura ''Tampuhyang'' di Toya Bungkah.
Sebelum Babad ini dipaparkan penulis memanjatkan pennohonan ampun kepada yang bersemayam di Jambudwipa (Jawa) atas keberaniannya memaparkan sesuatu sebagai yang terpapar dalam babad tersebut.
Dalam babad ini diceritakan pula berapa kejadian yang menimpa pulau Bali seperti letusan gunung Tolangkir (gunung Agung) dan gunung Tam purhyang (gunung Batur). DiceriLakan pula daLangnya para Dewa dari Jawa ke Bali untuk memberi ketenteraman.
{{rh||1}}<noinclude></noinclude>
gwebrzzm3m0kt1g32eefrqcntr62b1b
113639
113378
2022-07-20T00:30:35Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{centre|'''PENDAHULUAN'''}}
''Babad Pasek Kayu Selem'' tersimpan di desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupalen Bangli Babad ini dilulis di alas daun lontar. Masing-masing lontar ditulisi empat baris kalimat bolak-balik. ''Babad Pasek Kayu Selem'' memakai bahasa Bali Tengahan bercarnpur dengan bahasa Sanskerta.
Babad ini bersifat kerakyatan, bukan bersifat kerajaan atau keratuan Penuturya memakai gaya bahasa tersendiri dan berbeda dengan struktur babad yang dikeluarkan oleh raja-raja tertentu pada zaman Bali Kuna.
''Babad Pasek Kayu Selem'' merupakan uraian cikal bakal keluarga Pasek Kayu Selem yang termasuk golongan keluarga Wesya atau Sudra di Bali. Keluarga Pasek Kayu Selem mula-mula bermukim di sekitar gunung dan danau Batur lalu membuat bangunan suci di desa Songan yang disungsung sampai sekarang. Kini bangunan tersebut bernama pura ''Tampuhyang'' di Toya Bungkah.
Sebelum Babad ini dipaparkan penulis memanjatkan pennohonan ampun kepada yang bersemayam di Jambudwipa (Jawa) atas keberaniannya memaparkan sesuatu sebagai yang terpapar dalam babad tersebut.
Dalam babad ini diceritakan pula berapa kejadian yang menimpa pulau Bali seperti letusan gunung Tolangkir (gunung Agung) dan gunung Tam purhyang (gunung Batur). Diceritakan pula datangnya para Dewa dari Jawa ke Bali untuk memberi ketenteraman.
{{rh||1}}<noinclude></noinclude>
h9meji7g5hyd6y8uroww0u2nxha863f
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/30
250
32330
113373
2022-07-19T14:51:15Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>mangke ring Daha,
liu anake pada mapag,
75. I Cupak tandange sada kem-
bung,
tur munyine akas,
nyamping iba pada sami,
kahaden Gatuh rauh,
sami iba tan pasemu,
carik kelih pada bangkah.
mataib mangungsi enuput,
tuara tau kamemegan,
sami pada mailidan.
76. I Cupak sumangkin tandang
ipun,
sada angkab-angkab,
buka tumbale dori,
wong jaba pada muwus,
pabisik paturu luh.
ida Raden Gatuh teka.
ento kautus mangeruruh.
kema kumah i rangsasa,
mairib mati bannya.
77. Kocapan ortane suba masuk.
rauh ka jeroan.
sang perabu sedek katangkil,
Rahaden Gatuh rauh,
sinaup dewa mas ingsun,
margi mantuk ka jeroan,
permaisuari pada rauh,
sami pada matipetan.
mangeraris ka jeroan pura.
78. Sang prabu kari ring jaba ma-
lungguh.
maring patandakan,
I Cupak sareng masanding,
sekarang telah sampai di Daha.
banyak orang
I Cupak tagaknya sombong,
kata-katanya kasar.
"Minggir kamu semua,
Raden Galuh datang,
sungguh kamu semua tak pu-
nya muka".
besar kecil semua takut,
lari mencari tempat selamat,
yang tidak tahu terkejut,
semuanya minggir.
I Cupak makin menjadi-jadi
lagaknya,
agak diangkat langkahnya,
bagaikan patung berjalan di be-
lakang.
rakyat berkata
berbisik sesama wanita.
Paduka Raden Galuh datang,
orang itu yang disuruh menca-
ke rumah si raksasa.
barangkali mati olehnva.
Tersiarlah berita
sampai ke istana,
sang raja sedang dihadap.
Raden Galuh datahg,
disambut anakku sayang,
mari pulang ke istana,
permaisuri datang.
semuanya berbalik kembali.
lalu masuk istana.
Sang prabu masih duduk di
luar.
di balai penghadapan.
juga bersama I Cupak.
30<noinclude></noinclude>
9vkn1ujatp6j142qt8vxb3cx7oq5axk
113499
113373
2022-07-19T16:56:52Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>mangke ring Daha,
liu anake pada mapag,
75. I Cupak tandange sada kem-
bung,
tur munyine akas,
nyamping iba pada sami,
kahaden Gatuh rauh,
sami iba tan pasemu,
carik kelih pada bangkah.
mataib mangungsi enuput,
tuara tau kamemegan,
sami pada mailidan.
76. I Cupak sumangkin tandang
ipun,
sada angkab-angkab,
buka tumbale dori,
wong jaba pada muwus,
pabisik paturu luh.
ida Raden Gatuh teka.
ento kautus mangeruruh.
kema kumah i rangsasa,
mairib mati bannya.
77. Kocapan ortane suba masuk.
rauh ka jeroan.
sang perabu sedek katangkil,
Rahaden Gatuh rauh,
sinaup dewa mas ingsun,
margi mantuk ka jeroan,
permaisuari pada rauh,
sami pada matipetan.
mangeraris ka jeroan pura.
78. Sang prabu kari ring jaba ma-
lungguh.
maring patandakan,
I Cupak sareng masanding,
sekarang telah sampai di Daha.
banyak orang
I Cupak tagaknya sombong,
kata-katanya kasar.
"Minggir kamu semua,
Raden Galuh datang,
sungguh kamu semua tak pu-
nya muka".
besar kecil semua takut,
lari mencari tempat selamat,
yang tidak tahu terkejut,
semuanya minggir.
I Cupak makin menjadi-jadi
lagaknya,
agak diangkat langkahnya,
bagaikan patung berjalan di be-
lakang.
rakyat berkata
berbisik sesama wanita.
Paduka Raden Galuh datang,
orang itu yang disuruh menca-
ke rumah si raksasa.
barangkali mati olehnya.
Tersiarlah berita
sampai ke istana,
sang raja sedang dihadap.
Raden Galuh datahg,
disambut anakku sayang,
mari pulang ke istana,
permaisuri datang.
semuanya berbalik kembali.
lalu masuk istana.
Sang prabu masih duduk di
luar.
di balai penghadapan.
juga bersama I Cupak.
30<noinclude></noinclude>
jz3c9qposronzlkht86asve3jkq9vet
113666
113499
2022-07-20T01:53:53Z
Siti Noviali
151
Ulihang révisi 113499 antuk [[Special:Contributions/Aryana prayoga|Aryana prayoga]] ([[User talk:Aryana prayoga|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Siti Noviali" /></noinclude>mangke ring Daha,
liu anake pada mapag,
75. I Cupak tandange sada kem-
bung,
tur munyine akas,
nyamping iba pada sami,
kahaden Gatuh rauh,
sami iba tan pasemu,
carik kelih pada bangkah.
mataib mangungsi enuput,
tuara tau kamemegan,
sami pada mailidan.
76. I Cupak sumangkin tandang
ipun,
sada angkab-angkab,
buka tumbale dori,
wong jaba pada muwus,
pabisik paturu luh.
ida Raden Gatuh teka.
ento kautus mangeruruh.
kema kumah i rangsasa,
mairib mati bannya.
77. Kocapan ortane suba masuk.
rauh ka jeroan.
sang perabu sedek katangkil,
Rahaden Gatuh rauh,
sinaup dewa mas ingsun,
margi mantuk ka jeroan,
permaisuari pada rauh,
sami pada matipetan.
mangeraris ka jeroan pura.
78. Sang prabu kari ring jaba ma-
lungguh.
maring patandakan,
I Cupak sareng masanding,
sekarang telah sampai di Daha.
banyak orang
I Cupak tagaknya sombong,
kata-katanya kasar.
"Minggir kamu semua,
Raden Galuh datang,
sungguh kamu semua tak pu-
nya muka".
besar kecil semua takut,
lari mencari tempat selamat,
yang tidak tahu terkejut,
semuanya minggir.
I Cupak makin menjadi-jadi
lagaknya,
agak diangkat langkahnya,
bagaikan patung berjalan di be-
lakang.
rakyat berkata
berbisik sesama wanita.
Paduka Raden Galuh datang,
orang itu yang disuruh menca-
ke rumah si raksasa.
barangkali mati olehnva.
Tersiarlah berita
sampai ke istana,
sang raja sedang dihadap.
Raden Galuh datahg,
disambut anakku sayang,
mari pulang ke istana,
permaisuri datang.
semuanya berbalik kembali.
lalu masuk istana.
Sang prabu masih duduk di
luar.
di balai penghadapan.
juga bersama I Cupak.
30<noinclude></noinclude>
856lwku0006fkp952ecosjsedkc4rjk
113674
113666
2022-07-20T02:52:46Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>mangke ring Daha,<br>
liu anake pada mapag,
75. I Cupak tandange sada kem-<br>
bung,<br>
tur munyine akas,<br>
nyamping iba pada sami,<br>
kahaden Galuh rauh,<br>
sami iba tan pasemu,<br>
carik kelih pada bangkah,<br>
malaib mangungsi enuput,<br>
tuara tau kamemegan,<br>
sami pada mailidan.
76. I Cupak sumangkin tandang<br>
ipun,<br>
sada angkab-angkab,<br>
buka tumbale dori,<br>
wong jaba pada muwus,<br>
pabisik paturu luh,<br>
ida Raden Galuh teka,<br>
ento kautus mangeruruh,<br>
kema kumah i rangsasa,<br>
mairib mati bannya.
77. Kocapan ortane suba masuk,<br>
rauh ka jeroan,<br>
sang perabu sedek katangkil,<br>
Rahaden Galuh rauh,<br>
sinaup dewa mas ingsun,<br>
margi mantuk ka jeroan,<br>
permaisuari pada rauh,<br>
sami pada malipetan,<br>
mangeraris ka jeroan pura.
78. Sang prabu kari ring jaba ma-<br>
lungguh,<br>
maring patandakan,<br>
I Cupak sareng masanding,
sekarang telah sampai di Daha,<br>
banyak orang menyongsong<br>
I Cupak tagaknya sombong,<br>
kata-katanya kasar,<br>
"Minggir kamu semua,<br>
Raden Galuh datang,<br>
sungguh kamu semua tak pu-<br>
nya muka",<br>
besar kecil semua takut,<br>
lari mencari tempat selamat,<br>
yang tidak tahu terkejut,<br>
semuanya minggir.<br>
I Cupak makin menjadi-jadi<br>
lagaknya,<br>
agak diangkat langkahnya,<br>
bagaikan patung berjalan di be-<br>
lakang,<br>
rakyat berkata<br>
berbisik sesama wanita,<br>
Paduka Raden Galuh datang,<br>
orang itu yang disuruh menca-<br>
ri,
ke rumah si raksasa,<br>
barangkali mati olehnva.<br>
Tersiarlah berita,<br>
sampai ke istana,<br>
sang raja sedang dihadap,<br>
Raden Galuh datang,<br>
disambut anakku sayang,<br>
mari pulang ke istana,<br>
permaisuri datang,<br>
semuanya berbalik kembali,<br>
lalu masuk istana.<br>
Sang prabu masih duduk di<br>
luar,<br>
di balai penghadapan,<br>
juga bersama I Cupak,
30<noinclude></noinclude>
3iu4wgmvtkx8qginqo1kls88i3gutfn
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/20
250
32331
113380
2022-07-19T14:54:04Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>manyeleg luir kadi bukit,
irung luir sumur bandung,
socannyane ambul datu,
awaknyane kadi gajah,
capeluk-capeluk kadi ijung,
mangerak laut makirak,
wong paran mangke tumingal.
43. I Gerantang mangke ling ira
muwus,
kai mai teka,
mangambil tuan dewi,
antuk ida sang prabu,
I Manaru ngerak manyaup,
mapaksa manyaup mantigang.
Gerantang maletas kapung-
kur.
manguda iju sengitan.
I Gerantang mangke prayatna.
44. I Manaru mangke amuwus,
ngerak pangucape,
papanganan manangangin,
tani sepala aukud,
yan dadua be tek papadu,
tetelu warege melah,
waregang kai satahun,
yan mangan jalma limolas.
waregang kai satata.
45. Gerantang prayatna teken
laku,
20
tinggi besar bagaikan sebuah
gunung,
hidungnya bagaikan lobang su-
mur,
matanya sebesar batu,
badannya seperti gajah,
ternganga-nganga seperti kera
hitam,
membentak lalu bergerak,
orang yang datang sekarang di-
lihatnya.
I Gerantang berkata,
"Aku datang ke mari,
mengambil tuan pu tri,
diutus oleh raja",
I Manaru membentak dan me-
nyergap,
memaksa menyergap dan mem-
banting.
I Gerantang meloncat ke bela-
kang.
"Mengapa mendadak marah?"
I Gerantang sekarang waspada.
I Manaru sekarang berkata,
perkataannya membentak.
"Makanan menantang.
percuma hanya seorang,
jika dua orang baru kenyang
jika tiga orang kenyang de-
ngan puas,
untuk kepuasan satu tahun.
jika makan manusia lima belas
orang.
kenyang untuk selama-lama-
nya"
I Grerantang hati-hati bertin-
dak.<noinclude></noinclude>
nifi70vs6jw3wn9osofe8olca9c7x32
113390
113380
2022-07-19T15:00:00Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>manyeleg luir kadi bukit,
irung luir sumur bandung,
socannyane ambul datu,
awaknyane kadi gajah,
capeluk-capeluk kadi ijung,
mangerak laut makirak,
wong paran mangke tumingal.
43. I Gerantang mangke ling ira muwus,
kai mai teka,
mangambil tuan dewi,
antuk ida sang prabu,
I Manaru ngerak manyaup,
mapaksa manyaup mantigang,
I Gerantang maletas kapungkur
manguda iju sengitan.
I Manaru mangke amuwus.
I Gerantang mangke prayatna.
44. I manaru mangke anuwus
ngerak pangucape,
papanganan manangtangin,
tani sepala aukud,
yan dadua betek papadu,
tetelu warege melah
waregang kai satahun.
yan mangan jalma limolas,
waregang kai satata.
45. I Gerantang prayatna teken laku,
tinggi besar bagaikan sebuah
gunung,
hidungnya bagaikan lobang sumur,
matanya sebesar batu,
badannya seperti gajah,
ternganga-nganga seperti kera hitam,
membentak lalu bergerak,
orang yang datang sekarang dilihatnya.
I Gerantang berkata,
"Aku datang ke mari,
mengambil tuan putri,
diutus oleh raja'',
I Manaru membentak dan menyergap,
memaksa menyergap dan membanting,
I Gerantang meloncat ke belakang
"Mengapa mendadak marah?"
I Gerantang sekarang waspada.
I Manaru sekarang berkata,
perkataannya membentak,
"Makanan menantang,
percuma hanya seorang,
jika dua orang baru kenyang,
jika tiga orang kenyang dengan puas,
untuk kepuasan satu tahun.
jika makan manusia lima belas orang,
kenyang untuk selama-lama nya".
I Gerantang hati-hati bertindak,
20<noinclude></noinclude>
b36851qz7sto54pdg293uhlxazn2pan
113660
113390
2022-07-20T01:41:43Z
Siti Noviali
151
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>manyeleg luir kadi bukit,
irung luir sumur bandung,
socannyane ambul datu,
awaknyane kadi gajah,
capeluk-capeluk kadi ijung,
mangerak laut makirak,
wong paran mangke tumingal.
43. I Gerantang mangke ling ira muwus,
kai mai teka,
mangambil tuan dewi,
antuk ida sang prabu,
I Manaru ngerak manyaup,
mapaksa manyaup mantigang,
I Gerantang maletas kapungkur
manguda iju sengitan.
I Manaru mangke amuwus.
I Gerantang mangke prayatna.
44. I manaru mangke anuwus
ngerak pangucape,
papanganan manangtangin,
tani sepala aukud,
yan dadua betek papadu,
tetelu warege melah
waregang kai satahun.
yan mangan jalma limolas,
waregang kai satata.
45. I Gerantang prayatna teken laku,
tinggi besar bagaikan sebuah
gunung,
hidungnya bagaikan lobang sumur,
matanya sebesar batu,
badannya seperti gajah,
ternganga-nganga seperti kera hitam,
membentak lalu bergerak,
orang yang datang sekarang dilihatnya.
I Gerantang berkata,
"Aku datang ke mari,
mengambil tuan putri,
diutus oleh raja'',
I Manaru membentak dan menyergap,
memaksa menyergap dan membanting,
I Gerantang meloncat ke belakang
"Mengapa mendadak marah?"
I Gerantang sekarang waspada.
I Manaru sekarang berkata,
perkataannya membentak,
"Makanan menantang,
percuma hanya seorang,
jika dua orang baru kenyang,
jika tiga orang kenyang dengan puas,
untuk kepuasan satu tahun.
jika makan manusia lima belas orang,
kenyang untuk selama-lama nya".
I Gerantang hati-hati bertindak,<noinclude>{{rh||20}}</noinclude>
20g89rzmo7ihsr7gskvhjn4sflvmcx6
113661
113660
2022-07-20T01:42:17Z
Siti Noviali
151
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>manyeleg luir kadi bukit,
irung luir sumur bandung,
socannyane ambul datu,
awaknyane kadi gajah,
capeluk-capeluk kadi ijung,
mangerak laut makirak,
wong paran mangke tumingal.
43. I Gerantang mangke ling ira muwus,
kai mai teka,
mangambil tuan dewi,
antuk ida sang prabu,
I Manaru ngerak manyaup,
mapaksa manyaup mantigang,
I Gerantang maletas kapungkur
manguda iju sengitan.
I Manaru mangke amuwus.
I Gerantang mangke prayatna.
44. I manaru mangke anuwus
ngerak pangucape,
papanganan manangtangin,
tani sepala aukud,
yan dadua betek papadu,
tetelu warege melah
waregang kai satahun.
yan mangan jalma limolas,
waregang kai satata.
45. I Gerantang prayatna teken laku,
tinggi besar bagaikan sebuah
gunung,
hidungnya bagaikan lobang sumur,
matanya sebesar batu,
badannya seperti gajah,
ternganga-nganga seperti kera hitam,
membentak lalu bergerak,
orang yang datang sekarang dilihatnya.
I Gerantang berkata,
"Aku datang ke mari,
mengambil tuan putri,
diutus oleh raja'',
I Manaru membentak dan menyergap,
memaksa menyergap dan membanting,
I Gerantang meloncat ke belakang
"Mengapa mendadak marah?"
I Gerantang sekarang waspada.
I Manaru sekarang berkata,
perkataannya membentak,
"Makanan menantang,
percuma hanya seorang,
jika dua orang baru kenyang,
jika tiga orang kenyang dengan puas,
untuk kepuasan satu tahun.
jika makan manusia lima belas orang,
kenyang untuk selama-lama nya".
I Gerantang hati-hati bertindak,<noinclude>{{left|20}}</noinclude>
0be3ombavjj08rxmr1hvv1ji1smbl8e
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/9
250
32332
113383
2022-07-19T14:55:44Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>'''BABAD KAYU SELEM'''
1b 1. Oh Tuhan Yang Maha Esa, semoga tidak ada rintangan. Permohonan maaf hamba ke hadapan Ida Hyang Bhatara semua, terutama Ida Hyang Bhatar Pasupati, yang berada di alam transcendental. serta dipuja di gunung Jambu Dwipa.
2. Maafkan hamba, Hyang Bhatara semua, serta Tuhan Yang Maha Esa; beJiau yang suci bersih disebut Yogiswara. Beliaulah menganugerahkan, mengangkat ke alam void, mereka yang Lelah meninggal.
3. Hindarkanlah hamba dari segala dosa, ya para leluhur kami, serta jauhkan dari duka nestapa, dari penderitaan ya, para leluhur kami. Moga-moga selamat sentosa, sanak keluarga, serta
4. keturunan hamba. Semogalah sejahLera dunia ini. Tcrsebutlah dahulu kala, ada maya sakLi, Lidak kenal pemujaan. Rupanya mengerikan, bertaring bagaikan senjaLa tajam, mengancam serta bengis, laksana
2a. 1. raksasa kalah. Tamak sangat loba; segaJa pengetahuan tidak diakui kebenarannya. Mencemoohkan ajaran-ajaran suci masa lalu. Itulah sebabnya dimusnahkan, dikejar, dikorbankan demi keselamatan, dihapuskan dari segala benLuk kekerasan. Kembalilah dia ke alam baka.
2. Entah berapa lamanya, kembalilah diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa menjelma; diperkenankan menjelma sebagai laki perempuan. Selanjutnya digaibkan dalam wujud buah kelapa, ditutupi segala kejahatannya.
3. 3. Setelah disucikan bleh sang pertapa di Tolangkir (Gunung Agung), diperintahkan oleh Hyang Pasupati menjadi raja di Pulau Bali, sebagai pusat penyembahan, sebagai ganti penghormatan badan-
4. nya, menjadi raja Bali, dihabiskan nama Sri Haji Masula Masuli. Kemudian mereka kawin dengan adiknya. Tak terkatakan makmurnya negara itu. Semenjak lahirnya. entah Lelah berapa lama
2<noinclude></noinclude>
8rzcgkzpaw6orxgxjeps91celzyvlh2
113411
113383
2022-07-19T15:11:01Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|'''BABAD KAYU SELEM'''}}
1b 1. Oh Tuhan Yang Maha Esa, semoga tidak ada rintangan. Permohonan maaf hamba ke hadapan Ida Hyang Bhatara semua, terutama Ida Hyang Bhatar Pasupati, yang berada di alam transcendental. serta dipuja di gunung Jambu Dwipa.
2. Maafkan hamba, Hyang Bhatara semua, serta Tuhan Yang Maha Esa; beJiau yang suci bersih disebut Yogiswara. Beliaulah menganugerahkan, mengangkat ke alam void, mereka yang Lelah meninggal.
3. Hindarkanlah hamba dari segala dosa, ya para leluhur kami, serta jauhkan dari duka nestapa, dari penderitaan ya, para leluhur kami. Moga-moga selamat sentosa, sanak keluarga, serta
4. keturunan hamba. Semogalah sejahLera dunia ini. Tcrsebutlah dahulu kala, ada maya sakLi, Lidak kenal pemujaan. Rupanya mengerikan, bertaring bagaikan senjaLa tajam, mengancam serta bengis, laksana
2a. 1. raksasa kalah. Tamak sangat loba; segaJa pengetahuan tidak diakui kebenarannya. Mencemoohkan ajaran-ajaran suci masa lalu. Itulah sebabnya dimusnahkan, dikejar, dikorbankan demi keselamatan, dihapuskan dari segala benLuk kekerasan. Kembalilah dia ke alam baka.
2. Entah berapa lamanya, kembalilah diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa menjelma; diperkenankan menjelma sebagai laki perempuan. Selanjutnya digaibkan dalam wujud buah kelapa, ditutupi segala kejahatannya.
3. 3. Setelah disucikan bleh sang pertapa di Tolangkir (Gunung Agung), diperintahkan oleh Hyang Pasupati menjadi raja di Pulau Bali, sebagai pusat penyembahan, sebagai ganti penghormatan badan-
4. nya, menjadi raja Bali, dihabiskan nama Sri Haji Masula Masuli. Kemudian mereka kawin dengan adiknya. Tak terkatakan makmurnya negara itu. Semenjak lahirnya. entah Lelah berapa lama
{{rh||2}}<noinclude></noinclude>
dttmnm623k9iprz183fjmz728qs1me5
113640
113411
2022-07-20T00:31:41Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|'''BABAD KAYU SELEM'''}}
1b 1. Oh Tuhan Yang Maha Esa, semoga tidak ada rintangan. Permohonan maaf hamba ke hadapan Ida Hyang Bhatara semua, terutama Ida Hyang Bhatar Pasupati, yang berada di alam transcendental. serta dipuja di gunung Jambu Dwipa.
2. Maafkan hamba, Hyang Bhatara semua, serta Tuhan Yang Maha Esa; beJiau yang suci bersih disebut Yogiswara. Beliaulah menganugerahkan, mengangkat ke alam void, mereka yang Lelah meninggal.
3. Hindarkanlah hamba dari segala dosa, ya para leluhur kami, serta jauhkan dari duka nestapa, dari penderitaanya, para leluhur kami. Moga-moga selamat sentosa, sanak keluarga, serta
4. keturunan hamba. Semogalah sejahtera dunia ini. Ttrsebutlah dahulu kala, ada maya sakLi, tidak kenal pemujaan. Rupanya mengerikan, bertaring bagaikan senjaLa tajam, mengancam serta bengis, laksana
2a. 1. raksasa kalah. Tamak sangat loba; segala pengetahuan tidak diakui kebenarannya. Mencemoohkan ajaran-ajaran suci masa lalu. Itulah sebabnya dimusnahkan, dikejar, dikorbankan demi keselamatan, dihapuskan dari segala bentuk kekerasan. Kembalilah dia ke alam baka.
2. Entah berapa lamanya, kembalilah diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa menjelma; diperkenankan menjelma sebagai laki perempuan. Selanjutnya digaibkan dalam wujud buah kelapa, ditutupi segala kejahatannya.
3. 3. Setelah disucikan oleh sang pertapa di Tolangkir (Gunung Agung), diperintahkan oleh Hyang Pasupati menjadi raja di Pulau Bali, sebagai pusat penyembahan, sebagai ganti penghormatan badan-
4. nya, menjadi raja Bali, dihabiskan nama Sri Haji Masula Masuli. Kemudian mereka kawin dengan adiknya. Tak terkatakan makmurnya negara itu. Semenjak lahirnya. entah Lelah berapa lama
{{rh||2}}<noinclude></noinclude>
145lybxh4h3kz22ud89ww90767xqocr
Kaca:Geguritan Cupak.pdf/18
250
32333
113384
2022-07-19T14:56:10Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>nul kapanggih bacin.
wen ten ambul kalumpu,
TCupak matakon gan gsull,
adi apa ne adannya,
Gerantang raris masaur,
ene bacin i rangsasa,
adi jalan malipe tan.
I Cupak prejani pesu peluh.
ancitnya ne nenggel,
paceretoet lawut mising,
TGeran tang nuli muwus,
sanggup Kkakane bas lu,
nagih mun ggal i ransasa.
jalane ngesop lelawuh.
naar be guling sampelan,
buka tong taen madaar,
Mai menek dihur ma te gul,
maseet bangkiange,
limannyane bareng matali,
medal encit medal panyuh,
Cupak rekek mate gul,
TGerantang raris nuunang,
mangeruruh I Manaru,
sampun tepek ring jeronia,
TManaru atangia,
TGerantang nulia raris mange-
rungu,
uab i rangsasa,
Gerantang raris mamarg,
inget tekening lekad,
duk ne nguni baunya tumbuh,
mai mangdadi jalema,
padidiin rasia rahayu,
18
lalu aitemui Kororan \berak),
ada sebesar lumbung.
Cupakbertanya,
Adik apa ini namanya?
T Geran tang menjawab.
Inilah kotoran si raksasa
"Adik mari kita kembali saja."
SeketikaI Cupak keluar ke-
ringat.
hampir mencret,
berceceran lalu muntah berak,
I Gerantang lalu berkata,
Kesanggupan kakak terlalu
beranl
hendak memenggal si raksasa,
hanya untuk mendapatkan ma-
Kanan,
makan babi panggang sepuas-
nya,
bagaikan tidak pernah makan
Mari naik di atas akan saya
ikat,
akan kuikat pinggang kakak",
tan gann ya juga bertali,
keluar tai keluar kencing,
TCupak terikat kuat,
I Gerantang lalu turun,
mencari I Manaru,
setelah sampai di tempa tnya,
Manaru telah bangun.
I Gerantang lalu menden gar,
kuapan si raksasa,
T Gerantang terus Derjalan,
teringat dia waktu lahir,
dahulu sampai dia besar,
menjelma ke dunia ini,
sendirian terasa baik-baik,<noinclude></noinclude>
og1bv89z9gpj7rgwu3jndre5huikaus
113393
113384
2022-07-19T15:00:49Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>nuli kapanggih bacin.
wenten ambul kalumpu,
I Cupak matakon gangsul,
adi apa ne adannya,
I Gerantang raris masaur,
ene bacin i rangsasa,
adi jalan malipetan.
36. I Cupak prejani pesu peluh.
ancitnya ne nenggel,
paceretcet lawut mising,
I Gerantang nuli muwus,
sanggup kakane bas liu,
nagih munggal i rangsasa.
jalane ngesop lelawuh.
naar be guling sampelan,
buka tong taen madaar,
37. Mai menek dihur mategul,
maseet bangkiange,
limannyane bareng matali,
medal encit medal panyuh,
Cupak rekek mategul,
I Gerantang raris nuunang,
mangeruruh I Manaru,
sampun tepek ring jeronia,
I Manaru atangia,
38. I Gerantang nulia raris mange-
rungu,
uab i rangsasa,
Gerantang raris mamargi,
inget tekening lekad,
duk ne nguni baunya tumbuh,
mai mangdadi jalema,
padidiin rasia rahayu,
18
lalu ditemui kotoran (berak),
ada sebesar lumbung.
Cupak bertanya,
"Adik apa ini namanya?"
I Gerantang menjawab.
"Inilah kotoran si raksasa"
"Adik mari kita kembali saja."
Seketika I Cupak keluar ke-
ringat.
hampir mencret,
berceceran lalu muntah berak,
I Gerantang lalu berkata,
Kesanggupan kakak terlalu
berani,
hendak memenggal si raksasa,
hanya untuk mendapatkan ma-
kanan,
makan babi panggang sepuas-
nya,
bagaikan tidak pernah makan
Mari naik di atas akan saya
ikat,
akan kuikat pinggang kakak",
tangannya juga bertali,
keluar tai keluar kencing,
I Cupak terikat kuat,
I Gerantang lalu turun,
mencari I Manaru,
setelah sampai di tempatnya,
Manaru telah bangun.
I Gerantang lalu mendengar,
kuapan si raksasa,
I Gerantang terus berjalan,
teringat dia waktu lahir,
dahulu sampai dia besar,
menjelma ke dunia ini,
sendirian terasa baik-baik,<noinclude></noinclude>
g4bae440asb0eqwqyymdtcl37ex7yrg
113405
113393
2022-07-19T15:08:21Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>nuli kapanggih bacin.
wenten ambul kalumpu,
I Cupak matakon gangsul,
adi apa ne adannya,
I Gerantang raris masaur,
ene bacin i rangsasa,
adi jalan malipetan.
36. I Cupak prejani pesu peluh.
ancitnya ne nenggel,
paceretcet lawut mising,
I Gerantang nuli muwus,
sanggup kakane bas liu,
nagih munggal i rangsasa.
jalane ngesop lelawuh.
naar be guling sampelan,
buka tong taen madaar,
37. Mai menek dihur mategul,
maseet bangkiange,
limannyane bareng matali,
medal encit medal panyuh,
Cupak rekek mategul,
I Gerantang raris nuunang,
mangeruruh I Manaru,
sampun tepek ring jeronia,
I Manaru atangia,
38. I Gerantang nulia raris mange-
rungu,
uab i rangsasa,
Gerantang raris mamargi,
inget tekening lekad,
duk ne nguni baunya tumbuh,
mai mangdadi jalema,
padidiin rasia rahayu,
lalu ditemui kotoran (berak),
ada sebesar lumbung.
Cupak bertanya,
"Adik apa ini namanya?"
I Gerantang menjawab.
"Inilah kotoran si raksasa"
"Adik mari kita kembali saja."
Seketika I Cupak keluar ke-
ringat.
hampir mencret,
berceceran lalu muntah berak,
I Gerantang lalu berkata,
Kesanggupan kakak terlalu
berani,
hendak memenggal si raksasa,
hanya untuk mendapatkan ma-
kanan,
makan babi panggang sepuas-
nya,
bagaikan tidak pernah makan
Mari naik di atas akan saya
ikat,
akan kuikat pinggang kakak",
tangannya juga bertali,
keluar tai keluar kencing,
I Cupak terikat kuat,
I Gerantang lalu turun,
mencari I Manaru,
setelah sampai di tempatnya,
Manaru telah bangun.
I Gerantang lalu mendengar,
kuapan si raksasa,
I Gerantang terus berjalan,
teringat dia waktu lahir,
dahulu sampai dia besar,
menjelma ke dunia ini,
sendirian terasa baik-baik,
18<noinclude></noinclude>
pa3g0ismjm723nhrvyzueutnm2v5rvx
113706
113405
2022-07-20T04:16:44Z
Siti Noviali
151
/* Belum diuji baca */ Ulihang révisi 113405 antuk [[Special:Contributions/Pertama yasa|Pertama yasa]] ([[User talk:Pertama yasa|pabligbagan]])
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Siti Noviali" /></noinclude>nuli kapanggih bacin.
wenten ambul kalumpu,
I Cupak matakon gangsul,
adi apa ne adannya,
I Gerantang raris masaur,
ene bacin i rangsasa,
adi jalan malipetan.
36. I Cupak prejani pesu peluh.
ancitnya ne nenggel,
paceretcet lawut mising,
I Gerantang nuli muwus,
sanggup kakane bas liu,
nagih munggal i rangsasa.
jalane ngesop lelawuh.
naar be guling sampelan,
buka tong taen madaar,
37. Mai menek dihur mategul,
maseet bangkiange,
limannyane bareng matali,
medal encit medal panyuh,
Cupak rekek mategul,
I Gerantang raris nuunang,
mangeruruh I Manaru,
sampun tepek ring jeronia,
I Manaru atangia,
38. I Gerantang nulia raris mange-
rungu,
uab i rangsasa,
Gerantang raris mamargi,
inget tekening lekad,
duk ne nguni baunya tumbuh,
mai mangdadi jalema,
padidiin rasia rahayu,
18
lalu ditemui kotoran (berak),
ada sebesar lumbung.
Cupak bertanya,
"Adik apa ini namanya?"
I Gerantang menjawab.
"Inilah kotoran si raksasa"
"Adik mari kita kembali saja."
Seketika I Cupak keluar ke-
ringat.
hampir mencret,
berceceran lalu muntah berak,
I Gerantang lalu berkata,
Kesanggupan kakak terlalu
berani,
hendak memenggal si raksasa,
hanya untuk mendapatkan ma-
kanan,
makan babi panggang sepuas-
nya,
bagaikan tidak pernah makan
Mari naik di atas akan saya
ikat,
akan kuikat pinggang kakak",
tangannya juga bertali,
keluar tai keluar kencing,
I Cupak terikat kuat,
I Gerantang lalu turun,
mencari I Manaru,
setelah sampai di tempatnya,
Manaru telah bangun.
I Gerantang lalu mendengar,
kuapan si raksasa,
I Gerantang terus berjalan,
teringat dia waktu lahir,
dahulu sampai dia besar,
menjelma ke dunia ini,
sendirian terasa baik-baik,<noinclude></noinclude>
36bihk6t4y23q0ijvtrpi9s4mrh2gjk
113724
113706
2022-07-20T08:36:49Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>nuli kapanggih bacin.<br>
wenten ambul kalumpu,<br>
I Cupak matakon gangsul,<br>
adi apa ne adannya,<br>
I Gerantang raris masaur,<br>
ene bacin i rangsasa,<br>
adi jalan malipetan.<br>
36. I Cupak prejani pesu peluh.<br>
ancitnya ne nenggel,<br>
paceretcet lawut mising,<br>
I Gerantang nuli muwus,<br>
sanggup kakane bas liu,<br>
nagih munggal i rangsasa.<br>
jalane ngesop lelawuh.<br>
naar be guling sampelan,<br>
buka tong taen madaar,
37. Mai menek dihur mategul,<br>
maseet bangkiange,<br>
limannyane bareng matali,<br>
medal encit medal panyuh,<br>
Cupak rekek mategul,<br>
I Gerantang raris nuunang,<br>
mangeruruh I Manaru,<br>
sampun tepek ring jeronia,<br>
I Manaru atangia,
38. I Gerantang nulia raris mange-<br>
rungu,<br>
uab i rangsasa,<br>
Gerantang raris mamargi,<br>
inget tekening lekad,<br>
duk ne nguni baunya tumbuh,<br>
mai mangdadi jalema,<br>
padidiin rasia rahayu,
lalu ditemui kotoran (berak),<br>
ada sebesar lumbung.<br>
Cupak bertanya,<br>
"Adik apa ini namanya?"<br>
I Gerantang menjawab.<br>
"Inilah kotoran si raksasa"<br>
"Adik mari kita kembali saja."<br>
Seketika I Cupak keluar ke-<br>
ringat.<br>
hampir mencret,<br>
berceceran lalu muntah berak,<br>
I Gerantang lalu berkata,<br>
Kesanggupan kakak terlalu<br>
berani,<br>
hendak memenggal si raksasa,<br>
hanya untuk mendapatkan ma-<br>
kanan,<br>
makan babi panggang sepuas-<br>
nya,<br>
bagaikan tidak pernah makan<br>
Mari naik di atas akan saya<br>
ikat,<br>
akan kuikat pinggang kakak",<br>
tangannya juga bertali,<br>
keluar tai keluar kencing,<br>
I Cupak terikat kuat,<br>
I Gerantang lalu turun,<br>
mencari I Manaru,<br>
setelah sampai di tempatnya,<br>
Manaru telah bangun.<br>
I Gerantang lalu mendengar,<br>
kuapan si raksasa,<br>
I Gerantang terus berjalan,<br>
teringat dia waktu lahir,<br>
dahulu sampai dia besar,<br>
menjelma ke dunia ini,<br>
sendirian terasa baik-baik,<br>
18<noinclude></noinclude>
dho1pzm9s45zbysbbm1igvg0k2lxy8g
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/31
250
32334
113397
2022-07-19T15:03:04Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>24
syukur engkau dapat berjumpa di sini. Sekarang aku berjanji padamu. Mulai sekarang sampai kelak di kemudian hari dan untuk selamanya, manusia
2. bermusuhan dengan kamu, turun-tumurun, terus-menerus tidak boleh tidak, keturunanku akan membunuh sampai keturunanmu. Menjawab si Bunglon," Hai manusia aku tidak berkeberatan apa kehendakmu itu. Baiklah
3. kalau kehendakmu demikian. Tetapi ada juga sumpahku (janjiku) padamu. Kalau ada keturunanku bertemu dengan keturunanmu, pada hari Kajeng Keliwon, saat itu keturunanku berubah warna,
4. menjilat dan membunuh keturunanmu. Kalau terjilat olehku bagian atas tubuhnya dengan mata kakiku, tanpa tampak cacad kelihatannya dahulu, itulah jalannya mati oleh keturunanku." Menjawab manusia itu," Baiklah kalau demikian."
b. 1. Sekarang marilah sama-sama memberitahukan keturunan kita masing-masing, agar semua mengetahui, sumpahku terhadap kamu. Demikianlah ceritanya, awal mulanya bunglon dapat berganti rupa
2. sesuai dengan warna tempatnya berada. yaitu segala daun pepohonan. Begitu perihalnya dahulu. Dengarkanlah lagi tapa semadi Bhatara Brahma di Gunung Tampurhyang, diperintahkan oleh para
3. dewa untuk menciptakan manusia serungga dada Bujangga di Bali. Ada diketemukan sisa pokok batang pohon asam, sisa setelah di bakar. Itu dilihat oleh Bhatara, bagaikan seorang dukun tampaknya. Itulah diinginkan oleh Bhatara, untuk dijadikan Bujangga
4. Bali. Kemudian datanglah Bagawan Wiswakarma di Tampurhyang karena diundang oleh Bhatara Brahma. Disanalah Paduka Bhatara, menyuruh Bagaman Wiswakanna merencanakan sisa pokok batang pohon itu untuk dijadikan patung
16a. 1. agar menyerupai manusia. Tanpa menolak, Bagawan Wiswakarma segera mendatangi batang kayu itu. Disanalah Bagawan Wiswakarma menjadi seorang petani (seorang dusun). Pakaiannya kotor memakai topi
2. ''kuskusan'', membawa peralatan. Apa sebabnya demikian agar tidak dapat dikenal oleh orang. Setibanya beliau yang bijaksana itu pada batang pohon itu, kemudian dibersihkan dan disucikannya batang pohon itu
3. dijadikan palling. Kemudian, dengan tidak diketahuinya banyak<noinclude></noinclude>
2pd5wi3crvmfbky6goohz1sh88b3v3x
113417
113397
2022-07-19T15:13:00Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||24}}
syukur engkau dapat berjumpa di sini. Sekarang aku berjanji padamu. Mulai sekarang sampai kelak di kemudian hari dan untuk selamanya, manusia
2. bermusuhan dengan kamu, turun-tumurun, terus-menerus tidak boleh tidak, keturunanku akan membunuh sampai keturunanmu. Menjawab si Bunglon," Hai manusia aku tidak berkeberatan apa kehendakmu itu. Baiklah
3. kalau kehendakmu demikian. Tetapi ada juga sumpahku (janjiku) padamu. Kalau ada keturunanku bertemu dengan keturunanmu, pada hari Kajeng Keliwon, saat itu keturunanku berubah warna,
4. menjilat dan membunuh keturunanmu. Kalau terjilat olehku bagian atas tubuhnya dengan mata kakiku, tanpa tampak cacad kelihatannya dahulu, itulah jalannya mati oleh keturunanku." Menjawab manusia itu," Baiklah kalau demikian."
b. 1. Sekarang marilah sama-sama memberitahukan keturunan kita masing-masing, agar semua mengetahui, sumpahku terhadap kamu. Demikianlah ceritanya, awal mulanya bunglon dapat berganti rupa
2. sesuai dengan warna tempatnya berada. yaitu segala daun pepohonan. Begitu perihalnya dahulu. Dengarkanlah lagi tapa semadi Bhatara Brahma di Gunung Tampurhyang, diperintahkan oleh para
3. dewa untuk menciptakan manusia serungga dada Bujangga di Bali. Ada diketemukan sisa pokok batang pohon asam, sisa setelah di bakar. Itu dilihat oleh Bhatara, bagaikan seorang dukun tampaknya. Itulah diinginkan oleh Bhatara, untuk dijadikan Bujangga
4. Bali. Kemudian datanglah Bagawan Wiswakarma di Tampurhyang karena diundang oleh Bhatara Brahma. Disanalah Paduka Bhatara, menyuruh Bagaman Wiswakanna merencanakan sisa pokok batang pohon itu untuk dijadikan patung
16a. 1. agar menyerupai manusia. Tanpa menolak, Bagawan Wiswakarma segera mendatangi batang kayu itu. Disanalah Bagawan Wiswakarma menjadi seorang petani (seorang dusun). Pakaiannya kotor memakai topi
2. ''kuskusan'', membawa peralatan. Apa sebabnya demikian agar tidak dapat dikenal oleh orang. Setibanya beliau yang bijaksana itu pada batang pohon itu, kemudian dibersihkan dan disucikannya batang pohon itu
3. dijadikan palling. Kemudian, dengan tidak diketahuinya banyak<noinclude></noinclude>
2ny3xiffcrbm9bou16i4anb0ytrff51
113656
113417
2022-07-20T00:56:56Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||24}}
syukur engkau dapat berjumpa di sini. Sekarang aku berjanji padamu. Mulai sekarang sampai kelak di kemudian hari dan untuk selamanya, manusia
2. bermusuhan dengan kamu, turun-tumurun, terus-menerus tidak boleh tidak, keturunanku akan membunuh sampai keturunanmu. Menjawab si Bunglon," Hai manusia aku tidak berkeberatan apa kehendakmu itu. Baiklah
3. kalau kehendakmu demikian. Tetapi ada juga sumpahku (janjiku) padamu. Kalau ada keturunanku bertemu dengan keturunanmu, pada hari Kajeng Keliwon, saat itu keturunanku berubah warna,
4. menjilat dan membunuh keturunanmu. Kalau terjilat olehku bagian atas tubuhnya dengan mata kakiku, tanpa tampak cacad kelihatannya dahulu, itulah jalannya mati oleh keturunanku." Menjawab manusia itu," Baiklah kalau demikian."
b. 1. Sekarang marilah sama-sama memberitahukan keturunan kita masing-masing, agar semua mengetahui, sumpahku terhadap kamu. Demikianlah ceritanya, awal mulanya bunglon dapat berganti rupa
2. sesuai dengan warna tempatnya berada. yaitu segala daun pepohonan. Begitu perihalnya dahulu. Dengarkanlah lagi tapa semadi Bhatara Brahma di Gunung Tampurhyang, diperintahkan oleh para
3. dewa untuk menciptakan manusia sehingga dada Bujangga di Bali. Ada diketemukan sisa pokok batang pohon asam, sisa setelah di bakar. Itu dilihat oleh Bhatara, bagaikan seorang dukun tampaknya. Itulah diinginkan oleh Bhatara, untuk dijadikan Bujangga
4. Bali. Kemudian datanglah Bagawan Wiswakarma di Tampurhyang karena diundang oleh Bhatara Brahma. Disanalah Paduka Bhatara, menyuruh Bagawan Wiswakanna merencanakan sisa pokok batang pohon itu untuk dijadikan patung
16a. 1. agar menyerupai manusia. Tanpa menolak, Bagawan Wiswakarma segera mendatangi batang kayu itu. Disanalah Bagawan Wiswakarma menjadi seorang petani (seorang dusun). Pakaiannya kotor memakai topi
2. ''kuskusan'', membawa peralatan. Apa sebabnya demikian agar tidak dapat dikenal oleh orang. Setibanya beliau yang bijaksana itu pada batang pohon itu, kemudian dibersihkan dan disucikannya batang pohon itu
3. dijadikan patung. Kemudian, dengan tidak diketahuinya banyak<noinclude></noinclude>
i7vaywuinuwkt7r2w70hh7cukkvwu2s
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/106
250
32335
113400
2022-07-19T15:04:14Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>99
mukha, nga, sarwwa prani, ring purwwa itik putih jambul, olah<br>
winangun urip, dena gnep,<br>
4. dulurana suci asoroh, itik putih jambul mwang saha dandanan,<br>
tipat kelanan, tulung urip, munggah ring sanggah cucuk, tgeping<br>
sarwwa prani. Mwah marep mangidul , asu bang bungkem, regep<br>
62a. 1. ing widni wedana, suci asoroh, saha dandanan , tipat kelanan<br>
tulung urip, munggal ring sanggah cucuk, sregeping sarwwa prani,<br>
sajeng mentah rateng, brasokan, artha, 250. lawe satukel,<br>
2. antigha, 1, daksina, 1, majinah 700, klabang maikuh, sujang, sega<br>
bang, sregeping tadahan. Mwah marep mangulwan, angsa ingo1ah ,<br>
winangun urip, kramanya sama kadi rumuhun. Mwah arep ma-<br>
3. ngalor, kucit bulwan ingolah, winangun urip, suci asoroh , lwir<br>
kramanya tan waneh kaya inucap wawu. Mwah ring tngah sata<br>
amanca warna, ingolah winangun urip, suci sregping<br>
4. prani, kaya rumuhun, maguling pabangkit. Widhi wedana ring<br>
panggungan, suci asoroh, pnek agung, ghuru piduka, sasayut<br>
prayascita, sasayut sudamala, sasayut pangambyan,<br>
b. 1. sasayut pabresihan, sasayut byakawon, sasayut panyapuh lara,<br>
sasayut dirghayusa, sasayut pancabhumi. Kunang ring sang- gar<br>
tawang, suci pingit asoroh, daksina agung, ring sang ngrajengin,
artha,<br>
2. 4500 nista, 8500 madya, 16.000, utama pinalih, sasih, ka, 8, manca<br>
walikrama, nga, ikang widhi wedana, mwang dadahanya, kam-<br>
bing, asu bhang bungkem, kucit butwan, angsa, itik blang kalung,<br>
sata manca warna,<br>
3. ingolah sowangsowang, winangun urip, dulurana suci pada maso-<br>
roh, kang sowangsowang, tgeping widhi wedana. Ring sanggar<br>
tawang, suci asoroh, iwaknya putih jambul,<br>
4. ring panggungan suci pawitra, saduluran pnek agung, ghuru<br>
piduka, ghuru panyeneng, sasayut dirghayusa, sasayut pabresihan,<br>
sasayut sudamala, sasayut byakala, sasayut sapuhlara, ri sor,
63a. 1. guling pabangkit, mwah utuh , gayah, mwang iwak babi, maka<br>
babali, lwirnya kakuwung, gunting, letlet, asem, jatah gede, pusut<br>
ancak bingin, ambulu, suryya, candra, nagasari, sudamala,
2. gdong simpen, gdong sari, kacu, jajaringan, bangsula, sregep saha<br>
dulur widhi wedana, tkeng daksinanya, mangka kramanya nguni,<noinclude></noinclude>
jadzph5sl44w6ig8lsz6uz8h0601bpd
113414
113400
2022-07-19T15:12:15Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||99}}
mukha, nga, sarwwa prani, ring purwwa itik putih jambul, olah<br>
winangun urip, dena gnep,<br>
4. dulurana suci asoroh, itik putih jambul mwang saha dandanan,<br>
tipat kelanan, tulung urip, munggah ring sanggah cucuk, tgeping<br>
sarwwa prani. Mwah marep mangidul , asu bang bungkem, regep<br>
62a. 1. ing widni wedana, suci asoroh, saha dandanan , tipat kelanan<br>
tulung urip, munggal ring sanggah cucuk, sregeping sarwwa prani,<br>
sajeng mentah rateng, brasokan, artha, 250. lawe satukel,<br>
2. antigha, 1, daksina, 1, majinah 700, klabang maikuh, sujang, sega<br>
bang, sregeping tadahan. Mwah marep mangulwan, angsa ingo1ah ,<br>
winangun urip, kramanya sama kadi rumuhun. Mwah arep ma-<br>
3. ngalor, kucit bulwan ingolah, winangun urip, suci asoroh , lwir<br>
kramanya tan waneh kaya inucap wawu. Mwah ring tngah sata<br>
amanca warna, ingolah winangun urip, suci sregping<br>
4. prani, kaya rumuhun, maguling pabangkit. Widhi wedana ring<br>
panggungan, suci asoroh, pnek agung, ghuru piduka, sasayut<br>
prayascita, sasayut sudamala, sasayut pangambyan,<br>
b. 1. sasayut pabresihan, sasayut byakawon, sasayut panyapuh lara,<br>
sasayut dirghayusa, sasayut pancabhumi. Kunang ring sang- gar<br>
tawang, suci pingit asoroh, daksina agung, ring sang ngrajengin,
artha,<br>
2. 4500 nista, 8500 madya, 16.000, utama pinalih, sasih, ka, 8, manca<br>
walikrama, nga, ikang widhi wedana, mwang dadahanya, kam-<br>
bing, asu bhang bungkem, kucit butwan, angsa, itik blang kalung,<br>
sata manca warna,<br>
3. ingolah sowangsowang, winangun urip, dulurana suci pada maso-<br>
roh, kang sowangsowang, tgeping widhi wedana. Ring sanggar<br>
tawang, suci asoroh, iwaknya putih jambul,<br>
4. ring panggungan suci pawitra, saduluran pnek agung, ghuru<br>
piduka, ghuru panyeneng, sasayut dirghayusa, sasayut pabresihan,<br>
sasayut sudamala, sasayut byakala, sasayut sapuhlara, ri sor,
63a. 1. guling pabangkit, mwah utuh , gayah, mwang iwak babi, maka<br>
babali, lwirnya kakuwung, gunting, letlet, asem, jatah gede, pusut<br>
ancak bingin, ambulu, suryya, candra, nagasari, sudamala,
2. gdong simpen, gdong sari, kacu, jajaringan, bangsula, sregep saha<br>
dulur widhi wedana, tkeng daksinanya, mangka kramanya nguni,<noinclude></noinclude>
pzsjtt9859s1qrgbozqgorhpo0xd4n1
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/33
250
32336
113402
2022-07-19T15:04:33Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|26}}
orang datang, ingin tabu atau melihat bagaimana caranya beliau
bekerja. Akhirnya selesailah area itu menyerupai manusia. Tidak
terkira inginnya orang-orang itu
4. melihat. Sekarang, setelah diketahui oleh Bhatara Brahma, amatlah
senang hati-Nya, sebab Lelah tercapai tujuan-Nya. Setelah itu,
diswurlah Bagawan Wiswakarma. mengajarkan
b. 1. manusia menjadi tukang kayu. Maksudnya agar mampu membuat
bangunan. Tidaklah menolak sang Rsi. Selanjutnya diperke-<br>
nankannya manusia itu merubah pekerjaan. Lama kalau dieeri<br>
2. takan tentang tata cara sang ahli itu mendidik orang untuk menjadi
pandai. Sekarang, telah sarna-sarna mampu manusia memilih dan
membedakean pekerjaan. Demikianlah ceritanya. Dengarkan lagi
tentang Paduka Bhatara Hyang Indra,
3. disruh oleh Hyang Paramesti Guru turun ke dunia ini, langsung
datang di Gunung Tampurhyang memberitabukan orang-orang
Baliaga untuk bekerja, terutama pahat-memahat dan memperbaiki
patung-patung dari pohon asam.
4. Tidaklah menolak Hyang Indra diswuh. Segera berangkat menuju
Tarnpurhyang, berdiam di wilayah ''Sangging'' Prabangkara, dengan
membawa peralatan pahat-memahat (sangging). Tidak diceritakan
keadaannya dalam perjalanan,
17a. 1. sebab ibarat cepatnya jalan pikiran, tiba-tiba sudah sampai ia di
Tampurhyang, dekat pada batang pohon asam yang telah disueikan
oleh Bagawan Wiswakanna dahulu. Setelah sampai, juga diper
baikinya patung itu, sehingga menyerupai manusia.
2. Makin menjadi bagus bentuk patung itu, laksana Hyang Karmatan
tra kalau diumpamakan. Mengharukan karena tidak dapat bicara.
Itulah sebabnya orang-orang Baliaga keheran-heranan melihat area
itu, ibarat
3. menggoncang hati, seolah-olah tidak sampai hati meninggalkan
nya. Setelah itu Sang Hyang Indra mengajarkan orang-orang
mengerjakan pekerjaan pertukangan. Sangat gembiranya orang
orang yang diajar itu.
4. Dikatakan sekarang sudah sanggup orang-orang mengerjakan tu
gas-tugas seperti Prabangkara. Kemudian, kembalilah Hyang Indra
ke alam yang tidak kelihatan (niskala), yaitu ke Indraloka. Terse
butlah kini ten tang widiadara-widiadari yang
b. 1. ditugaskan oleh Bhatara Gwu datang bertemu dengan orang-orang<noinclude></noinclude>
onunoh3p61plgj5lkdpzly36chyy68g
113421
113402
2022-07-19T15:14:38Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||26}}
orang datang, ingin tabu atau melihat bagaimana caranya beliau
bekerja. Akhirnya selesailah area itu menyerupai manusia. Tidak
terkira inginnya orang-orang itu
4. melihat. Sekarang, setelah diketahui oleh Bhatara Brahma, amatlah
senang hati-Nya, sebab Lelah tercapai tujuan-Nya. Setelah itu,
diswurlah Bagawan Wiswakarma. mengajarkan
b. 1. manusia menjadi tukang kayu. Maksudnya agar mampu membuat
bangunan. Tidaklah menolak sang Rsi. Selanjutnya diperke-<br>
nankannya manusia itu merubah pekerjaan. Lama kalau dieeri<br>
2. takan tentang tata cara sang ahli itu mendidik orang untuk menjadi
pandai. Sekarang, telah sarna-sarna mampu manusia memilih dan
membedakean pekerjaan. Demikianlah ceritanya. Dengarkan lagi
tentang Paduka Bhatara Hyang Indra,
3. disruh oleh Hyang Paramesti Guru turun ke dunia ini, langsung
datang di Gunung Tampurhyang memberitabukan orang-orang
Baliaga untuk bekerja, terutama pahat-memahat dan memperbaiki
patung-patung dari pohon asam.
4. Tidaklah menolak Hyang Indra diswuh. Segera berangkat menuju
Tarnpurhyang, berdiam di wilayah ''Sangging'' Prabangkara, dengan
membawa peralatan pahat-memahat (sangging). Tidak diceritakan
keadaannya dalam perjalanan,
17a. 1. sebab ibarat cepatnya jalan pikiran, tiba-tiba sudah sampai ia di
Tampurhyang, dekat pada batang pohon asam yang telah disueikan
oleh Bagawan Wiswakanna dahulu. Setelah sampai, juga diper
baikinya patung itu, sehingga menyerupai manusia.
2. Makin menjadi bagus bentuk patung itu, laksana Hyang Karmatan
tra kalau diumpamakan. Mengharukan karena tidak dapat bicara.
Itulah sebabnya orang-orang Baliaga keheran-heranan melihat area
itu, ibarat
3. menggoncang hati, seolah-olah tidak sampai hati meninggalkan
nya. Setelah itu Sang Hyang Indra mengajarkan orang-orang
mengerjakan pekerjaan pertukangan. Sangat gembiranya orang
orang yang diajar itu.
4. Dikatakan sekarang sudah sanggup orang-orang mengerjakan tu
gas-tugas seperti Prabangkara. Kemudian, kembalilah Hyang Indra
ke alam yang tidak kelihatan (niskala), yaitu ke Indraloka. Terse
butlah kini ten tang widiadara-widiadari yang
b. 1. ditugaskan oleh Bhatara Gwu datang bertemu dengan orang-orang<noinclude></noinclude>
ipn7duo5rnaj8zt1ye04zqj9tcxtucw
113745
113421
2022-07-20T10:58:36Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||26}}
orang datang, ingin tabu atau melihat bagaimana caranya beliau
bekerja. Akhirnya selesailah area itu menyerupai manusia. Tidak
terkira inginnya orang-orang itu
4. melihat. Sekarang, setelah diketahui oleh Bhatara Brahma, amatlah
senang hati-Nya, sebab Lelah tercapai tujuan-Nya. Setelah itu,
diswurlah Bagawan Wiswakarma. mengajarkan
b. 1. manusia menjadi tukang kayu. Maksudnya agar mampu membuat
bangunan. Tidaklah menolak sang Rsi. Selanjutnya diperke-<br>
nankannya manusia itu merubah pekerjaan. Lama kalau dieeri<br>
2. takan tentang tata cara sang ahli itu mendidik orang untuk menjadi
pandai. Sekarang, telah sarna-sarna mampu manusia memilih dan
membedakean pekerjaan. Demikianlah ceritanya. Dengarkan lagi
tentang Paduka Bhatara Hyang Indra,
3. disruh oleh Hyang Paramesti Guru turun ke dunia ini, langsung
datang di Gunung Tampurhyang memberitabukan orang-orang
Baliaga untuk bekerja, terutama pahat-memahat dan memperbaiki
patung-patung dari pohon asam.
4. Tidaklah menolak Hyang Indra diswuh. Segera berangkat menuju
Tarnpurhyang, berdiam di wilayah ''Sangging'' Prabangkara, dengan
membawa peralatan pahat-memahat (sangging). Tidak diceritakan
keadaannya dalam perjalanan,
17a. 1. sebab ibarat cepatnya jalan pikiran, tiba-tiba sudah sampai ia di
Tampurhyang, dekat pada batang pohon asam yang telah disueikan
oleh Bagawan Wiswakanna dahulu. Setelah sampai, juga diper
baikinya patung itu, sehingga menyerupai manusia.
2. Makin menjadi bagus bentuk patung itu, laksana Hyang Karmatan
tra kalau diumpamakan. Mengharukan karena tidak dapat bicara.
Itulah sebabnya orang-orang Baliaga keheran-heranan melihat area
itu, ibarat
3. menggoncang hati, seolah-olah tidak sampai hati meninggalkan
nya. Setelah itu Sang Hyang Indra mengajarkan orang-orang
mengerjakan pekerjaan pertukangan. Sangat gembiranya orang
orang yang diajar itu.
4. Dikatakan sekarang sudah sanggup orang-orang mengerjakan tu
gas-tugas seperti Prabangkara. Kemudian, kembalilah Hyang Indra
ke alam yang tidak kelihatan (niskala), yaitu ke Indraloka. Terse
butlah kini ten tang widiadara-widiadari yang
b. 1. ditugaskan oleh Bhatara Gwu datang bertemu dengan orang-orang<noinclude></noinclude>
m31hs21hyvd1lpe5rtvg7x5bokisce2
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/69
250
32337
113406
2022-07-19T15:08:41Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|62}}
39a. 1. sebab jelas sudah tlercapai tujuannya. Tiada diceritakan, tiba-tiba sampailah mereka di puncak Gunung Tolangkir. Demikian ceritanya dahulu. Diceritakan lagi, maksudnya sudah jelas
2. tercapai, sesuai dengan permohonan mereka dahulu. Entah telah
berapa lama, Hyang Mayadenawa menjadi raja di Pulau Bali,
kemudian digantikan oleh islrinya yang bemama Ni Dyah Malini.
3. Setelah meninggalnya Ki Detya Karnapati dahulu, beliau yang
''berabiseka'' Sri Jayapangus, raja yang dahulu ''bersthana'' di Balingkang. Konon kiranya Sri Haji Mayadenawa, menggantikan dipilih menjadi raja di Pulau Bali
4. Bali, ''bersthana'' di Bedanagara, beribu kota di Bata Anyar. Konon sejak pemerintahannya tiada terkira puasnya hati orang-orang di Bali sebab ada yang memegang tampuk nemerintahana, terutama
41a. 1. kemudian disertai oleh para Bhatara yang ''bersthana'' di kahyangan-kahyangan yang ada di Pulau Bali, menghadap dan memohon kepada Bhatara Hyang Paramesti Guru, mohon agar membunuh si Beda Danawa (Mayadanawa). Disetujuilah oleh Bhatara.
2. Itulah sebabnya diperintahkan kepada semua dewa dewata serta
Resi Gana. Dewa Gana sampai di sorgaloka seperti Sang Hyang Indra juga datang ke Bali. Banyak lagi kalau diceritakan keadaannya, sudah tersirat dalam peraturan-peraturan dahulu. ltulah se-
3. babnya si Mayadenawa kena senjata ''bajranya'' Hyang Indra. Matilah mereka di Sungai Patas, air Dapdap bersama patihnya Kala
Wong. Itu sebabnya ada dinamakan Sungai Petanu, diketemukan
sampai sekarang. Begitulah ceritanya sang raja, yang ada
4. pada zaman dahulu. Dengarkanlah selanjutnya. Sesudah Sri Mayadanawa mati, kembalilah mereka ke sorgaloka. Sebab mereka
pahlawan perang, mereka diperkenankan membuka pintu sorga
loka. Setelah mereka
b. 1. berada di sorgaloka, selanjutnya sedih hatinya Ni Dyah Malini melihat kesengsaraan suaminya. Tidak henti-hentinya menangis, sepeninggalnya Bhatara Mayadenawa; tidak habis-habis penyesalannya akibat perbuatannya, menyesali dirinya. Banyak macam
ragam ratap tangisnya Ni Dyah Malini. Makin lama makin menyakitkan hati. Kemudian pergilah mereka ke alam ''sapia patala''
menghadap kepada ibunya<noinclude></noinclude>
722d0u7dln0j7bxuce62xjw28b9xxmj
113423
113406
2022-07-19T15:15:57Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||62}}
39a. 1. sebab jelas sudah tlercapai tujuannya. Tiada diceritakan, tiba-tiba sampailah mereka di puncak Gunung Tolangkir. Demikian ceritanya dahulu. Diceritakan lagi, maksudnya sudah jelas
2. tercapai, sesuai dengan permohonan mereka dahulu. Entah telah
berapa lama, Hyang Mayadenawa menjadi raja di Pulau Bali,
kemudian digantikan oleh islrinya yang bemama Ni Dyah Malini.
3. Setelah meninggalnya Ki Detya Karnapati dahulu, beliau yang
''berabiseka'' Sri Jayapangus, raja yang dahulu ''bersthana'' di Balingkang. Konon kiranya Sri Haji Mayadenawa, menggantikan dipilih menjadi raja di Pulau Bali
4. Bali, ''bersthana'' di Bedanagara, beribu kota di Bata Anyar. Konon sejak pemerintahannya tiada terkira puasnya hati orang-orang di Bali sebab ada yang memegang tampuk nemerintahana, terutama
41a. 1. kemudian disertai oleh para Bhatara yang ''bersthana'' di kahyangan-kahyangan yang ada di Pulau Bali, menghadap dan memohon kepada Bhatara Hyang Paramesti Guru, mohon agar membunuh si Beda Danawa (Mayadanawa). Disetujuilah oleh Bhatara.
2. Itulah sebabnya diperintahkan kepada semua dewa dewata serta
Resi Gana. Dewa Gana sampai di sorgaloka seperti Sang Hyang Indra juga datang ke Bali. Banyak lagi kalau diceritakan keadaannya, sudah tersirat dalam peraturan-peraturan dahulu. ltulah se-
3. babnya si Mayadenawa kena senjata ''bajranya'' Hyang Indra. Matilah mereka di Sungai Patas, air Dapdap bersama patihnya Kala
Wong. Itu sebabnya ada dinamakan Sungai Petanu, diketemukan
sampai sekarang. Begitulah ceritanya sang raja, yang ada
4. pada zaman dahulu. Dengarkanlah selanjutnya. Sesudah Sri Mayadanawa mati, kembalilah mereka ke sorgaloka. Sebab mereka pahlawan perang, mereka diperkenankan membuka pintu sorga
loka. Setelah mereka
b. 1. berada di sorgaloka, selanjutnya sedih hatinya Ni Dyah Malini melihat kesengsaraan suaminya. Tidak henti-hentinya menangis, sepeninggalnya Bhatara Mayadenawa; tidak habis-habis penyesalannya akibat perbuatannya, menyesali dirinya. Banyak macam
ragam ratap tangisnya Ni Dyah Malini. Makin lama makin menyakitkan hati. Kemudian pergilah mereka ke alam ''sapia patala''
menghadap kepada ibunya<noinclude></noinclude>
t7p4d7mi4vgbvegf8m21gitax7afojk
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/32
250
32338
113408
2022-07-19T15:09:39Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>25
bagiya kita kacunduk ing kene, mangke aku apretijnya lawan kita, wiwitaning mangke katkeng wkas, trus tumus lng wwang aga-
2. ti satru ikeng kita, turun tumurun, kaliliran, tan wun prapti sentananku
matyani kita, ikeng Pratisentananta, sumawur tang balwan, manusa ingsun tang wihfmg sapamintanta mangke, ha-
3. yu yan mangkana, kewala hana pretijnangku ring leita, yan hana pratisentananku, amanggih pratisentananta, nuju kajeng kaliwon, irika pratisentanan ingsun asiluman, anilah
4. amjahi sentananta, kna dinilat hulun angenya, lawan socaning suku, asing lena cinindra, umangguhaken rumuhun ya ta margganya pjah, de pratisentananku. Sumawur ki manusa, ayu yan mangka-
b. 1. na, mangke den padha warahakna sentana pratisentana, lamakanya den padha wruhana, sosot ingsun lawan leita, nahan ikang carita, nimitaning lei balwan, wruh anjuta rupa,
2. anurut parupaning ginawe alingan, salwiraning rwan taru, mangkana kramanya i usana //0// Rengwakena muwah, payoganira bhatara brahma, ring tampurhyang, kinon de bhatara sunya suci
3. anggawya dresti, angaji manusa, didinyan hana bhujangga bali, anon taru twed celagi, wus gineseng, ya tiningalan de bhatara, yaya wong adudukuh, ya ta ajnyana bhatara minrastita, maka bhujangga
4. bali, wkasan dateng bhagawan wiswakarma, maring tampurhyang, apan inundang de bhatara brahma, irika paduka bhatara, kumon bhagawar wiswakarma, rinekaken tang twed ginawe lingir, didinya
16a. 1. n arupa manusa, tan wihang pwa bhagawan wiswakar,a, nher tumuli amwit mara maring twed, irika ta sira bhagawan wiswakarma alaku singi asarira manusa tani, abhusana dkil, apayung kus-
2. kusan, amawa prabot, apa matangnya mangka, didinya tan kawruhan i manusa, kunang sapraptanira sang maha pandya haneng twed, tumuli pinahayu pinrastita tang twed, gina-
3. we lingir, wkasan tan sira tangeh punang wwong prapta, apti<noinclude></noinclude>
lizv6hgpi4rm77kkceysfnkmmxwpbik
113418
113408
2022-07-19T15:13:40Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||25}}
bagiya kita kacunduk ing kene, mangke aku apretijnya lawan kita, wiwitaning mangke katkeng wkas, trus tumus lng wwang aga-
2. ti satru ikeng kita, turun tumurun, kaliliran, tan wun prapti sentananku
matyani kita, ikeng Pratisentananta, sumawur tang balwan, manusa ingsun tang wihfmg sapamintanta mangke, ha-
3. yu yan mangkana, kewala hana pretijnangku ring leita, yan hana pratisentananku, amanggih pratisentananta, nuju kajeng kaliwon, irika pratisentanan ingsun asiluman, anilah
4. amjahi sentananta, kna dinilat hulun angenya, lawan socaning suku, asing lena cinindra, umangguhaken rumuhun ya ta margganya pjah, de pratisentananku. Sumawur ki manusa, ayu yan mangka-
b. 1. na, mangke den padha warahakna sentana pratisentana, lamakanya den padha wruhana, sosot ingsun lawan leita, nahan ikang carita, nimitaning lei balwan, wruh anjuta rupa,
2. anurut parupaning ginawe alingan, salwiraning rwan taru, mangkana kramanya i usana //0// Rengwakena muwah, payoganira bhatara brahma, ring tampurhyang, kinon de bhatara sunya suci
3. anggawya dresti, angaji manusa, didinyan hana bhujangga bali, anon taru twed celagi, wus gineseng, ya tiningalan de bhatara, yaya wong adudukuh, ya ta ajnyana bhatara minrastita, maka bhujangga
4. bali, wkasan dateng bhagawan wiswakarma, maring tampurhyang, apan inundang de bhatara brahma, irika paduka bhatara, kumon bhagawar wiswakarma, rinekaken tang twed ginawe lingir, didinya
16a. 1. n arupa manusa, tan wihang pwa bhagawan wiswakar,a, nher tumuli amwit mara maring twed, irika ta sira bhagawan wiswakarma alaku singi asarira manusa tani, abhusana dkil, apayung kus-
2. kusan, amawa prabot, apa matangnya mangka, didinya tan kawruhan i manusa, kunang sapraptanira sang maha pandya haneng twed, tumuli pinahayu pinrastita tang twed, gina-
3. we lingir, wkasan tan sira tangeh punang wwong prapta, apti<noinclude></noinclude>
jhapwcjeyb1es9p3igxdigj9k8o2stx
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/89
250
32339
113409
2022-07-19T15:09:53Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||82}}
53a. I. memohon kembali ke alam niskala. Mereka memberitahukan semua orang-orang Baliaga dan menyiapkan upacara ''widhi wedana'' , sesuai dengan permohonan mereka. Tidak lerkatakan. banyaknya tamu yang hadir, maksudnya
2. ingin menyaksikan Mpu Kamareka. Lebih-Iebih lagi cucu murid muridnya semua. Ditambah lagi, dengan para Mpu yang diundang, yaitu putrra-putra Mpu Gnijaya, semua warga sanak Pitu, seperti Mpu Ktek, Mpu Kananda, Mpu
3. WiraJnyana, Mpu Wira dharma, Mpu Ragarunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka. Banyak, sampai selesai, selamat pekerjaan itu. Penuh hormat rasa simpatik, tidak kecewa para tamu undangan.
4. Ramai keseniannya, puji-pujian dari Mpu Mahireng, bersamasarna dengan Mpu Panarajon, Mpu Tarunyan. Mpu Badengan menerima para tarnu, mengatur pekerjaan, termasuk makan
b. 1. minum. Sang Bapak , yaitu Mpu Kamareka berkata menyapa para tamu. Sungguh tidak kurang suatu apapun. Tepat dauh 5 yang dinamakan dawi sunya. harinya ''Rebo Madura. Dadi. Mawulu.''
2. ''Wurukun g. Guru Mandala . Mnga.'' Saat itu Mpu Kamareka berpakaian lengkap serba putih. Lalu pergi keasrarnanya di ceruk gua pertapaan itu. Semua trunu datang kesana, terutarna Sang Sanak: Pitu.
3. Dituntun oleh anak-anaknya semua, lengkap dengan upakara yoga semadi, dupa dan harum-haruman, ''tilagandapati''. Semua perIengkapan pemujaan gema, dan perlengkapan secukupn ya. Sesu
4. dah itu , lagi Mpu Kamareka berkata kepada para Mpu semua," Ya, para Maha Resi semua, relakanlah hati paduka sang Maha Resi semua akan kami tinggalkan sekarang, dan teruskanlah cinta
54a. 1. kasihnyu kepada kami semua. Kami meninggalkan paduka ke alam suksma . Ada permohonan kami kepada paduka, paduka sang Maha Pandila semua, sebagai bekal paduka kepada kami dalam menempuh perjalanan kusuma . sehingga permohonan kami. dapat perke
2. nan dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu ''weda paraggha''; penghormatan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah dan kemudian sucikanlah pikiran paduka semuanya terhadap diri kami." Menyahut para Mpu semua, terutama anak-anak muridnya
3. semua, " Ya, paduka sang Maha Mpu, kalau demikian kembali tidak mengingat kami semua, sesuai dengan kehendak paduka Mpu. " Setelah itu, kemudian diberitahukannya kepada anak-anak muridnya semua. Inillah, antara lain,<noinclude></noinclude>
52uhrljthfrvormaevx1um7bv30jd0e
113589
113409
2022-07-20T00:05:12Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{rh||82}}
53a. 1. memohon kembali ke alam niskala. Mereka memberitahukan semua orang-orang Baliaga dan menyiapkan upacara ''widhi wedana'' , sesuai dengan permohonan mereka. Tidak terkatakan. banyaknya tamu yang hadir, maksudnya
2. ingin menyaksikan Mpu Kamareka. Lebih-lebih lagi cucu murid muridnya semua. Ditambah lagi, dengan para Mpu yang diundang, yaitu putrra-putra Mpu Gnijaya, semua warga sanak Pitu, seperti Mpu Ktek, Mpu Kananda, Mpu
3. Wirajnyana, Mpu Wira dharma, Mpu Ragarunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka. Banyak, sampai selesai, selamat pekerjaan itu. Penuh hormat rasa simpatik, tidak kecewa para tamu undangan.
4. Ramai keseniannya, puji-pujian dari Mpu Mahireng, bersama-sama dengan Mpu Panarajon, Mpu Tarunyan. Mpu Badengan menerima para tamu, mengatur pekerjaan, termasuk makan
b. 1. minum. Sang Bapak , yaitu Mpu Kamareka berkata menyapa para tamu. Sungguh tidak kurang suatu apapun. Tepat dauh 5 yang dinamakan dawi sunya. harinya ''Rebo Madura. Dadi. Mawulu.''
2. ''Wurukung. Guru Mandala . Mnga.'' Saat itu Mpu Kamareka berpakaian lengkap serba putih. Lalu pergi ke asramanya di ceruk gua pertapaan itu. Semua tamu datang kesana, terutama Sang Sanak: Pitu.
3. Dituntun oleh anak-anaknya semua, lengkap dengan upakara yoga semadi, dupa dan harum-haruman, ''tilagandapati''. Semua perlengkapan pemujaan gema, dan perlengkapan secukupnya. Sesu
4. dah itu , lagi Mpu Kamareka berkata kepada para Mpu semua," Ya, para Maha Resi semua, relakanlah hati paduka sang Maha Resi semua akan kami tinggalkan sekarang, dan teruskanlah cinta
54a. 1. kasihnya kepada kami semua. Kami meninggalkan paduka ke alam suksma . Ada permohonan kami kepada paduka, paduka sang Maha Pandila semua, sebagai bekal paduka kepada kami dalam menempuh perjalanan kusuma . sehingga permohonan kami. dapat perke
2. nan dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu ''weda paraggha''; penghormatan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah dan kemudian sucikanlah pikiran paduka semuanya terhadap diri kami." Menyahut para Mpu semua, terutama anak-anak muridnya
3. semua, " Ya, paduka sang Maha Mpu, kalau demikian kembali tidak mengingat kami semua, sesuai dengan kehendak paduka Mpu. " Setelah itu, kemudian diberitahukannya kepada anak-anak muridnya semua. Inillah, antara lain,<noinclude></noinclude>
gwrt3qna7yj3zne6mz83qerux544npz
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/61
250
32340
113416
2022-07-19T15:12:55Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>54
3. mempertemukan rasa kasih yang dapat dirasakan dalam kamar
tidur. Telah rukun suami itu. tidak ingat sebab dalam mabuk
asmara. satu dengan yang lain. Demikianlah perilaku, asal mula
4.Mpu Kamareka, bidadari. Cukupkanlah tentang sang suami
sekian dulu. Kembali diceritakan, dahulu setibanya Mpu Ma-
hameru di Pulau Jawa, sekembalinya dari Besakih dan Tam-
34a. 1. purhyang, datang dengan saudara-saudaranya semua,
Seperti dengan Mpu Gnijaya, Mpu Gana, Mpu Kuturan. Mpu
Pradan. Kata Mpu Gnijaya. "Ya Danghyang Semeru, mengapa
terlambat Sekali datang dari menghadap
2. Bhatar Putrajaya, sangat lama kedatangan adinda. "Begini kakakku
dan juga adik-adik semua;" terus berkata beliau dan kata Mpu
Mahameru," Ya, besar kesalahan adik. Dahulu setiba Saya
3. Di Tampurhyang, tiba dan di tempat yang suci. Ada
diketemukan patung dari pohon asam. Sangat ingin Saya melihat.
Di sana lalu saya bertapa. Tidak disangka-sangka arca itu
4. lalu berwujud manusia. Kemudian terdengar suara dari angkasa,
disuruh Saya memberikan anugerah segala macam pengetahuan
kesucian, dengan maksud ada bujangga di Bali, melaksanakan
upakara tata cara Bali. Waktu
b. 1. itu, banyaklah Orang-orang datang. Ingin saya memberitahukan
mereka yang baru datang." Berkata Mpu Kuturan, " Reran rasanya
hamba mendengar, tetapi setibanya adinda sekarang, sudahkah
dapat menghadap Bhatara
2. di Gunung Tolangkir dan Bhatara Kamimitan di Lempuyang?
Berkata Mpu Sumeru, " Adikku, Lelah kakakmu meng-
hadap Bhatara Tri Purusa. bahkan sudah kakakmu membangun
parhyangan
3. di Pulaü Bali dan juga memberitahukan kepada orang-orang Bali.
aga, tata cara hidup orang Bali. Sekarang kalau disetujui, marilah
datang ke Pulau Bali untuk mengernong parhyangannya Bhatara
4. Tiga. Tetapi menunggu Saat yang baik." Menyahut mereka semua,
Baiklah kalau memang demikian. Itulah kehendak yang memang
diinginkan, mendahului perundingan, lelah dibicarakan." Lalu pu-
langlah mereka masing-masing ke
351. 1. tempatnya semula, tidak melupakan pemujaan Bhatara yang ada di
Pulau Bali. BegiLulah keadaan sang Mpu zaman Entah<noinclude></noinclude>
jo9pn74r89tgwd8opuonq3v32qowrg9
113426
113416
2022-07-19T15:17:12Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||54}}
3. mempertemukan rasa kasih yang dapat dirasakan dalam kamar
tidur. Telah rukun suami itu. tidak ingat sebab dalam mabuk
asmara. satu dengan yang lain. Demikianlah perilaku, asal mula
4.Mpu Kamareka, bidadari. Cukupkanlah tentang sang suami
sekian dulu. Kembali diceritakan, dahulu setibanya Mpu Ma-
hameru di Pulau Jawa, sekembalinya dari Besakih dan Tam-
34a. 1. purhyang, datang dengan saudara-saudaranya semua,
Seperti dengan Mpu Gnijaya, Mpu Gana, Mpu Kuturan. Mpu
Pradan. Kata Mpu Gnijaya. "Ya Danghyang Semeru, mengapa
terlambat Sekali datang dari menghadap
2. Bhatar Putrajaya, sangat lama kedatangan adinda. "Begini kakakku
dan juga adik-adik semua;" terus berkata beliau dan kata Mpu
Mahameru," Ya, besar kesalahan adik. Dahulu setiba Saya
3. Di Tampurhyang, tiba dan di tempat yang suci. Ada
diketemukan patung dari pohon asam. Sangat ingin Saya melihat.
Di sana lalu saya bertapa. Tidak disangka-sangka arca itu
4. lalu berwujud manusia. Kemudian terdengar suara dari angkasa,
disuruh Saya memberikan anugerah segala macam pengetahuan
kesucian, dengan maksud ada bujangga di Bali, melaksanakan
upakara tata cara Bali. Waktu
b. 1. itu, banyaklah Orang-orang datang. Ingin saya memberitahukan
mereka yang baru datang." Berkata Mpu Kuturan, " Reran rasanya
hamba mendengar, tetapi setibanya adinda sekarang, sudahkah
dapat menghadap Bhatara
2. di Gunung Tolangkir dan Bhatara Kamimitan di Lempuyang?
Berkata Mpu Sumeru, " Adikku, Lelah kakakmu meng-
hadap Bhatara Tri Purusa. bahkan sudah kakakmu membangun
parhyangan
3. di Pulaü Bali dan juga memberitahukan kepada orang-orang Bali.
aga, tata cara hidup orang Bali. Sekarang kalau disetujui, marilah
datang ke Pulau Bali untuk mengernong parhyangannya Bhatara
4. Tiga. Tetapi menunggu Saat yang baik." Menyahut mereka semua,
Baiklah kalau memang demikian. Itulah kehendak yang memang
diinginkan, mendahului perundingan, lelah dibicarakan." Lalu pu-
langlah mereka masing-masing ke
351. 1. tempatnya semula, tidak melupakan pemujaan Bhatara yang ada di
Pulau Bali. BegiLulah keadaan sang Mpu zaman Entah<noinclude></noinclude>
mo34ntegj34q87he0gshhma9itlof4s
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/10
250
32341
113422
2022-07-19T15:15:37Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>'''ALIHAKSARA'''
1b. 1. Ong awighnam astu namoswaha. Pangaksamaning hulun de bhatara hyang mami, singgih ta sira hyang bhatara pasupati, alungguh pwa sira ri sunya taya, jumneng ri ghiri jambu dwi-
2. pa, tabe pwang ngulun, yya olih de bhatara hyang kabeh, sang ginlar ongkara ratna mantri, redayi masuci nirlayi,
yogiswarani sira sang anugraha, anawa kapurwwa sang Wus le-
3. pas, luputakna ri tulah pamidhi de hyang mam , mwang wi grahaning mala papa pataka, tan katamanana upadrawa de hyang mami, wastu, 3, paripuma, anemwaken ayu, katkeng kula sa
4. ghotra mwang sentana, namostu jagaditaya. Hana wak ring purwwa kala, hana maya sakti tar paryyangan, krura kara asyung dangastra lungid, tiksna angamahamah, kadi
2a. 1. trepning danawa, lobha moha murka, de sastra premadheng ngahayu, cinacad sarwwa tatweng atita, ya ta wisirnna, bhi nuruhuta kantep, rinuput nikang kasmalan, umantuk tayeng swargga-
2. stana. Pita La kunang kalanira, mwah ta sira tinuduh de hyang. anyadma, sinungnugraha sok mahardanareswari, pra sira, ri wkasan, matangnya sinuksma, ring tata kalapa, pinuter, de
3. ning pdang, wus pinalira bhinresihan, sang pretapaning tolangkir, tinuduh de hyang phasupati, malinggih maring bali rajya, maka panguluning naganrun, aganti pujastawa ri stula-
4. nira, jumneng ratu ring bali rajya, bhineseka sri haji masula masuli, thre winiwaha pwa sira ring sang ari, tan lingen pwa kreta nikang sanagara, sawijil ira nguni , pira ta kunang kalanira
3<noinclude></noinclude>
h80a0a0td9nvak0vtu7npbp58qferfh
113427
113422
2022-07-19T15:18:26Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude> {{center|'''ALIHAKSARA'''}}
1b. 1. Ong awighnam astu namoswaha. Pangaksamaning hulun de bhatara hyang mami, singgih ta sira hyang bhatara pasupati, alungguh pwa sira ri sunya taya, jumneng ri ghiri jambu dwi-
2. pa, tabe pwang ngulun, yya olih de bhatara hyang kabeh, sang ginlar ongkara ratna mantri, redayi masuci nirlayi,
yogiswarani sira sang anugraha, anawa kapurwwa sang Wus le-
3. pas, luputakna ri tulah pamidhi de hyang mam , mwang wi grahaning mala papa pataka, tan katamanana upadrawa de hyang mami, wastu, 3, paripuma, anemwaken ayu, katkeng kula sa
4. ghotra mwang sentana, namostu jagaditaya. Hana wak ring purwwa kala, hana maya sakti tar paryyangan, krura kara asyung dangastra lungid, tiksna angamahamah, kadi
2a. 1. trepning danawa, lobha moha murka, de sastra premadheng ngahayu, cinacad sarwwa tatweng atita, ya ta wisirnna, bhi nuruhuta kantep, rinuput nikang kasmalan, umantuk tayeng swargga-
2. stana. Pita La kunang kalanira, mwah ta sira tinuduh de hyang. anyadma, sinungnugraha sok mahardanareswari, pra sira, ri wkasan, matangnya sinuksma, ring tata kalapa, pinuter, de
3. ning pdang, wus pinalira bhinresihan, sang pretapaning tolangkir, tinuduh de hyang phasupati, malinggih maring bali rajya, maka panguluning naganrun, aganti pujastawa ri stula-
4. nira, jumneng ratu ring bali rajya, bhineseka sri haji masula masuli, thre winiwaha pwa sira ring sang ari, tan lingen pwa kreta nikang sanagara, sawijil ira nguni , pira ta kunang kalanira
{{rh||3}}<noinclude></noinclude>
armg6p6gjkf0l6742pdtmkutd8iscgf
113641
113427
2022-07-20T00:32:51Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude> {{center|'''ALIHAKSARA'''}}
1b. 1. Ong awighnam astu namoswaha. Pangaksamaning hulun de bhatara hyang mami, singgih ta sira hyang bhatara pasupati, alungguh pwa sira ri sunya taya, jumneng ri ghiri jambu dwi-
2. pa, tabe pwang ngulun, yya olih de bhatara hyang kabeh, sang ginlar ongkara ratna mantri, redayi masuci nirlayi,
yogiswarani sira sang anugraha, anawa kapurwwa sang Wus le-
3. pas, luputakna ri tulah pamidhi de hyang mami, mwang wi grahaning mala papa pataka, tan katamanana upadrawa de hyang mami, wastu, 3, paripuma, anemwaken ayu, katkeng kula sa-
4. ghotra mwang sentana, namostu jagaditaya. Hana wak ring purwwa kala, hana maya sakti tar paryyangan, krura kara asyung dangastra lungid, tiksna angamahamah, kadi
2a. 1. trepning danawa, lobha moha murka, de sastra premadheng ngahayu, cinacad sarwwa tatweng atita, ya ta wisirnna, bhi nuruhuta kantep, rinuput nikang kasmalan, umantuk tayeng swargga-
2. stana. Pita La kunang kalanira, mwah ta sira tinuduh de hyang. anyadma, sinungnugraha sok mahardanareswari, pra sira, ri wkasan, matangnya sinuksma, ring tata kalapa, pinuter, de
3. ning pdang, wus pinalira bhinresihan, sang pretapaning tolangkir, tinuduh de hyang phasupati, malinggih maring bali rajya, maka panguluning naganrun, aganti pujastawa ri stula-
4. nira, jumneng ratu ring bali rajya, bhineseka sri haji masula masuli, thre winiwaha pwa sira ring sang ari, tan lingen pwa kreta nikang sanagara, sawijil ira nguni, pira ta kunang kalanira
{{rh||3}}<noinclude></noinclude>
n9627ow8gjir98clvi5huuopyeak0fk
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/105
250
32342
113428
2022-07-19T15:20:17Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>98
2. senantiasa bersama-sama anak cucu semua sampai dengan<br>
''kompyang'', selesailah mempersembahkan upacara penyucian, se-<br>
perti dikatakan oleh beliau yang telah menunggal dengan Sang<br>
Hyang Widhi Wasa. Dengarkanlah ceritanya itu. Upakara permu<br>
3. laan, disebut ''ambuta yadnya'', dinamakan ''Amanca Walikrama''. Se-<br>
sudah ''Amanca Walikrama'', dinamakan ''Nya Brahma'', menurunkan<br>
Bhatara-Bhatara semua. Juga menghaturkan ''pangenteg linggih''<br>
saat yang baik itu berlangsung pada hari<br>
4. Sabtu, ''Pon, wuku Pahang'', tanggal, ''ping'', 13. Sasih ''ka-lO, rah, 2'',<br>
''tenggek, 1, isaka, 112, warsaning rat''. Bersama-sama seperti di<br>
Besakih. Waktu itu mengundang para Resi, terutama<br>
b. 1. beliau yang memegang wilayah kerajaan, ''berabisekanama'' Sri<br>
Haji Topohulung. Sangat bagusnya Dalem, laksana Hyang Mana-<br>
sija menjelma sedang remaja, belum beristri. Adapun yang tergo-<br>
2. long Bujangga, tiada lain ialah sang Sanak Pitu; Mpu Ktek,<br>
Mpu Kananda, Mpu Wirajnyana, Mpu Witadharma, Mpu Ra-<br>
garunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka, bersama anak-anak<br>
muridnya semua.<br>
3. Bersama-sama menghaturkan pemujaan, nikmat rasanya upacara<br>
itu. Dimulai dari sasih ke-7, mabutha yadnya, upakara widhi we<br>
dana, dinamakan Catur Muka segala macam mahluk. Di timur, itik<br>
putih jambul, olah winangun urip, secukupnya,<br>
4. disertai suci asoroh, itik putih jambul dan perlengkapannya,<br>
ketupat kelanan, tulung urip, dilempatkan di sanggah cucuk,<br>
lengkap dengan binatangnya. Yang menghadap ke selatan, anjing<br>
hitam mulus, lengkapnya<br>
62a.l. upakara widha wedana berupa, suci asoroh, lengkap dengan tem-<br>
patnya, ketupat kelanan, tulung urip, tempatkan pada sanggah<br>
cucuk, lengkapi dengan binatang. Tuak mentah dan yang masak,<br>
brasokan, uang 250, benang segulung, antiga, 1,<br>
2. daksina, 1, dengan uang 700, klubang maikuh, sujang sega merah,<br>
lengkap dengan tempatnya. Dan menghadap ke barat, angsa di-<br>
olah, winangun urip. Tata caranya, sama seperti di atas. Yang<br>
menghadap ke utara,<br>
3.kucit butuhan diolah, winangun urip, suci satu. Tata cara menger-<br>
jakan, tidak lain dan tidak berbeda seperti disebutkan di atas tadi.<br>
Dan di tengah-tengah lima ekor binatang, dengan warnanya ma<br>
sing-masing. diolah winangun urip. Suci, lengkap dengan bina-<noinclude></noinclude>
lxwo4d01lmw2q0ni0dtf59706omip59
113450
113428
2022-07-19T15:40:35Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||98}}
2. senantiasa bersama-sama anak cucu semua sampai dengan<br>
''kompyang'', selesailah mempersembahkan upacara penyucian, se-<br>
perti dikatakan oleh beliau yang telah menunggal dengan Sang<br>
Hyang Widhi Wasa. Dengarkanlah ceritanya itu. Upakara permu<br>
3. laan, disebut ''ambuta yadnya'', dinamakan ''Amanca Walikrama''. Se-<br>
sudah ''Amanca Walikrama'', dinamakan ''Nya Brahma'', menurunkan<br>
Bhatara-Bhatara semua. Juga menghaturkan ''pangenteg linggih''<br>
saat yang baik itu berlangsung pada hari<br>
4. Sabtu, ''Pon, wuku Pahang'', tanggal, ''ping'', 13. Sasih ''ka-lO, rah, 2'',<br>
''tenggek, 1, isaka, 112, warsaning rat''. Bersama-sama seperti di<br>
Besakih. Waktu itu mengundang para Resi, terutama<br>
b. 1. beliau yang memegang wilayah kerajaan, ''berabisekanama'' Sri<br>
Haji Topohulung. Sangat bagusnya Dalem, laksana Hyang Mana-<br>
sija menjelma sedang remaja, belum beristri. Adapun yang tergo-<br>
2. long Bujangga, tiada lain ialah sang Sanak Pitu; Mpu Ktek,<br>
Mpu Kananda, Mpu Wirajnyana, Mpu Witadharma, Mpu Ra-<br>
garunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka, bersama anak-anak<br>
muridnya semua.<br>
3. Bersama-sama menghaturkan pemujaan, nikmat rasanya upacara<br>
itu. Dimulai dari sasih ke-7, mabutha yadnya, upakara widhi we<br>
dana, dinamakan Catur Muka segala macam mahluk. Di timur, itik<br>
putih jambul, olah winangun urip, secukupnya,<br>
4. disertai suci asoroh, itik putih jambul dan perlengkapannya,<br>
ketupat kelanan, tulung urip, dilempatkan di sanggah cucuk,<br>
lengkap dengan binatangnya. Yang menghadap ke selatan, anjing<br>
hitam mulus, lengkapnya<br>
62a.l. upakara widha wedana berupa, suci asoroh, lengkap dengan tem-<br>
patnya, ketupat kelanan, tulung urip, tempatkan pada sanggah<br>
cucuk, lengkapi dengan binatang. Tuak mentah dan yang masak,<br>
brasokan, uang 250, benang segulung, antiga, 1,<br>
2. daksina, 1, dengan uang 700, klubang maikuh, sujang sega merah,<br>
lengkap dengan tempatnya. Dan menghadap ke barat, angsa di-<br>
olah, winangun urip. Tata caranya, sama seperti di atas. Yang<br>
menghadap ke utara,<br>
3.kucit butuhan diolah, winangun urip, suci satu. Tata cara menger-<br>
jakan, tidak lain dan tidak berbeda seperti disebutkan di atas tadi.<br>
Dan di tengah-tengah lima ekor binatang, dengan warnanya ma<br>
sing-masing. diolah winangun urip. Suci, lengkap dengan bina-<noinclude></noinclude>
d0f2oglm8qilz0rcm83mvno3uhwewau
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/99
250
32343
113429
2022-07-19T15:20:49Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|92}}
b. 1.sang Kayu Ireng, tiga Irang, perempuan dua laki-laki seorang. Yang
laki-laki diberi nama Ki Togog Ireng; yang perempuan diberi nama
Ni Cemeng, Ni Ireng. Ki Togog kawin dengan Ni Taruni, juga
telah melaksanakan upakara apodgala, menyerupai Mpu Kayu
Sweta.
2.Yang lain lagi, anaknya Ni Taruni yang suaminya anaknya Ni
Nyelem, berputra empat orang. Yang tertua bernama sang Tuwed
Ireng; adiknya wanita, bernama Ni Songga, Ni Tarunyan, Ni
Blong. Ki Tuwed Ireng, juga sudah menjadi Bujangga
3. mengikuti Mpu Kamareka. Sama namanya seperti sang Abra
Sinuhun yang telah menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Banyak anaknya sang Tarunyan lima orang, laki-laki seorang, pe-
rempuan empat orang. Yang laki-laki bernama Sang Tarunyan;
yang perempuan bernama Ni
wton
4. Ayu Tarunyan dan Ni Runyi, Rinyon. Mereka katanya, sang
Tarunyan, tidaklah mereka itu menjadi Bujangga sebab penjudi
dan senang bepergian. Dan anaknya Mpu Panarajon di Made
58a. 1. mengambil Ni Tarunyan, berputra tujuh orang, laki-laki tiga
orang, perempuan empat orang. Yang tertua bernama sang
Gwasong. Yang di tengah bernama sang Made Songan; yang
lebib kecil bernama sang Nyoman Song, dan yang perempuan-pe-
rempuan, bernama Ni Sadrya, Ni Rojani,
2. Ni Tarunyan. Yang bernama Ni Sadrya mengambil suami dengan
putunya Mpu Ktek, yaitu Kompyangnya Mpu Gnijaya terkecil.
keng Begitu dikatakan dahulu. Setelah
3. lama kemudian, berganti cerita. Mereka yang berasrama di So-
ngan, yaitu Mpu Jaya Mahireng, mengadakan perundingan dengan
keturunannya semua, anak cucu semuanya sampai ''kompyang.''
4. Tiada lain yang dirundingkan, sebagai halnya waktu dahulu, beliau
yang telah moksa. Maksudnya melaksanakan upakara pitra
goyadnya. Banyak kalau diceritakan pembicaraan dalam perun-
dingan, sampai dengan selesai. kehendak mereka semua,
Judge
b. 1. Setelah tiba saatnya hari baik untuk melaksanakan upakara itu,
yang disebut ''mahayu kawitan pitra tarpana ialah hari Rebo'', ''Ma-
hadewa, Kresnapaksa, ping, 15, Bhadrawada''. Terus mengundan
2. beliau yang mahabijaksana, meniru beliau yang disebut Bl
Mpu Gnijaya dahulu, seperti yang dinamakan Sanak Pitu, yaitu
Mpu Kiek, Mpu Kananda, Mpu Wirajnyana, Mpu Witadharma,<noinclude></noinclude>
qxooo4or50yq68zh910e0wq9y6kd7j6
113446
113429
2022-07-19T15:37:11Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|92}}
b. 1.sang Kayu Ireng, tiga Irang, perempuan dua laki-laki seorang. Yang
laki-laki diberi nama Ki Togog Ireng; yang perempuan diberi nama
Ni Cemeng, Ni Ireng. Ki Togog kawin dengan Ni Taruni, juga
telah melaksanakan upakara apodgala, menyerupai Mpu Kayu
Sweta.
2.Yang lain lagi, anaknya Ni Taruni yang suaminya anaknya Ni
Nyelem, berputra empat orang. Yang tertua bernama sang Tuwed
Ireng; adiknya wanita, bernama Ni Songga, Ni Tarunyan, Ni
Blong. Ki Tuwed Ireng, juga sudah menjadi Bujangga
3. mengikuti Mpu Kamareka. Sama namanya seperti sang Abra
Sinuhun yang telah menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Banyak anaknya sang Tarunyan lima orang, laki-laki seorang, pe-
rempuan empat orang. Yang laki-laki bernama Sang Tarunyan;
yang perempuan bernama Ni
wton
4. Ayu Tarunyan dan Ni Runyi, Rinyon. Mereka katanya, sang
Tarunyan, tidaklah mereka itu menjadi Bujangga sebab penjudi
dan senang bepergian. Dan anaknya Mpu Panarajon di Made
58a. 1. mengambil Ni Tarunyan, berputra tujuh orang, laki-laki tiga
orang, perempuan empat orang. Yang tertua bernama sang
Gwasong. Yang di tengah bernama sang Made Songan; yang
lebib kecil bernama sang Nyoman Song, dan yang perempuan-pe-
rempuan, bernama Ni Sadrya, Ni Rojani,
2. Ni Tarunyan. Yang bernama Ni Sadrya mengambil suami dengan
putunya Mpu Ktek, yaitu Kompyangnya Mpu Gnijaya terkecil.
keng Begitu dikatakan dahulu. Setelah
3. lama kemudian, berganti cerita. Mereka yang berasrama di So-
ngan, yaitu Mpu Jaya Mahireng, mengadakan perundingan dengan
keturunannya semua, anak cucu semuanya sampai ''kompyang.''
4. Tiada lain yang dirundingkan, sebagai halnya waktu dahulu, beliau
yang telah moksa. Maksudnya melaksanakan upakara pitra
goyadnya. Banyak kalau diceritakan pembicaraan dalam perun-
dingan, sampai dengan selesai. kehendak mereka semua,
Judge
b. 1. Setelah tiba saatnya hari baik untuk melaksanakan upakara itu,
yang disebut ''mahayu kawitan pitra tarpana ialah hari Rebo'', ''Ma-
hadewa, Kresnapaksa, ping, 15, Bhadrawada''. Terus mengundan
2. beliau yang mahabijaksana, meniru beliau yang disebut Bl
Mpu Gnijaya dahulu, seperti yang dinamakan Sanak Pitu, yaitu
Mpu Kiek, Mpu Kananda, Mpu Wirajnyana, Mpu Witadharma,<noinclude></noinclude>
jq49j5nvjwqa0k3akou2667ijmeknuf
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/70
250
32344
113430
2022-07-19T15:23:44Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|63}}
39a. 1. balyaga, pada angawa gagaman katkeng pacaraning kapjahanya, apan pada adudwad udwa pangadake, mangkana katatlwanya ring usana, pira ta kalanira, kayya ta tistis asamun
2. tang bali pulina, ndya matangnyan, apan nora hana ra tu maka catraning nagara, ya hetuning tistis, irika paduka bhawa hyang pu
trajays, kinanti lan hyang ghnijaya,
3. aniring de hyang catur purusa, lungha maring ghiri jambudwipa,
umupak pada bhatara hyang pramesti adhiguru, aneda anugraha,
didinya hana ralu maka caLraning pulina bali, maka
4. lingganing sumungsungaken kahyanganing basakih, ya hetunyan
awum sawalek dewa dewatha kabeh, lawan sawatek resi sdaya,
umiring hyang jagatnatha, mareng swarghastana, kunang pahyun
b. 1. ikang salapkna, pinilih tekang dewasa, hana anak bhagawan
kasyapa, mtu saking dyah wyapara, ngaran sang mayadanawa,
kunang sira sang mayadanawa, sarmpun pakaswami lawan i dewi
2. malini,nga, kaanak de bhalara hyang anantabogha, haibu saking ni dewi danuka,nga, ya ta sang mayadanawa, pinilih de sang para
bhatara kabeh, jumengana natha turuneng bali madhya,
3. an mangkana pahyun ikang salapkna, bhyakta si mayadanawa
pinilih, maka cakraning bhwana, malwaran kang gosti wicara,
kapwa umantuk bhawa kabeh, kunang bhatara putrajaya,
4. wus amwit ri bhatara hyang pramesti ghuru, papareng lawan hyang
ghnijaya, nguniweh bhatara catur purusa, umantuk ing kahyangan
ing bali basakih, tan poma garjitaning anta adnyana,
40a. 1. apan bhyakta kasidaning don, tan cari taneng hawan, eet prapta
sireng parswaning tolangkir, mangka pradatanya heng alitha //0//
Apica mwah didinya pada pratyaksa
2. riheng prastawanya nguni , pira ta kunang kalanika, saturunira
hyang mayadanawa, angraksa rajya, haneng pulina bali, tansah
kinantyaken de swamin ira, sang apaniah ni dyah malini
3. sapjah ira ki detya kamnapati nguru, sang abhiseka sri jayapangus,
ratu inguni i balingkang, sira ta rakwa sri aji mayadanawa, kinantya sumiliha angadeg ralu,haneng bali rajya,
4. jumeng ing bedanagara , akadaton maring batanyar, kunang sapandirin ira, tan pira tusta girangira sawwonging bali rajya , apan hana maka lingganing bhwana kabeh, maka<noinclude></noinclude>
27yicv4ee42m97b8wu5quxiz5i3xzvy
113453
113430
2022-07-19T15:42:16Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|63}}
39a. 1. balyaga, pada angawa gagaman katkeng pacaraning kapjahanya, apan pada adudwad udwa pangadake, mangkana katatlwanya ring usana, pira ta kalanira, kayya ta tistis asamun
2. tang bali pulina, ndya matangnyan, apan nora hana ra tu maka catraning nagara, ya hetuning tistis, irika paduka bhawa hyang pu
trajays, kinanti lan hyang ghnijaya,
3. aniring de hyang catur purusa, lungha maring ghiri jambudwipa,
umupak pada bhatara hyang pramesti adhiguru, aneda anugraha,
didinya hana ralu maka caLraning pulina bali, maka
4. lingganing sumungsungaken kahyanganing basakih, ya hetunyan
awum sawalek dewa dewatha kabeh, lawan sawatek resi sdaya,
umiring hyang jagatnatha, mareng swarghastana, kunang pahyun
b. 1. ikang salapkna, pinilih tekang dewasa, hana anak bhagawan
kasyapa, mtu saking dyah wyapara, ngaran sang mayadanawa,
kunang sira sang mayadanawa, sarmpun pakaswami lawan i dewi
2. malini,nga, kaanak de bhalara hyang anantabogha, haibu saking ni dewi danuka,nga, ya ta sang mayadanawa, pinilih de sang para
bhatara kabeh, jumengana natha turuneng bali madhya,
3. an mangkana pahyun ikang salapkna, bhyakta si mayadanawa
pinilih, maka cakraning bhwana, malwaran kang gosti wicara,
kapwa umantuk bhawa kabeh, kunang bhatara putrajaya,
4. wus amwit ri bhatara hyang pramesti ghuru, papareng lawan hyang
ghnijaya, nguniweh bhatara catur purusa, umantuk ing kahyangan
ing bali basakih, tan poma garjitaning anta adnyana,
40a. 1. apan bhyakta kasidaning don, tan cari taneng hawan, eet prapta
sireng parswaning tolangkir, mangka pradatanya heng alitha //0//
Apica mwah didinya pada pratyaksa
2. riheng prastawanya nguni , pira ta kunang kalanika, saturunira
hyang mayadanawa, angraksa rajya, haneng pulina bali, tansah
kinantyaken de swamin ira, sang apaniah ni dyah malini
3. sapjah ira ki detya kamnapati nguru, sang abhiseka sri jayapangus,
ratu inguni i balingkang, sira ta rakwa sri aji mayadanawa, kinantya sumiliha angadeg ralu,haneng bali rajya,
4. jumeng ing bedanagara , akadaton maring batanyar, kunang sapandirin ira, tan pira tusta girangira sawwonging bali rajya , apan hana maka lingganing bhwana kabeh, maka<noinclude></noinclude>
q1ziiyjvwqmbyoqjvxcd6yasqzaem5t
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/100
250
32345
113431
2022-07-19T15:25:01Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|93}}
2. Nihan waneh anak ni taruni, wtu rabine babu ni nyelem, asuta,4,
kang panwa aran sang twed ireng, arinya stristri aran ni sogga, ni
tarunyan, ni blong, sira ki twed ireng malar sampun mujanggahin,
3. apanlah mpu kamareka, sama namanya kaya sang abra sinuhun
amoring hyang //0// Wanen anaknya sangan tarunyan,5, jalu, I, stri
4, kang laki, aran sang tarunyan, kastri aran ni ayu tarunyan,
4. mwah ni runyi, rinyon, ya ta rakwa sang trunyan nora ta ya
mujanggahin, apan babotoh mangulesir //0// Kunang mwah anane
mpu panarajon dimadhe
58a. 1. rabinya ni tarunya, asuta, 7, diri, jalu, 3, stri, 4, kang panwa aran
sang gwasong. Sang manngah aran sang made songan, sang wa-<br>
ruju aran sang nyoman song, mwah kang stri stri, aran ni sadrya,
2. ni rojani, ni tarujar, ya ta kang ingaran ni sadrya, ingalap rabhi de
putunira mpu ktek, kaprenah kompyang denira mpu ghnijaya,
pinih alit, mangka linganya nguni //0// Alawaslawas
3. pwa kang kala, gumanti kacarita, sang asrameng songan, sira mpu
jaya mahireng, ahyun agonitan sireng presanakira sdaya, suta
potraka kabeh, mwang kompyang, nora waneh
4. pagonitanira, kaya piwkasing ira nguni, sang wus lephas, didinyan
anangunaken pitra yadnya, tangeh yan katakna pasilih silihaning
pagonitan, gumanti sampun puput, pahyun nikang alapkna,
b. meh prapta diwasa nikang karyya, nga, mahayu kawitan pitra
tarpanna, nga, ri sadintenya, rebo, di maha desa, kresna paksa,
ping, 15, ulan bhadrawada, prasama ingundang sang sira mahapan
2. dya, titisira bhatara mpu ghnijaya nguni, kang sinangguh sanak
pitu, lwimya sira mpu ktek, mpu kananda, mpu wiradnyana, mpu
witadharmma, mpu ragarunting, mpu preteka, mpu dangka,
3. presama pwa sira enak tumuruning songan, tan lingen akeh tang
tamwi dateng, yadyapi tan pasuguh, tan kurang pangan mwang
kenum, tangeh yan carita karemyan ikang yadnya, apan ri-
namyaning gagambelan salonding,
4. kunang sira sang mpu ktek, papareng lan mpu witadharma, sira
inaturan angajengin tekang yadnya. Mwah sira mpu ragarunting,
inaturan pwa sira amutru. Sira mpu ktek,
59a. 1. ayogha tasik wedana, sira mpu witadharmma, sira angayurweda,
kunang sira mpu jayamahireng, sira pwa angret weda, mwah mpu<noinclude></noinclude>
hyb5y71zv8m462vti8eoxos7r5yq9mb
113447
113431
2022-07-19T15:38:05Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|93}}
2. Nihan waneh anak ni taruni, wtu rabine babu ni nyelem, asuta,4,
kang panwa aran sang twed ireng, arinya stristri aran ni sogga, ni
tarunyan, ni blong, sira ki twed ireng malar sampun mujanggahin,
3. apanlah mpu kamareka, sama namanya kaya sang abra sinuhun
amoring hyang //0// Wanen anaknya sangan tarunyan,5, jalu, I, stri
4, kang laki, aran sang tarunyan, kastri aran ni ayu tarunyan,
4. mwah ni runyi, rinyon, ya ta rakwa sang trunyan nora ta ya
mujanggahin, apan babotoh mangulesir //0// Kunang mwah anane
mpu panarajon dimadhe
58a. 1. rabinya ni tarunya, asuta, 7, diri, jalu, 3, stri, 4, kang panwa aran
sang gwasong. Sang manngah aran sang made songan, sang wa-<br>
ruju aran sang nyoman song, mwah kang stri stri, aran ni sadrya,
2. ni rojani, ni tarujar, ya ta kang ingaran ni sadrya, ingalap rabhi de
putunira mpu ktek, kaprenah kompyang denira mpu ghnijaya,
pinih alit, mangka linganya nguni //0// Alawaslawas
3. pwa kang kala, gumanti kacarita, sang asrameng songan, sira mpu
jaya mahireng, ahyun agonitan sireng presanakira sdaya, suta
potraka kabeh, mwang kompyang, nora waneh
4. pagonitanira, kaya piwkasing ira nguni, sang wus lephas, didinyan
anangunaken pitra yadnya, tangeh yan katakna pasilih silihaning
pagonitan, gumanti sampun puput, pahyun nikang alapkna,
b. meh prapta diwasa nikang karyya, nga, mahayu kawitan pitra
tarpanna, nga, ri sadintenya, rebo, di maha desa, kresna paksa,
ping, 15, ulan bhadrawada, prasama ingundang sang sira mahapan
2. dya, titisira bhatara mpu ghnijaya nguni, kang sinangguh sanak
pitu, lwimya sira mpu ktek, mpu kananda, mpu wiradnyana, mpu
witadharmma, mpu ragarunting, mpu preteka, mpu dangka,
3. presama pwa sira enak tumuruning songan, tan lingen akeh tang
tamwi dateng, yadyapi tan pasuguh, tan kurang pangan mwang
kenum, tangeh yan carita karemyan ikang yadnya, apan ri-
namyaning gagambelan salonding,
4. kunang sira sang mpu ktek, papareng lan mpu witadharma, sira
inaturan angajengin tekang yadnya. Mwah sira mpu ragarunting,
inaturan pwa sira amutru. Sira mpu ktek,
59a. 1. ayogha tasik wedana, sira mpu witadharmma, sira angayurweda,
kunang sira mpu jayamahireng, sira pwa angret weda, mwah mpu<noinclude></noinclude>
qoah2phhcl6wibi4go71f2byfa050gx
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/13
250
32346
113432
2022-07-19T15:25:43Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>6
4. pakan pura pusat kerajaan Gelgel. Turut pula Bhatara Brahma, dengan sebutan Hyang Gnijaya, yang dipuja di Gunung Lempuyang. Demikian ceritanya dahulu. Sekarang dengarlah uraian selanjutnya.
4a. 1. Dahulu kala , waktu adanya Bhatara Tiga, merupakan suri teladan di Pulau Bali. Beliau adalah utusan Tuhan Yang Maha Esa. Titah Tuhan " Wahai anakku Hyang Tiga, Maha Dewa, Ni Danu, Gnijaya, sekarang Liada lain, anakku datanglah
2. di Bali sebagai penguasa jagat, sebab bunyi senyap Pulau Bali itu, menjadi pusat pujaan rakyat semua, sampai kelak kemudian." Demikian titah Bhatara Kesuhun. Menyembah Bhalara Tiga. Perin-
3. tah Hyang hamba junjung, namun sungguh sangat janggal, perintah Hyang tadi. Begini keadaannya; hamba putra-putra Hyang masih kecil-kecil, sesungguhnya tidak rahu jalan sebenarnya. Sang Hyang berkata lagi, Anakku bertiga janganlah berkecil hati, aku berikan perintah padamu, sebab
4. kamu anakku yang sejati, inilah anugerahku, terimalah, jangan bimbang dan ragu. Menyembah Bhatara Tiga didahului dengan penghormatan, karena akan diberikan kebijaksanaan, banyak jenis dan macamnya.
b. 1. Setelah Bhalara Tiga dipuja, digaibkan dalam wujud kelapa, yaitu kelapa kuning karena akan diseberangkan melalui laut. Tiba-tiba sudah sampai di Kahyangan Besakih. Demikianlah adanya pura Besakih, serta kehadiran Bhatara dahulu.
2. Seterusnya Bhatari Ulun Danu dipuja di Ulun Danu, yailu di pura Tampurhyang; Bhatara Gnujaya di gunung Lempuyung. Begitu ceritanya.
3. Ada lagi bagian cerita, putra Sang Hyang Pasupati didatangkan di Pulau Bali, sebagai pujaan rakyat bersama. Bhatara Putra jaya, dengan seburan Bhatara Tumuwuh, dipuja di Gunung Watukaru. Bhatara Hyang Manikumayang dipuja di Gunung Baratan yang ada hUbungannya dengan Hyang Malik Galang yang dipuja di Pejeng dan bhatara
5a. 1. Hyang Tugu yang dipuja di Gunung Andakasa. Semuanya secara bersama-sama melakukan yoga semadi. Tidak terkatakan keadaan Bhatar masing-masing. Demikian ceriranya, adanya Bhatara<noinclude></noinclude>
mpr96jyg47r00iuv822ya5aafo5tgx6
113442
113432
2022-07-19T15:34:52Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||6}}
4. pakan pura pusat kerajaan Gelgel. Turut pula Bhatara Brahma, dengan sebutan Hyang Gnijaya, yang dipuja di Gunung Lempuyang. Demikian ceritanya dahulu. Sekarang dengarlah uraian selanjutnya.
4a. 1. Dahulu kala , waktu adanya Bhatara Tiga, merupakan suri teladan di Pulau Bali. Beliau adalah utusan Tuhan Yang Maha Esa. Titah Tuhan " Wahai anakku Hyang Tiga, Maha Dewa, Ni Danu, Gnijaya, sekarang Liada lain, anakku datanglah
2. di Bali sebagai penguasa jagat, sebab bunyi senyap Pulau Bali itu, menjadi pusat pujaan rakyat semua, sampai kelak kemudian." Demikian titah Bhatara Kesuhun. Menyembah Bhalara Tiga. Perin-
3. tah Hyang hamba junjung, namun sungguh sangat janggal, perintah Hyang tadi. Begini keadaannya; hamba putra-putra Hyang masih kecil-kecil, sesungguhnya tidak rahu jalan sebenarnya. Sang Hyang berkata lagi, Anakku bertiga janganlah berkecil hati, aku berikan perintah padamu, sebab
4. kamu anakku yang sejati, inilah anugerahku, terimalah, jangan bimbang dan ragu. Menyembah Bhatara Tiga didahului dengan penghormatan, karena akan diberikan kebijaksanaan, banyak jenis dan macamnya.
b. 1. Setelah Bhalara Tiga dipuja, digaibkan dalam wujud kelapa, yaitu kelapa kuning karena akan diseberangkan melalui laut. Tiba-tiba sudah sampai di Kahyangan Besakih. Demikianlah adanya pura Besakih, serta kehadiran Bhatara dahulu.
2. Seterusnya Bhatari Ulun Danu dipuja di Ulun Danu, yailu di pura Tampurhyang; Bhatara Gnujaya di gunung Lempuyung. Begitu ceritanya.
3. Ada lagi bagian cerita, putra Sang Hyang Pasupati didatangkan di Pulau Bali, sebagai pujaan rakyat bersama. Bhatara Putra jaya, dengan seburan Bhatara Tumuwuh, dipuja di Gunung Watukaru. Bhatara Hyang Manikumayang dipuja di Gunung Baratan yang ada hUbungannya dengan Hyang Malik Galang yang dipuja di Pejeng dan bhatara
5a. 1. Hyang Tugu yang dipuja di Gunung Andakasa. Semuanya secara bersama-sama melakukan yoga semadi. Tidak terkatakan keadaan Bhatar masing-masing. Demikian ceriranya, adanya Bhatara<noinclude></noinclude>
r9ej72tla2yc1a17qaisqmbuc492klc
113739
113442
2022-07-20T10:50:21Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||6}}
4. pakan pura pusat kerajaan Gelgel. Turut pula Bhatara Brahma, dengan sebutan Hyang Gnijaya, yang dipuja di Gunung Lempuyang. Demikian ceritanya dahulu. Sekarang dengarlah uraian selanjutnya.
4a. 1. Dahulu kala , waktu adanya Bhatara Tiga, merupakan suri teladan di Pulau Bali. Beliau adalah utusan Tuhan Yang Maha Esa. Titah Tuhan " Wahai anakku Hyang Tiga, Maha Dewa, Ni Danu, Gnijaya, sekarang Liada lain, anakku datanglah
2. di Bali sebagai penguasa jagat, sebab bunyi senyap Pulau Bali itu, menjadi pusat pujaan rakyat semua, sampai kelak kemudian." Demikian titah Bhatara Kesuhun. Menyembah Bhalara Tiga. Perin-
3. tah Hyang hamba junjung, namun sungguh sangat janggal, perintah Hyang tadi. Begini keadaannya; hamba putra-putra Hyang masih kecil-kecil, sesungguhnya tidak rahu jalan sebenarnya. Sang Hyang berkata lagi, Anakku bertiga janganlah berkecil hati, aku berikan perintah padamu, sebab
4. kamu anakku yang sejati, inilah anugerahku, terimalah, jangan bimbang dan ragu. Menyembah Bhatara Tiga didahului dengan penghormatan, karena akan diberikan kebijaksanaan, banyak jenis dan macamnya.
b. 1. Setelah Bhalara Tiga dipuja, digaibkan dalam wujud kelapa, yaitu kelapa kuning karena akan diseberangkan melalui laut. Tiba-tiba sudah sampai di Kahyangan Besakih. Demikianlah adanya pura Besakih, serta kehadiran Bhatara dahulu.
2. Seterusnya Bhatari Ulun Danu dipuja di Ulun Danu, yailu di pura Tampurhyang; Bhatara Gnujaya di gunung Lempuyung. Begitu ceritanya.
3. Ada lagi bagian cerita, putra Sang Hyang Pasupati didatangkan di Pulau Bali, sebagai pujaan rakyat bersama. Bhatara Putra jaya, dengan seburan Bhatara Tumuwuh, dipuja di Gunung Watukaru. Bhatara Hyang Manikumayang dipuja di Gunung Baratan yang ada hUbungannya dengan Hyang Malik Galang yang dipuja di Pejeng dan bhatara
5a. 1. Hyang Tugu yang dipuja di Gunung Andakasa. Semuanya secara bersama-sama melakukan yoga semadi. Tidak terkatakan keadaan Bhatar masing-masing. Demikian ceriranya, adanya Bhatara<noinclude></noinclude>
b96xumqhebzp1emcbudp4as1ur7m7kz
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/101
250
32347
113434
2022-07-19T15:28:37Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|94}}
Mpu Ragarunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka,
3. bersama-sama juga orang-orang kelahiran di desa Songan. Tiada
terhitung jumlah para tamu yang datang. Walaupun tanpa hi-
tedangan, tidak kurang makanan maupun minuman. Banyak kalau
diceritakan, meriahnya upakara yadnya, yang diramaikan dengan
4. gamelan saluding. Sang Maha Ktek bersama Mpu Witadharma,
beliaulah yang menghadapi upakara yadnya itu. Dan Mpu Ra-
garunting, menyampaikan apa yang disebut amutru. Mpu Kiek
melaksanakan apa yang disebut
59a. 1.. ''ayoga tasik wedana''. Mpu Witadharma melakukan upakara ''Yayur''
''weda''. Dan Mpu Jaya Mahireng, beliau melaksanakan apa yang
disebut ''angret weda''. Dan Mpu Pranarajon beliau melakukan upa-
''kara ngastawa weda''. Lagi Mpu De Kaywan, beliau ikut dalam
2. ''amutru''. Tidak tersangka, khidmat dan meriahnya upacara ''yadnya''
itu. Lengkap segala macam saji-sajian, ''widhi wedana''. Tiada ku-
rang apapun. Gemerincing suara genta, tak ubahnya seperti suara
kumbang mengisap sari bunga. Yang lainnya,
3. para ''sadhaka'', mereka yang tidak menghadapi upacara, secara
bersama-sama menghaturkan hidangan bagi para resi lainya. Pada
waktu menghaturkan hidangan juga dibalas dengan mantra pa-
ngastawan. Banyak, kalau diceritakan sampai selesainya upacara
4. itu. Tidak terhitung jumlahnya para tamu. Tiada kurang hidangan-
nya. Lancar jalannya upacara yang empunya, sampai selesai karya
suci itu. Kemudian, bubarlah para tamu kembali ke rumahnya
masing-masing.
b. Selanjutnya, karena telah selesai upacara kawitan itu, yang ter-
masuk upacara pitrayadnya, saat itulah Mpu Jaya Mahireng diser-
tai oleh anak cucunya semua membangun kahyangan, seperti
2. petunjuk dari beliau yang telah moksa. Jenisnya ialah sanggar
agung, sthana bagi Bhatara Hyang Suci. yang ''berabisekanama''
Sang Hyang Taya. Gedong Tri Purusa, bertumpang tiga sebagai
sthana bagi Bhatara Siwa, Sada-Siwa, Prama- Siwa,
3. yang ''berabisekanama'' Sang Hyang Tiga Yadnya. Lagi, Gedong
tumpang dua, sthana bagi Bhatara Hyang Brahma dan Wisnu.
Lagi, Kamulan beruang tiga, sebagai ''sthana'' untuk Sang Hyang Tri
Purusa yaitu Brahma, Wisnu, Iswara,
4. dalam wujud Trimurti. Dan babaturan beruang dua, tempat<noinclude></noinclude>
dw4n2k10wrz4cb0taotp5u0hdhvyu08
113448
113434
2022-07-19T15:38:59Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|94}}
Mpu Ragarunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka,
3. bersama-sama juga orang-orang kelahiran di desa Songan. Tiada
terhitung jumlah para tamu yang datang. Walaupun tanpa hi-
tedangan, tidak kurang makanan maupun minuman. Banyak kalau
diceritakan, meriahnya upakara yadnya, yang diramaikan dengan
4. gamelan saluding. Sang Maha Ktek bersama Mpu Witadharma,
beliaulah yang menghadapi upakara yadnya itu. Dan Mpu Ra-
garunting, menyampaikan apa yang disebut amutru. Mpu Kiek
melaksanakan apa yang disebut
59a. 1.. ''ayoga tasik wedana''. Mpu Witadharma melakukan upakara ''Yayur''
''weda''. Dan Mpu Jaya Mahireng, beliau melaksanakan apa yang
disebut ''angret weda''. Dan Mpu Pranarajon beliau melakukan upa-
''kara ngastawa weda''. Lagi Mpu De Kaywan, beliau ikut dalam
2. ''amutru''. Tidak tersangka, khidmat dan meriahnya upacara ''yadnya''
itu. Lengkap segala macam saji-sajian, ''widhi wedana''. Tiada ku-
rang apapun. Gemerincing suara genta, tak ubahnya seperti suara
kumbang mengisap sari bunga. Yang lainnya,
3. para ''sadhaka'', mereka yang tidak menghadapi upacara, secara
bersama-sama menghaturkan hidangan bagi para resi lainya. Pada
waktu menghaturkan hidangan juga dibalas dengan mantra pa-
ngastawan. Banyak, kalau diceritakan sampai selesainya upacara
4. itu. Tidak terhitung jumlahnya para tamu. Tiada kurang hidangan-
nya. Lancar jalannya upacara yang empunya, sampai selesai karya
suci itu. Kemudian, bubarlah para tamu kembali ke rumahnya
masing-masing.
b. Selanjutnya, karena telah selesai upacara kawitan itu, yang ter-
masuk upacara pitrayadnya, saat itulah Mpu Jaya Mahireng diser-
tai oleh anak cucunya semua membangun kahyangan, seperti
2. petunjuk dari beliau yang telah moksa. Jenisnya ialah sanggar
agung, sthana bagi Bhatara Hyang Suci. yang ''berabisekanama''
Sang Hyang Taya. Gedong Tri Purusa, bertumpang tiga sebagai
sthana bagi Bhatara Siwa, Sada-Siwa, Prama- Siwa,
3. yang ''berabisekanama'' Sang Hyang Tiga Yadnya. Lagi, Gedong
tumpang dua, sthana bagi Bhatara Hyang Brahma dan Wisnu.
Lagi, Kamulan beruang tiga, sebagai ''sthana'' untuk Sang Hyang Tri
Purusa yaitu Brahma, Wisnu, Iswara,
4. dalam wujud Trimurti. Dan babaturan beruang dua, tempat<noinclude></noinclude>
1vdzq9z55vh1rgqwyo9h7uepjiflkok
113758
113448
2022-07-20T11:10:45Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|94}}
Mpu Ragarunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka,
3. bersama-sama juga orang-orang kelahiran di desa Songan. Tiada
terhitung jumlah para tamu yang datang. Walaupun tanpa hi-
tedangan, tidak kurang makanan maupun minuman. Banyak kalau
diceritakan, meriahnya upakara yadnya, yang diramaikan dengan
4. gamelan saluding. Sang Maha Ktek bersama Mpu Witadharma,
beliaulah yang menghadapi upakara yadnya itu. Dan Mpu Ra-
garunting, menyampaikan apa yang disebut amutru. Mpu Kiek
melaksanakan apa yang disebut
59a. 1.. ''ayoga tasik wedana''. Mpu Witadharma melakukan upakara ''Yayur''
''weda''. Dan Mpu Jaya Mahireng, beliau melaksanakan apa yang
disebut ''angret weda''. Dan Mpu Pranarajon beliau melakukan upa-
''kara ngastawa weda''. Lagi Mpu De Kaywan, beliau ikut dalam
2. ''amutru''. Tidak tersangka, khidmat dan meriahnya upacara ''yadnya''
itu. Lengkap segala macam saji-sajian, ''widhi wedana''. Tiada ku-
rang apapun. Gemerincing suara genta, tak ubahnya seperti suara
kumbang mengisap sari bunga. Yang lainnya,
3. para ''sadhaka'', mereka yang tidak menghadapi upacara, secara
bersama-sama menghaturkan hidangan bagi para resi lainya. Pada
waktu menghaturkan hidangan juga dibalas dengan mantra pa-
ngastawan. Banyak, kalau diceritakan sampai selesainya upacara
4. itu. Tidak terhitung jumlahnya para tamu. Tiada kurang hidangan-
nya. Lancar jalannya upacara yang empunya, sampai selesai karya
suci itu. Kemudian, bubarlah para tamu kembali ke rumahnya
masing-masing.
b. Selanjutnya, karena telah selesai upacara kawitan itu, yang ter-
masuk upacara pitrayadnya, saat itulah Mpu Jaya Mahireng diser-
tai oleh anak cucunya semua membangun kahyangan, seperti
2. petunjuk dari beliau yang telah moksa. Jenisnya ialah sanggar
agung, sthana bagi Bhatara Hyang Suci. yang ''berabisekanama''
Sang Hyang Taya. Gedong Tri Purusa, bertumpang tiga sebagai
sthana bagi Bhatara Siwa, Sada-Siwa, Prama- Siwa,
3. yang ''berabisekanama'' Sang Hyang Tiga Yadnya. Lagi, Gedong
tumpang dua, sthana bagi Bhatara Hyang Brahma dan Wisnu.
Lagi, Kamulan beruang tiga, sebagai ''sthana'' untuk Sang Hyang Tri
Purusa yaitu Brahma, Wisnu, Iswara,
4. dalam wujud Trimurti. Dan babaturan beruang dua, tempat<noinclude></noinclude>
qklgt33rya33bmhts0hnjyfooxd9gv5
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/98
250
32348
113436
2022-07-19T15:31:24Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|91}}
ya namah. Maring padma wredaya mamtu sanghyang Ong, lawan
Ongkara sumungsang ngadeg,
3. dadi tunggal, matmahan amreta sanjiwani, ma, Ong, Si, Ta,
Twa, Ya, Ah, Sa, Ba, Ta, A,I, Ang, Nang, Pa, Ma, Si, Wa, Ya, raris
prelina, A, Awa, mulih ring Ba, Na,
4. mulih ring Sa. Malih simpen panca brahma, Sa, Ba, Ta, A, I, Sa,
mulih ring Ga, Ang, swaranya. Ta mulih ring, A, Ung. I mulih
ring Ma, Mang, prelina, uduhuduhan, wus abresih, prelina netra,
b. 1. karna prelina, karnna ring irung, prelina irung ring cangkem, pre-
lina cangkem, ring jajaringan, pralina jajaringan, ring lima prelina
limpa, ring ungsilan, prelina ungsilan, ring
2. ampru, prelina ampru, ring ati, prelina ati, ring nabhi, nabhi swa-
ranya, siwadhwara, Ang, tiba ring nabhi, Ang, ri wusing
mangkana, leyep sanghyang pramana, nher tumuli moktah sira
mpu kamareka, tan pakalewaran,
3. waluya pwa mulihang sunya taya, mangkana katatwanya ring
dangu //0// Tumuli aprenamya pratisentanan ira kabeh, angatu-
raken sembah i sang sida, wus lepas, mangumanga
4. pwa sang wus tininggalan, kangen i sang sida moklah, tan sah pwa
kari gumantunging cita, tangeh yan wuwusan, kapwa mantuk sang
tamwi sowangsowang //0// Mwah tucapa sang taruhulu, aswamit
57a.1. lawan ni kayu ireng, sampun ta ya asuta, 2, stri stri, aran ni ayu
kaywan, ni yayu poh gading //0// Kunang sira sang tarunyan,
sampun sira mujanggahin, apuspata mpu kayu ireng, arabi lawan
2. ni kayu selem, asuta, 5, siki, stri sawiji, jalu, 4, pretekaning aran,
kang panwa inaranan ki tarunyan, kang manngah inaranan sang
badengan, kang waruju inaranan sang nyelem, sang ing wkas,
3. inaranan sang ketut clangi ireng, malar sampun mujanggahin,
apanlah, sira mpu kayureka, memper namanya kaya sang wus
lepas, aswami lawan ni kinti, asuta, 5, jalu, 2, stri, 3, sang panwa
inaranan sang madriakah,
4. kang pamadhe, aran sang sadrakah. Kunang sang ing wuruju,
inaranan ni sadrya, sang ing wkas, stri inaran ni yayu kayureka.
Sang pamuntat, inaranana ni yayu nyelem //0// Kunang anak
b. 1. sang kayu ireng, 3, stri,2, jalu, 1, kang kakung inaranan, ki togog
ireng, kang stri, inaranan, ni cemeng, ni ireng, i togog ireng akuren
lawan i taruni, malar wus apodgala, apanlah, mpu kayu sweta.<noinclude></noinclude>
r0sbnpxrczohigmr3tvgte2qgon8ics
113444
113436
2022-07-19T15:36:19Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|91}}
ya namah. Maring padma wredaya mamtu sanghyang Ong, lawan
Ongkara sumungsang ngadeg,
3. dadi tunggal, matmahan amreta sanjiwani, ma, Ong, Si, Ta,
Twa, Ya, Ah, Sa, Ba, Ta, A,I, Ang, Nang, Pa, Ma, Si, Wa, Ya, raris
prelina, A, Awa, mulih ring Ba, Na,
4. mulih ring Sa. Malih simpen panca brahma, Sa, Ba, Ta, A, I, Sa,
mulih ring Ga, Ang, swaranya. Ta mulih ring, A, Ung. I mulih
ring Ma, Mang, prelina, uduhuduhan, wus abresih, prelina netra,
b. 1. karna prelina, karnna ring irung, prelina irung ring cangkem, pre-
lina cangkem, ring jajaringan, pralina jajaringan, ring lima prelina
limpa, ring ungsilan, prelina ungsilan, ring
2. ampru, prelina ampru, ring ati, prelina ati, ring nabhi, nabhi swa-
ranya, siwadhwara, Ang, tiba ring nabhi, Ang, ri wusing
mangkana, leyep sanghyang pramana, nher tumuli moktah sira
mpu kamareka, tan pakalewaran,
3. waluya pwa mulihang sunya taya, mangkana katatwanya ring
dangu //0// Tumuli aprenamya pratisentanan ira kabeh, angatu-
raken sembah i sang sida, wus lepas, mangumanga
4. pwa sang wus tininggalan, kangen i sang sida moklah, tan sah pwa
kari gumantunging cita, tangeh yan wuwusan, kapwa mantuk sang
tamwi sowangsowang //0// Mwah tucapa sang taruhulu, aswamit
57a.1. lawan ni kayu ireng, sampun ta ya asuta, 2, stri stri, aran ni ayu
kaywan, ni yayu poh gading //0// Kunang sira sang tarunyan,
sampun sira mujanggahin, apuspata mpu kayu ireng, arabi lawan
2. ni kayu selem, asuta, 5, siki, stri sawiji, jalu, 4, pretekaning aran,
kang panwa inaranan ki tarunyan, kang manngah inaranan sang
badengan, kang waruju inaranan sang nyelem, sang ing wkas,
3. inaranan sang ketut clangi ireng, malar sampun mujanggahin,
apanlah, sira mpu kayureka, memper namanya kaya sang wus
lepas, aswami lawan ni kinti, asuta, 5, jalu, 2, stri, 3, sang panwa
inaranan sang madriakah,
4. kang pamadhe, aran sang sadrakah. Kunang sang ing wuruju,
inaranan ni sadrya, sang ing wkas, stri inaran ni yayu kayureka.
Sang pamuntat, inaranana ni yayu nyelem //0// Kunang anak
b. 1. sang kayu ireng, 3, stri,2, jalu, 1, kang kakung inaranan, ki togog
ireng, kang stri, inaranan, ni cemeng, ni ireng, i togog ireng akuren
lawan i taruni, malar wus apodgala, apanlah, mpu kayu sweta.<noinclude></noinclude>
15l5t184mvl0h6ud5l6kiy4ytkniys9
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/23
250
32349
113437
2022-07-19T15:31:43Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>16
Sangat malu anjing itu maka dia minta maaf, tetapi tidak di
tanggapi, ItuIah sebabnya dia kembali pulang, tidak.
2. putus-putusnya menangis, menyesal terhadap perbuatannya, dan
kembali menjeima menjadi Hyang Yamadipati. Tidak diceritakan
dalam perjalanannya sampailah di Yamaloka dan berkata kepada
segala bala tentara,
3. terutama kepada yang bemama I Buta Kalika. Katanya, "Wahai
kamu Kalika dan engkau Kingkarabala semua. Kamu aku perin
tahkan datang ke bumi, mengikuti karni, untuk makan
4. kotoran manusia, turun-temurun sampai sekarang (baca: kelak
kemudian hari). Apa sebabnya begitu, karen a aku kalah bertaruh
melawan Bhatara Acintya. ltulah sebabnya,
1. tidak lain. Kamu kuperintahkan mengikuti diriku, menjadi seri
gala. Setelah sampai di dunia, ada pesanku sebagai berikut. Nanti
kalau ada manusia mati, karni bersama-sama anakmu semua
2. semua beleh menyiksa roh manusia yang berbuat tidak benar.
Demikian kata Sang Hyang Yamadiraja. Menunduk semua para
Kingkarabala, sambil berpikir-pikir, "Baiklah kalau memang
kehendak paduka,
3. tidak berani menoiak, agar tidak dimakan, disiksa." Itulah se
babnya mereka menurut kehendak. Paduka Bhatara, baik Ki Buta
Kalika maupun Kingkarabala semuanya. Demikian ceritanya, asal
mulanya anjing makan kotoran manusia,
4. sampai kelak di kemudian hari. Kembali diceritakan yoga semadi
Bhatara Hyang Paramewti Guru, menciptakan manusia dengan
sarana batok keJ'apa kuning, menghasiikan dua orang laki-laki dan
perempuan. Yang laki-laki diberi nama
1. Ki Ktok Pita, yang percmpuan bemama Ni Jnar. Mereka berdua
bersuami istri. Rukunlah hidup mereka berdua sebab memeng
kehendak Hyang. Setelah lama kemudian, keturunannya pun hidup
rukun , tidale banyak halangan, baik yang laki maupun yang perem
puan.
2. Kembali Bhatara bersemadi, menciptaKan man usia. Tiada ler
hingga semadinya. Dengan menghadapi api ped upaan , discrtai
keahliannya lalu menghasilkan dua orang manu ia, laki perem
puan. Yang Jakj diben nama Ki Abang ,
3. yang perempuan dinamakan Ni Barak. Kemudian setelah dewasa,
sesudah pan las, merekapun bersuam i istri. Entah sudah berapa<noinclude></noinclude>
gyv7uzpubwynya0ytxtzylvrrfo58xb
113497
113437
2022-07-19T16:54:52Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||16}}
Sangat malu anjing itu maka dia minta maaf, tetapi tidak ditanggapi, ItuIah sebabnya dia kembali pulang, tidak.
2. putus-putusnya menangis, menyesal terhadap perbuatannya, dan kembali menjeima menjadi Hyang Yamadipati. Tidak diceritakan dalam perjalanannya sampailah di Yamaloka dan berkata kepada segala bala tentara,
3. terutama kepada yang bemama I Buta Kalika. Katanya, "Wahai kamu Kalika dan engkau Kingkarabala semua. Kamu aku perintahkan datang ke bumi, mengikuti karni, untuk makan
4. kotoran manusia, turun-temurun sampai sekarang (baca: kelak kemudian hari). Apa sebabnya begitu, karen a aku kalah bertaruh melawan Bhatara Acintya. ltulah sebabnya,
b. 1. tidak lain. Kamu kuperintahkan mengikuti diriku, menjadi serigala. Setelah sampai di dunia, ada pesanku sebagai berikut. Nanti kalau ada manusia mati, karni bersama-sama anakmu semua
2. semua beleh menyiksa roh manusia yang berbuat tidak benar. Demikian kata Sang Hyang Yamadiraja. Menunduk semua para Kingkarabala, sambil berpikir-pikir, "Baiklah kalau memang kehendak paduka,
3. tidak berani menoiak, agar tidak dimakan, disiksa." Itulah sebabnya mereka menurut kehendak. Paduka Bhatara, baik Ki Buta Kalika maupun Kingkarabala semuanya. Demikian ceritanya, asal mulanya anjing makan kotoran manusia,
4. sampai kelak di kemudian hari. Kembali diceritakan yoga semadi
Bhatara Hyang Paramewti Guru, menciptakan manusia dengan sarana batok kelapa kuning, menghasiikan dua orang laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki diberi nama
Ha 1. Ki Ktok Pita, yang percmpuan bemama Ni Jnar. Mereka berdua bersuami istri. Rukunlah hidup mereka berdua sebab memeng kehendak Hyang. Setelah lama kemudian, keturunannya pun hidup rukun , tidale banyak halangan, baik yang laki maupun yang perempuan.
2. Kembali Bhatara bersemadi, menciptaKan man usia. Tiada lerhingga semadinya. Dengan menghadapi api ped upaan , disertai keahliannya lalu menghasilkan dua orang manu ia, laki perempuan. Yang Jakj diben nama Ki Abang,
3. yang perempuan dinamakan Ni Barak. Kemudian setelah dewasa,
sesudah pan las, merekapun bersuam i istri. Entah sudah berapa<noinclude></noinclude>
de073lo7uyn88zvlaiecoasupj8gbu7
113648
113497
2022-07-20T00:40:03Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||16}}
Sangat malu anjing itu maka dia minta maaf, tetapi tidak ditanggapi, ItuIah sebabnya dia kembali pulang, tidak.
2. putus-putusnya menangis, menyesal terhadap perbuatannya, dan kembali menjeima menjadi Hyang Yamadipati. Tidak diceritakan dalam perjalanannya sampailah di Yamaloka dan berkata kepada segala bala tentara,
3. terutama kepada yang bemama I Buta Kalika. Katanya, "Wahai kamu Kalika dan engkau Kingkarabala semua. Kamu aku perintahkan datang ke bumi, mengikuti karni, untuk makan
4. kotoran manusia, turun-temurun sampai sekarang (baca: kelak kemudian hari). Apa sebabnya begitu, karena aku kalah bertaruh melawan Bhatara Acintya. ltulah sebabnya,
b. 1. tidak lain. Kamu kuperintahkan mengikuti diriku, menjadi serigala. Setelah sampai di dunia, ada pesanku sebagai berikut. Nanti kalau ada manusia mati, kami bersama-sama anakmu semua
2. semua boleh menyiksa roh manusia yang berbuat tidak benar. Demikian kata Sang Hyang Yamadiraja. Menunduk semua para Kingkarabala, sambil berpikir-pikir, "Baiklah kalau memang kehendak paduka,
3. tidak berani menolak, agar tidak dimakan, disiksa." Itulah sebabnya mereka menurut kehendak. Paduka Bhatara, baik Ki Buta Kalika maupun Kingkarabala semuanya. Demikian ceritanya, asal mulanya anjing makan kotoran manusia,
4. sampai kelak di kemudian hari. Kembali diceritakan yoga semadi
Bhatara Hyang Paramesti Guru, menciptakan manusia dengan sarana batok kelapa kuning, menghasilkan dua orang laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki diberi nama
11a 1. Ki Ktok Pita, yang perempuan bemama Ni Jnar. Mereka berdua bersuami istri. Rukunlah hidup mereka berdua sebab memang kehendak Hyang. Setelah lama kemudian, keturunannya pun hidup rukun, tidak banyak halangan, baik yang laki maupun yang perempuan.
2. Kembali Bhatara bersemadi, menciptakan manusia. Tiada terhingga semadinya. Dengan menghadapi api pedupaan , disertai keahliannya lalu menghasilkan dua orang manusia, laki perempuan. Yang laki diberi nama Ki Abang,
3. yang perempuan dinamakan Ni Barak. Kemudian setelah dewasa,
sesudah pantlas, merekapun bersuami istri. Entah sudah berapa<noinclude></noinclude>
acex8j6h25a9plsxon8dljdupewh2wu
113743
113648
2022-07-20T10:56:44Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||16}}
Sangat malu anjing itu maka dia minta maaf, tetapi tidak ditanggapi, ItuIah sebabnya dia kembali pulang, tidak.
2. putus-putusnya menangis, menyesal terhadap perbuatannya, dan kembali menjeima menjadi Hyang Yamadipati. Tidak diceritakan dalam perjalanannya sampailah di Yamaloka dan berkata kepada segala bala tentara,
3. terutama kepada yang bemama I Buta Kalika. Katanya, "Wahai kamu Kalika dan engkau Kingkarabala semua. Kamu aku perintahkan datang ke bumi, mengikuti karni, untuk makan
4. kotoran manusia, turun-temurun sampai sekarang (baca: kelak kemudian hari). Apa sebabnya begitu, karena aku kalah bertaruh melawan Bhatara Acintya. ltulah sebabnya,
b. 1. tidak lain. Kamu kuperintahkan mengikuti diriku, menjadi serigala. Setelah sampai di dunia, ada pesanku sebagai berikut. Nanti kalau ada manusia mati, kami bersama-sama anakmu semua
2. semua boleh menyiksa roh manusia yang berbuat tidak benar. Demikian kata Sang Hyang Yamadiraja. Menunduk semua para Kingkarabala, sambil berpikir-pikir, "Baiklah kalau memang kehendak paduka,
3. tidak berani menolak, agar tidak dimakan, disiksa." Itulah sebabnya mereka menurut kehendak. Paduka Bhatara, baik Ki Buta Kalika maupun Kingkarabala semuanya. Demikian ceritanya, asal mulanya anjing makan kotoran manusia,
4. sampai kelak di kemudian hari. Kembali diceritakan yoga semadi
Bhatara Hyang Paramesti Guru, menciptakan manusia dengan sarana batok kelapa kuning, menghasilkan dua orang laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki diberi nama
11a 1. Ki Ktok Pita, yang perempuan bemama Ni Jnar. Mereka berdua bersuami istri. Rukunlah hidup mereka berdua sebab memang kehendak Hyang. Setelah lama kemudian, keturunannya pun hidup rukun, tidak banyak halangan, baik yang laki maupun yang perempuan.
2. Kembali Bhatara bersemadi, menciptakan manusia. Tiada terhingga semadinya. Dengan menghadapi api pedupaan , disertai keahliannya lalu menghasilkan dua orang manusia, laki perempuan. Yang laki diberi nama Ki Abang,
3. yang perempuan dinamakan Ni Barak. Kemudian setelah dewasa,
sesudah pantlas, merekapun bersuami istri. Entah sudah berapa<noinclude></noinclude>
juhw3f74qh0sw562ujmdkgvzv1lmlpk
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/90
250
32350
113439
2022-07-19T15:34:05Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||83}}
3. sanghyang jagal karana, kunang yan sampun hana mentik kayu ireng, ya inaranaken pura kayu selem, mangka kengetakna, mwah kaya iriki ring gwa song, yan hana umentik taru wandira, ya tacihnan manira,
4. ing kana atirtha gamana, nguni pwwwaka, sakeng kana pwa wajahta sidbisidhyarastu. saprntisentanan manira kabeh, wastu,3, tan kakurang pangupa jiwa, amangguhaken
b. 1. pangupa jiwa, kawiryyan sentana, dinto dinto, wastu,3. paripurnna ya, nihan iki pretekaning mangaturaken widhi wedhana, Iwirnya suci asoroh, sarwwa selem, itik selem jambul
2. muluS. dulurana ghuru piduka, katur ring bhatara wisnu, dulurnna pangastawa, aja Iupa, kengeta juga, pitketku mne, kunang agya kumulihing sunya cintya, irika ramanta a
3. wara i sira mwah, aksara stawa, prekenining panglepasan, mwang haji kamoksan, syapa wruh tka wnang manditain, asing sinangguh wruh.. ya ta wnang maka pangulunLa kabeh, ya wenang sembahen,
4. pretehming akretti dharmma wangsanta, kengeta juga //0/1 Pirang dintening kala, prapta pwnnamaning kartika masa irika 13 ya sang mpu kamareka, aprayojana.
53.1. mulihing maring acintya, sampun pwa sira angundangngundang, Sawwonging balyaga. mwang sayagga riheng widhi wedana gaglaring saprayojana, tan inucap kweh tang tatamwi dateng biprayanya pada
2. aniojo, sira mpu kamareka, nguniweh anak sisyanira kabeh. lawan waneh sang para mpu tang inundang, anak anakira mpu ghnijaya, tlasang sanak pilu. makasi sira mpu ktek, mpu kananda, mpu wiradnyana.
3. mpu wira dharmma, mpu ragarunting, mpu prelcka, mpu dangka, tangeh yan wuwosan wiryya nikang karyya, tan kurangin panyambrarna, sarwwa sadrasa. mwang mula, tan open punang tatamwi, rinamyaning
4. talabuhan, manggala sira mpu jaya mahireng, papareng Ian mpu panarajon, mpu tarunyan, mpu badngan, anyapa punang tatamwi, angentarana kang karyya, mwang pasusuguh,kunang sira sang yayah.
b. 1. mpu kamareka, wan denira anyapa punang tatami, myakti tan hana kewran, bhyakla mangke adan dawuh.5, dawuh sunya,nga ri<noinclude></noinclude>
c8ik9ka16pz2472qka1yqf4jrg1l5g4
113535
113439
2022-07-19T21:44:35Z
IPutu Dirga
869
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="IPutu Dirga" /></noinclude>{{rh||83}}
3. sanghyang jagal karana, kunang yan sampun hana mentik kayu ireng, ya inaranaken pura kayu selem, mangka kengetakna, mwah kaya iriki ring gwa song, yan hana umentik taru wandira, ya tacihnan manira,
4. ing kana atirtha gamana, nguni pwwwaka, sakeng kana pwa wajahta sidbisidhyarastu. saprntisentanan manira kabeh, wastu,3, tan kakurang pangupa jiwa, amangguhaken
b. 1. pangupa jiwa, kawiryyan sentana, dinto dinto, wastu,3. paripurnna ya, nihan iki pretekaning mangaturaken widhi wedhana, Iwirnya suci asoroh, sarwwa selem, itik selem jambul
2. mulus. dulurana ghuru piduka, katur ring bhatara wisnu, dulurnna pangastawa, aja Iupa, kengeta juga, pitketku mne, kunang agya kumulihing sunya cintya, irika ramanta a
3. wara i sira mwah, aksara stawa, prekenining panglepasan, mwang haji kamoksan, syapa wruh tka wnang manditain, asing sinangguh wruh.. ya ta wnang maka pangulunLa kabeh, ya wenang sembahen,
4. pretehming akretti dharmma wangsanta, kengeta juga //0//Pirang dintening kala, prapta pwnnamaning kartika masa irika 13 ya sang mpu kamareka, aprayojana.
53.1. mulihing maring acintya, sampun pwa sira angundangngundang, Sawwonging balyaga. mwang sayagga riheng widhi wedana gaglaring saprayojana, tan inucap kweh tang tatamwi dateng biprayanya pada
2. aninjo, sira mpu kamareka, nguniweh anak sisyanira kabeh. lawan waneh sang para mpu tang inundang, anak anakira mpu ghnijaya, tlasang sanak pitu. makasi sira mpu ktek, mpu kananda, mpu wiradnyana.
3. mpu wira dharmma, mpu ragarunting, mpu prelcka, mpu dangka, tangeh yan wuwosan wiryya nikang karyya, tan kurangin panyambrarna, sarwwa sadrasa. mwang mula, tan open punang tatamwi, rinamyaning
4. tatabuhan, manggala sira mpu jaya mahireng, papareng Ian mpu panarajon, mpu tarunyan, mpu badngan, anyapa punang tatamwi, angentarana kang karyya, mwang pasusuguh,kunang sira sang yayah.
b. 1. mpu kamareka, watra denira anyapa punang tatamwi, myakti tan hana kewran, bhyakta mangke adan dawuh.5, dawuh sunya,nga ri<noinclude></noinclude>
157xkkp4mbrprr77tx4tbeait4g67w0
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/15
250
32351
113440
2022-07-19T15:34:19Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>8
Bhatari di Pulau Bali, jangan dilupakan.
2. Waktu itu Danghyang Niratha (Danghyang Dwijendra) baru saja datang di Bali pada masa kerajaan Samperangan. Entah berapa lama sudah berlalu, pada wuku ''Siwa Kuje, Julung Merik, Sasadara, Marga Utara, Badrawada'', tanggal Prati-
3. ''wada, Sukla, pawana Budora , Swanita. Naga Bumi, Pirpajadma, Naga Utah, Witangsu'', turunlah hujan ke bumi. Bersemadi Bhatara Gnijaya bersama Bhatara Mahadewa.
4. Kembali goyang bumi ini, meletus Gunung Tolangkir, mengeluarkan lahar; itulah disebut ''mbah gni''. diketemukan sampai sekarang.
b. 1. Dan tentang yoga semadi Hyang Gnijaya, melalui lima kekuatan. melahirkan lima orang putra laki-laki sangat tampannya. Mengenai kelahirannya, semuanya lahir beralaskan apa yang disebut daun ''gedang kaikik''. Yang tertua melaksanakan kehidupan sebagai pendeta, nama Empu Kuturan disertai oleh adiknya yang terkecil bernama Empu Baradah.
3. menjadi biksu sejak kecil. Semuanya berbudi pekerti luhur, semenjak kembali dari beryoga semadi di Gunung Mahameru; banyak lagi jika diungkapkan. Kiranya cukup sekian karena semuanya sudah berhasil
4. dalam melaksanakan yoga semadi Diceritakan lagi yoga semadi Bhatara Hyang Mahadewa, di puncak Gunung Tolangkir, melahirkan dua orang putra, seorang laki-laki dan seorang perempuan.
6a. 1. Yang laki- ak i djnobatkan dengan nama biseka Bhatara Gana, adiknya yang perempuan dinobatkan dengan nama Bhatari Manik Gini. Tidak ada bandingannya mengenai kesempumaan dan ketampanannya. Dia diperintahkan leh Bhatara Mahadewa kembali ke Gunung Semeru, beryoga semadi
2. memuja Hyang Paramesti Guru. Entah berapa lamanya sesudah selesai bertapa semadi di Gunung Semeru, Bhatari Hyang Manik Gni diambil sebagai istri oleh seorang pendeta brahmana.
3. Setelah dilaksanakan upacara perkawinan antara pendeta itu dengan Bhatari Manik Gni, kemudian dia diganti namanya; sekarang nama abisekanya ialah Mpu Gnijaya, hampir sama dengan nama abiseka Bhatara leluhumya. Demikian ceritanya dahulu.<noinclude></noinclude>
rnzo64v7007quf2tk2zghkdzsv06rup
113480
113440
2022-07-19T16:16:20Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||8}}
Bhatari di Pulau Bali, jangan dilupakan.
2. Waktu itu Danghyang Niratha (Danghyang Dwijendra) baru saja datang di Bali pada masa kerajaan Samperangan. Entah berapa lama sudah berlalu, pada wuku ''Siwa Kuje, Julung Merik, Sasadara, Marga Utara, Badrawada'', tanggal Prati-
3. ''wada, Sukla, pawana Budora , Swanita. Naga Bumi, Pirpajadma, Naga Utah, Witangsu'', turunlah hujan ke bumi. Bersemadi Bhatara Gnijaya bersama Bhatara Mahadewa.
4. Kembali goyang bumi ini, meletus Gunung Tolangkir, mengeluarkan lahar; itulah disebut ''mbah gni''. diketemukan sampai sekarang.
b. 1. Dan tentang yoga semadi Hyang Gnijaya, melalui lima kekuatan. melahirkan lima orang putra laki-laki sangat tampannya. Mengenai kelahirannya, semuanya lahir beralaskan apa yang disebut daun ''gedang kaikik''. Yang tertua melaksanakan kehidupan sebagai pendeta, nama Empu Kuturan disertai oleh adiknya yang terkecil bernama Empu Baradah.
3. menjadi biksu sejak kecil. Semuanya berbudi pekerti luhur, semenjak kembali dari beryoga semadi di Gunung Mahameru; banyak lagi jika diungkapkan. Kiranya cukup sekian karena semuanya sudah berhasil
4. dalam melaksanakan yoga semadi Diceritakan lagi yoga semadi Bhatara Hyang Mahadewa, di puncak Gunung Tolangkir, melahirkan dua orang putra, seorang laki-laki dan seorang perempuan.
6a. 1. Yang laki- ak i djnobatkan dengan nama biseka Bhatara Gana, adiknya yang perempuan dinobatkan dengan nama Bhatari Manik Gini. Tidak ada bandingannya mengenai kesempumaan dan ketampanannya. Dia diperintahkan leh Bhatara Mahadewa kembali ke Gunung Semeru, beryoga semadi
2. memuja Hyang Paramesti Guru. Entah berapa lamanya sesudah selesai bertapa semadi di Gunung Semeru, Bhatari Hyang Manik Gni diambil sebagai istri oleh seorang pendeta brahmana.
3. Setelah dilaksanakan upacara perkawinan antara pendeta itu dengan Bhatari Manik Gni, kemudian dia diganti namanya; sekarang nama abisekanya ialah Mpu Gnijaya, hampir sama dengan nama abiseka Bhatara leluhumya. Demikian ceritanya dahulu.<noinclude></noinclude>
kowr86edyez4j0fbpobej8agn8qaqbe
113632
113480
2022-07-20T00:23:47Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||8}}
Bhatari di Pulau Bali, jangan dilupakan.
2. Waktu itu Danghyang Niratha (Danghyang Dwijendra) baru saja datang di Bali pada masa kerajaan Samperangan. Entah berapa lama sudah berlalu, pada wuku ''Siwa Kuje, Julung Merik, Sasadara, Marga Utara, Badrawada'', tanggal Prati-
3. ''wada, Sukla, pawana Budora , Swanita. Naga Bumi, Pirpajadma, Naga Utah, Witangsu'', turunlah hujan ke bumi. Bersemadi Bhatara Gnijaya bersama Bhatara Mahadewa.
4. Kembali goyang bumi ini, meletus Gunung Tolangkir, mengeluarkan lahar; itulah disebut ''mbah gni''. diketemukan sampai sekarang.
b. 1. Dan tentang yoga semadi Hyang Gnijaya, melalui lima kekuatan. melahirkan lima orang putra laki-laki sangat tampannya. Mengenai kelahirannya, semuanya lahir beralaskan apa yang disebut daun ''gedang kaikik''. Yang tertua melaksanakan kehidupan sebagai pendeta, nama Empu Kuturan disertai oleh adiknya yang terkecil bernama Empu Baradah.
3. menjadi biksu sejak kecil. Semuanya berbudi pekerti luhur, semenjak kembali dari beryoga semadi di Gunung Mahameru; banyak lagi jika diungkapkan. Kiranya cukup sekian karena semuanya sudah berhasil
4. dalam melaksanakan yoga semadi Diceritakan lagi yoga semadi Bhatara Hyang Mahadewa, di puncak Gunung Tolangkir, melahirkan dua orang putra, seorang laki-laki dan seorang perempuan.
6a. 1. Yang laki-laki dinobatkan dengan nama biseka Bhatara Gana, adiknya yang perempuan dinobatkan dengan nama Bhatari Manik Gini. Tidak ada bandingannya mengenai kesempurnaan dan ketampanannya. Dia diperintahkan oleh Bhatara Mahadewa kembali ke Gunung Semeru, beryoga semadi
2. memuja Hyang Paramesti Guru. Entah berapa lamanya sesudah selesai bertapa semadi di Gunung Semeru, Bhatari Hyang Manik Gni diambil sebagai istri oleh seorang pendeta brahmana.
3. Setelah dilaksanakan upacara perkawinan antara pendeta itu dengan Bhatari Manik Gni, kemudian dia diganti namanya; sekarang nama abisekanya ialah Mpu Gnijaya, hampir sama dengan nama abiseka Bhatara leluhurnya. Demikian ceritanya dahulu.<noinclude></noinclude>
k3qriuz1i856xfhj3kf27j41np8yr5p
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/97
250
32352
113441
2022-07-19T15:34:25Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|90}}
3. menjadi satu dan berubah menjadi Amerta Sanjiwani.Mantranya:
ONG, SI, TA, TWA, YA, AH.SA, BA, TA, A, I, ANG, NANG, PA,
MA, SI, WA YA. Kemudian lebur A, AWA, kembalikan jadi BA,
NA.
4. Kembalilah pada SA. Kemudian meresapkan Panca
Brahma, SA, BA, TA, A. I. SA kembali pada GA, suaranya menjadi
ANG. TA kembali pada A.UNG, I kembali pada MA. MANG dile-
bur. Setelah bersih, mata
b. 1. telinga dilebur, telinga dilebur pada hidung, hidung dilebur pada
mulut, mulut dilebur pada jajaringan; jajaringan dilebur pada
limpa; limpa dilebur pada ungsilan; lebur ungsilan pada empedu
2. lebur empedu pada hati; lebur hati pada pusar. Suaranya pada
ubun-ubun, ANG setelah pada pusat ANG. Setelah itu dengan
meredupkan nafasnya lalu Mpu Kamareka moksa tanpa bekas,
3. kembali ke sorga. Demikian ceritanya dahulu. Lalu membungkuk
memberi hormat keturunannya semua, menyembah, beliau yang
telah moksa.
4. Termenunglah mereka yang telah ditinggalkan itu, mengenang
beliau yang telah moksa; jelas masih menggantungkan harapan-
nya. Banyak ceritanya semua. Lalu pulang para tamu masing-
masing. Diceritakan bahwa sang Taruhulu
57a.1. beristri dengan Ni Kayu Ireng, telah mempunyai anak dua orang
perempuan bernama Ni AYU KAYWAN, Ni Ayu Poh Gading.
Dan mereka sang Tarunyan, mereka sudah menjadi Bujangga,
bernama abiseka Mpu Kayu Ireng, kawin dengan Ni
2. Kayu Selem. berputra lima orang, perempuan satu, laki-laki empat
orang. Diupakara nama. Yang tertua diberi nama Ki Tarunyan;
yang menengah dinamakan Sang Badengan, Yang lebih kecil
diberinama Sang Nyelem. Yang terkecil dinamakan
3. sang Ketut Celangi Ireng, juga mereka sudah menjadi Bujangga,
sesudahnya Mpu Kamarcka moksah, namanya seerti, beliau yang
high telah moksa; kawin dengan Ni Kinti, mempunyai anak lima orang,
laki-laki dua orang, perempuan tiga orang. Yang tertua dinamakan
4. sang Madriakah; yang tengah (made), bernama sang Sadrakah.
Dan yang lebih kecil, bemama Ni Sadrya; yang lebih kecil lagi,
perempuan, bernama Ni Yayu Kayureka. Yang terkecil, bernama
Ni Yayu Nyelem. Dan anaknya<noinclude></noinclude>
3q1migtujc8m9tg8unp8gtwb26h0cek
113451
113441
2022-07-19T15:41:07Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|90}}
3. menjadi satu dan berubah menjadi Amerta Sanjiwani.Mantranya:
ONG, SI, TA, TWA, YA, AH.SA, BA, TA, A, I, ANG, NANG, PA,
MA, SI, WA YA. Kemudian lebur A, AWA, kembalikan jadi BA,
NA.
4. Kembalilah pada SA. Kemudian meresapkan Panca
Brahma, SA, BA, TA, A. I. SA kembali pada GA, suaranya menjadi
ANG. TA kembali pada A.UNG, I kembali pada MA. MANG dile-
bur. Setelah bersih, mata
b. 1. telinga dilebur, telinga dilebur pada hidung, hidung dilebur pada
mulut, mulut dilebur pada jajaringan; jajaringan dilebur pada
limpa; limpa dilebur pada ungsilan; lebur ungsilan pada empedu
2. lebur empedu pada hati; lebur hati pada pusar. Suaranya pada
ubun-ubun, ANG setelah pada pusat ANG. Setelah itu dengan
meredupkan nafasnya lalu Mpu Kamareka moksa tanpa bekas,
3. kembali ke sorga. Demikian ceritanya dahulu. Lalu membungkuk
memberi hormat keturunannya semua, menyembah, beliau yang
telah moksa.
4. Termenunglah mereka yang telah ditinggalkan itu, mengenang
beliau yang telah moksa; jelas masih menggantungkan harapan-
nya. Banyak ceritanya semua. Lalu pulang para tamu masing-
masing. Diceritakan bahwa sang Taruhulu
57a.1. beristri dengan Ni Kayu Ireng, telah mempunyai anak dua orang
perempuan bernama Ni AYU KAYWAN, Ni Ayu Poh Gading.
Dan mereka sang Tarunyan, mereka sudah menjadi Bujangga,
bernama abiseka Mpu Kayu Ireng, kawin dengan Ni
2. Kayu Selem. berputra lima orang, perempuan satu, laki-laki empat
orang. Diupakara nama. Yang tertua diberi nama Ki Tarunyan;
yang menengah dinamakan Sang Badengan, Yang lebih kecil
diberinama Sang Nyelem. Yang terkecil dinamakan
3. sang Ketut Celangi Ireng, juga mereka sudah menjadi Bujangga,
sesudahnya Mpu Kamarcka moksah, namanya seerti, beliau yang
high telah moksa; kawin dengan Ni Kinti, mempunyai anak lima orang,
laki-laki dua orang, perempuan tiga orang. Yang tertua dinamakan
4. sang Madriakah; yang tengah (made), bernama sang Sadrakah.
Dan yang lebih kecil, bemama Ni Sadrya; yang lebih kecil lagi,
perempuan, bernama Ni Yayu Kayureka. Yang terkecil, bernama
Ni Yayu Nyelem. Dan anaknya<noinclude></noinclude>
9eb2zie0i5aodcsfwl2rqn8uin8t9a0
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/96
250
32353
113445
2022-07-19T15:37:02Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|89}}
3. iti Ong ngadeg
iti panca brahma
Ong Bhangring slaning lalata
Ong Gang ring bru madya
4. Ah, ring karnanya, Ong, Ing, irung ring ungsilan, Ong, Bhang ring
cangkem, Ong, Mang, ring pupusuh, Ong,Sang, ring nabhi, Ong
Wung, ring purus, Ong Yang, ring silit, raris mresihin sarira, gseng
Ssanghyang dasaksara, matlasang dening
56a.1 sanghyang ghuru ludra, ring nabhi, ma, Ong Rah Phatastra ya
namah kala Ghni Rudra, ya namah, gseng sarira mala traya, Ang,
Ung Mang, Satus Phataka, Ah, Salwiring lara Wighna, Gseng dadi
Awu, Ang Ah Nama Swaha, wus mangkana ma-
2. lih urip dening sanghyang amerta, ma, Ong, Ung Rah Phatastraya,
padha ya namah nurunang Sanghyang sretabyoma Siwa Samudra<noinclude></noinclude>
0pf5eh18t4apxd4yoo7l43yrgfri835
113452
113445
2022-07-19T15:41:28Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|89}}
3. iti Ong ngadeg
iti panca brahma
Ong Bhangring slaning lalata
Ong Gang ring bru madya
4. Ah, ring karnanya, Ong, Ing, irung ring ungsilan, Ong, Bhang ring
cangkem, Ong, Mang, ring pupusuh, Ong,Sang, ring nabhi, Ong
Wung, ring purus, Ong Yang, ring silit, raris mresihin sarira, gseng
Ssanghyang dasaksara, matlasang dening
56a.1 sanghyang ghuru ludra, ring nabhi, ma, Ong Rah Phatastra ya
namah kala Ghni Rudra, ya namah, gseng sarira mala traya, Ang,
Ung Mang, Satus Phataka, Ah, Salwiring lara Wighna, Gseng dadi
Awu, Ang Ah Nama Swaha, wus mangkana ma-
2. lih urip dening sanghyang amerta, ma, Ong, Ung Rah Phatastraya,
padha ya namah nurunang Sanghyang sretabyoma Siwa Samudra<noinclude></noinclude>
fvk4sqrxpaew6bcdp7cvsb25uratyi4
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/16
250
32354
113449
2022-07-19T15:40:32Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>9
2. t de ra dwijendra wawu dateng, duking samprangan //0// Apica, pirang lawas ikang kala, prapta sadintenya, siwakuje, julung mrik, sasadara, margga uttara, bhadrawadhe, tithi prati-
3. wada sukla, pawana bhudara, swanita, nagha bhumi, pirpajadma, nagha ulan, witangsu, udan i jagaditaya, payoganira bhatara ghnijaya, papareng hyang bhatara mahadewa, mwah ginggung tang
4. bhuwana, makeplug ghiri hyanging tohlangkir, awtu balabar ghni, ya hetunya hana inaranan lwah, mbah ghni, tinemwaken mangke //0// kunang mwah payoganira hyang ghnijaya, u-
b. 1. mijil saking pancabayu astawa, lUmuli mijil 5 suta, laki-laki listu hayu paripurnna, kunang sawijilira, sarna aklasa rwaning gdang kaikik, kang panwa apuspata sira sang brah-
2. mana pandita, kang pamadhe abhiseka mpu mahameru. Mwah kang waruju apasajna sira mpu ghana. Kunang sanging wkas apuspata sira mpu kuturan. Mwah sang ari akakasih sira mpu pradhah
3. pinih alit, wiku sangkan lare, sarna angambekaken kaparamarthan, tias umanluking mahameru, anangunaken smadhi draka, tangeh yan ucapakna, neng ikang kata sakareng, apan
4. wus ianggening yogha //0// Wasitakna mwah payoganira bhatara hyang mahadewa, i parswaning ghiri lolangkir, umijil putra saking rwa bhineda, 2, siki, jalwistri, kang la
6a. 1. ki abhiseka bhatara ghana, arinira sLri akakasih bhatari mannik ghni, tan pengan paripurnna ring rahayu, kumon de bhatara umantuking ghiri mahameru, ayogha smadhi, angisti
2. hyang pram esti di ghuru, pira kunang warsa nikang loka, wus putus yasanira maring ghiri sumeru, irika bhatari hyang manik ghni ingalap rabhi, de sang apnlah sang brahmana pandita. ri, sampu-
3. ning alamu tangan, sang brahmana pandita, lawan bhatara manik ghni,
nher ginanti kang puspata, mangko apuspata mpu ghnijaya, nga, memper bhiseka bhatara kasuhun, mangka katattwanya ring usa-<noinclude></noinclude>
iuey6jtua2j7xqbqg3qz1mz91zxlfuo
113481
113449
2022-07-19T16:17:12Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||9}}
2. t de ra dwijendra wawu dateng, duking samprangan //0// Apica, pirang lawas ikang kala, prapta sadintenya, siwakuje, julung mrik, sasadara, margga uttara, bhadrawadhe, tithi prati-
3. wada sukla, pawana bhudara, swanita, nagha bhumi, pirpajadma, nagha ulan, witangsu, udan i jagaditaya, payoganira bhatara ghnijaya, papareng hyang bhatara mahadewa, mwah ginggung tang
4. bhuwana, makeplug ghiri hyanging tohlangkir, awtu balabar ghni, ya hetunya hana inaranan lwah, mbah ghni, tinemwaken mangke //0// kunang mwah payoganira hyang ghnijaya, u-
b. 1. mijil saking pancabayu astawa, lUmuli mijil 5 suta, laki-laki listu hayu paripurnna, kunang sawijilira, sarna aklasa rwaning gdang kaikik, kang panwa apuspata sira sang brah-
2. mana pandita, kang pamadhe abhiseka mpu mahameru. Mwah kang waruju apasajna sira mpu ghana. Kunang sanging wkas apuspata sira mpu kuturan. Mwah sang ari akakasih sira mpu pradhah
3. pinih alit, wiku sangkan lare, sarna angambekaken kaparamarthan, tias umanluking mahameru, anangunaken smadhi draka, tangeh yan ucapakna, neng ikang kata sakareng, apan
4. wus ianggening yogha //0// Wasitakna mwah payoganira bhatara hyang mahadewa, i parswaning ghiri lolangkir, umijil putra saking rwa bhineda, 2, siki, jalwistri, kang la
6a. 1. ki abhiseka bhatara ghana, arinira sLri akakasih bhatari mannik ghni, tan pengan paripurnna ring rahayu, kumon de bhatara umantuking ghiri mahameru, ayogha smadhi, angisti
2. hyang pram esti di ghuru, pira kunang warsa nikang loka, wus putus yasanira maring ghiri sumeru, irika bhatari hyang manik ghni ingalap rabhi, de sang apnlah sang brahmana pandita. ri, sampu-
3. ning alamu tangan, sang brahmana pandita, lawan bhatara manik ghni,
nher ginanti kang puspata, mangko apuspata mpu ghnijaya, nga, memper bhiseka bhatara kasuhun, mangka katattwanya ring usa-<noinclude></noinclude>
56nulo45hnjpyr8iot7s8gswuj3r4s6
113643
113481
2022-07-20T00:34:25Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||9}}
2. t de ra dwijendra wawu dateng, duking samprangan //0// Apica, pirang lawas ikang kala, prapta sadintenya, siwakuje, julung mrik, sasadara, margga uttara, bhadrawadhe, tithi prati-
3. wada sukla, pawana bhudara, swanita, nagha bhumi, pirpajadma, nagha ulan, witangsu, udan i jagaditaya, payoganira bhatara ghnijaya, papareng hyang bhatara mahadewa, mwah ginggung tang
4. bhuwana, makeplug ghiri hyanging tohlangkir, awtu balabar ghni, ya hetunya hana inaranan lwah, mbah ghni, tinemwaken mangke //0// kunang mwah payoganira hyang ghnijaya, u-
b. 1. mijil saking pancabayu astawa, tumuli mijil 5 suta, laki-laki listu hayu paripurnna, kunang sawijilira, sarna aklasa rwaning gdang kaikik, kang panwa apuspata sira sang brah-
2. mana pandita, kang pamadhe abhiseka mpu mahameru. Mwah kang waruju apasajna sira mpu ghana. Kunang sanging wkas apuspata sira mpu kuturan. Mwah sang ari akakasih sira mpu pradhah
3. pinih alit, wiku sangkan lare, sarna angambekaken kaparamarthan, tias umanluking mahameru, anangunaken smadhi draka, tangeh yan ucapakna, neng ikang kata sakareng, apan
4. wus ianggening yogha //0// Wasitakna mwah payoganira bhatara hyang mahadewa, i parswaning ghiri lolangkir, umijil putra saking rwa bhineda, 2, siki, jalwistri, kang la
6a. 1. ki abhiseka bhatara ghana, arinira stri akakasih bhatari mannik ghni, tan pengan paripurnna ring rahayu, kumon de bhatara umantuking ghiri mahameru, ayogha smadhi, angisti
2. hyang pram esti di ghuru, pira kunang warsa nikang loka, wus putus yasanira maring ghiri sumeru, irika bhatari hyang manik ghni ingalap rabhi, de sang apnlah sang brahmana pandita. ri, sampu-
3. ning alamu tangan, sang brahmana pandita, lawan bhatara manik ghni,
nher ginanti kang puspata, mangko apuspata mpu ghnijaya, nga, memper bhiseka bhatara kasuhun, mangka katattwanya ring usa-<noinclude></noinclude>
lqwth1hyaer5ibs2d7dng1aj2kkzg49
113740
113643
2022-07-20T10:52:45Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||9}}
2. t de ra dwijendra wawu dateng, duking samprangan //0// Apica, pirang lawas ikang kala, prapta sadintenya, siwakuje, julung mrik, sasadara, margga uttara, bhadrawadhe, tithi prati-
3. wada sukla, pawana bhudara, swanita, nagha bhumi, pirpajadma, nagha ulan, witangsu, udan i jagaditaya, payoganira bhatara ghnijaya, papareng hyang bhatara mahadewa, mwah ginggung tang
4. bhuwana, makeplug ghiri hyanging tohlangkir, awtu balabar ghni, ya hetunya hana inaranan lwah, mbah ghni, tinemwaken mangke //0// kunang mwah payoganira hyang ghnijaya, u-
b. 1. mijil saking pancabayu astawa, tumuli mijil 5 suta, laki-laki listu hayu paripurnna, kunang sawijilira, sarna aklasa rwaning gdang kaikik, kang panwa apuspata sira sang brah-
2. mana pandita, kang pamadhe abhiseka mpu mahameru. Mwah kang waruju apasajna sira mpu ghana. Kunang sanging wkas apuspata sira mpu kuturan. Mwah sang ari akakasih sira mpu pradhah
3. pinih alit, wiku sangkan lare, sarna angambekaken kaparamarthan, tias umanluking mahameru, anangunaken smadhi draka, tangeh yan ucapakna, neng ikang kata sakareng, apan
4. wus ianggening yogha //0// Wasitakna mwah payoganira bhatara hyang mahadewa, i parswaning ghiri lolangkir, umijil putra saking rwa bhineda, 2, siki, jalwistri, kang la
6a. 1. ki abhiseka bhatara ghana, arinira stri akakasih bhatari mannik ghni, tan pengan paripurnna ring rahayu, kumon de bhatara umantuking ghiri mahameru, ayogha smadhi, angisti
2. hyang pram esti di ghuru, pira kunang warsa nikang loka, wus putus yasanira maring ghiri sumeru, irika bhatari hyang manik ghni ingalap rabhi, de sang apnlah sang brahmana pandita. ri, sampu-
3. ning alamu tangan, sang brahmana pandita, lawan bhatara manik ghni,
nher ginanti kang puspata, mangko apuspata mpu ghnijaya, nga, memper bhiseka bhatara kasuhun, mangka katattwanya ring usa-<noinclude></noinclude>
si1gwq9rus53pq0msnskfl1xhk325o0
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/24
250
32355
113454
2022-07-19T15:43:06Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>17
buka, neda aksamakna, tan tinanggapan, ya hetunyan amwit mulih ,
tansah a
2. suweng tangis, anesel pulakreti, ndah waluya mwah sanghyang
yama adipati, tan wameng hawan, prapta yamandiloka, iriaka hyang
yama mojar, ring sawateking cikrabala makabehan , maka
3. muka ring kang ngaran i bhuta kalika, apa ling ira, udhuh kamu
kalika, mwang king karabala sadaya, kita kinon aku, turun ring
madhyaloka , umendi ingsun, amangan puri .
4. syaning manusa, turun tumurun, katkeng wartamana jugha, ndya
dumehnyan mangka, apan in hulun alah tohtohan , lawan bhalara
acintya suci. ya matangnya nora wa
1. neh ki ta akonku sumendi in ghulun, andadi sregala , wonteneng
madhyaloka, hana piwas inghulun, wkas prapla kapatyaning
manusa, irikayogya kita,. papareng sanakta ka
2. beh, anglagla atmaning manusa , sang maulah tan hogya, nahan
ling hyang yama diraja, tumungkul sahananing kingkarabala
sadaya, karyya umingelingeting cita, kunang yan wantah cak
daya, tan wu
3.nakna kabajrawisa, bbinaksa ginlagla, ya hetunyan umiring sajna
bhatara, lei bhuta kalika, mwang kingkarabala kabeh, mangkana
pidartanya nimitaning punang asu, amangan bacin manusa,
4. ther katkeng wkas //0// Apica mwah payogan ira bhatara hyang
pramesti ghuru , angaji manusa, asrana toktokan nyuh gadhing
umetu manusa, 2, siki jalwistri, kang laki ingaran
1. ki ktokpita, kang stri ingaranaken i jnar, ika ta malakinya, enak
pwa pakuren ira apan panindaning hyang, pira kunang kala ,
wkasan wredhi sentana sira, tan idhal idhal, jalwistrya //0//
2.Mwah bhatara ayogga. angaji manusa , tan li ngen draka smadhin
ira. angarepaken kundha ghni , saking sidhi ajnyana, wkasan umtu
manusa, 2, sild. jalwislri, kang laki inaranan ki abang, kang stri,
3.ingaranaken i barak, mangke hana, mangko mawayah, ya ta pwa
sinung yogga, alaki nama, pira ta kunang lawas ira akuren, tan<noinclude></noinclude>
qadpk7bptl8rgyj560lhxhw51bngh7z
113524
113454
2022-07-19T17:23:44Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||17}}
buka, neda aksamakna, tan tinanggapan, ya hetunyan amwit mulih ,
tansah a-
2. suweng tangis, anesel pulakreti, ndah waluya mwah sanghyang
yama adipati, tan wameng hawan, prapta yamandiloka, iriaka hyang
yama mojar, ring sawateking cikrabala makabehan, maka
3. muka ring kang ngaran i bhuta kalika, apa ling ira, udhuh kamu
kalika, mwang king karabala sadaya, kita kinon aku, turun ring
madhyaloka , umendi ingsun, amangan puri .
4. syaning manusa, turun tumurun, katkeng wartamana jugha, ndya
dumehnyan mangka, apan in hulun alah tohtohan , lawan bhalara
acintya suci. ya matangnya nora wa
1. neh ki ta akonku sumendi in ghulun, andadi sregala , wonteneng
madhyaloka, hana piwas inghulun, wkas prapla kapatyaning
manusa, irikayogya kita,. papareng sanakta ka
2. beh, anglagla atmaning manusa , sang maulah tan hogya, nahan
ling hyang yama diraja, tumungkul sahananing kingkarabala
sadaya, karyya umingelingeting cita, kunang yan wantah cak
daya, tan wu
3.nakna kabajrawisa, bbinaksa ginlagla, ya hetunyan umiring sajna
bhatara, lei bhuta kalika, mwang kingkarabala kabeh, mangkana
pidartanya nimitaning punang asu, amangan bacin manusa,
4. ther katkeng wkas //0// Apica mwah payogan ira bhatara hyang
pramesti ghuru , angaji manusa, asrana toktokan nyuh gadhing
umetu manusa, 2, siki jalwistri, kang laki ingaran
1. ki ktokpita, kang stri ingaranaken i jnar, ika ta malakinya, enak
pwa pakuren ira apan panindaning hyang, pira kunang kala ,
wkasan wredhi sentana sira, tan idhal idhal, jalwistrya //0//
2.Mwah bhatara ayogga. angaji manusa , tan li ngen draka smadhin
ira. angarepaken kundha ghni , saking sidhi ajnyana, wkasan umtu
manusa, 2, sild. jalwislri, kang laki inaranan ki abang, kang stri,
3.ingaranaken i barak, mangke hana, mangko mawayah, ya ta pwa
sinung yogga, alaki nama, pira ta kunang lawas ira akuren, tan<noinclude></noinclude>
7u4daq9htqo6klwm4xb9bx19befn64m
113649
113524
2022-07-20T00:41:45Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||17}}
buka, neda aksamakna, tan tinanggapan, ya hetunyan amwit mulih ,
tansah a-
2. suweng tangis, anesel pulakreti, ndah waluya mwah sanghyang
yama adipati, tan wameng hawan, prapta yamandiloka, iriaka hyang
yama mojar, ring sawateking cikrabala makabehan, maka
3. muka ring kang ngaran i bhuta kalika, apa ling ira, udhuh kamu
kalika, mwang king karabala sadaya, kita kinon aku, turun ring
madhyaloka , umendi ingsun, amangan puri .
4. syaning manusa, turun tumurun, katkeng wartamana jugha, ndya
dumehnyan mangka, apan inghulun alah tohtohan, lawan bhatara
acintya suci. ya matangnya nora wa-
1. neh kita akonku sumendi inghulun, andadi sregala , wonteneng
madhyaloka, hana piwas inghulun, wkas prapla kapatyaning
manusa, irikayogya kita, papareng sanakta ka
2. beh, anglagla atmaning manusa, sang maulah tan hogya, nahan
ling hyang yama diraja, tumungkul sahananing kingkarabala
sadaya, karyya umingelingeting cita, kunang yan wantah cak
daya, tan wu-
3.nakna kabajrawisa, bbinaksa ginlagla, ya hetunyan umiring sajna
bhatara, lei bhuta kalika, mwang kingkarabala kabeh, mangkana
pidartanya nimitaning punang asu, amangan bacin manusa,
4. ther katkeng wkas //0// Apica mwah payogan ira bhatara hyang
pramesti ghuru , angaji manusa, asrana toktokan nyuh gadhing
umetu manusa, 2, siki jalwistri, kang laki ingaran
1. ki ktokpita, kang stri ingaranaken i jnar, ika ta malakinya, enak
pwa pakuren ira apan panindaning hyang, pira kunang kala,
wkasan wredhi sentana sira, tan idhal idhal, jalwistrya //0//
2.Mwah bhatara ayogga. angaji manusa , tan lingen draka smadhin
ira. angarepaken kundha ghni , saking sidhi ajnyana, wkasan umtu
manusa, 2, siki. jalwistri, kang laki inaranan ki abang, kang stri,
3.ingaranaken i barak, mangke hana, mangko mawayah, ya ta pwa
sinung yogga, alaki nama, pira ta kunang lawas ira akuren, tan<noinclude></noinclude>
3yhxx7n4t1qfcief8u399ndrinhg10j
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/38
250
32356
113455
2022-07-19T15:44:32Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|31}}
inira, antya nresti kang bbawana, apan satsat hyang pramesti
3. ghuru turun anyakrawartti, tan hana bhayawyadi, murah sarwa
tinuku, marlewih sarwwa tinandur, gring mrana madoh, pan
wetning wwong balyaga wawu sakincit, kewalya wruha karyya
janggala kakubonan
4. pira ta kunang hantaji nikang kala, lawasira, jumeneng ngira srit
haji jayapangus, maring balingkang, sinungsung de wwong balya-
ga, wkasan mur ta ya ring acintya, waluya mwah ring niskala jati,
kunang
19a. 1. sapjah ira sri haji karnapati, mwah tistis asamun tang bali pulina,
was waluya kadi kuna, pan sasana wus ilang nahan carita nguni
//0// Gumanti mwah kang tattwa ring atita, sira
2. bhatara brahma, papareng lan bhatara wisnu, kinon de bhatara
pramesti ghuru, angaji manusa, wontening bali didinyan hana tinu-
lar sasana ri wkasing dlaha, kunang pwa bhatara kalih, brahma
wisnu, tan
3. wihang pwa sira kinon, anganjali pwa sira amwit ing bhatara, si-
nawuraning panjayajaya, saha puspawarsa, tumuli mangkat bhatara
kalih, apan mahawan hyun, cet prapta mareng tampurhyang,
sapraptanira.
4. tumuli amasangana yoga tarcala, angarepaken kunda, wtu manusa
saking sidyajnyananira, 5, siki, laki laki paripurnna, tumuli kinun-
grahan rikala kapjahanya
b. wkas, nguniweh gagaduhanya mangke, kang panwa, rikala kap-
jahanya, wnang mabalebalyan tihing, tan kayogya ingangge taru,
papiringanya pugpug, kunang tan kawnang matatakan bha, ma-
2. manah toya, madamar kurung, ndya matangnya mangkana,
dumehnya ingaran wwong pamesan //0// kang pamadhe, kinugra-
han ri kapjahanya ingangge wadah kayu, matumpang salu mnek
saput,
3. mangle, nging tan kawnang matatakan bha, nguniweh manah toya,
iku kang sinangguh wwong juru cbat, anyanyagal, nga, manusa
juru tegen //0// Kang waruju ri<noinclude></noinclude>
6i1to9wtbthyesfaa52nr7l24z02mau
113478
113455
2022-07-19T16:15:20Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|31}}
inira, antya nresti kang bbawana, apan satsat hyang pramesti
3. ghuru turun anyakrawartti, tan hana bhayawyadi, murah sarwa
tinuku, marlewih sarwwa tinandur, gring mrana madoh, pan
wetning wwong balyaga wawu sakincit, kewalya wruha karyya
janggala kakubonan
4. pira ta kunang hantaji nikang kala, lawasira, jumeneng ngira srit
haji jayapangus, maring balingkang, sinungsung de wwong balya-
ga, wkasan mur ta ya ring acintya, waluya mwah ring niskala jati,
kunang
19a. 1. sapjah ira sri haji karnapati, mwah tistis asamun tang bali pulina,
was waluya kadi kuna, pan sasana wus ilang nahan carita nguni
//0// Gumanti mwah kang tattwa ring atita, sira
2. bhatara brahma, papareng lan bhatara wisnu, kinon de bhatara
pramesti ghuru, angaji manusa, wontening bali didinyan hana tinu-
lar sasana ri wkasing dlaha, kunang pwa bhatara kalih, brahma
wisnu, tan
3. wihang pwa sira kinon, anganjali pwa sira amwit ing bhatara, si-
nawuraning panjayajaya, saha puspawarsa, tumuli mangkat bhatara
kalih, apan mahawan hyun, cet prapta mareng tampurhyang,
sapraptanira.
4. tumuli amasangana yoga tarcala, angarepaken kunda, wtu manusa
saking sidyajnyananira, 5, siki, laki laki paripurnna, tumuli kinun-
grahan rikala kapjahanya
b. wkas, nguniweh gagaduhanya mangke, kang panwa, rikala kap-
jahanya, wnang mabalebalyan tihing, tan kayogya ingangge taru,
papiringanya pugpug, kunang tan kawnang matatakan bha, ma-
2. manah toya, madamar kurung, ndya matangnya mangkana,
dumehnya ingaran wwong pamesan //0// kang pamadhe, kinugra-
han ri kapjahanya ingangge wadah kayu, matumpang salu mnek
saput,
3. mangle, nging tan kawnang matatakan bha, nguniweh manah toya,
iku kang sinangguh wwong juru cbat, anyanyagal, nga, manusa
juru tegen //0// Kang waruju ri<noinclude></noinclude>
4upr83sdt4jzkjt1sd3h479udxhk2re
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/76
250
32357
113456
2022-07-19T15:44:33Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|69}}
2. sanghyang surapati mwah, ibhu hanakning hulun karwa, yan
mangkana tan tumenget sira rama ya bhapa, nging hana piwkas
ramanta, kumonaken si mayadanawa, amasangana lapa smadhi
rumuhun.
3. didinya arwat malapatakanya nguni, anembah pwa sang stri karwa.
singgih yan tuhuning mangka, umiring patik rahadyan sang hulun,
kaya sarwwa adnya paduka bhatara, an mangkana pahyun ikang
alapkna, maluwaran
4. ikang gosti wicara, kapwa mantuk pwa sang kalih amwit i bhatara.
tan popama sukani citan ira, pan wus labde ing gati, tinher pwa
awarawarah lawan sira mayadanawa, nguniweh ni dyah
b. 1. malini, nahan katattwanya, hengatitaning mangka sakamantyan
//0// Wuwusan mwah sira mpu mahameru sinengan de bhatara ing
tolangkir, ya dumehnya gipih tumurun ing bali
2. lumaku tang pahamngan cet tumurun maring gadhing desa iku.
anulah lampahanya lumintangin ghiri tulukbyu, prapta sireng basu
kih, tan sah angaturana panamaskara wedastawa humung swa
raning
3. genta, sinawuraning kembangura mwang panjayajaya. saksana
umijil pwa bhatara tangeh yan katakna gostining bhatara, kunang
salawas ireng basukih, tan sah pwa umarek bhatara kalih umiring
hanangun
4. yoga samadhi, hana ling bhatara putrajaya, agya mwah agawya
ratu bali, sdya matangnyan bhatara hananing bhawana tmon sas
ananing wwong wus ilang , tan hana halahayu ning bhawana. yata
44a. 1. dumeh bhatara. mwah lungha maring swarghaloka. knanti lan
bhatara hyang ghnijaya, mwang bhatara kahyangan ing bali kabeh,
iniring de sang mpu sumeru. tan cariteng hawan , apan pada maha
wan hyun, prapta
2. pwa mareng swarghaloka. umdek paduka bhaLara, aminta
anugraha, sang wnang sumilihana ratu, tangeh yan wuwusan
gocaran bhatara maring swarghaloka, bhyakta wus putus kang
sumilihana raja , wusing
3. mangkana umantuk bhatara kalih, iniring de sang pandya ma
hameru , mwang bhatara catur purusa, laju jumujug ing basakih
mangka prestawanya //0// Gumantyakna mwah sang mayadanawa,
kumon de bhatara<noinclude></noinclude>
oi5g6rydvvqjtn9rhuk2uil0ku14tu6
113464
113456
2022-07-19T16:03:57Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|69}}
2. sanghyang surapati mwah, ibhu hanakning hulun karwa, yan
mangkana tan tumenget sira rama ya bhapa, nging hana piwkas
ramanta, kumonaken si mayadanawa, amasangana lapa smadhi
rumuhun.
3. didinya arwat malapatakanya nguni, anembah pwa sang stri karwa.
singgih yan tuhuning mangka, umiring patik rahadyan sang hulun,
kaya sarwwa adnya paduka bhatara, an mangkana pahyun ikang
alapkna, maluwaran
4. ikang gosti wicara, kapwa mantuk pwa sang kalih amwit i bhatara.
tan popama sukani citan ira, pan wus labde ing gati, tinher pwa
awarawarah lawan sira mayadanawa, nguniweh ni dyah
b. 1. malini, nahan katattwanya, hengatitaning mangka sakamantyan
//0// Wuwusan mwah sira mpu mahameru sinengan de bhatara ing
tolangkir, ya dumehnya gipih tumurun ing bali
2. lumaku tang pahamngan cet tumurun maring gadhing desa iku.
anulah lampahanya lumintangin ghiri tulukbyu, prapta sireng basu
kih, tan sah angaturana panamaskara wedastawa humung swa
raning
3. genta, sinawuraning kembangura mwang panjayajaya. saksana
umijil pwa bhatara tangeh yan katakna gostining bhatara, kunang
salawas ireng basukih, tan sah pwa umarek bhatara kalih umiring
hanangun
4. yoga samadhi, hana ling bhatara putrajaya, agya mwah agawya
ratu bali, sdya matangnyan bhatara hananing bhawana tmon sas
ananing wwong wus ilang , tan hana halahayu ning bhawana. yata
44a. 1. dumeh bhatara. mwah lungha maring swarghaloka. knanti lan
bhatara hyang ghnijaya, mwang bhatara kahyangan ing bali kabeh,
iniring de sang mpu sumeru. tan cariteng hawan , apan pada maha
wan hyun, prapta
2. pwa mareng swarghaloka. umdek paduka bhaLara, aminta
anugraha, sang wnang sumilihana ratu, tangeh yan wuwusan
gocaran bhatara maring swarghaloka, bhyakta wus putus kang
sumilihana raja , wusing
3. mangkana umantuk bhatara kalih, iniring de sang pandya ma
hameru , mwang bhatara catur purusa, laju jumujug ing basakih
mangka prestawanya //0// Gumantyakna mwah sang mayadanawa,
kumon de bhatara<noinclude></noinclude>
acn59us7sx8e0lt1gdm4g2wzz2p7sr1
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/104
250
32358
113457
2022-07-19T15:45:54Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>97<br>
mlaspas, puput saha ngenteg linggih, mangkana katattwanya<br>
inguni //0// Mwah wusing samangkana, mwah sira sang mpu jaya<br>
mahireng, papareng lan sanak<br>
b. l. suta potraka kabeh, anangunaken kahyangan, inarana pura jati,<br>
maka cihnaning jati, wawangunan manira, siniwi dening wwang<br>
bali kabeh, katattwanya, wkas yan hana sahanaking wwang<br>
2. kalanya anangunaken karyya, mahayu bhatara, nuhur tirtha kaman-<br>
dalu, wnang sentanan manira asing wruh ring haji purana, angas-<br>
tawa ngaturan widhi wedana, ngastawa bhatari ganggha.<br>
3. Mangka kramanira rumuhun, dumeh ingaranan pura jati, maka<br>
cihna jati, angaturana pajati. Kunang lwirnya widhi wedana, suci<br>
asoroh, bebek selem jambul, sampun tampak<br>
4. taluh, puputing suci, mwah katipal kelan, ajuman, saha dulur<br>
canang segehan, mapangleb, itik urip selem jambul, sata ireng,<br>
daksina puputing sesantun, manut nista,<br>
61a. 1. madya uttama, ning karyya, yan uttama, arthanya 700, madya, 500,<br>
nista, 425, tgep tan yogya malong, tan sidhi phalanya, mangka<br>
tingkahing pura jati //0// Mwah sira mpu kayu jaya mahireng, tan<br>
sah pwa papareng lawan sa<br>
2. nak suta pulu kabeh, katkaning kompyang, puput angaturhana<br>
karyya, kadi ling sang sida wusing acintya, rengwakna tikang<br>
carita, rimbe nikang karyya, ingaranan<br>
3. ambuta yadnya, amanca walikrama, nga, wus amanca walikrama,<br>
nga, nya brahma, nurunang bhatara kabeh, nher angaturang<br>
pangenteg linggih, kunang diwasa nikang karyya,<br>
4. nuju diwasa, ca, pa, wa, wara pahang, tithi, tang, ping, 13, sasih,<br>
ka 10, rah, 2, teng, 1, isaka, 112, warsaning rat, samasama kaya<br>
ring basakih, duking mangka anuhurana sang para sadaka, maka<br>
b. 1. nguni sang mawang praja, abiseka sri haji dalem tapolung, atisaya<br>
apkik wadhana dalem, bhyakta hyang manasija ngawatara, wawu<br>
mupung jajakanya, durung angalap rabhi. Kunang kang sinangguh<br>
2.bhujangga, tan waneh pwa sira sang sanak pitu, sira mpu ktek,<br>
mpu kananda, mpu wira adnyana, mpu wita dharmma, mpu ra<br>
garunting, mpu preteka, mpu dangka, iniring de sanak sisyan ira<br>
3.kabeh, pada inaturan mamuja, bhoktaning karyya, ngawit saking<br>
sasih, ka, 7, mbhuta yadnya, nga, pretekaning widhi wedana, catur<noinclude></noinclude>
3zg2vu2g5brnk910vtzt7p7n0av8h5a
113468
113457
2022-07-19T16:06:48Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh|97}}
mlaspas, puput saha ngenteg linggih, mangkana katattwanya<br>
inguni //0// Mwah wusing samangkana, mwah sira sang mpu jaya<br>
mahireng, papareng lan sanak<br>
b. l. suta potraka kabeh, anangunaken kahyangan, inarana pura jati,<br>
maka cihnaning jati, wawangunan manira, siniwi dening wwang<br>
bali kabeh, katattwanya, wkas yan hana sahanaking wwang<br>
2. kalanya anangunaken karyya, mahayu bhatara, nuhur tirtha kaman-<br>
dalu, wnang sentanan manira asing wruh ring haji purana, angas-<br>
tawa ngaturan widhi wedana, ngastawa bhatari ganggha.<br>
3. Mangka kramanira rumuhun, dumeh ingaranan pura jati, maka<br>
cihna jati, angaturana pajati. Kunang lwirnya widhi wedana, suci<br>
asoroh, bebek selem jambul, sampun tampak<br>
4. taluh, puputing suci, mwah katipal kelan, ajuman, saha dulur<br>
canang segehan, mapangleb, itik urip selem jambul, sata ireng,<br>
daksina puputing sesantun, manut nista,<br>
61a. 1. madya uttama, ning karyya, yan uttama, arthanya 700, madya, 500,<br>
nista, 425, tgep tan yogya malong, tan sidhi phalanya, mangka<br>
tingkahing pura jati //0// Mwah sira mpu kayu jaya mahireng, tan<br>
sah pwa papareng lawan sa<br>
2. nak suta pulu kabeh, katkaning kompyang, puput angaturhana<br>
karyya, kadi ling sang sida wusing acintya, rengwakna tikang<br>
carita, rimbe nikang karyya, ingaranan<br>
3. ambuta yadnya, amanca walikrama, nga, wus amanca walikrama,<br>
nga, nya brahma, nurunang bhatara kabeh, nher angaturang<br>
pangenteg linggih, kunang diwasa nikang karyya,<br>
4. nuju diwasa, ca, pa, wa, wara pahang, tithi, tang, ping, 13, sasih,<br>
ka 10, rah, 2, teng, 1, isaka, 112, warsaning rat, samasama kaya<br>
ring basakih, duking mangka anuhurana sang para sadaka, maka<br>
b. 1. nguni sang mawang praja, abiseka sri haji dalem tapolung, atisaya<br>
apkik wadhana dalem, bhyakta hyang manasija ngawatara, wawu<br>
mupung jajakanya, durung angalap rabhi. Kunang kang sinangguh<br>
2.bhujangga, tan waneh pwa sira sang sanak pitu, sira mpu ktek,<br>
mpu kananda, mpu wira adnyana, mpu wita dharmma, mpu ra<br>
garunting, mpu preteka, mpu dangka, iniring de sanak sisyan ira<br>
3.kabeh, pada inaturan mamuja, bhoktaning karyya, ngawit saking<br>
sasih, ka, 7, mbhuta yadnya, nga, pretekaning widhi wedana, catur<noinclude></noinclude>
dlvcqa1qxo3ker189fkww5k1zoqi4jq
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/17
250
32359
113458
2022-07-19T15:49:08Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>10
Akhimya Bhatara Putrajaya berunding dengan Bhatara Hyang Gnijaya, bersama dengan Bhatara Catur Purusa di puncak Gunung Tolangkir. Tiada lain yang dirungdingkan ialah
b. 1, tentang sepinya Pulau Bali, tidak ada manusia penghuni, juga tidak ada yang melakukan upacara-upacara keagamaan di tempat-tempat yang suci di Bali. Itulah yang dipikirkan oleh Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Gnijaya; turut serta Bhawa Catur Purusa, tentang pemujaan di Pulau Bali.
2. Kemudian pulang kembali ke Pulau Jawa, menghadap Bhatara Hyang Pasupati. Segera mereka berangkat. Tidak dikatakan dalam perjalanan telah tiba di Gunung Jambu Dwipa,
3. segera mereka menghadap Sang Hyang, berlulut dan menyembah. Begitu mereka dilihat oleh paduka Bhatara Hyang Maha Suci, ditanyailah olehnya, apa sebab mereka datang. Katanya, "Anakku Putrajaya dan
4. Gnijaya serta cucu-cucuku semua, apa sebabnya seperti tergesa-gesa menghadap serta disertai dengan ratap tangis? Kalau dapat, sadarkanlah dirimu."
7a. 1. Menjawablah Bhatara-Bhatara dari Bali, didahului dengan meng hormat dan menyembah. Jawabnya," Paduka Bhatara yang bijak sana, sebabnya putra-putra Paduka Bhatara Parameswara datang menghadap Paduka Bhatara, tiada lain
2. karena sunyi senyap, tidak ada mansianya di Bali; tidak ada orang yang memuja anak Paduka Bhatara. Karena itu sekiranya berkenan dan disetujiui oleh Paduka Bhatara, mohon agar Paduka Bhatara menciptakan manusia,
3. maksudnya, agar ada yang memelihara bangunan-bangunan suci di Bali.Itulah perlunya, kami semua datang menghadap. Berkata Paduka Bhatara Pasunatha, disertai mantra
4. "''Wakhyang suci yajna tirtam,sanmate stute paranam, dhar manasca parasryante, sidhirastu namostutam''" Anakku, kalau demikian, jangan berkecil hati. Ayah tidak melupakan.
b. 1. Inilah aku berikan padamu. Terimalah moga-moga selamat dan tercapai cita-citamu, bersama saudaramu semua, Ludra, Tatwa Brahmana, Iswara, Wisnu, Mahadewa. Tunggulah ayah akan segera mengadakan manusia di Bali.
2. Menyembahlah Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Hyang Gnijaya<noinclude></noinclude>
86xrtr34nlm15nzlq9zhlfathfmmkky
113482
113458
2022-07-19T16:17:46Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||10}}
Akhimya Bhatara Putrajaya berunding dengan Bhatara Hyang Gnijaya, bersama dengan Bhatara Catur Purusa di puncak Gunung Tolangkir. Tiada lain yang dirungdingkan ialah
b. 1, tentang sepinya Pulau Bali, tidak ada manusia penghuni, juga tidak ada yang melakukan upacara-upacara keagamaan di tempat-tempat yang suci di Bali. Itulah yang dipikirkan oleh Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Gnijaya; turut serta Bhawa Catur Purusa, tentang pemujaan di Pulau Bali.
2. Kemudian pulang kembali ke Pulau Jawa, menghadap Bhatara Hyang Pasupati. Segera mereka berangkat. Tidak dikatakan dalam perjalanan telah tiba di Gunung Jambu Dwipa,
3. segera mereka menghadap Sang Hyang, berlulut dan menyembah. Begitu mereka dilihat oleh paduka Bhatara Hyang Maha Suci, ditanyailah olehnya, apa sebab mereka datang. Katanya, "Anakku Putrajaya dan
4. Gnijaya serta cucu-cucuku semua, apa sebabnya seperti tergesa-gesa menghadap serta disertai dengan ratap tangis? Kalau dapat, sadarkanlah dirimu."
7a. 1. Menjawablah Bhatara-Bhatara dari Bali, didahului dengan meng hormat dan menyembah. Jawabnya," Paduka Bhatara yang bijak sana, sebabnya putra-putra Paduka Bhatara Parameswara datang menghadap Paduka Bhatara, tiada lain
2. karena sunyi senyap, tidak ada mansianya di Bali; tidak ada orang yang memuja anak Paduka Bhatara. Karena itu sekiranya berkenan dan disetujiui oleh Paduka Bhatara, mohon agar Paduka Bhatara menciptakan manusia,
3. maksudnya, agar ada yang memelihara bangunan-bangunan suci di Bali.Itulah perlunya, kami semua datang menghadap. Berkata Paduka Bhatara Pasunatha, disertai mantra
4. "''Wakhyang suci yajna tirtam,sanmate stute paranam, dhar manasca parasryante, sidhirastu namostutam''" Anakku, kalau demikian, jangan berkecil hati. Ayah tidak melupakan.
b. 1. Inilah aku berikan padamu. Terimalah moga-moga selamat dan tercapai cita-citamu, bersama saudaramu semua, Ludra, Tatwa Brahmana, Iswara, Wisnu, Mahadewa. Tunggulah ayah akan segera mengadakan manusia di Bali.
2. Menyembahlah Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Hyang Gnijaya<noinclude></noinclude>
modizmvc2ha3g63aobykhi3pvtohxa3
113644
113482
2022-07-20T00:35:35Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||10}}
Akhirnya Bhatara Putrajaya berunding dengan Bhatara Hyang Gnijaya, bersama dengan Bhatara Catur Purusa di puncak Gunung Tolangkir. Tiada lain yang dirungdingkan ialah
b. 1. tentang sepinya Pulau Bali, tidak ada manusia penghuni, juga tidak ada yang melakukan upacara-upacara keagamaan di tempat-tempat yang suci di Bali. Itulah yang dipikirkan oleh Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Gnijaya; turut serta Bhawa Catur Purusa, tentang pemujaan di Pulau Bali.
2. Kemudian pulang kembali ke Pulau Jawa, menghadap Bhatara Hyang Pasupati. Segera mereka berangkat. Tidak dikatakan dalam perjalanan telah tiba di Gunung Jambu Dwipa,
3. segera mereka menghadap Sang Hyang, berlulut dan menyembah. Begitu mereka dilihat oleh paduka Bhatara Hyang Maha Suci, ditanyailah olehnya, apa sebab mereka datang. Katanya, "Anakku Putrajaya dan
4. Gnijaya serta cucu-cucuku semua, apa sebabnya seperti tergesa-gesa menghadap serta disertai dengan ratap tangis? Kalau dapat, sadarkanlah dirimu."
7a. 1. Menjawablah Bhatara-Bhatara dari Bali, didahului dengan meng hormat dan menyembah. Jawabnya," Paduka Bhatara yang bijak sana, sebabnya putra-putra Paduka Bhatara Parameswara datang menghadap Paduka Bhatara, tiada lain
2. karena sunyi senyap, tidak ada mansianya di Bali; tidak ada orang yang memuja anak Paduka Bhatara. Karena itu sekiranya berkenan dan disetujiui oleh Paduka Bhatara, mohon agar Paduka Bhatara menciptakan manusia,
3. maksudnya, agar ada yang memelihara bangunan-bangunan suci di Bali. Itulah perlunya, kami semua datang menghadap. Berkata Paduka Bhatara Pasunatha, disertai mantra
4. "''Wakhyang suci yajna tirtam,sanmate stute paranam, dhar manasca parasryante, sidhirastu namostutam''" Anakku, kalau demikian, jangan berkecil hati. Ayah tidak melupakan.
b. 1. Inilah aku berikan padamu. Terimalah moga-moga selamat dan tercapai cita-citamu, bersama saudaramu semua, Ludra, Tatwa Brahmana, Iswara, Wisnu, Mahadewa. Tunggulah ayah akan segera mengadakan manusia di Bali.
2. Menyembahlah Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Hyang Gnijaya<noinclude></noinclude>
axvr9fk0ne4y35xav3vxb2kn8vx88al
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/25
250
32360
113459
2022-07-19T15:50:35Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>18
lamanya mereka bersuami iSlri, liada terhingga bahagianya,
mereka pun mempunyai kelurunan laki perempuan
4. Banyak kalau diceritakan, perbuatan Paduka Bhatara jaman dulu,
perihal yoga semadi menciptakan manusia di Gunung Tampur
hyang. Karena lelah menjadi kenyataan banyaklah manusia di
Bali, anak beranak, merupakan keturunan maka Paduka Bhatar
1. yang Mahasuci Ninnala itu, memerintahkan kepada para dewa
dan dewata datang di Bali, mengajarkan peri hal tata cara
kchidupam menjadi manusia supaya bisa bekerja serta
2.merasakan lapar dan haus. Itulah sebabnya manusia memilih
pekerjaan bercocok tanam. Ada hutan luas di gunung Tampur
hyang. dipergunakan bercocok tanam padi gaga oleh penduduk
Bali Aga. Dibabatlah pohon-pohon yang besar,
3. dibakar dengan api, mengepuulah asapnya. Ada sebatang pohon
asam masih tersisa merupakan tonggak seperti patung tampaknya
longgak itu. Kalau diumpamakan
4. tidak ubahnya seorang dukuh dengan sikap pelepasan. Begilulah
permulaannya. Sekarang, tegalan padi gaga sudah menjadi, meru
pakan hasil karya manusia. Begitu diceritakan dahulu. Kita
cukupkan sekian saja dahulu. Selanjutnya,
12a. 1. diceritakan lagi mcngenai I Bang dan I Barak, sudah lama mereka
bersuami istri. Kemudian mereka mencari tempat tinggal, bertem
pat di tepi danau (Balur), legasnya disebul desa Abang. Mereka
mempunyai anak, baru lima orang, empal laki-Iaki;
2. seorang perempuan. Yang tetua diberi nama Ki Tanah Barak;
yang perempuan bemama Ni Lewih. Selain itu, Ki Pita yang ber
istri dengan Ni jnar, lelah mempunyai dua orang anak, baru lima
orang , empat laki.
3. yang perempuan diberi nama Ni Kuning. Ni Kuning inilah yang
kawin dengan Ki Barakan. Dan Ni Luwih diperistri oleh Ki Pita,
itu disebut makedenganngad. Kemudian sama-sama menum
buhkan keturunan.
4. I Pita mempunyai tiga orang anak, scorang perempuan dan dua
orang Iaki-Iaki. Yang tenua diberi nama Ni Kuning, yang kedua
made (laki), diberi nama I Nyuh Gading dan yang termuda, ber
nama I Gadingan. Ki Tanah Barakan
b1. telah mempunyai tiga anak, seorang laki-Iaki dan dua orang pe<noinclude></noinclude>
shf1n1aqbhcoaftu335z2n9z43pf2mt
113525
113459
2022-07-19T17:27:53Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||18}}
lamanya mereka bersuami istri, tiada terhingga bahagianya,
mereka pun mempunyai keturunan laki perempuan
4. Banyak kalau diceritakan, perbuatan Paduka Bhatara jaman dulu,
perihal yoga semadi menciptakan manusia di Gunung Tampur
hyang. Karena lelah menjadi kenyataan banyaklah manusia di
Bali, anak beranak, merupakan keturunan maka Paduka Bhatar
1. yang Mahasuci Nirmala itu, memerintahkan kepada para dewa
dan dewata datang di Bali, mengajarkan peri hal tata cara
kehidupam menjadi manusia supaya bisa bekerja serta
2.merasakan lapar dan haus. Itulah sebabnya manusia memilih
pekerjaan bercocok tanam. Ada hutan luas di gunung Tampur
hyang. dipergunakan bercocok tanam padi gaga oleh penduduk
Bali Aga. Dibabatlah pohon-pohon yang besar,
3. dibakar dengan api, mengepullah asapnya. Ada sebatang pohon
asam masih tersisa merupakan tonggak seperti patung tampaknya
tonggak itu. Kalau diumpamakan
4. tidak ubahnya seorang dukuh dengan sikap pelepasan. Begilulah
permulaannya. Sekarang, tegalan padi gaga sudah menjadi, meru
pakan hasil karya manusia. Begitu diceritakan dahulu. Kita
cukupkan sekian saja dahulu. Selanjutnya,
12a. 1. diceritakan lagi mengenai I Bang dan I Barak, sudah lama mereka
bersuami istri. Kemudian mereka mencari tempat tinggal, bertempat di tepi danau (Balur), legasnya disebul desa Abang. Mereka
mempunyai anak, baru lima orang, empal laki-laki;
2. seorang perempuan. Yang tetua diberi nama Ki Tanah Barak;
yang perempuan bemama Ni Lewih. Selain itu, Ki Pita yang beristri dengan Ni jnar, lelah mempunyai dua orang anak, baru lima
orang , empat laki.
3. yang perempuan diberi nama Ni Kuning. Ni Kuning inilah yang
kawin dengan Ki Barakan. Dan Ni Luwih diperistri oleh Ki Pita,
itu disebut makedenganngad. Kemudian sama-sama menum
buhkan keturunan.
4. I Pita mempunyai tiga orang anak, seorang perempuan dan dua
orang laki-laki. Yang tenua diberi nama Ni Kuning, yang kedua
made (laki), diberi nama I Nyuh Gading dan yang termuda, ber
nama I Gadingan. Ki Tanah Barakan
b1. telah mempunyai tiga anak, seorang laki-Iaki dan dua orang pe<noinclude></noinclude>
q0yfzb37kkqh82lq24sjuu76628d3rf
113650
113525
2022-07-20T00:43:04Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||18}}
lamanya mereka bersuami istri, tiada terhingga bahagianya,
mereka pun mempunyai keturunan laki perempuan
4. Banyak kalau diceritakan, perbuatan Paduka Bhatara jaman dulu,
perihal yoga semadi menciptakan manusia di Gunung Tampur
hyang. Karena lelah menjadi kenyataan banyaklah manusia di
Bali, anak beranak, merupakan keturunan maka Paduka Bhatar
1. yang Mahasuci Nirmala itu, memerintahkan kepada para dewa
dan dewata datang di Bali, mengajarkan peri hal tata cara
kehidupam menjadi manusia supaya bisa bekerja serta
2.merasakan lapar dan haus. Itulah sebabnya manusia memilih
pekerjaan bercocok tanam. Ada hutan luas di gunung Tampur
hyang. dipergunakan bercocok tanam padi gaga oleh penduduk
Bali Aga. Dibabatlah pohon-pohon yang besar,
3. dibakar dengan api, mengepullah asapnya. Ada sebatang pohon
asam masih tersisa merupakan tonggak seperti patung tampaknya
tonggak itu. Kalau diumpamakan
4. tidak ubahnya seorang dukuh dengan sikap pelepasan. Begilulah
permulaannya. Sekarang, tegalan padi gaga sudah menjadi, meru
pakan hasil karya manusia. Begitu diceritakan dahulu. Kita
cukupkan sekian saja dahulu. Selanjutnya,
12a. 1. diceritakan lagi mengenai I Bang dan I Barak, sudah lama mereka
bersuami istri. Kemudian mereka mencari tempat tinggal, bertempat di tepi danau (Balur), legasnya disebul desa Abang. Mereka
mempunyai anak, baru lima orang, empal laki-laki;
2. seorang perempuan. Yang tertua diberi nama Ki Tanah Barak;
yang perempuan bemama Ni Lewih. Selain itu, Ki Pita yang beristri dengan Ni jnar, lelah mempunyai dua orang anak, baru lima
orang, empat laki.
3. yang perempuan diberi nama Ni Kuning. Ni Kuning inilah yang
kawin dengan Ki Barakan. Dan Ni Luwih diperistri oleh Ki Pita,
itu disebut ''makedenganngad''. Kemudian sama-sama menumbuhkan keturunan.
4. I Pita mempunyai tiga orang anak, seorang perempuan dan dua
orang laki-laki. Yang tertua diberi nama Ni Kuning, yang kedua
made (laki), diberi nama I Nyuh Gading dan yang termuda, ber
nama I Gadingan. Ki Tanah Barakan
b. 1. telah mempunyai tiga anak, seorang laki-laki dan dua orang pe<noinclude></noinclude>
svqsay0mu9sxp8jafaygqgm1ehd7u2c
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/78
250
32361
113460
2022-07-19T15:56:15Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|71}}
4. hyang widhi wisesa, anyadma pwa mwah maring bali madya, pan
wus puma tang malapatakaning sarira mareng tapabratha, ya
dumeh kinutusa jadma mwah, sinung nugraha pwa sok mahard
henareswari pwa sira,
b. 1. matangnira sinuksma maring tata kalapa, pinuter dening pdang
wus pinalira bhinresihan de sang atapeng tolangkir, sira sang
kulputih, sira sang aswesma pwa maring sorgga, gnep pwa ri
yuganta, ganta gu-
2. manti, abiseka pwa sira dalem sri haji masula masuli, winiwaha
pwa sira ring sang ari apan buncing pwa wijil ira, nguni hana desa
wawangunan hyang indra, nga, manukaya, skahan, piudhu, irika
pwa
3. ya bhatara masula masuli, anangunaken wesmasrama, dalanira
asasanjan maring ukir, tan popama karestyaning nagara, apan sang
ratu dharmma anuraga nindhyang rat, astiti bhakti ring dewa,
4. mwang amagehaken glaraning astadasa wyawahara, ya hetunya tan
hanamupawadha dalem, presama hamujimuji kamahatmyanira sri
haji, satungkebing punpunanira tkeng ukir jaladhi, mangka
45a. 1. margha nira nguni, sapandiri sri haji masula masuli, rengwakna
mwah, inguni rimbenya umijil sri haji masula masuli, hana ling
sanghyang indra, ring manusaloka, apa ta lwiranya nihan, riwkas
yan hana
2. wwong akuren, lawan sanak tunggal, anular sri haji masula
masuli, ya ta pada tan kayogyaha,nga, anglentuhing nagara krama,
tka wnang dohakna, maring tembinging samudra, dudhu sasanan
ing manusa, nga,
3. sato, hanranging bhwana kojarnya, tanwun sarang tang bhwana
kabeh, mwah yang hana wwang wtu kalih saking gharbawasaning
babunya, lakistri, atunggalan ariari, ya ta nga, buncing, kewalya
hangletuhing desa pa-
4. kraman,nga, dohakna ri pinggiring desa, gnahnya, mwang pinggir
ing setra, sahulan saptang dinten lawasnya, wnang kang wwong
desa pakraman hanangkunen karyya,nga, pangosadi, amalik
sumpah,
b. 1. mwang hanyanyapuh, ya ta kang wwong, wnang aprayascita
mangkana ling sanghyang surapati i nguni, pada tan kawnang<noinclude></noinclude>
nnq6wfomn9k5nx5fqq7wogz08winb4o
113465
113460
2022-07-19T16:04:23Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|71}}
4. hyang widhi wisesa, anyadma pwa mwah maring bali madya, pan
wus puma tang malapatakaning sarira mareng tapabratha, ya
dumeh kinutusa jadma mwah, sinung nugraha pwa sok mahard
henareswari pwa sira,
b. 1. matangnira sinuksma maring tata kalapa, pinuter dening pdang
wus pinalira bhinresihan de sang atapeng tolangkir, sira sang
kulputih, sira sang aswesma pwa maring sorgga, gnep pwa ri
yuganta, ganta gu-
2. manti, abiseka pwa sira dalem sri haji masula masuli, winiwaha
pwa sira ring sang ari apan buncing pwa wijil ira, nguni hana desa
wawangunan hyang indra, nga, manukaya, skahan, piudhu, irika
pwa
3. ya bhatara masula masuli, anangunaken wesmasrama, dalanira
asasanjan maring ukir, tan popama karestyaning nagara, apan sang
ratu dharmma anuraga nindhyang rat, astiti bhakti ring dewa,
4. mwang amagehaken glaraning astadasa wyawahara, ya hetunya tan
hanamupawadha dalem, presama hamujimuji kamahatmyanira sri
haji, satungkebing punpunanira tkeng ukir jaladhi, mangka
45a. 1. margha nira nguni, sapandiri sri haji masula masuli, rengwakna
mwah, inguni rimbenya umijil sri haji masula masuli, hana ling
sanghyang indra, ring manusaloka, apa ta lwiranya nihan, riwkas
yan hana
2. wwong akuren, lawan sanak tunggal, anular sri haji masula
masuli, ya ta pada tan kayogyaha,nga, anglentuhing nagara krama,
tka wnang dohakna, maring tembinging samudra, dudhu sasanan
ing manusa, nga,
3. sato, hanranging bhwana kojarnya, tanwun sarang tang bhwana
kabeh, mwah yang hana wwang wtu kalih saking gharbawasaning
babunya, lakistri, atunggalan ariari, ya ta nga, buncing, kewalya
hangletuhing desa pa-
4. kraman,nga, dohakna ri pinggiring desa, gnahnya, mwang pinggir
ing setra, sahulan saptang dinten lawasnya, wnang kang wwong
desa pakraman hanangkunen karyya,nga, pangosadi, amalik
sumpah,
b. 1. mwang hanyanyapuh, ya ta kang wwong, wnang aprayascita
mangkana ling sanghyang surapati i nguni, pada tan kawnang<noinclude></noinclude>
osr092oph9brm0ybzn00plach0zt2en
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/103
250
32362
113461
2022-07-19T15:56:46Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>96<br>
memuja Sang Hyang Akasa bersama Sang Hyang Ibu Pertiwi,<br>
yang juga dianggap perwujudan ibu bapak sebagai sumber kehi<br>
60a.1. dupan, disebut Dwiphala. Di halaman tengah, Pasamuhan Agung,<br>
rempat bagi para Dewa Dewata semua. Lagi, membuat tempat<br>
memuja kawitan di bagian luar, berbemuk babaturan dengan dua<br>
ruangan, laki perempuan. Itulah yang dimaksud tempat be-<br>
2. liau di sisi Tuhan, seperti kehendak beliau yang telah moksa. Dan<br>
babaturan dengan tiga ruangan, sebagai sthana Sang Hyang Tiga<br>
Sakti, lengkap dengan Sedahan Taksu Pengapit Lawang. Se-<br>
lanjutnya, selesai pura iru, kemudian<br>
3. di sana tumbuh pohon kayu yang hitam warnanya sebagai suatu<br>
pertanda, sesuai dengan petunjuk beliau yang telah moksa, pada<br>
masa yang lampau. Itulah sebabnya diberi nama pura Kayu Selem.<br>
Diketemukan sampai sekarang. Dahulunya kayu itu disebut Kayu<br>
Celagi hitam. Selanjutnya, setelah selesai, lengkap pura itu<br>
4. juga melaksanakan upacara karya, disebut masasapuh mlaspas,<br>
sampai dengan ngenteg linggih. Demikian ceritanya dahulu. Sete-<br>
lah itu semua selesai, lagi sang Mpu Jaya Mahireng, bersama<br>
b.1. dengan anak cucu murid-muridnya semua, membangun Kahyang<br>
an, dinamakan pura Jati, sebagai pertanda sujati bangunannya,<br>
dipelihara serta dipuja oleh orang-orang Bali semuanya. Tujuan-<br>
nya, nanti kalau ada<br>
2. orang-orang, pada waktu menyelenggarakan upakara karya, bagi<br>
kepentingan Bhatara, mohon tirtha kamandalu. Boleh keturu-<br>
nanku, asal tahu aji purana, memuja, menghantarkan widhi we<br>
dana, memuja Bhatara Gangga.<br>
3. Demikian keadaannya dahulu, diberi nama pura Jati. Sebagai lam-<br>
bang sujati, menghaturkan pajati. Adapun wujud widhi wedana itu<br>
ialah suci asoroh, itik hiLam jambul, yang hampir bertelur.<br>
4. Suci selengkapnya, katipat kelan, ajuman disertai canang sege-<br>
han. Untuk pangleb di danau, itik hiLam jambul masih hidup,<br>
hewan hitam, daksina lengkap dengan sesari, sesuai menurut,<br>
61a.1. nista, madya dan utamanya upakara karya. Kalau bersifat utama,<br>
700; madya 500; nista, 425; secukupnya, tidak baleh kurang; tidak<br>
akan menemukan hasil. Begitu, tata caranya di pura jati. Se<br>
lanjutnya Mpu Kayu Jaya Mahireng<noinclude></noinclude>
rjyz0xeps9qkc2ecw6iuoxp6vezcrh3
113467
113461
2022-07-19T16:05:41Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||96}}
memuja Sang Hyang Akasa bersama Sang Hyang Ibu Pertiwi,<br>
yang juga dianggap perwujudan ibu bapak sebagai sumber kehi<br>
60a.1. dupan, disebut Dwiphala. Di halaman tengah, Pasamuhan Agung,<br>
rempat bagi para Dewa Dewata semua. Lagi, membuat tempat<br>
memuja kawitan di bagian luar, berbemuk babaturan dengan dua<br>
ruangan, laki perempuan. Itulah yang dimaksud tempat be-<br>
2. liau di sisi Tuhan, seperti kehendak beliau yang telah moksa. Dan<br>
babaturan dengan tiga ruangan, sebagai sthana Sang Hyang Tiga<br>
Sakti, lengkap dengan Sedahan Taksu Pengapit Lawang. Se-<br>
lanjutnya, selesai pura iru, kemudian<br>
3. di sana tumbuh pohon kayu yang hitam warnanya sebagai suatu<br>
pertanda, sesuai dengan petunjuk beliau yang telah moksa, pada<br>
masa yang lampau. Itulah sebabnya diberi nama pura Kayu Selem.<br>
Diketemukan sampai sekarang. Dahulunya kayu itu disebut Kayu<br>
Celagi hitam. Selanjutnya, setelah selesai, lengkap pura itu<br>
4. juga melaksanakan upacara karya, disebut masasapuh mlaspas,<br>
sampai dengan ngenteg linggih. Demikian ceritanya dahulu. Sete-<br>
lah itu semua selesai, lagi sang Mpu Jaya Mahireng, bersama<br>
b.1. dengan anak cucu murid-muridnya semua, membangun Kahyang<br>
an, dinamakan pura Jati, sebagai pertanda sujati bangunannya,<br>
dipelihara serta dipuja oleh orang-orang Bali semuanya. Tujuan-<br>
nya, nanti kalau ada<br>
2. orang-orang, pada waktu menyelenggarakan upakara karya, bagi<br>
kepentingan Bhatara, mohon tirtha kamandalu. Boleh keturu-<br>
nanku, asal tahu aji purana, memuja, menghantarkan widhi we<br>
dana, memuja Bhatara Gangga.<br>
3. Demikian keadaannya dahulu, diberi nama pura Jati. Sebagai lam-<br>
bang sujati, menghaturkan pajati. Adapun wujud widhi wedana itu<br>
ialah suci asoroh, itik hiLam jambul, yang hampir bertelur.<br>
4. Suci selengkapnya, katipat kelan, ajuman disertai canang sege-<br>
han. Untuk pangleb di danau, itik hiLam jambul masih hidup,<br>
hewan hitam, daksina lengkap dengan sesari, sesuai menurut,<br>
61a.1. nista, madya dan utamanya upakara karya. Kalau bersifat utama,<br>
700; madya 500; nista, 425; secukupnya, tidak baleh kurang; tidak<br>
akan menemukan hasil. Begitu, tata caranya di pura jati. Se<br>
lanjutnya Mpu Kayu Jaya Mahireng<noinclude></noinclude>
p9eu865j45b3c2ww828hvdnbsdhgsyk
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/26
250
32363
113462
2022-07-19T16:00:06Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>19
4. pengan wredhi sentana pwa sira, jalwistrya //0//
tangeh yan katakna drestinira padhuka bhatara, ayogga smadhi,
angaji manusa ri tampurhyang, apan wuswus bhyakta akeh kang
manusa ri bali, manak gumanak makurambyan, ya matangi-
b 1. ra padhuka bhatara mahasuci nirmala, akon sang walek dewa
deatha, tumurun mareng bali, angjaraken ulahing manusa, maka
nguni agawya praboting manusa, didinyan wruha nyambut ga
2. we, wruhing lapawlekang, ya matange tang manusa padha ngungsi
gawe katanem, hana alas agung, ring tampurhyang ginawe
janggala pangagan, olih wong balyagga, rinubuh tang tarn agung
3. nguniweh gineseng ing pawaka, dumilah awlu kukusnya, hana
tarn clagi, kari tunggaknya apan huwus rinubuhan, kaya lingir
rupa nikang twed, yan winimbakna, tan waneh leaya anudu
4. kuh angranasika, nahan prestawanya, kunang janggala pangagan
sampun wus dadi, manusa anambut gawe, mangkana kacaritanya
nguni nengakna sakamantyan //0// Ucapkna
12a. 1. mwah i bang Ian i barak, wus lama denya akuren, tumuli angalihi
unggwan, akakubon ring pinggiring danu, ya hetunya ingaranan
ring abang, sampun pwa wreddi sentana wawu, 5, siki, jalu,
2. 4, stri, 1, sawiji, kang panwa inaranan ki tanah barak, kang stri
inaranan ni lewih //0// Kunang ki pita, akuren lawan i jnar,
sampun asuta wawu, 2, siki, laki stri. kang jalu aran i nyuh ga
3. dhing, kang stri aran i kuning, ya ta i kuning inalapwa umah, de
ki barakan. Kunang i lewih ingalap akuren lawan i pita, ya ngaran
makdengan hengad. Ri wkasan sarna wredhi sen
4.tana, i pita asuta, 3, stri sawiji, laki, 2, kang panwa stri aran i
kuning, pamadhe laki , aran i nyuh gadhing, mwah sang ing wuruju
aran i gadhingan . Kunang kang i ngarki tanah ba
b. 1. rak sarnpun as uta, 3, laki, 1, stri ,2, kang panwa laki, aran ki wayan<noinclude></noinclude>
dq0zmyuvewqy8gmcmv5tyecn3dsc5tz
113526
113462
2022-07-19T17:29:47Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||19}}
4. pengan wredhi sentana pwa sira, jalwistrya //0//
tangeh yan katakna drestinira padhuka bhatara, ayogga smadhi,
angaji manusa ri tampurhyang, apan wuswus bhyakta akeh kang
manusa ri bali, manak gumanak makurambyan, ya matang i-
b 1. ra padhuka bhatara mahasuci nirmala, akon sang walek dewa
deatha, tumurun mareng bali, angjaraken ulahing manusa, maka
nguni agawya praboting manusa, didinyan wruha nyambut ga-
2. we, wruhing lapawlekang, ya matange tang manusa padha ngungsi
gawe katanem, hana alas agung, ring tampurhyang ginawe
janggala pangagan, olih wong balyagga, rinubuh tang tarn agung
3. nguniweh gineseng ing pawaka, dumilah awlu kukusnya, hana
tarn clagi, kari tunggaknya apan huwus rinubuhan, kaya lingir
rupa nikang twed, yan winimbakna, tan waneh leaya anudu
4. kuh angranasika, nahan prestawanya, kunang janggala pangagan
sampun wus dadi, manusa anambut gawe, mangkana kacaritanya
nguni nengakna sakamantyan //0// Ucapkna
12a. 1. mwah i bang Ian i barak, wus lama denya akuren, tumuli angalihi
unggwan, akakubon ring pinggiring danu, ya hetunya ingaranan
ring abang, sampun pwa wreddi sentana wawu, 5, siki, jalu,
2. 4, stri, 1, sawiji, kang panwa inaranan ki tanah barak, kang stri
inaranan ni lewih //0// Kunang ki pita, akuren lawan i jnar,
sampun asuta wawu, 2, siki, laki stri. kang jalu aran i nyuh ga
3. dhing, kang stri aran i kuning, ya ta i kuning inalapwa umah, de
ki barakan. Kunang i lewih ingalap akuren lawan i pita, ya ngaran
makdengan hengad. Ri wkasan sarna wredhi sen
4.tana, i pita asuta, 3, stri sawiji, laki, 2, kang panwa stri aran i
kuning, pamadhe laki , aran i nyuh gadhing, mwah sang ing wuruju
aran i gadhingan . Kunang kang i ngarki tanah ba-
b. 1. rak sarnpun as uta, 3, laki, 1, stri ,2, kang panwa laki, aran ki wayan<noinclude></noinclude>
hf76gciphntr937gitav6memtxwrcvk
113651
113526
2022-07-20T00:43:41Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||19}}
4. pengan wredhi sentana pwa sira, jalwistrya //0//
tangeh yan katakna drestinira padhuka bhatara, ayogga smadhi,
angaji manusa ri tampurhyang, apan wuswus bhyakta akeh kang
manusa ri bali, manak gumanak makurambyan, ya matang i-
b 1. ra padhuka bhatara mahasuci nirmala, akon sang walek dewa
deatha, tumurun mareng bali, angjaraken ulahing manusa, maka
nguni agawya praboting manusa, didinyan wruha nyambut ga-
2. we, wruhing lapawlekang, ya matange tang manusa padha ngungsi
gawe katanem, hana alas agung, ring tampurhyang ginawe
janggala pangagan, olih wong balyagga, rinubuh tang tarn agung
3. nguniweh gineseng ing pawaka, dumilah awlu kukusnya, hana
tarn clagi, kari tunggaknya apan huwus rinubuhan, kaya lingir
rupa nikang twed, yan winimbakna, tan waneh leaya anudu
4. kuh angranasika, nahan prestawanya, kunang janggala pangagan
sampun wus dadi, manusa anambut gawe, mangkana kacaritanya
nguni nengakna sakamantyan //0// Ucapkna
12a. 1. mwah i bang lan i barak, wus lama denya akuren, tumuli angalihi
unggwan, akakubon ring pinggiring danu, ya hetunya ingaranan
ring abang, sampun pwa wreddi sentana wawu, 5, siki, jalu,
2. 4, stri, 1, sawiji, kang panwa inaranan ki tanah barak, kang stri
inaranan ni lewih //0// Kunang ki pita, akuren lawan i jnar,
sampun asuta wawu, 2, siki, laki stri. kang jalu aran i nyuh ga
3. dhing, kang stri aran i kuning, ya ta i kuning inalapwa umah, de
ki barakan. Kunang i lewih ingalap akuren lawan i pita, ya ngaran
makdengan hengad. Ri wkasan sarna wredhi sen
4.tana, i pita asuta, 3, stri sawiji, laki, 2, kang panwa stri aran i
kuning, pamadhe laki, aran i nyuh gadhing, mwah sang ing wuruju
aran i gadhingan. Kunang kang i ngarki tanah ba-
b. 1. rak sarnpun as uta, 3, laki, 1, stri ,2, kang panwa laki, aran ki wayan<noinclude></noinclude>
277vvcg9x3535jg1wcz6uqpzwiipxbd
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/91
250
32364
113463
2022-07-19T16:03:03Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||84}}
4. "Aum, Aum. Anakku semua, sekarang terima lagi petunjukku. Dalam masa-masa yang akan datang, bilamana telah berkembang keturunanmu, beritahukanlah tata cara mcngupacarai mayat. Nanti kalau ada yang tidak tahu melaksanakan ''swadharma''
b. 1. kebujanggan, kaIau ada keturunanmu, guru-berguru dengan Sapta Pandita, boleh menjadi Bujangga sehingga boleh keturunanmu mohon anugerahmu, menyucikan mayatnya. Boleh scmbah-menyembah di antara sesama kamu semua. Apa sebabnya?
2. Sebab, asal mula bapakmu pada zaman dahulu dari Bhatara sang Nabe, Bhatara Mpu Sumeru. Demikianlah dan ingatlah petunjuk bapakmu ini. Kalau kamu tidak laksanakan, kena sumpahnya. Kalau tidak dilaksanakan
3. moga-moga, mudah-mudahan menurun martabatnya, bebal, banyak kerja kurang makan. lni lagi. Kalau tidak ada Bujangga di Bali pada waktu mengupacarai mayat, boleh di pura mohon ''tirtha pangentas'', memohon kepada
4. Bhatara Jagatnatha, terutama kepada Sang Hyang Tri Purusa. Tetapi, kamu hendaknya mohon lebih dahulu, dari parhyangan tempat semadi bapakmu. Bapakmu akan segera memberikan dengan pikiran. Perlengkapanmu mohon ''tirtha pangentas'' ialah
55a. 1. pabersihan sebagai samna kepada Bhatara Tri Purusa. Dan setelah diberikan lirlha, di sana mohon kepada bapakmu lagi, dilengkapi dengan pemujaan. Dari sanalah aku bersama-sama Bhatara memberikan ''tirtha'', dinamakan ''tirtha pangentas''. Tetapi permohonan
2. kepada Bhatara tidak boleh lain, tiga peralatannya, yaitu: ''sangku lembama, bahem salaka, dan batil wesi.'' Di sanalah aku tempatkan tirtha itu. Disertai dengan periuk baru, tiga. Itulah tirtha penyucian. Inilah simbol pada sangku
3. tembaga, ANG, pada sangku besi, UNG, pada sangku selaka (perak) , MANG. Ini lagi tambahan simbol pada tembaga, mantranya ''OM BHANG MANG Brahma nama swaha.'' Simbo mantra pada sangku selaka, mantranya, ''ONG BHA BHANG Iswara ya namah.'' Simbol mantra pada sangku besi , mantranya<noinclude></noinclude>
dn8itaoedpn7nrpi07oyc1iopi0bu4a
113622
113463
2022-07-20T00:13:08Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||84}}
4. "Aum, Aum. Anakku semua, sekarang terima lagi petunjukku. Dalam masa-masa yang akan datang, bilamana telah berkembang keturunanmu, beritahukanlah tata cara mcngupacarai mayat. Nanti kalau ada yang tidak tahu melaksanakan ''swadharma''
b. 1. kebujanggan, kaIau ada keturunanmu, guru-berguru dengan Sapta Pandita, boleh menjadi Bujangga sehingga boleh keturunanmu mohon anugerahmu, menyucikan mayatnya. Boleh scmbah-menyembah di antara sesama kamu semua. Apa sebabnya?
2. Sebab, asal mula bapakmu pada zaman dahulu dari Bhatara sang Nabe, Bhatara Mpu Sumeru. Demikianlah dan ingatlah petunjuk bapakmu ini. Kalau kamu tidak laksanakan, kena sumpahnya. Kalau tidak dilaksanakan
3. moga-moga, mudah-mudahan menurun martabatnya, bebal, banyak kerja kurang makan. lni lagi. Kalau tidak ada Bujangga di Bali pada waktu mengupacarai mayat, boleh di pura mohon ''tirtha pangentas'', memohon kepada
4. Bhatara Jagatnatha, terutama kepada Sang Hyang Tri Purusa. Tetapi, kamu hendaknya mohon lebih dahulu, dari parhyangan tempat semadi bapakmu. Bapakmu akan segera memberikan dengan pikiran. Perlengkapanmu mohon ''tirtha pangentas'' ialah
55a. 1. pabersihan sebagai samna kepada Bhatara Tri Purusa. Dan setelah diberikan lirlha, di sana mohon kepada bapakmu lagi, dilengkapi dengan pemujaan. Dari sanalah aku bersama-sama Bhatara memberikan ''tirtha'', dinamakan ''tirtha pangentas''. Tetapi permohonan
2. kepada Bhatara tidak boleh lain, tiga peralatannya, yaitu: ''sangku lembama, bahem salaka, dan batil wesi.'' Di sanalah aku tempatkan tirtha itu. Disertai dengan periuk baru, tiga. Itulah tirtha penyucian. Inilah simbol pada sangku
3. tembaga, ANG, pada sangku besi, UNG, pada sangku selaka (perak) , MANG. Ini lagi tambahan simbol pada tembaga, mantranya ''OM BHANG MANG Brahma nama swaha.'' Simbo mantra pada sangku selaka, mantranya, ''ONG BHA BHANG Iswara ya namah.'' Simbol mantra pada sangku besi , mantranya<noinclude></noinclude>
2rfsoakh87fxveh6g0oo61zbnt31v0r
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/79
250
32365
113466
2022-07-19T16:05:29Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|72}}
Ragarunting, Mpu Prateka, Mpu Dangka. Itulah dinamakan Sanak
4. pitu. Yang lainnya, yaitu anak-anak muridnya Mpu Sumeru, ber
lainan klannya, lahir dari keilmuan di Tampurhyang, yang berasal
usul Mpu Mamareka, belakangan kelahiramya pada masa lalu,
dari mereka yang dinamakan Sanak Pitu.
47a. 1. Lebih-lebih dari anaknya Mpu Gana yang bemama Mpu Galuh.
Mereka ini baru disebut bersaudara sepupu dengan Mpu Kama
reka, sudah dua keturunan dari kelahiran Bhatara Hyang Gni
2jaya. Demikian ceritanya. Lagi dibicarakan, sang Mpu Kamareka
menuturkan anaknya bemama Ni Kayu Jaya Mahireng, ..Anakku
Kayu Ireng, dengarkanlah tutur bapakmu sekarang. Nanti
3. kalau ada keturunan lahir, beri tahukan juga tentang hal ihwal
berparhyangan dan beri tahukan pula perihal guru berguru kepada
keturunan Bhatara Gnijaya, yang dinamakan Sanak Pitu, terhitung
4. bersaudara sepupu tingkat kedua. Dahulu ada petunjuk sang Nabe
kepada bapakmu. Tidak diperkenankannya saling ambil-mengam
bil; hanyalahh saling berparhyangan. Tetapi engkau dengan
saudara-saudaramu, harus saling sembah-menyembah,
b. 1. boleh saling ambil, sebab engkau sama-sama menjadi muridnya.
Jangan dilanggar. Tetapi di antara keturunanmu, boleh saling
sembah dan saling ambil. Demikian tata cara menjadi manusia.
Lagi pula, nanti kalau
2. engkau mati, jangan membakar mayat. Apa sebabnya? Sebab
Bhatara tidak senang dengan kotor. Keramat sebab dekat dengan
parhyangan pura di Pamarajon, pura Tegeh, Ulun Dano, dan pwa
Batur.
3. Maksudnya agar tidak dilampaui oleh asap pembakaran mayat.
Sebab tata caranya orang Bali, tidak diperkenankan membakar.
Tanamlah mayat itu, retapi boleh diupakara ''Mabya tanem''. Begitu
ingatlah; jangan dilampaui,
4. dikenakan kutuk oleh Bhawa Abra Sinuhun," Sesudah pemerin
tahan sang raja Bali Sri Haji MasuIa-MasuIi yang tertenal kemak
murannya daIam mempertahankan negara, dan beliau memberikan
kemakmuran kepada rakyat
48a. 1. tenang wilayah kekuasaannya. Tidak ada pemberontakan setelah
lama kemudian. wafatlah beliau. pergi ke alam ''sunya'' tanpa ba-<noinclude></noinclude>
qe07ou9im6xbqifjw1sfgcmduapmfoy
113470
113466
2022-07-19T16:08:03Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|72}}
Ragarunting, Mpu Prateka, Mpu Dangka. Itulah dinamakan Sanak
4. pitu. Yang lainnya, yaitu anak-anak muridnya Mpu Sumeru, ber
lainan klannya, lahir dari keilmuan di Tampurhyang, yang berasal
usul Mpu Mamareka, belakangan kelahiramya pada masa lalu,
dari mereka yang dinamakan Sanak Pitu.
47a. 1. Lebih-lebih dari anaknya Mpu Gana yang bemama Mpu Galuh.
Mereka ini baru disebut bersaudara sepupu dengan Mpu Kama
reka, sudah dua keturunan dari kelahiran Bhatara Hyang Gni
2jaya. Demikian ceritanya. Lagi dibicarakan, sang Mpu Kamareka
menuturkan anaknya bemama Ni Kayu Jaya Mahireng, ..Anakku
Kayu Ireng, dengarkanlah tutur bapakmu sekarang. Nanti
3. kalau ada keturunan lahir, beri tahukan juga tentang hal ihwal
berparhyangan dan beri tahukan pula perihal guru berguru kepada
keturunan Bhatara Gnijaya, yang dinamakan Sanak Pitu, terhitung
4. bersaudara sepupu tingkat kedua. Dahulu ada petunjuk sang Nabe
kepada bapakmu. Tidak diperkenankannya saling ambil-mengam
bil; hanyalahh saling berparhyangan. Tetapi engkau dengan
saudara-saudaramu, harus saling sembah-menyembah,
b. 1. boleh saling ambil, sebab engkau sama-sama menjadi muridnya.
Jangan dilanggar. Tetapi di antara keturunanmu, boleh saling
sembah dan saling ambil. Demikian tata cara menjadi manusia.
Lagi pula, nanti kalau
2. engkau mati, jangan membakar mayat. Apa sebabnya? Sebab
Bhatara tidak senang dengan kotor. Keramat sebab dekat dengan
parhyangan pura di Pamarajon, pura Tegeh, Ulun Dano, dan pwa
Batur.
3. Maksudnya agar tidak dilampaui oleh asap pembakaran mayat.
Sebab tata caranya orang Bali, tidak diperkenankan membakar.
Tanamlah mayat itu, retapi boleh diupakara ''Mabya tanem''. Begitu
ingatlah; jangan dilampaui,
4. dikenakan kutuk oleh Bhawa Abra Sinuhun," Sesudah pemerin
tahan sang raja Bali Sri Haji MasuIa-MasuIi yang tertenal kemak
murannya daIam mempertahankan negara, dan beliau memberikan
kemakmuran kepada rakyat
48a. 1. tenang wilayah kekuasaannya. Tidak ada pemberontakan setelah
lama kemudian. wafatlah beliau. pergi ke alam ''sunya'' tanpa ba-<noinclude></noinclude>
9xng5hvaoybd907tjwljigjk1dpk1x4
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/27
250
32366
113469
2022-07-19T16:07:39Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>20
rempuan . Yang lertua laki-laki djben nama Ki Wayan Tampalon ,
yang perempuan bemama Ni Loka sedang Ni Sloka diperistri oleh
I Gadingan, mempunyai lima orang anak, dua perempuan dan tiga
orang Jakj-laki.
3. Ni Nyuh Gading sudah mempunyai empal anak, laki perempuan,
dua laki-laki dan dua orang perempuan. Ki Wayahan Tampalon,
mempunyai lima anak, tiga laki-laki dan dua perempuan.
Seterusnya, mereka hidup sangat rukun,
4. Tidak perselisihan, saling ambil antara saudara sepupu waklu itu.
Saat itu mata manusia masih semua hitam, lidak ada putihnya;
masih dapal bercakap-cakap dengan
13a 1. para dewa. Itulah awal mulanya manusia dapat mengerjakan tanah
tegalan padi gaga, berkebun namanya; menanam segala jenis
umbi-umbian, padi gaga dan biji-bijian . Tidak terkatakan suburnya
tanaman mereka semuanya.
2. Dengan demikian, tiap-tiap rumah tangga tidak kekurangan makan
dan minuman. Begitulah keadaannya sebab para dewa sangatt
menaruh belas kasihan, mengajarkan orang-orang itu. Demikian
ceritanya.
3. Diceritakan pula, dahulu pada waktu Bhatara Kasuhun berjalan
jalan menyaksikan tanaman padi gaga dan peerumahan penduduk
sambil melihat-lihat kesemarakan hutan sebab sudah berhasil
tanaman mereka, serba tenang
4. suasana keluarga dilihatlah oleh manusia Bhatara, segera berkata
(baca: bertanya) orang itu. Begini pertanyaannya, "Ya paduka
Dewa, akan pergi ke mana sekarang?" Menjawablah paduka
Bhatara, Aku berkeliling-keliling,
1. untuk melihal tanam-tmaman." Kata orang itu lagi, "Kalau de
mikian hamba bermaksud scgala macam isi perkebunan hamba,
sesuai dengan kehendak Paduka Bhatara."
2. Diam, tidak menyahut Bhatara. Kejadian itu dilihat dan didengar
oleh si Bunglon . Tidak berkenan di hatinya si Bungion sangat
marah karena manusia berbincang-bincang dengan Bhatara sambil
membuang air besar. Lalu si Bunglon
3. memandang dan menunjuk serta berkata pedas," Hai kamu
manusia, sesungguhnya bertentangan tingkah lakumu sebagai
manusia. Besar kesalahanmu . Terlalu sombong dan akhirnya akan<noinclude></noinclude>
plvxebk28ldw43sg835p0rvoaqrxsz6
113527
113469
2022-07-19T17:31:38Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||20}}
rempuan . Yang lertua laki-laki djben nama Ki Wayan Tampalon ,
yang perempuan bemama Ni Loka sedang Ni Sloka diperistri oleh
I Gadingan, mempunyai lima orang anak, dua perempuan dan tiga
orang Jaki-laki.
3. Ni Nyuh Gading sudah mempunyai empal anak, laki perempuan,
dua laki-laki dan dua orang perempuan. Ki Wayahan Tampalon,
mempunyai lima anak, tiga laki-laki dan dua perempuan.
Seterusnya, mereka hidup sangat rukun,
4. Tidak perselisihan, saling ambil antara saudara sepupu waklu itu.
Saat itu mata manusia masih semua hitam, lidak ada putihnya;
masih dapal bercakap-cakap dengan
13a 1. para dewa. Itulah awal mulanya manusia dapat mengerjakan tanah
tegalan padi gaga, berkebun namanya; menanam segala jenis
umbi-umbian, padi gaga dan biji-bijian . Tidak terkatakan suburnya
tanaman mereka semuanya.
2. Dengan demikian, tiap-tiap rumah tangga tidak kekurangan makan
dan minuman. Begitulah keadaannya sebab para dewa sangatt
menaruh belas kasihan, mengajarkan orang-orang itu. Demikian
ceritanya.
3. Diceritakan pula, dahulu pada waktu Bhatara Kasuhun berjalan
jalan menyaksikan tanaman padi gaga dan peerumahan penduduk
sambil melihat-lihat kesemarakan hutan sebab sudah berhasil
tanaman mereka, serba tenang
4. suasana keluarga dilihatlah oleh manusia Bhatara, segera berkata
(baca: bertanya) orang itu. Begini pertanyaannya, "Ya paduka
Dewa, akan pergi ke mana sekarang?" Menjawablah paduka
Bhatara, Aku berkeliling-keliling,
1. untuk melihal tanam-tmaman." Kata orang itu lagi, "Kalau de
mikian hamba bermaksud scgala macam isi perkebunan hamba,
sesuai dengan kehendak Paduka Bhatara."
2. Diam, tidak menyahut Bhatara. Kejadian itu dilihat dan didengar
oleh si Bunglon . Tidak berkenan di hatinya si Bungion sangat
marah karena manusia berbincang-bincang dengan Bhatara sambil
membuang air besar. Lalu si Bunglon
3. memandang dan menunjuk serta berkata pedas," Hai kamu
manusia, sesungguhnya bertentangan tingkah lakumu sebagai
manusia. Besar kesalahanmu . Terlalu sombong dan akhirnya akan<noinclude></noinclude>
341e55g0icdq0tms6c0busn2figslqq
113528
113527
2022-07-19T17:32:02Z
Aryana prayoga
876
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||20}}
rempuan . Yang lertua laki-laki djben nama Ki Wayan Tampalon ,
yang perempuan bemama Ni Loka sedang Ni Sloka diperistri oleh
I Gadingan, mempunyai lima orang anak, dua perempuan dan tiga
orang laki-laki.
3. Ni Nyuh Gading sudah mempunyai empal anak, laki perempuan,
dua laki-laki dan dua orang perempuan. Ki Wayahan Tampalon,
mempunyai lima anak, tiga laki-laki dan dua perempuan.
Seterusnya, mereka hidup sangat rukun,
4. Tidak perselisihan, saling ambil antara saudara sepupu waklu itu.
Saat itu mata manusia masih semua hitam, lidak ada putihnya;
masih dapal bercakap-cakap dengan
13a 1. para dewa. Itulah awal mulanya manusia dapat mengerjakan tanah
tegalan padi gaga, berkebun namanya; menanam segala jenis
umbi-umbian, padi gaga dan biji-bijian . Tidak terkatakan suburnya
tanaman mereka semuanya.
2. Dengan demikian, tiap-tiap rumah tangga tidak kekurangan makan
dan minuman. Begitulah keadaannya sebab para dewa sangatt
menaruh belas kasihan, mengajarkan orang-orang itu. Demikian
ceritanya.
3. Diceritakan pula, dahulu pada waktu Bhatara Kasuhun berjalan
jalan menyaksikan tanaman padi gaga dan peerumahan penduduk
sambil melihat-lihat kesemarakan hutan sebab sudah berhasil
tanaman mereka, serba tenang
4. suasana keluarga dilihatlah oleh manusia Bhatara, segera berkata
(baca: bertanya) orang itu. Begini pertanyaannya, "Ya paduka
Dewa, akan pergi ke mana sekarang?" Menjawablah paduka
Bhatara, Aku berkeliling-keliling,
1. untuk melihal tanam-tmaman." Kata orang itu lagi, "Kalau de
mikian hamba bermaksud scgala macam isi perkebunan hamba,
sesuai dengan kehendak Paduka Bhatara."
2. Diam, tidak menyahut Bhatara. Kejadian itu dilihat dan didengar
oleh si Bunglon . Tidak berkenan di hatinya si Bungion sangat
marah karena manusia berbincang-bincang dengan Bhatara sambil
membuang air besar. Lalu si Bunglon
3. memandang dan menunjuk serta berkata pedas," Hai kamu
manusia, sesungguhnya bertentangan tingkah lakumu sebagai
manusia. Besar kesalahanmu . Terlalu sombong dan akhirnya akan<noinclude></noinclude>
m0aejmgsgrw107b1vt9m0y0yx7vvw61
113652
113528
2022-07-20T00:45:37Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||20}}
rempuan. Yang lertua laki-laki diberi nama Ki Wayan Tampalon,
yang perempuan bemama Ni Loka sedang Ni Sloka diperistri oleh
I Gadingan, mempunyai lima orang anak, dua perempuan dan tiga
orang laki-laki.
3. Ni Nyuh Gading sudah mempunyai empal anak, laki perempuan,
dua laki-laki dan dua orang perempuan. Ki Wayahan Tampalon,
mempunyai lima anak, tiga laki-laki dan dua perempuan.
Seterusnya, mereka hidup sangat rukun,
4. Tidak perselisihan, saling ambil antara saudara sepupu waktu itu.
Saat itu mata manusia masih semua hitam, tidak ada putihnya;
masih dapat bercakap-cakap dengan
13a 1. para dewa. Itulah awal mulanya manusia dapat mengerjakan tanah
tegalan padi gaga, berkebun namanya; menanam segala jenis
umbi-umbian, padi gaga dan biji-bijian. Tidak terkatakan suburnya
tanaman mereka semuanya.
2. Dengan demikian, tiap-tiap rumah tangga tidak kekurangan makan
dan minuman. Begitulah keadaannya sebab para dewa sangatt
menaruh belas kasihan, mengajarkan orang-orang itu. Demikian
ceritanya.
3. Diceritakan pula, dahulu pada waktu Bhatara Kasuhun berjalan
jalan menyaksikan tanaman padi gaga dan peerumahan penduduk
sambil melihat-lihat kesemarakan hutan sebab sudah berhasil
tanaman mereka, serba tenang
4. suasana keluarga dilihatlah oleh manusia Bhatara, segera berkata
(baca: bertanya) orang itu. Begini pertanyaannya, "Ya paduka
Dewa, akan pergi ke mana sekarang?" Menjawablah paduka
Bhatara, Aku berkeliling-keliling,
1. untuk melihat tanam-tanaman." Kata orang itu lagi, "Kalau demikian hamba bermaksud segala macam isi perkebunan hamba,
sesuai dengan kehendak Paduka Bhatara."
2. Diam, tidak menyahut Bhatara. Kejadian itu dilihat dan didengar
oleh si Bunglon. Tidak berkenan di hatinya si Bunglon sangat
marah karena manusia berbincang-bincang dengan Bhatara sambil
membuang air besar. Lalu si Bunglon
3. memandang dan menunjuk serta berkata pedas," Hai kamu
manusia, sesungguhnya bertentangan tingkah lakumu sebagai
manusia. Besar kesalahanmu. Terlalu sombong dan akhirnya akan<noinclude></noinclude>
0rikfslq3t6o21x07qt736l4iw7pgn3
113744
113652
2022-07-20T10:57:46Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||20}}
rempuan. Yang lertua laki-laki diberi nama Ki Wayan Tampalon,
yang perempuan bemama Ni Loka sedang Ni Sloka diperistri oleh
I Gadingan, mempunyai lima orang anak, dua perempuan dan tiga
orang laki-laki.
3. Ni Nyuh Gading sudah mempunyai empal anak, laki perempuan,
dua laki-laki dan dua orang perempuan. Ki Wayahan Tampalon,
mempunyai lima anak, tiga laki-laki dan dua perempuan.
Seterusnya, mereka hidup sangat rukun,
4. Tidak perselisihan, saling ambil antara saudara sepupu waktu itu.
Saat itu mata manusia masih semua hitam, tidak ada putihnya;
masih dapat bercakap-cakap dengan
13a 1. para dewa. Itulah awal mulanya manusia dapat mengerjakan tanah
tegalan padi gaga, berkebun namanya; menanam segala jenis
umbi-umbian, padi gaga dan biji-bijian. Tidak terkatakan suburnya
tanaman mereka semuanya.
2. Dengan demikian, tiap-tiap rumah tangga tidak kekurangan makan
dan minuman. Begitulah keadaannya sebab para dewa sangatt
menaruh belas kasihan, mengajarkan orang-orang itu. Demikian
ceritanya.
3. Diceritakan pula, dahulu pada waktu Bhatara Kasuhun berjalan
jalan menyaksikan tanaman padi gaga dan peerumahan penduduk
sambil melihat-lihat kesemarakan hutan sebab sudah berhasil
tanaman mereka, serba tenang
4. suasana keluarga dilihatlah oleh manusia Bhatara, segera berkata
(baca: bertanya) orang itu. Begini pertanyaannya, "Ya paduka
Dewa, akan pergi ke mana sekarang?" Menjawablah paduka
Bhatara, Aku berkeliling-keliling,
1. untuk melihat tanam-tanaman." Kata orang itu lagi, "Kalau demikian hamba bermaksud segala macam isi perkebunan hamba,
sesuai dengan kehendak Paduka Bhatara."
2. Diam, tidak menyahut Bhatara. Kejadian itu dilihat dan didengar
oleh si Bunglon. Tidak berkenan di hatinya si Bunglon sangat
marah karena manusia berbincang-bincang dengan Bhatara sambil
membuang air besar. Lalu si Bunglon
3. memandang dan menunjuk serta berkata pedas," Hai kamu
manusia, sesungguhnya bertentangan tingkah lakumu sebagai
manusia. Besar kesalahanmu. Terlalu sombong dan akhirnya akan<noinclude></noinclude>
h4g2t941n4on84smi2aa5k1xy35qegd
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/102
250
32367
113473
2022-07-19T16:09:58Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>95
pranarajon, sira ngastawa wedana. Malih sira mpu de kaywan, sira<br>
ngiring amutru,<br>
2. tan popama sarah wiryya nikang yadnya pepek salwirning saji ,<br>
widhiwedana tan anangsal, humung swaran ikang genta, tan waneh<br>
pwa kaya bramara, angisep sarining kusuma. Kunang mwah sira<br>
sang para sadaka,<br>
3. kang nora angayengin karyya, prasama, ingaluraken angresi<br>
bhojana, ing aturan punya, winalesan dening pujastawa, tangeh<br>
yan wuwusan ulahan ikang karyya, tan kna<br>
4. winilang keh punang tatamwi, tan hana kuranging pasuguh,<br>
sarah wiryya tang drewina, gumanti wus puput tekang yadnya,<br>
kapwa alwaran punang tatamwi, umantuk ing kuwunya sowang<br>
sowang //0//<br>
b.1. Kunang mwah apan sampun presida puput sang kawitan, mung<br>
gahing pitra yadnya, irika sira mpu jaya mahireng, iniring de<br>
sanak suta putunira kabeh, ngawangunaken kahyangan, kaya<br>
2. piwkasan wus sidhu lepas, lwirnya, sanggar agung, pangastawannira<br>
bhatara hyang suci, abiseka sanghyang taya. Mwah gdong tri<br>
purusa, nga, tumpang, 3, pangastawan ira bhatara siwa, sada siwa,<br>
3. pramasiwa, abiseka sanghyang tigayadnya, waneh gdong tumpang ,<br>
2, pangastanan ira bhatara hyang brahma wisnu. Waneh kamulan<br>
merong, 3, pangastanan ira sanghyang tri purusa, brahma , wisnu,<br>
4. iswara, rikala atmu tangan. Mwah babaturan rong, 2, pangas<br>
tananira sanghyang akasa, atmu lawan sanghyang ibhu pretiwi,<br>
ya ta kang sinangguh meme bapa, ngawijilaken amreta siwambha,<br>
nga, dwiphala.<br>
60a.1. Mwah ring madya, nga, pasamwan agung, turunan bhatara kabeh.<br>
Lawan muwah agawe pangastanan kawitan ring jabaan, babaturan<br>
rong, 2, lanang wadon, ya ta sinangguh<br>
2. unggwanya hyang, piwkas ira sang sida wus lephas. Mwah<br>
babaturan rong, 3, pangastananira sanghyang tigha sakti, puput<br>
katkeng sedahan taksu pangapit lawang. Mwah ring sampun pu-<br>
put ikang pura, wkasan hana<br>
3.mentik kayu ireng , maka cihna, kaya warawarah sang wus.<br>
lephas inguni, ya ta marmarnya inaranan pura kayu selem tinem<br>
waken mangke, katattwan ikang kayu, nga, clangi ireng. Kunang<br>
4. ring sampun puputing pura, nher anangunaken karyya, masasapuh,<noinclude></noinclude>
2j6ln1wm75njjmp7og6wh7gxgkbpbqa
113476
113473
2022-07-19T16:14:41Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||95}}
pranarajon, sira ngastawa wedana. Malih sira mpu de kaywan, sira<br>
ngiring amutru,<br>
2. tan popama sarah wiryya nikang yadnya pepek salwirning saji ,<br>
widhiwedana tan anangsal, humung swaran ikang genta, tan waneh<br>
pwa kaya bramara, angisep sarining kusuma. Kunang mwah sira<br>
sang para sadaka,<br>
3. kang nora angayengin karyya, prasama, ingaluraken angresi<br>
bhojana, ing aturan punya, winalesan dening pujastawa, tangeh<br>
yan wuwusan ulahan ikang karyya, tan kna<br>
4. winilang keh punang tatamwi, tan hana kuranging pasuguh,<br>
sarah wiryya tang drewina, gumanti wus puput tekang yadnya,<br>
kapwa alwaran punang tatamwi, umantuk ing kuwunya sowang<br>
sowang //0//<br>
b.1. Kunang mwah apan sampun presida puput sang kawitan, mung<br>
gahing pitra yadnya, irika sira mpu jaya mahireng, iniring de<br>
sanak suta putunira kabeh, ngawangunaken kahyangan, kaya<br>
2. piwkasan wus sidhu lepas, lwirnya, sanggar agung, pangastawannira<br>
bhatara hyang suci, abiseka sanghyang taya. Mwah gdong tri<br>
purusa, nga, tumpang, 3, pangastawan ira bhatara siwa, sada siwa,<br>
3. pramasiwa, abiseka sanghyang tigayadnya, waneh gdong tumpang ,<br>
2, pangastanan ira bhatara hyang brahma wisnu. Waneh kamulan<br>
merong, 3, pangastanan ira sanghyang tri purusa, brahma , wisnu,<br>
4. iswara, rikala atmu tangan. Mwah babaturan rong, 2, pangas<br>
tananira sanghyang akasa, atmu lawan sanghyang ibhu pretiwi,<br>
ya ta kang sinangguh meme bapa, ngawijilaken amreta siwambha,<br>
nga, dwiphala.<br>
60a.1. Mwah ring madya, nga, pasamwan agung, turunan bhatara kabeh.<br>
Lawan muwah agawe pangastanan kawitan ring jabaan, babaturan<br>
rong, 2, lanang wadon, ya ta sinangguh<br>
2. unggwanya hyang, piwkas ira sang sida wus lephas. Mwah<br>
babaturan rong, 3, pangastananira sanghyang tigha sakti, puput<br>
katkeng sedahan taksu pangapit lawang. Mwah ring sampun pu-<br>
put ikang pura, wkasan hana<br>
3.mentik kayu ireng , maka cihna, kaya warawarah sang wus.<br>
lephas inguni, ya ta marmarnya inaranan pura kayu selem tinem<br>
waken mangke, katattwan ikang kayu, nga, clangi ireng. Kunang<br>
4. ring sampun puputing pura, nher anangunaken karyya, masasapuh,<noinclude></noinclude>
qs88f88nqaavyk4hoj6dwtvi6ins4bc
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/29
250
32368
113477
2022-07-19T16:14:52Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>22
menyesatkan. Lagi pula tidak akan menemukan kesenangan. Di
mana ada peraturan yang engkau ketahui,
4. bercakap-cakap dengan Ida Hyang, sambil buang air besar. Benar
lah bahwa kelahiranmu dari tanah yang dikepal-kepal." Menyahut
manusia," Hai, engkau bunglon sungguh pedas kata-katamu, sam
pai menyebul asal kelahiranku. Sungguh engkau tidak berlaku
14a 1. sopan, berpura-purn tabu segala peraturan. Tidaklah tahu bahwa
kau termasuk golongan binatang merayap, suka makan kotoran,
bersifat iri hati, berlagak mulia; bukanlah senyatanya Hyang
Bhatara tidak lersinggung padaku." Menyahut
2. Ki Bunglon, melotot matanya merah, seperti mengeluarkan me
nyala-nyala, sambil berkata," Hai, karena kau manusia dungu,
mudah-mudahan engkau tidak menemukan basil, menjadi manusia
jelck, berpikiran hina . Semoga jadi manusia dusun,
3. sampai kelak kemudian hari. Kesalahanmu merendahkan derajat
Dewa. Karena tidak dapal dipertahankan , tidak bersifat brahmana.
Lalu si Bunglon seolah-olah menghibur Bhatara, mohon belas
kasihan Bhalara. Seketika itu paduka
4. Bhatara memanggil semua manusia. Selelah mereka datang lalu
disuruh membelalakkan matanya .memandang Bhatara. Lalu
digores mata manusia itu dengan kapur, di
b 1. sertai dengan ucapan," Moga-mogalah, karena kamu manusia
durhaka kepadaku, tidak dapat lagi melihal para dewa-dewa sam
pai kelak kemudian hari . Adapun sebabnya adalah karena kamu
berkata-kata sambil berak.
2. Demikianlah kutukanku, supaya diwarisi oleh ke turunan mu, sam
pai kelak kemudian hari. Namun ada pemberianku padamu,
manusia semuanya, kalau kamu ingin berjumpa dengan aku
3. barulah lercapai selelah mati; illl berarti kam u hanya mampu mc
lihalku secara niskala." Begilulah pesan Bhalara Hyang Parama
Wisesa, semua tnanusia mengiku tinya (memaluhinya), disertai
sembah sujud; lalu mereka kembali pulang
4. sambil menangis, menyesal alas perbuatannya. Begitulah asal
mulanya manusia tidak dapat lagi melihal para Dewa-Dewa.
Tersebutlah manusia pada waktu dalam perjalanan, berjumpa lagi
dengan Bunglon, segera manusia berkata, "Hei engkau Bunglon,<noinclude></noinclude>
3jkavmgil47qrxn6bi8oeromfvoof0i
113529
113477
2022-07-19T17:34:51Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||22}}
menyesatkan. Lagi pula tidak akan menemukan kesenangan. Di
mana ada peraturan yang engkau ketahui,
4. bercakap-cakap dengan Ida Hyang, sambil buang air besar. Benar
lah bahwa kelahiranmu dari tanah yang dikepal-kepal." Menyahut
manusia," Hai, engkau bunglon sungguh pedas kata-katamu, sam
pai menyebul asal kelahiranku. Sungguh engkau tidak berlaku
14a 1. sopan, berpura-purn tabu segala peraturan. Tidaklah tahu bahwa
kau termasuk golongan binatang merayap, suka makan kotoran,
bersifat iri hati, berlagak mulia; bukanlah senyatanya Hyang
Bhatara tidak lersinggung padaku." Menyahut
2. Ki Bunglon, melotot matanya merah, seperti mengeluarkan me
nyala-nyala, sambil berkata," Hai, karena kau manusia dungu,
mudah-mudahan engkau tidak menemukan basil, menjadi manusia
jelek, berpikiran hina . Semoga jadi manusia dusun,
3. sampai kelak kemudian hari. Kesalahanmu merendahkan derajat
Dewa. Karena tidak dapat dipertahankan, tidak bersifat brahmana.
Lalu si Bunglon seolah-olah menghibur Bhatara, mohon belas
kasihan Bhalara. Seketika itu paduka
4. Bhatara memanggil semua manusia. Selelah mereka datang lalu
disuruh membelalakkan matanya .memandang Bhatara. Lalu
digores mata manusia itu dengan kapur, di
b 1. sertai dengan ucapan," Moga-mogalah, karena kamu manusia
durhaka kepadaku, tidak dapat lagi melihat para dewa-dewa sampai kelak kemudian hari. Adapun sebabnya adalah karena kamu berkata-kata sambil berak.
2. Demikianlah kutukanku, supaya diwarisi oleh ke turunan mu, sampai kelak kemudian hari. Namun ada pemberianku padamu, manusia semuanya, kalau kamu ingin berjumpa dengan aku
3. barulah tercapai selelah mati; itu berarti kamu hanya mampu melihatku secara niskala." Begilulah pesan Bhatara Hyang Parama
Wisesa, semua tnanusia mengiku tinya (memaluhinya), disertai
sembah sujud; lalu mereka kembali pulang
4. sambil menangis, menyesal alas perbuatannya. Begitulah asal
mulanya manusia tidak dapat lagi melihal para Dewa-Dewa.
Tersebutlah manusia pada waktu dalam perjalanan, berjumpa lagi
dengan Bunglon, segera manusia berkata, "Hei engkau Bunglon,<noinclude></noinclude>
jnc0lqmdhsy6rha7gfy0q0q895vao6e
113655
113529
2022-07-20T00:51:52Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||22}}
menyesatkan. Lagi pula tidak akan menemukan kesenangan. Di
mana ada peraturan yang engkau ketahui,
4. bercakap-cakap dengan Ida Hyang, sambil buang air besar. Benar
lah bahwa kelahiranmu dari tanah yang dikepal-kepal." Menyahut
manusia," Hai, engkau bunglon sungguh pedas kata-katamu, sampai menyebul asat kelahiranku. Sungguh engkau tidak berlaku
14a 1. sopan, berpura-pura tabu segala peraturan. Tidaklah tahu bahwa
kau termasuk golongan binatang merayap, suka makan kotoran,
bersifat iri hati, berlagak mulia; bukanlah senyatanya Hyang
Bhatara tidak tersinggung padaku." Menyahut
2. Ki Bunglon, melotot matanya merah, seperti mengeluarkan me
nyala-nyala, sambil berkata," Hai, karena kau manusia dungu,
mudah-mudahan engkau tidak menemukan hasil, menjadi manusia
jelek, berpikiran hina. Semoga jadi manusia dusun,
3. sampai kelak kemudian hari. Kesalahanmu merendahkan derajat
Dewa. Karena tidak dapat dipertahankan, tidak bersifat brahmana.
Lalu si Bunglon seolah-olah menghibur Bhatara, mohon belas
kasihan Bhatara. Seketika itu paduka
4. Bhatara memanggil semua manusia. Setelah mereka datang lalu
disuruh membelalakkan matanya .memandang Bhatara. Lalu
digores mata manusia itu dengan kapur, di-
b. 1. sertai dengan ucapan," Moga-mogalah, karena kamu manusia
durhaka kepadaku, tidak dapat lagi melihat para dewa-dewa sampai kelak kemudian hari. Adapun sebabnya adalah karena kamu berkata-kata sambil berak.
2. Demikianlah kutukanku, supaya diwarisi oleh keturunanmu, sampai kelak kemudian hari. Namun ada pemberianku padamu, manusia semuanya, kalau kamu ingin berjumpa dengan aku
3. barulah tercapai setelah mati; itu berarti kamu hanya mampu melihatku secara niskala." Begitulah pesan Bhatara Hyang Parama
Wisesa, semua manusia mengikutinya (mematuhinya), disertai
sembah sujud; lalu mereka kembali pulang
4. sambil menangis, menyesal atas perbuatannya. Begitulah asal
mulanya manusia tidak dapat lagi melihat para Dewa-Dewa.
15. 1. Tersebutlah manusia pada waktu dalam perjalanan, berjumpa lagi
dengan Bunglon, segera manusia berkata, "Hei engkau Bunglon,<noinclude></noinclude>
lid18xviryyw6h6n0uzaa5wal6w6jp3
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/11
250
32369
113479
2022-07-19T16:16:09Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|4}}
b. 1. mereka memerintah, melaksakan pembersihan berulang-ulang.
Cukuplah sudah, yoga semadinya, simalah mereka dan sampai di
sorga loka. Demikianlah ceritanya dahulu. Inilah berkah Bhatara
Hyang Pasupati, di gunung
2. Mahemeri. Sangat prihatin melihat keadaan Pulau Bali dan Pulau
Selaparang (Lombok). Waktu pulau itu baru muncul, seperti
sampan selalu goyang, Bali dan Selaparang. Dahulu awal mubnya
gunung di Bali
3. ada empat buah gunung, disebut gunung Lokapala . Di timur
Gunung Lempuyang namanya, di selatan disebut Gunung An
dakasa, di baral disebut Gunung Watukaru dengan Gunung Bara
tan, yang di utara
4. Bukit Mangu namanya, dekat dengan Bukit Tulukbyu. Itulah
batas-batasnya Hyang Hari Bhawana. Pada waktu goyang pulau
Bali, maka Hyang Pasupati membongkah puncak Gunung Ma
hameru , diturunkannya
3a. 1. di Pulau Bali dan Selaparang. Ki Badawang Nala sebagai bong
kahnya gunung dan Sang Naga Basukih sebagai tali pengikat gu
nung, Sang Naga Taksaka memutar gunung , banyak kalau dicer
itrakan,
2. tata cara melepaskan gunung. Saat itu, ''Kajeng, ''Wrehaspati , ''Keliwon. Tepatnya , ''Tilem. ''Sudira, ''Sirsaulan (ltenggek 1 ), ''tahun Saka,
''00. Itulah awal mulanya pulau Bali, ''rah, O, ''tenggek O.
3. Begitulah ceritanya. Setelah lama kemudian, tibalah saatnya umur
bumi di dunia ini, ''wuku Siwa Wakya, ''sasih tolu, ''Purnama, ''Arjuna Wilangsu, ''Rudira Parwata,
4. ''Sirna dewasa, ''Sunya Pandita'' tahunya dunia, turun hujan dengan
lebatnya, ribut disertai letusan-letusan bersamaan dengan kilat.
Hiruk-pikuk, goyang rasanya bumi. Dua bulan lamanya hujan.
1. Kemudian meletus Gunung Tolangkir, keluarlah lahar. Demikian
ceritanya dahulu. Entah berapa lamanya, waktu itu ''Siwakuje,wuku
Prangbakat''
2. ''Sasadara Retu'', bulan lerang, ''pancadrva bumi 15'', ''bulan purnama'',
tanggalnya ''Swanita'', ''Pawaka'', ''rah'', ''mastake witangsu'', ''tenggek tahun sakanya geni budara'', tegasnya tahun Saka 310, kembali
3. meletus Gunung Tolangkir. Keluarlah Bhatara Putrajaya bersarna
Bhatari Dewi Danu, dipuja di hulun Danu, namanya pura Tampuhyang. Bhatara Hyang Putrajaya dipuja di pura Besakih, meru-<noinclude></noinclude>
5efhz36pl1ldk3srfnbxt5sdhlmpf9i
113483
113479
2022-07-19T16:18:33Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|4}}
b. 1. mereka memerintah, melaksakan pembersihan berulang-ulang.
Cukuplah sudah, yoga semadinya, simalah mereka dan sampai di
sorga loka. Demikianlah ceritanya dahulu. Inilah berkah Bhatara
Hyang Pasupati, di gunung
2. Mahemeri. Sangat prihatin melihat keadaan Pulau Bali dan Pulau
Selaparang (Lombok). Waktu pulau itu baru muncul, seperti
sampan selalu goyang, Bali dan Selaparang. Dahulu awal mubnya
gunung di Bali
3. ada empat buah gunung, disebut gunung Lokapala . Di timur
Gunung Lempuyang namanya, di selatan disebut Gunung An
dakasa, di baral disebut Gunung Watukaru dengan Gunung Bara
tan, yang di utara
4. Bukit Mangu namanya, dekat dengan Bukit Tulukbyu. Itulah
batas-batasnya Hyang Hari Bhawana. Pada waktu goyang pulau
Bali, maka Hyang Pasupati membongkah puncak Gunung Ma
hameru , diturunkannya
3a. 1. di Pulau Bali dan Selaparang. Ki Badawang Nala sebagai bong
kahnya gunung dan Sang Naga Basukih sebagai tali pengikat gu
nung, Sang Naga Taksaka memutar gunung , banyak kalau dicer
itrakan,
2. tata cara melepaskan gunung. Saat itu, ''Kajeng, ''Wrehaspati , ''Keliwon. Tepatnya , ''Tilem. ''Sudira, ''Sirsaulan (ltenggek 1 ), ''tahun Saka,
''00. Itulah awal mulanya pulau Bali, ''rah, O, ''tenggek O.
3. Begitulah ceritanya. Setelah lama kemudian, tibalah saatnya umur
bumi di dunia ini, ''wuku Siwa Wakya, ''sasih tolu, ''Purnama, ''Arjuna Wilangsu, ''Rudira Parwata,
4. ''Sirna dewasa, ''Sunya Pandita'' tahunya dunia, turun hujan dengan
lebatnya, ribut disertai letusan-letusan bersamaan dengan kilat.
Hiruk-pikuk, goyang rasanya bumi. Dua bulan lamanya hujan.
1. Kemudian meletus Gunung Tolangkir, keluarlah lahar. Demikian
ceritanya dahulu. Entah berapa lamanya, waktu itu ''Siwakuje,wuku
Prangbakat''
2. ''Sasadara Retu'', bulan lerang, ''pancadrva bumi 15'', ''bulan purnama'',
tanggalnya ''Swanita'', ''Pawaka'', ''rah'', ''mastake witangsu'', ''tenggek tahun sakanya geni budara'', tegasnya tahun Saka 310, kembali
3. meletus Gunung Tolangkir. Keluarlah Bhatara Putrajaya bersarna
Bhatari Dewi Danu, dipuja di hulun Danu, namanya pura Tampuhyang. Bhatara Hyang Putrajaya dipuja di pura Besakih, meru-<noinclude></noinclude>
peyi4p0ikpgkmbo5det26037f3bcbws
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/66
250
32370
113484
2022-07-19T16:22:40Z
Ni Luh Septiani
788
/* Kaca sané sampun kauji */ Ngardi kaca madaging "59 4. sapraptane maring basukih, umanjing maring parbyanganira, tan-<br> imba maring parhyanganira bhatara putrajaya, mwang bhatara<br> ghnijaya, tumuli angastungkara bhatara, angaturana wedastawa,<br> mwang waseh b. 1. jeng, humung tang swararing genta, umijil ta bhatara saha<br> puspawarsa mwang panjayajaya, tumuli angaturana pangalpika<br> saha gandasakti, tan lingen pahayunikang alapkna apan mapingit<br> 2. wusing mangkana mangraris ira...
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Luh Septiani" /></noinclude>59
4. sapraptane maring basukih, umanjing maring parbyanganira, tan-<br>
imba maring parhyanganira bhatara putrajaya, mwang bhatara<br>
ghnijaya, tumuli angastungkara bhatara, angaturana wedastawa,<br>
mwang waseh
b. 1. jeng, humung tang swararing genta, umijil ta bhatara saha<br>
puspawarsa mwang panjayajaya, tumuli angaturana pangalpika<br>
saha gandasakti, tan lingen pahayunikang alapkna apan mapingit<br>
2. wusing mangkana mangraris ira maring dhiri lempuyang umdek<br>
bhatari kamimitan, sapraptanira ayoga smadi, angaturana wedast-<br>
awa, mwang waseh jeng malejeg kukus nikang kunda humung swaraning genta,<br>
3. wawang umijil paduka bhatara saha subha nimita, kembangura, tan<br>
lingen wara wakya bhatara, apan dahating mapingit, pira ta kunang<br>
sira haneng kahyangan basukih, mwang lempuyang<br>
4. tumuli amwit ing bhatara umantuk ing jawadwipa mwah, tan<br>
cariteng hawan, cet sumepera maring tampurhyang, sapraptanira<br>
giwih sira mpu kamareka, papareng Ian patni nira, anembaha
37a. 1. saha ngaturaken wangsupada, ing dang ghuru, nher ingaturan<br>
haneng parhyangan, tan lingen pasusuguhira mpu kamareka i dang<br>
ghuru, pan mangkana ulahing sisya, tinkanan de sang abra<br>
sinuhun, liwar suka.<br>
2. nikang cita, sumusup ing sarira, hana lling ira sang adi ghuru, apa<br>
ta Iwirnya, anaku mpu kamareka, mangke ramanta agya ninggali<br>
sira, muliheng yawadwipa, ramanta wus mandel tkeng adnyananta,<br>
3. nging anaku aja lupa kaya pitket ramanta nguni, angamong<br>
sanghyang ongkara dyatmika, wkas yan hana prati sentananta<br>
warah juga ya, ring titi gagadhuhan, panugrahan hulun iki, didinya<br>
4. pada wruh i babahaning balikrama, mangke anaku rumawak satrya<br>
brahmana, anging, 3, turunan katkeng mangke, wussing<br>
mangkana, dadi amingsor, rumwak kulawangsa, mwah ri wkas
b. 1. apan makweh sentana pratisentana, adudwadudwangoya, lu-<br>
mimbaking pulina bali, winarahnarah juga ya, yanya tan anin-<br>
dihaken tang gagaduhan, wit bujangga balyaga ya ta wnang<noinclude></noinclude>
ddyfbq0sqxkihnx10oqjpnylyj3itow
113489
113484
2022-07-19T16:33:39Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||59}}
4. sapraptane maring basukih, umanjing maring parbyanganira, tan-<br>
imba maring parhyanganira bhatara putrajaya, mwang bhatara<br>
ghnijaya, tumuli angastungkara bhatara, angaturana wedastawa,<br>
mwang waseh
b. 1. jeng, humung tang swararing genta, umijil ta bhatara saha<br>
puspawarsa mwang panjayajaya, tumuli angaturana pangalpika<br>
saha gandasakti, tan lingen pahayunikang alapkna apan mapingit<br>
2. wusing mangkana mangraris ira maring dhiri lempuyang umdek<br>
bhatari kamimitan, sapraptanira ayoga smadi, angaturana wedast-<br>
awa, mwang waseh jeng malejeg kukus nikang kunda humung swaraning genta,<br>
3. wawang umijil paduka bhatara saha subha nimita, kembangura, tan<br>
lingen wara wakya bhatara, apan dahating mapingit, pira ta kunang<br>
sira haneng kahyangan basukih, mwang lempuyang<br>
4. tumuli amwit ing bhatara umantuk ing jawadwipa mwah, tan<br>
cariteng hawan, cet sumepera maring tampurhyang, sapraptanira<br>
giwih sira mpu kamareka, papareng Ian patni nira, anembaha
37a. 1. saha ngaturaken wangsupada, ing dang ghuru, nher ingaturan<br>
haneng parhyangan, tan lingen pasusuguhira mpu kamareka i dang<br>
ghuru, pan mangkana ulahing sisya, tinkanan de sang abra<br>
sinuhun, liwar suka.<br>
2. nikang cita, sumusup ing sarira, hana lling ira sang adi ghuru, apa<br>
ta Iwirnya, anaku mpu kamareka, mangke ramanta agya ninggali<br>
sira, muliheng yawadwipa, ramanta wus mandel tkeng adnyananta,<br>
3. nging anaku aja lupa kaya pitket ramanta nguni, angamong<br>
sanghyang ongkara dyatmika, wkas yan hana prati sentananta<br>
warah juga ya, ring titi gagadhuhan, panugrahan hulun iki, didinya<br>
4. pada wruh i babahaning balikrama, mangke anaku rumawak satrya<br>
brahmana, anging, 3, turunan katkeng mangke, wussing<br>
mangkana, dadi amingsor, rumwak kulawangsa, mwah ri wkas
b. 1. apan makweh sentana pratisentana, adudwadudwangoya, lu-<br>
mimbaking pulina bali, winarahnarah juga ya, yanya tan anin-<br>
dihaken tang gagaduhan, wit bujangga balyaga ya ta wnang<noinclude></noinclude>
8t74ymqcl8r5lbh6q3foonutktfpb1d
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/12
250
32371
113485
2022-07-19T16:24:49Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|5}}
b. 1. amukti, aganti pujastawa, ganti gumanti, gnepwa ri yoganta, pada
muksa sira tka ring antrelaya, nahan ikang tatwa ring usana. Apica
sarinincinira paduka bhatara hyang phasupati, maring ghi-
2. ri mahameru, ndya kunang kasihana tumoning bhumi, bali lawan
selaparang, duk hyang kumalencong, lwir jong satata marayegan ,
bali mwang selaparang. Inguni mimitaning ghunung ring bali,
hana gunung catur, nga, ghunung lokapala, ring wetan ghunung
lempuyang, nga, ri kidul ghunung andakasa, nga, ring kulwan
ghunung watukaru, nga, sama mwang ghunung baratan, kunang
ri lor
4. ghiri mangu, nga, parek lan ghiri tulukbyu, ya matangnya hingan
de hyang ari bhawana, sadakala ginggung tang bumi bali,
matangnya hyang phasupati umupak parswanikang ghiri
maha
maru, tinu-
3a. 1. runaken maring bali rajya, tkeng selaparang, ki badawang nala
kinwan maka bungkahing ukir, mwang sang nagha bhasukih,
maka bandanikang ghiri, sang nagha taksaka umateraken ghiri,
tangeh yen kata-
2. kna, polahing amuti ghiri, kalanya diwo, ka, wre, ka, pretitinya
jati, kresna pancadasi, sudira, sirsa ulan, isakya, 00, ika mimi tan
ing ukatang bhumi bali, rah, 0, leng, O, na-
3. han ikang carittha. Arawas-rawas ing kala, prapta pwa yusanikang
rat, ri sadintenya, siwa kawya wara, utamaning tolu, candra sira,
tithi, suklapaksa, arjuna witangsu dira parwwata
4. sirsa diwesakya, sunya pandita, warsaning jagadya, bruwang udan
madres, sinnung riyut, madulur klepug, saha kilatatit, genter pater,
lindu tang anda bhawana, rwang ulan lawasnya udan,
b. 1. ri wkasan, makeplug ghiri hyang tolangkir, umijil tang salodaka,
mangkana katatwanya i nguni //0// Pira ta kunang tang kala,
prapta sadintenya, siwakuje, wara prangbakal, sa-
2. sadara retu, suklapaksa, pancadrya bhumi, 15, purnama, tithi,
nga, swanita pawaka, rah, 3, mastake witangsu. teng, 1,
wesakanya, ghni bhudara. tgesnya. 310, warsaning rat mangka
mwah
3. makeplug parwwateng tolangkir, umijil bhatara putrajaya tumut
bhatari dewi danuh, aparyyangan ring ulun danu, nga, tam
purhyang, kunang bhatara hyang putrajaya aparyyangan maring
masukih,<noinclude></noinclude>
0qfqur9ym6qv91kftzzmn3kqopxs6js
113488
113485
2022-07-19T16:32:19Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|5}}
b. 1. amukti, aganti pujastawa, ganti gumanti, gnepwa ri yoganta, pada
muksa sira tka ring antrelaya, nahan ikang tatwa ring usana. Apica
sarinincinira paduka bhatara hyang phasupati, maring ghi-
2. ri mahameru, ndya kunang kasihana tumoning bhumi, bali lawan
selaparang, duk hyang kumalencong, lwir jong satata marayegan ,
bali mwang selaparang. Inguni mimitaning ghunung ring bali,
hana gunung catur, nga, ghunung lokapala, ring wetan ghunung
lempuyang, nga, ri kidul ghunung andakasa, nga, ring kulwan
ghunung watukaru, nga, sama mwang ghunung baratan, kunang
ri lor
4. ghiri mangu, nga, parek lan ghiri tulukbyu, ya matangnya hingan
de hyang ari bhawana, sadakala ginggung tang bumi bali,
matangnya hyang phasupati umupak parswanikang ghiri
maha
maru, tinu-
3a. 1. runaken maring bali rajya, tkeng selaparang, ki badawang nala
kinwan maka bungkahing ukir, mwang sang nagha bhasukih,
maka bandanikang ghiri, sang nagha taksaka umateraken ghiri,
tangeh yen kata-
2. kna, polahing amuti ghiri, kalanya diwo, ka, wre, ka, pretitinya
jati, kresna pancadasi, sudira, sirsa ulan, isakya, 00, ika mimi tan
ing ukatang bhumi bali, rah, 0, leng, O, na-
3. han ikang carittha. Arawas-rawas ing kala, prapta pwa yusanikang
rat, ri sadintenya, siwa kawya wara, utamaning tolu, candra sira,
tithi, suklapaksa, arjuna witangsu dira parwwata
4. sirsa diwesakya, sunya pandita, warsaning jagadya, bruwang udan
madres, sinnung riyut, madulur klepug, saha kilatatit, genter pater,
lindu tang anda bhawana, rwang ulan lawasnya udan,
b. 1. ri wkasan, makeplug ghiri hyang tolangkir, umijil tang salodaka,
mangkana katatwanya i nguni //0// Pira ta kunang tang kala,
prapta sadintenya, siwakuje, wara prangbakal, sa-
2. sadara retu, suklapaksa, pancadrya bhumi, 15, purnama, tithi,
nga, swanita pawaka, rah, 3, mastake witangsu. teng, 1,
wesakanya, ghni bhudara. tgesnya. 310, warsaning rat mangka
mwah
3. makeplug parwwateng tolangkir, umijil bhatara putrajaya tumut
bhatari dewi danuh, aparyyangan ring ulun danu, nga, tam
purhyang, kunang bhatara hyang putrajaya aparyyangan maring
masukih,<noinclude></noinclude>
doe4ka461397qz4mqb597pq8rb4q3nm
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/92
250
32372
113486
2022-07-19T16:31:44Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||85}}
sadintenya, rebho madhura, bhyantara, dadi, mahulun
2. wurukang ghuru mandhura, mnga, irika sira mpu kamareka , abhusana. sarwwa ptak. nher pwa lumakwa maring pasramanria, ring gwa song, LIas ta sang tamwi maker i sira, maka nguni sang saptang pandita,
3. tinun tun de Takanira kabeh, sregep saupayoga widhiwidana, dupa menyan astanggi, tila gandapati, tlasing pamujaan, saha genta patarana, kunag wusing mangkana, nher mpu
4. lamareka mojar. i sang para mpu kabeh, sajoya sang maharesi kabeh, pahalba adnyan paduka sang maha dwija sadaya, tumingali kami mangke. den tulusaken sih lawan
54a. 1. kami kabeh, mami mamwita rumuhun maring suksma, hana pamintaning pwang hulun, lawan paduka sang maha pandita, kabeh. maka pasangwani pwang hulun maring dalam kusuma, maka pamintuhu sira
2. hyang suka sireng mami, Iwirnya weda paraggha, suksma sang suci nirmala, mangkana den sradha manah sang hulun kabeh lawan karni, sumawur sir mpu makabehan , nguniweh anak sisyanira kabeh,
3. singgih yayi sang maha mpu, yan mangkan a daweg tan tumengelana kami sdaya, umiring sadnya yayi mpu, wusing mangkana. tumuli awarawarahin anak sisyan ira kabeh,apa ta lwirnya nihan,
4. aum, aum. anaku kita sdaya, nihan waneh pitketku mwah, ri wkasan, yan sama pada wredi sentananta, awarah juga kramaning mahayu sawa, wleas yan hana nora hana wruha am ujanggahin.
b. 1. yan hana titisira putra putraka , iking sapta pandita, wruh amujanggahin, tka wnang sapratisentananta. anuhurakna sira, mretista sawanya. wnang sembahen de pratisentananta kabeh, ndya matanyan,
2. apan mulaning mami nguni, saking bhatara abra sinuhun bhatara mpu mahameru, mangkana kengetakna piwkasku, mne yan kita tan anindihaken. lena sodan ingsun, asing nora manindihing.
3. wastu,3, sidirastu, amogha amingsor, jugul , sugih gawe kurang pangan, nihan waneh yan nora hana bhujangga ring bali, kalanta mahayu sawa, wnang haneng pura anuhura tirtha pangentas, ngasti bhatara jagatnatha.<noinclude></noinclude>
50b2cwo30rxzxdytakldt7zv5aznxwz
113612
113486
2022-07-20T00:11:08Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||85}}
sadintenya, rebho madhura, bhyantara, dadi, mahulun
2. wurukang ghuru mandhura, mnga, irika sira mpu kamareka , abhusana. sarwwa ptak. nher pwa lumakwa maring pasramanria, ring gwa song, LIas ta sang tamwi maker i sira, maka nguni sang saptang pandita,
3. tinun tun de Takanira kabeh, sregep saupayoga widhiwidana, dupa menyan astanggi, tila gandapati, tlasing pamujaan, saha genta patarana, kunag wusing mangkana, nher mpu
4. lamareka mojar. i sang para mpu kabeh, sajoya sang maharesi kabeh, pahalba adnyan paduka sang maha dwija sadaya, tumingali kami mangke. den tulusaken sih lawan
54a. 1. kami kabeh, mami mamwita rumuhun maring suksma, hana pamintaning pwang hulun, lawan paduka sang maha pandita, kabeh. maka pasangwani pwang hulun maring dalam kusuma, maka pamintuhu sira
2. hyang suka sireng mami, Iwirnya weda paraggha, suksma sang suci nirmala, mangkana den sradha manah sang hulun kabeh lawan karni, sumawur sir mpu makabehan , nguniweh anak sisyanira kabeh,
3. singgih yayi sang maha mpu, yan mangkan a daweg tan tumengelana kami sdaya, umiring sadnya yayi mpu, wusing mangkana. tumuli awarawarahin anak sisyan ira kabeh,apa ta lwirnya nihan,
4. aum, aum. anaku kita sdaya, nihan waneh pitketku mwah, ri wkasan, yan sama pada wredi sentananta, awarah juga kramaning mahayu sawa, wleas yan hana nora hana wruha am ujanggahin.
b. 1. yan hana titisira putra putraka , iking sapta pandita, wruh amujanggahin, tka wnang sapratisentananta. anuhurakna sira, mretista sawanya. wnang sembahen de pratisentananta kabeh, ndya matanyan,
2. apan mulaning mami nguni, saking bhatara abra sinuhun bhatara mpu mahameru, mangkana kengetakna piwkasku, mne yan kita tan anindihaken. lena sodan ingsun, asing nora manindihing.
3. wastu,3, sidirastu, amogha amingsor, jugul , sugih gawe kurang pangan, nihan waneh yan nora hana bhujangga ring bali, kalanta mahayu sawa, wnang haneng pura anuhura tirtha pangentas, ngasti bhatara jagatnatha.<noinclude></noinclude>
0ci1rx2v9q7n3uouqdoycpbxgxyfqrk
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/44
250
32373
113487
2022-07-19T16:32:09Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|37}}
lawan sasamanta. agamya mareng twed, kunang ri wtu gharbininta
mangke. wastu.3. tan pariwastu. moga-
b. 1. mogha wto gumatap gumitip. sepa satus kwehnya, agati satru
tkeng manusa loka. Wkasan kita mwah asuta. lawan ki tawulan.
jahtasmat, katkeng wkas. mogamogha ya, apangkusan
2. ki mangatewel, pan wetning towed taru nangka, sagnyah nyah
sapratisentananta byang kawkas. tka kapungkusan ki ki tewel!.
Tangeh
3. yan caritakna payoganira para bhatara, sumbimbaking pula bali,
angaji manusa, apan pada adudwandudwan pangadake, dumehnya
ri kapjahanya, pada wanehing panganggonya ka-
4. tkeng upakaranya, mangkana kajar ing tatwaheng atitba //0//
Apica, byakta kawamaha muwah anakira hyang ghnijaya, kang
kinon lungha huni mareng yambudwipa, ayoga smadhi
23a. 1. mangke pan wus tasaking yoganira, umantuk pwa sira maring bali
rajya, pangutusira bhatara hyang pasunatha, umdek bhatara putra-
jaya ing tolangkir, maka nguni ring padanira bhatara kasuwun, ring
2. lempuyang. pada adudwandudwan paranira, sira mpu ghnijaya
sang panlah brahmana pandita nguni, iniring de arinira karo, sira
mpu ghana, nguniweh mpu kuturan, awanira apadawu rwaning
3. kapukapu, abhidak rwaning thep, tan lingen pwa lampahira apan
mahawan hyun, cet prapta wontening kakisiking bali, tumurun
womening silayukti, anguncaraken wedha pangastawa
4. nher jumujug maring masukih. umdek paduka bhatara putrajaya
sapraptanira tinher angaturana pangradana, santi pangastawa,
humung swaraning genta, kaya brahmara angisep sari, sinawu
raning
b. 1. puspawarsa de bhatara, tangeh yan wuwusan smadhinira.Wusing
mangka mangraris umdek ka ghiri lempuyang ring bhatara ka
mimitan tansah pwa sila angaturana weda pangastawa adulur
pangalpika,
2. rengreng smadhi nireng ajnyana sandi, hunung swaraning genta,
yaya sadpadha akusa ing sarining angsana, sinawuraning kemban
gura saha gandaksata, wedha panjayajaya. de bhatara ka-<noinclude></noinclude>
h1fi4zemv5215un2vva5siy7tgbtckq
113490
113487
2022-07-19T16:34:28Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|37}}
lawan sasamanta. agamya mareng twed, kunang ri wtu gharbininta
mangke. wastu.3. tan pariwastu. moga-
b. 1. mogha wto gumatap gumitip. sepa satus kwehnya, agati satru
tkeng manusa loka. Wkasan kita mwah asuta. lawan ki tawulan.
jahtasmat, katkeng wkas. mogamogha ya, apangkusan
2. ki mangatewel, pan wetning towed taru nangka, sagnyah nyah
sapratisentananta byang kawkas. tka kapungkusan ki ki tewel!.
Tangeh
3. yan caritakna payoganira para bhatara, sumbimbaking pula bali,
angaji manusa, apan pada adudwandudwan pangadake, dumehnya
ri kapjahanya, pada wanehing panganggonya ka-
4. tkeng upakaranya, mangkana kajar ing tatwaheng atitba //0//
Apica, byakta kawamaha muwah anakira hyang ghnijaya, kang
kinon lungha huni mareng yambudwipa, ayoga smadhi
23a. 1. mangke pan wus tasaking yoganira, umantuk pwa sira maring bali
rajya, pangutusira bhatara hyang pasunatha, umdek bhatara putra-
jaya ing tolangkir, maka nguni ring padanira bhatara kasuwun, ring
2. lempuyang. pada adudwandudwan paranira, sira mpu ghnijaya
sang panlah brahmana pandita nguni, iniring de arinira karo, sira
mpu ghana, nguniweh mpu kuturan, awanira apadawu rwaning
3. kapukapu, abhidak rwaning thep, tan lingen pwa lampahira apan
mahawan hyun, cet prapta wontening kakisiking bali, tumurun
womening silayukti, anguncaraken wedha pangastawa
4. nher jumujug maring masukih. umdek paduka bhatara putrajaya
sapraptanira tinher angaturana pangradana, santi pangastawa,
humung swaraning genta, kaya brahmara angisep sari, sinawu
raning
b. 1. puspawarsa de bhatara, tangeh yan wuwusan smadhinira.Wusing
mangka mangraris umdek ka ghiri lempuyang ring bhatara ka
mimitan tansah pwa sila angaturana weda pangastawa adulur
pangalpika,
2. rengreng smadhi nireng ajnyana sandi, hunung swaraning genta,
yaya sadpadha akusa ing sarining angsana, sinawuraning kemban
gura saha gandaksata, wedha panjayajaya. de bhatara ka-<noinclude></noinclude>
mekxnwjasxziuzcdyvlt36tw66hu9s6
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/14
250
32374
113491
2022-07-19T16:39:08Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|7}}
4. maka panguluning gelgel. Pinasihanira tumut, bhatara brahma,
abhiselka hyang gnijaya, aparyyangan pwa maring ghunnyng lem
puyang, mangkana tatwanya ing kuna. Nihan iki rengon pidar
4a. 1. ttanya, uni duking adan bhatara tigha, umimba maring bali rajya,
pangutus bhatara jagat karanna, ling bhatara, kamung anaku hyang
ligha, mahadewa, ni danuh, gnijaya, mangke nora anak
ku, tu-
2. murun wontening bali, maka lingganing bhumi, apan tistis asamun
tang pulina bali, maka panembahaning rat kabeh, katkeng jmah,
mangka wakya bhatara kasuhun, angastungkara bhatara ligha,
sajnya
3. hyang mami, dudu saking anwal ajnya bhatara, ndya dumehnya,
pan karyya rarenak bhatara, tuhu tan wruhing marghaha, ling
bhatara, anakku hyang tigha, aja walang ati, hulun anugraha anaku,
apa
4. n kita anak manira twi, nihan anugrahangku, tarimakna, aja cawuh,
angastungkara bhatara tigha Sakti, adulur pangalpika, apan wus
inimpening tallwa jnana, tangeh yan wamnanen,
b. 1. wus winastwa bhatara ligha, sinuksma ring tatakalapa, nyuh gading, apan sor ing arnawa, cet daleng mareng paryyanan
bhasakih , ye hetunya akahyangan maring bhakasih, nahan. wijilira
bhatara ing usa
2. na //0/// Kunang sira bhatara deri danu tumuli aparyyangan maring
ulun danu, maka nguni lampurhyang. Sira bhatara hyang
ghnijaya, maring ghunung lempuyang akahyangan, mangkana
ka-
3. tattwanya //0// Hana pwaya wuwusan muwah, sutanira sang hyang
pasupati. tinurunaken wentening bali, maka sinembah akcning
praja, mangiring bhatara putrajaya, abiseka bhatara tumuwuh
aparyyangan maring ghiri watukaru, nga, mwah bhatara hyang
manik umayang, aparyyangan mari ng ghiri bratan, nga, mwah
apuspata hyang manik galang, aparyyangan ring pejeng, nga,
mwah bhatara
5a. 1. hyang tugu, aparyyangan maring ghiri andakasa, sama ayoga
samadhi. tan popama renes paryyangan ira bhatara sowang
sowang. mangkana pidarttanya bhatara mareng kahyangan bali,
haywa predo, wus nira<noinclude></noinclude>
606ucd07dyfut4zyzd2reasj0w0s24y
113494
113491
2022-07-19T16:47:54Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|7}}
4. maka panguluning gelgel. Pinasihanira tumut, bhatara brahma,
abhiselka hyang gnijaya, aparyyangan pwa maring ghunnyng lem
puyang, mangkana tatwanya ing kuna. Nihan iki rengon pidar
4a. 1. ttanya, uni duking adan bhatara tigha, umimba maring bali rajya,
pangutus bhatara jagat karanna, ling bhatara, kamung anaku hyang
ligha, mahadewa, ni danuh, gnijaya, mangke nora anak
ku, tu-
2. murun wontening bali, maka lingganing bhumi, apan tistis asamun
tang pulina bali, maka panembahaning rat kabeh, katkeng jmah,
mangka wakya bhatara kasuhun, angastungkara bhatara ligha,
sajnya
3. hyang mami, dudu saking anwal ajnya bhatara, ndya dumehnya,
pan karyya rarenak bhatara, tuhu tan wruhing marghaha, ling
bhatara, anakku hyang tigha, aja walang ati, hulun anugraha anaku,
apa
4. n kita anak manira twi, nihan anugrahangku, tarimakna, aja cawuh,
angastungkara bhatara tigha Sakti, adulur pangalpika, apan wus
inimpening tallwa jnana, tangeh yan wamnanen,
b. 1. wus winastwa bhatara ligha, sinuksma ring tatakalapa, nyuh gading, apan sor ing arnawa, cet daleng mareng paryyanan
bhasakih , ye hetunya akahyangan maring bhakasih, nahan. wijilira
bhatara ing usa
2. na //0/// Kunang sira bhatara deri danu tumuli aparyyangan maring
ulun danu, maka nguni lampurhyang. Sira bhatara hyang
ghnijaya, maring ghunung lempuyang akahyangan, mangkana
ka-
3. tattwanya //0// Hana pwaya wuwusan muwah, sutanira sang hyang
pasupati. tinurunaken wentening bali, maka sinembah akcning
praja, mangiring bhatara putrajaya, abiseka bhatara tumuwuh
aparyyangan maring ghiri watukaru, nga, mwah bhatara hyang
manik umayang, aparyyangan mari ng ghiri bratan, nga, mwah
apuspata hyang manik galang, aparyyangan ring pejeng, nga,
mwah bhatara
5a. 1. hyang tugu, aparyyangan maring ghiri andakasa, sama ayoga
samadhi. tan popama renes paryyangan ira bhatara sowang
sowang. mangkana pidarttanya bhatara mareng kahyangan bali,
haywa predo, wus nira<noinclude></noinclude>
bzsdoz0sgam1a21jebcw2a24nvrf43r
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/46
250
32375
113492
2022-07-19T16:45:25Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>39<br>
3. mimitan, mangkana sotaning sib haning asuta, tembe ummreka, <br>
tangeh yan wasitakna, tan aswe pwa sira maring ba;i mwah aman<br>
tuking yawadwipa, angajawa anga bali, neng kata sang mpu tigha,<br>
4. mangke mwah wuwusan sanakira, sang apanlah mpu mahameru<br>
agya turuning bali, umdek jeng bbatara kalih, sangbyang ing to-<br>
langkir, mkadi hyang kasuhun, ri ghiri lempuyang tan katakna
lampahira
24a.1. apan mahawan hyun saksana prapta pwa mareng bali, laju jumujug<br>
mareng desa kuntugladi desa iku, manher maring tampurhyang,<br>
irika pwa sira araryyan, karyyameta toya, ahyuna pwa acumana,
2.pan hana katon tirtha mahapawitra, tumuli pwa asuci laksana,
angglaraken wedha astaweng ranu, kunang wusing acumana, tu<br>
muli agya lumampah, katon tang togog twed ing taru calagi, apkik<br>
3.rupanya, tendahan pwa sang pandya tumingal, lwir apsara ghana<br>
yayeng surat, karunya tambekira sang maharesi alahaning lingir<br>
clagi, mangenangen pwasira, wuwus panindaning hyangatitah, tu
muli
4.pwa sira ayogaken, amasangana kasidhi adnyananira, wkasan<br>
bhyakta atmah sarira manusa jati, kagman pwa kang manusa reka,<br>
tan wruhing ulaha. nher angaturaken pada mangaskara ring
b. 1.sang maha pandya, laju umatur, singgih pakulun sang muniwara,<br>
syapa tasih sireng pwanghulun angaji dumeh pwa hulun asarira<br>
manusa, sumawur sang maharesi, nora waneh ing hulun umast-
wakna
2. kita nimitaning kita asarira, mendek atalangkup tang manusa reka,<br>
saba dulur sembah, amkul jeng sang muniwara inaraspadhanira<br>
rajuh mwah umatur, mpungku syapa paduka pakanira, sawur sang
resi<br>
3. ingulun mareng yambudwipa, anaking bhatara hyang ghnijaya,<br>
mareng gunung lempuyang, nga, adrikarang, apanlah inghulun.<br>
mpu mahameru, umatur tang kayureka mwah, sadnyan mpungku<br>
sang kasuhun, sangkading sang<br>
4. hyang sanjiwani, ndya paran maka tawurana utangning kawula,<noinclude></noinclude>
njes5rolcbtpvzys7x13g9opet1hfut
113495
113492
2022-07-19T16:50:01Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||39}}
3. mimitan, mangkana sotaning sib haning asuta, tembe ummreka, <br>
tangeh yan wasitakna, tan aswe pwa sira maring ba;i mwah aman<br>
tuking yawadwipa, angajawa anga bali, neng kata sang mpu tigha,<br>
4. mangke mwah wuwusan sanakira, sang apanlah mpu mahameru<br>
agya turuning bali, umdek jeng bbatara kalih, sangbyang ing to-<br>
langkir, mkadi hyang kasuhun, ri ghiri lempuyang tan katakna
lampahira
24a.1. apan mahawan hyun saksana prapta pwa mareng bali, laju jumujug<br>
mareng desa kuntugladi desa iku, manher maring tampurhyang,<br>
irika pwa sira araryyan, karyyameta toya, ahyuna pwa acumana,
2.pan hana katon tirtha mahapawitra, tumuli pwa asuci laksana,
angglaraken wedha astaweng ranu, kunang wusing acumana, tu<br>
muli agya lumampah, katon tang togog twed ing taru calagi, apkik<br>
3.rupanya, tendahan pwa sang pandya tumingal, lwir apsara ghana<br>
yayeng surat, karunya tambekira sang maharesi alahaning lingir<br>
clagi, mangenangen pwasira, wuwus panindaning hyangatitah, tu
muli
4.pwa sira ayogaken, amasangana kasidhi adnyananira, wkasan<br>
bhyakta atmah sarira manusa jati, kagman pwa kang manusa reka,<br>
tan wruhing ulaha. nher angaturaken pada mangaskara ring
b. 1.sang maha pandya, laju umatur, singgih pakulun sang muniwara,<br>
syapa tasih sireng pwanghulun angaji dumeh pwa hulun asarira<br>
manusa, sumawur sang maharesi, nora waneh ing hulun umast-
wakna
2. kita nimitaning kita asarira, mendek atalangkup tang manusa reka,<br>
saba dulur sembah, amkul jeng sang muniwara inaraspadhanira<br>
rajuh mwah umatur, mpungku syapa paduka pakanira, sawur sang
resi<br>
3. ingulun mareng yambudwipa, anaking bhatara hyang ghnijaya,<br>
mareng gunung lempuyang, nga, adrikarang, apanlah inghulun.<br>
mpu mahameru, umatur tang kayureka mwah, sadnyan mpungku<br>
sang kasuhun, sangkading sang<br>
4. hyang sanjiwani, ndya paran maka tawurana utangning kawula,<noinclude></noinclude>
ma2manzerjle5fkviwawuggos81sin2
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/80
250
32376
113493
2022-07-19T16:47:10Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||73}}
ikang wwang anular sri haji masula masuli, mangkana pidarttanyaing kuna, pirang kala lawasira sri
2. haji andiri, jumneng ratu maring bali rajya, amukti karestyaning ral, nguniweh amukti rarasing karasilan haneng jinemrik, wkasan gharbini pwa sang ari, tugtuging leknya, molah sang haneng garbhawasa,
3. tan lingen panangis nikang ibhu, umijil pwa sang ing garbhawasa, laki listu ayu paripurnna ring rupa, kunang ri wijilira, tangeh tang subha nimita, angajaraken karnahatmyaning sang wawu mtu, tan popama Suka
4. sikang asasuta, pinalinira bhinresihan, wkasan ya ta inaran sri topalung, mangka kaLauwan pawijilanira sang ralu hane usana //0// Gumanli mwah kawuwusan sira sang calur pandita,
46a. 1. sira mpu ghnijaya, sira mpu sumeru, sira mpu ghana, sira mpu kuturan, kala umarek bhatara putrajaya ring basakih hana ta ring bhatara, karnung anaku sang brahmana kabeh, rengwakna
2. piwkasing hulun mangke, kiLa kabeh, didinya apasang yoga, makrettii dharmaning sang brahmana resi, ndya ta matangnya ring dlaha, yan hana wlu pralisentananta, didinyan paeta wruh ring kalinganya
3. anyiwi hulun ingke, nguniweh kita, kunang kita mpu ghnijaya, didinya apasang yoga, maring lempuyang, umarek bhatara kamimitanta. Kita mpu sumeru, kita apasang yo
4. ga aparhyangan maringke, aparek lawan ingsun, mwah kita mpu ghana, kita aparhyangan maring dasar bhwana, kita mpu kuturan, kita aparhyangan maring silayukti. kunang sanakla
b. 1. mpu pradah, didinya kari mareng jawadwipa, sira mangajawa mangabali, nahan wakyan bhatara hyang ing tolangkir umiring sang maha pandita kabeh, kaya adnya paduka bhatara, mangkana
2. katattwanya sang catur pandita, marmanya sinungsung kahyangannya sowangsowang, de pratisentana. Mwah ri wkasan sampun asuta sira mpu ghnijaya, kang sinangguh sanak pitu, duk akaryyeng yawadwipa,
3. pretekaning aran, tan waneh, abiseka mpu ktek, mpu kananda, mpu wira adnyana, mpu witadharmma, mpu raharunting, mpu preteka, mpu dangka, ya ta kang sinangguh sanak pitu. Nihan mwah<noinclude></noinclude>
lpfkyk2kj6yl7expftuf4xpc1uol991
113615
113493
2022-07-20T00:11:46Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{rh||73}}
ikang wwang anular sri haji masula masuli, mangkana pidarttanyaing kuna, pirang kala lawasira sri
2. haji andiri, jumneng ratu maring bali rajya, amukti karestyaning ral, nguniweh amukti rarasing karasilan haneng jinemrik, wkasan gharbini pwa sang ari, tugtuging leknya, molah sang haneng garbhawasa,
3. tan lingen panangis nikang ibhu, umijil pwa sang ing garbhawasa, laki listu ayu paripurnna ring rupa, kunang ri wijilira, tangeh tang subha nimita, angajaraken karnahatmyaning sang wawu mtu, tan popama Suka
4. sikang asasuta, pinalinira bhinresihan, wkasan ya ta inaran sri topalung, mangka kaLauwan pawijilanira sang ralu hane usana //0// Gumanli mwah kawuwusan sira sang calur pandita,
46a. 1. sira mpu ghnijaya, sira mpu sumeru, sira mpu ghana, sira mpu kuturan, kala umarek bhatara putrajaya ring basakih hana ta ring bhatara, karnung anaku sang brahmana kabeh, rengwakna
2. piwkasing hulun mangke, kiLa kabeh, didinya apasang yoga, makrettii dharmaning sang brahmana resi, ndya ta matangnya ring dlaha, yan hana wlu pralisentananta, didinyan paeta wruh ring kalinganya
3. anyiwi hulun ingke, nguniweh kita, kunang kita mpu ghnijaya, didinya apasang yoga, maring lempuyang, umarek bhatara kamimitanta. Kita mpu sumeru, kita apasang yo
4. ga aparhyangan maringke, aparek lawan ingsun, mwah kita mpu ghana, kita aparhyangan maring dasar bhwana, kita mpu kuturan, kita aparhyangan maring silayukti. kunang sanakla
b. 1. mpu pradah, didinya kari mareng jawadwipa, sira mangajawa mangabali, nahan wakyan bhatara hyang ing tolangkir umiring sang maha pandita kabeh, kaya adnya paduka bhatara, mangkana
2. katattwanya sang catur pandita, marmanya sinungsung kahyangannya sowangsowang, de pratisentana. Mwah ri wkasan sampun asuta sira mpu ghnijaya, kang sinangguh sanak pitu, duk akaryyeng yawadwipa,
3. pretekaning aran, tan waneh, abiseka mpu ktek, mpu kananda, mpu wira adnyana, mpu witadharmma, mpu raharunting, mpu preteka, mpu dangka, ya ta kang sinangguh sanak pitu. Nihan mwah<noinclude></noinclude>
os0tkrli2rws9xu89ujz1v1npnx4cap
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/77
250
32377
113498
2022-07-19T16:54:58Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|70}}
b. 1. ''anyanyapuh''. Penduduk harus disucikan:" Demikianlah kata
Sanghyang Surapati pada zaman dahulu. Tegasnya tidak boleh
orang-orang meniru Sri Haji Masula Masuli, bagitu ceritanya pada
masa lalu. Entah sudah berapa lamanya Sri Haji
2. memerintah menjadi raja di Pulau Bali, mengabdi pada kepen
tingan negara, lebih-lebih mengabdi bagi kependetaan bagi penga·
nut Jina (Budha), kemudian hamillah istrinya. Setelah cukup umur
3. kandungannya Tidak terkira tangisnya sang ibu. Lahirlah bayi
dalam kandungannya itu , seorang laki-lakki, bagus lagi tampan ru
panya. Pada waktu lahirnya, keadaannya telah bersih. Diajarkan
perihal kebatinan, sang bayi lahir itu. Tiada terkira senangnya
4. mempunyai anak. Diupacarai dan disucikan. Kemudian ia diberi
nama Sri Tapolung. Begitu cerita kelahirannya sang raja, masa
yang lalu. Kembali diceritakan, beliau yang disebut Catur Pandita,
46a. 1. yaitu Mpu Gnijaya, Mpu Sumeru, Mpu Gana, Mpu Kuturan pada
waktu datang menghadap di Besakih. Berkata Bhatara ," Hai anak
anakku sang Brahmana semua, dengarkanlah
2. petunjuk-petunjukku. Sekarang kamu semua, masing-masing
melaksanakan tapa semadi, berbuat perihal dharma bagi sang
Brahmana Resi. Apa sebabnya? Kelak kalau ada kelahiran turun-
turunanmu, maksudnya agar semua tahu perihal
3. memuja aku di sini, lebih-lebih bagi kamu. Engkau Gnijaya, kamu
bertapa semadi di Lempuyang di dekat Bhatara Kamimitan.
Engkau Mpu Sumeru, kamu bertapa semadi di
4. parhyangan, di sini, dekat padaku. Dan Engkau Mpu Gana, engkau
di parhyangan Dasar Buwana. Engkau Mpu Kuturan, kamu ber·
parhyangan di Silayukti. Dan anakku
b. 1. Mpu Peradah, kamu Letap di Jawa; kamu ke Jawa dan ke Bali."
Begitulah kata-katanya Bhatara Hyang Tolangkir, Dilaksanakan
oleh sang Maha Pendeta semua seperti apa yang diperintahkan
oleh paduka Bhatara. Begitu
2. ceritanya sang Catur Pandita sehingga dipuja pada parhyangannya
masing-masing oleh keturunannya. Kemudian setelah Mpu Gni
Jlaya mempunyai anak, yaitu yang disebut Sanak Pitu, waktu itu
dibuatkan upacara di Jawa
3. diupacarai dan dibuatkan nama, tiada lain nama abisekanya., Mpu
Ktek, Mpu Kananda. Mpu Wirajnana, Mpu WiLadhanna., Mpu<noinclude></noinclude>
kw982k1lfmhn65txwvrmjuxdsp4z0v3
113519
113498
2022-07-19T17:16:55Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|70}}
b. 1. ''anyanyapuh''. Penduduk harus disucikan:" Demikianlah kata
Sanghyang Surapati pada zaman dahulu. Tegasnya tidak boleh
orang-orang meniru Sri Haji Masula Masuli, bagitu ceritanya pada
masa lalu. Entah sudah berapa lamanya Sri Haji
2. memerintah menjadi raja di Pulau Bali, mengabdi pada kepen
tingan negara, lebih-lebih mengabdi bagi kependetaan bagi penga·
nut Jina (Budha), kemudian hamillah istrinya. Setelah cukup umur
3. kandungannya Tidak terkira tangisnya sang ibu. Lahirlah bayi
dalam kandungannya itu , seorang laki-lakki, bagus lagi tampan ru
panya. Pada waktu lahirnya, keadaannya telah bersih. Diajarkan
perihal kebatinan, sang bayi lahir itu. Tiada terkira senangnya
4. mempunyai anak. Diupacarai dan disucikan. Kemudian ia diberi
nama Sri Tapolung. Begitu cerita kelahirannya sang raja, masa
yang lalu. Kembali diceritakan, beliau yang disebut Catur Pandita,
46a. 1. yaitu Mpu Gnijaya, Mpu Sumeru, Mpu Gana, Mpu Kuturan pada
waktu datang menghadap di Besakih. Berkata Bhatara ," Hai anak
anakku sang Brahmana semua, dengarkanlah
2. petunjuk-petunjukku. Sekarang kamu semua, masing-masing
melaksanakan tapa semadi, berbuat perihal dharma bagi sang
Brahmana Resi. Apa sebabnya? Kelak kalau ada kelahiran turun-
turunanmu, maksudnya agar semua tahu perihal
3. memuja aku di sini, lebih-lebih bagi kamu. Engkau Gnijaya, kamu
bertapa semadi di Lempuyang di dekat Bhatara Kamimitan.
Engkau Mpu Sumeru, kamu bertapa semadi di
4. parhyangan, di sini, dekat padaku. Dan Engkau Mpu Gana, engkau
di parhyangan Dasar Buwana. Engkau Mpu Kuturan, kamu ber-
parhyangan di Silayukti. Dan anakku
b. 1. Mpu Peradah, kamu Letap di Jawa; kamu ke Jawa dan ke Bali."
Begitulah kata-katanya Bhatara Hyang Tolangkir, Dilaksanakan
oleh sang Maha Pendeta semua seperti apa yang diperintahkan
oleh paduka Bhatara. Begitu
2. ceritanya sang Catur Pandita sehingga dipuja pada parhyangannya
masing-masing oleh keturunannya. Kemudian setelah Mpu Gni
Jlaya mempunyai anak, yaitu yang disebut Sanak Pitu, waktu itu
dibuatkan upacara di Jawa
3. diupacarai dan dibuatkan nama, tiada lain nama abisekanya., Mpu
Ktek, Mpu Kananda. Mpu Wirajnana, Mpu WiLadhanna., Mpu<noinclude></noinclude>
b26wpvrywdig7yc1vz47ccjdmwk4sr5
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/52
250
32378
113502
2022-07-19T17:02:01Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>45
piwkasira mpu mahameru, ring sisyanira, kunang sira mpu
dryakah, tansah anganjali, umiring adnyà sang maka sudamani
antya drestining swacita aneda anugraha,lwir kawehan mretta yan
ma-
b. 1.
2. inasunganing wangsa bali krama, nga, lingira, siga manusa, mimi-
taning kita nyuh gadhing, dudu wittaning manusa jati, mangke ing
hulun awarah kita kabeh, ri wkas dateng kapjahanta
pinratista de pratisentananta, kita wnang mabya gseng, kunang ri
3. pinratisa de pratisentana, kita wnang mabyra gseng, kunang
wusing kagseng, yogya mapendem mwah, yata kang sinangguh
wangsa krama tambus, nga, nging wnang bhujanganku ki mpu
bandesa dryakah, angentas
4. kita kabeh, kunang mwah wusing pintasteka, yogya kita, nga,
matres mwang matuwun, mangkana yogya gamanta, aja angliwar-
ing mwah, yan liwar, kna sodanira bhatara hyang kasuhun kidul
28a.11. sungsut dalaning sanghyang atma, nora mangguhaken dalan
apadhang. Kunang mwah kita ki barakan, kengetakna, nguni ka-
dadenta, witting saking bhuhtala warah juga pratisentananta, wkas
tka ka-
2. patyanya, yata tan kwnang magseng, kayogyane mapendem juga,
wusing sawa mapendem, benjangan, tka wnang, nga, ngirim, ya ta
rineka luwuring bangbang, apinda wong wongan yata, nga, abya
tanem,
3. kunang yan hana mwah arep amreteka, wnang, nga, matres mwang
matuwun, mangkana gamaning balyaga, iki bhujangganta, mpu
dryakah yogya ngentas kita, ya kengetakna, aja
4. angimpasin ilaila dahat, apan agung brahmatyanira sanghyang
kasuhun kidul, ngawe sungsuting sanghyang pitara, kunang mwah
yan kita angucapucap lawan bhujangganta, sira mpu bandesa<noinclude></noinclude>
mkwwkz7nojooj7bz1om3im72vzhqvy9
113506
113502
2022-07-19T17:07:17Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||45}}
piwkasira mpu mahameru, ring sisyanira, kunang sira mpu dryakah, tansah anganjali, umiring adnyà sang maka sudamani antya drestining swacita aneda anugraha,lwir kawehan mretta yan ma-
b. 1. kopaman, sumusupeng antajnyana, tageh yan wuwusan uluning asurud ayu, apan wus sirna kinmit de sang mahadharma. Wuwus mwah sira mpu mahameru awarahwarah ring wwong balyaga kabeh,
2. inasunganing wangsa bali krama, nga, lingira, siga manusa, mimi-
taning kita nyuh gadhing, dudu wittaning manusa jati, mangke ing
hulun awarah kita kabeh, ri wkas dateng kapjahanta
pinratista de pratisentananta, kita wnang mabya gseng, kunang ri
3. pinratisa de pratisentana, kita wnang mabyra gseng, kunang
wusing kagseng, yogya mapendem mwah, yata kang sinangguh
wangsa krama tambus, nga, nging wnang bhujanganku ki mpu
bandesa dryakah, angentas
4. kita kabeh, kunang mwah wusing pintasteka, yogya kita, nga,
matres mwang matuwun, mangkana yogya gamanta, aja angliwar-
ing mwah, yan liwar, kna sodanira bhatara hyang kasuhun kidul
28a.11. sungsut dalaning sanghyang atma, nora mangguhaken dalan
apadhang. Kunang mwah kita ki barakan, kengetakna, nguni ka-
dadenta, witting saking bhuhtala warah juga pratisentananta, wkas
tka ka-
2. patyanya, yata tan kwnang magseng, kayogyane mapendem juga,
wusing sawa mapendem, benjangan, tka wnang, nga, ngirim, ya ta
rineka luwuring bangbang, apinda wong wongan yata, nga, abya
tanem,
3. kunang yan hana mwah arep amreteka, wnang, nga, matres mwang
matuwun, mangkana gamaning balyaga, iki bhujangganta, mpu
dryakah yogya ngentas kita, ya kengetakna, aja
4. angimpasin ilaila dahat, apan agung brahmatyanira sanghyang
kasuhun kidul, ngawe sungsuting sanghyang pitara, kunang mwah
yan kita angucapucap lawan bhujangganta, sira mpu bandesa<noinclude></noinclude>
jyztynvdk3ttcp24n1gjwffnueamaxe
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/68
250
32379
113503
2022-07-19T17:02:39Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|61}}
2. kna sodaningsun moga amingsor, anadi wwong tani cingkrang,
nga, tkaning kapatyanya, tan kawnang pinrastista de sang brah
mana, nguniweh tan kawnang gseng, pendem juga ya, ya dudu
3. sentana, nga , kunang yan sampun anindihaken, ya ta ngaran wang
sa wong tani, nging yan sampun wus,3 , turunan, mangka kenge
takna, mwah ri wusing, 3, turunan wtu sentananta mwah didinya
inaranan
4. arryya pasek kayu selem, asing wruh tka wnang mujanggain, nging
tlung turunan, kunang soring bhujangga, ya dadi dudukuhan, wkas
yan hana acep santananta, gineseng wangkening kawitanya, wnang
3a. 1. hanging yan durung hana brahmana ring bali, wijil saking sanak
ning hulun mpu ghnijaya, aniwaken wedamantra, katkeng pratisen
tananing sanakning hulun waneh, mangke anaku tka wnang mre
tista sawaning wwong
2. balyaga kabeb, mangkana aja lupa, pawarah juga ya, ila-ila dahat,
kna brahmantya, nihan hana mwah waneh ramanta, sastra dudu
aksara, rupa tan parupa, wakna talinganta ri pang renga, mwang
dinlengalkna
3. tang netra karo, ngat pada sira mpu kamareka, tumuli tinakwanan,
anaku kamareka, sampun wus bhyakta denta, pukulun sang abra
sinuhun wus kempene sisya pakanira, iii hana mwah
4. aksara dyatmika, sastra ring raga sarira, iku awasakna ring
Sariranta, jahtasmat, wastu,3, tah pariwastu, sidhirastu, tatastu
wastu, lewih sakti wisesa, lwirnya arupa akasa,
b. 1. iti, 50,9,1, tlas, poma anaku aja iupa, wera mwang cawuh, apan
piningid sanghyang sastra, mangke ramanta aninggali anaku, apan
wus tlas sanghyang aji kaglar ing sariranta, angastungkara sira
2. mpu kamareka, umusapada sang adhighuru, adulur panganjali, tan
poma sukaning hredaya, pan sampun kinugrahan, warnnaha sira
sang kasuhun, sampun sah ing tampurhyang, mulihing jawadwipa,
3. apan mahawan hyun cet prapta mareng jawadwipa, nahan ikang
carita //01/ Apica, pira ta lawas punang warsa, pada wredi sentanan
punang wwong kabeh , ing pulina bali, aken makurambyan
4. manak gumanak, angliyabing bwana, ndya dumehnyan , pan ak
web payogan para bhatara bhatari angaji manusa, ya hetunyan
sumimbaking bali rajya, tangeh yan rancana, pawtuning wwang<noinclude></noinclude>
2oyvgn4fqy7mpe42djr0p8xi5v46vcq
113516
113503
2022-07-19T17:15:39Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|61}}
2. kna sodaningsun moga amingsor, anadi wwong tani cingkrang,
nga, tkaning kapatyanya, tan kawnang pinrastista de sang brah
mana, nguniweh tan kawnang gseng, pendem juga ya, ya dudu
3. sentana, nga , kunang yan sampun anindihaken, ya ta ngaran wang
sa wong tani, nging yan sampun wus,3 , turunan, mangka kenge
takna, mwah ri wusing, 3, turunan wtu sentananta mwah didinya
inaranan
4. arryya pasek kayu selem, asing wruh tka wnang mujanggain, nging
tlung turunan, kunang soring bhujangga, ya dadi dudukuhan, wkas
yan hana acep santananta, gineseng wangkening kawitanya, wnang
3a. 1. hanging yan durung hana brahmana ring bali, wijil saking sanak
ning hulun mpu ghnijaya, aniwaken wedamantra, katkeng pratisen
tananing sanakning hulun waneh, mangke anaku tka wnang mre
tista sawaning wwong
2. balyaga kabeb, mangkana aja lupa, pawarah juga ya, ila-ila dahat,
kna brahmantya, nihan hana mwah waneh ramanta, sastra dudu
aksara, rupa tan parupa, wakna talinganta ri pang renga, mwang
dinlengalkna
3. tang netra karo, ngat pada sira mpu kamareka, tumuli tinakwanan,
anaku kamareka, sampun wus bhyakta denta, pukulun sang abra
sinuhun wus kempene sisya pakanira, iii hana mwah
4. aksara dyatmika, sastra ring raga sarira, iku awasakna ring
Sariranta, jahtasmat, wastu,3, tah pariwastu, sidhirastu, tatastu
wastu, lewih sakti wisesa, lwirnya arupa akasa,
b. 1. iti, 50,9,1, tlas, poma anaku aja iupa, wera mwang cawuh, apan
piningid sanghyang sastra, mangke ramanta aninggali anaku, apan
wus tlas sanghyang aji kaglar ing sariranta, angastungkara sira
2. mpu kamareka, umusapada sang adhighuru, adulur panganjali, tan
poma sukaning hredaya, pan sampun kinugrahan, warnnaha sira
sang kasuhun, sampun sah ing tampurhyang, mulihing jawadwipa,
3. apan mahawan hyun cet prapta mareng jawadwipa, nahan ikang
carita //01/ Apica, pira ta lawas punang warsa, pada wredi sentanan
punang wwong kabeh , ing pulina bali, aken makurambyan
4. manak gumanak, angliyabing bwana, ndya dumehnyan , pan ak
web payogan para bhatara bhatari angaji manusa, ya hetunyan
sumimbaking bali rajya, tangeh yan rancana, pawtuning wwang<noinclude></noinclude>
mfmcjowiy6ttai5ooo9tjrfuk3sjslz
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/95
250
32380
113508
2022-07-19T17:08:40Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>88
Ini ONG ngadeg
Ini Panca Brahma
ONG BHANG, di tengah-tengah dahi; ONG GANG pada bahu<br>
madia<br>
4. AH pada telinga; ONG lNG, pada limpa; ONG BHANG, pada<br>
mulut; ONG MANG, pada jantung, ONG SANG, pada puser; ONG<br>
WUNG. pada kelamin; ONG YANG, pada dubur. Lalu member-<br>
sihkan badan; bakar sanghyang Dasaksara,
56a. 1. berakhir dengan Sangbyang G uru Ludra pacta pusar, mantranya.
ONG RAH PHATASTRA YA NAMAH KALA GNHI RUDRA, YA<br>
NAMAH. Bakar dan satukan badan Mala Traya, ANG UNG<br>
MANG; SATUS PHATAKA, AH, SALWIRIN LARA WIGHINA;<br>
bakar jadi abu, ANG AH NAMA SWANA.<br>
2. Setelah itu hidupkan kembali dengan Sanghyang Amerta.<br>
mantranya: ONG UNG RAH PHATASTRAYA. PADHA YA NA-<br>
MAH; menurunkan Sanghyang SRETABYOMA SIWA SAMUDRA<br>
YA NAMAH. Di dalam hati yang bersih suci bertemu ONG dengan<br>
ONG KARA sungsang ngadeg<noinclude></noinclude>
ojdlyja49u7mnlgg1u2w6uwrvk2taf4
113523
113508
2022-07-19T17:21:48Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||88}}
Ini ONG ngadeg
Ini Panca Brahma
''ONG BHANG,'' di tengah-tengah dahi; ''ONG GANG'' pada bahu<br>
madia<br>
4. ''AH'' pada telinga; ''ONG lNG,'' pada limpa; ''ONG BHANG,'' pada<br>
mulut; ''ONG MANG,'' pada jantung, ''ONG SANG,'' pada puser; ''ONG<''br>
''WUNG.'' pada kelamin; ''ONG YANG,'' pada dubur. Lalu member-<br>
sihkan badan; bakar sanghyang Dasaksara,
56a. 1. berakhir dengan Sangbyang G uru Ludra pacta pusar, mantranya.
''ONG RAH PHATASTRA YA NAMAH KALA GNHI RUDRA, YA''<br>
''NAMAH''. Bakar dan satukan badan Mala Traya, ''ANG UNG''<br>
''MANG; SATUS PHATAKA, AH, SALWIRIN LARA WIGHINA;''<br>
bakar jadi abu, ''ANG AH NAMA SWANA.''<br>
2. Setelah itu hidupkan kembali dengan Sanghyang Amerta.<br>
mantranya: ''ONG UNG RAH PHATASTRAYA. PADHA YA NA''-<br>
MAH; menurunkan Sanghyang SRETABYOMA SIWA SAMUDRA<br>
YA NAMAH. Di dalam hati yang bersih suci bertemu ''ONG'' dengan<br>
''''ONG KARA'' sungsang ngadeg''<noinclude></noinclude>
g650z04cqdum35ljyidpyqs7nieqfo0
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/94
250
32381
113520
2022-07-19T17:17:16Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>87<br>
4. nguniweh sanghyang tri purusa, anging manira astawa rumuhun<br>
saking parhyanganing hulun ayogha, manira prapta angadeg,<br>
saking suksma, larapanta, nuhur tirtha pangentas, pabresyan,<br>
55a.1. padan bhatara tri purusa, kunang ri wusing ica tirtha, irika mwah<br>
astawa manira, saha pujastawa, irika hulun ngiring bhatara, aweh<br>
tirtha, nga, tirtha panglambus, kunang pinunase ring<br>
2. bhatara, nora wnang len, 3, sangku tmaga, bahem slaka, batil wesi,<br>
yata lungguh ira sanghyang tirtha, dulurana payuk anyar, 3, ya ta<br>
tirtha pabresihan, nga, iti rarajahan sangku,<br>
3. tmaga, ang,<br>
sangku wesi, ung,<br>
sangku slaka mang,<br>
Nihan malih rajah tmaga, ma, Ong Bhang Mang Brahma nama<br>
swaha.<br>
4. Mantra rarajahan sangku wsi, ma,<br>
Ung Reng Wisnu ya Nama swaha<br>
Iti pangastawa rumuhun, kaglaring kamoksan, astiti prelina puput<br>
wus awarawarah, saprakaraning weda pragha, mangkana linganya<br>
ring anak sisya nira kabeh,<br>
b.1. sampun wus sinimpen ing hredayanira sdaya, kala mangkana anak<br>
putunya kabeh, angabhakti ring sang kawitan, kunang ri wusing<br>
mangkana, irika sira mpu kamareka munggah ayoga<br>
2. angregepaken sanghyang kamoksan, i nglaraken sanghyang<br>
dasaksara sane mungguh ring bhawana alit
ring bwabwan
iti ring roma matmu Ong ngadeg lawan Ong sungsang<noinclude></noinclude>
3v224wo9p0u6fj3ukjqthcqgqtmmv25
113522
113520
2022-07-19T17:18:48Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||87}}
4. nguniweh sanghyang tri purusa, anging manira astawa rumuhun<br>
saking parhyanganing hulun ayogha, manira prapta angadeg,<br>
saking suksma, larapanta, nuhur tirtha pangentas, pabresyan,<br>
55a.1. padan bhatara tri purusa, kunang ri wusing ica tirtha, irika mwah<br>
astawa manira, saha pujastawa, irika hulun ngiring bhatara, aweh<br>
tirtha, nga, tirtha panglambus, kunang pinunase ring<br>
2. bhatara, nora wnang len, 3, sangku tmaga, bahem slaka, batil wesi,<br>
yata lungguh ira sanghyang tirtha, dulurana payuk anyar, 3, ya ta<br>
tirtha pabresihan, nga, iti rarajahan sangku,<br>
3. tmaga, ang,<br>
sangku wesi, ung,<br>
sangku slaka mang,<br>
Nihan malih rajah tmaga, ma, Ong Bhang Mang Brahma nama<br>
swaha.<br>
4. Mantra rarajahan sangku wsi, ma,<br>
Ung Reng Wisnu ya Nama swaha<br>
Iti pangastawa rumuhun, kaglaring kamoksan, astiti prelina puput<br>
wus awarawarah, saprakaraning weda pragha, mangkana linganya<br>
ring anak sisya nira kabeh,<br>
b.1. sampun wus sinimpen ing hredayanira sdaya, kala mangkana anak<br>
putunya kabeh, angabhakti ring sang kawitan, kunang ri wusing<br>
mangkana, irika sira mpu kamareka munggah ayoga<br>
2. angregepaken sanghyang kamoksan, i nglaraken sanghyang<br>
dasaksara sane mungguh ring bhawana alit
ring bwabwan
iti ring roma matmu Ong ngadeg lawan Ong sungsang<noinclude></noinclude>
3ledzpht41i7dcwqnlj8mpd78t37pst
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/19
250
32382
113530
2022-07-19T17:42:48Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||12}}
disertai Bhatara Catur Purusa, lengkap dengan pujaan dan penghonnatan. Ramai tetapi merdu, laksana lebih mengisap sari, kalau boleh diumpamakan.
3. Kemudian mereka kembali ke Bali. Tidak terpikir dan tidak dapat dijelaskan, secara tiba-tiba telah sampai di Pulau Bali, sebab segalanya bersifat pikiran. Tibalah mereka di pura Besakih. Tidak terkira senang hatinya
4. sebab sudah terkabul pennohonannya, tercapai maksudnya. Kembalilah mereka ke tempatnya masing-masang, tinggal menetap di Bali; begitulah ceritanya. ''Parameswara wasite, umarani madya balyangan''
8a. l. ''dharpae dewasca paranam bhaswaram maha pawitram''. Tersebutlah Bhatara Hyang Paramesti Guru telah tiba di Bali, disertai oleh para Dewa, para Rsi Gana, Dewasanga, semua penghuni
2. sorgaloka, semuanya menyertai Bhatara datang di Bali. Konon, Bhatara Parameswara duduk di atas Padma Manik, terbang melayang, diapit dengan dua buah payung sebagai tanda kebesaran serta tunggul dan umbul-umbul. Gemerincing suara genta, disertai puji-pujian dan hujan hamburan bunga.
3. Di angkasa terdengar suara sayup-sayup disertai letus-letusan. Bhatara lainnya, konon kendaraannya teratur rapi, sebab sangat gembira ctapat menyertai Bhatara di udara, tidak terduga
4. tiba-tiba sarnpailah sudah di Gunung Tolangkir; dijemput oleh Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Gnijaya, terutama Bhatara Catur Purusa, didahului sembah dan pujaan, "Jaya-jaya ganda krtem" yang bertaboran.
b.1. Setelah melakukan penyucian , kemudian berkumpul di pura Besakih, berkatalah Bhatara Hyang Paranlesti Guru," Wahai anakanakku, para dewa dewata semua, sekarang bersiap-siaplah kamu masing-masing
2. agar tercapai maksud mencetakan manusia, secara serempak dewa dan dewata menuruti perintah Bhatara, sarna-sama menggaibkan diri menghilang, lalu masuk ke perut dewa Siwa. Sabda Bhatara, "Wahai engkau anak-anakku, engkau Iswara
3. pada kulit, Hyang Brahma pada otot, Hyang Wisnu pada daging, Hyang Mahadewa pada sumsum. Dan lagi kamu berdua ini, Sangkara dan Ludra pada ubun-ubun. Selanjutnya<noinclude></noinclude>
pb0vg93t6x5pnk2usyzw9ar1vqvncx5
113578
113530
2022-07-19T23:58:34Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{rh||12}}
disertai Bhatara Catur Purusa, lengkap dengan pujaan dan penghonnatan. Ramai tetapi merdu, laksana lebih mengisap sari, kalau boleh diumpamakan.
3. Kemudian mereka kembali ke Bali. Tidak terpikir dan tidak dapat dijelaskan, secara tiba-tiba telah sampai di Pulau Bali, sebab segalanya bersifat pikiran. Tibalah mereka di pura Besakih. Tidak terkira senang hatinya
4. sebab sudah terkabul pennohonannya, tercapai maksudnya. Kembalilah mereka ke tempatnya masing-masang, tinggal menetap di Bali; begitulah ceritanya. ''Parameswara wasite, umarani madya balyangan''
8a. 1. ''dharpae dewasca paranam bhaswaram maha pawitram''. Tersebutlah Bhatara Hyang Paramesti Guru telah tiba di Bali, disertai oleh para Dewa, para Rsi Gana, Dewasanga, semua penghuni
2. sorgaloka, semuanya menyertai Bhatara datang di Bali. Konon, Bhatara Parameswara duduk di atas Padma Manik, terbang melayang, diapit dengan dua buah payung sebagai tanda kebesaran serta tunggul dan umbul-umbul. Gemerincing suara genta, disertai puji-pujian dan hujan hamburan bunga.
3. Di angkasa terdengar suara sayup-sayup disertai letus-letusan. Bhatara lainnya, konon kendaraannya teratur rapi, sebab sangat gembira dapat menyertai Bhatara di udara, tidak terduga
4. tiba-tiba sampailah sudah di Gunung Tolangkir; dijemput oleh Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Gnijaya, terutama Bhatara Catur Purusa, didahului sembah dan pujaan, "Jaya-jaya ganda krtem" yang bertaboran.
b.1. Setelah melakukan penyucian , kemudian berkumpul di pura Besakih, berkatalah Bhatara Hyang Paramesti Guru," Wahai anakanakku, para dewa dewata semua, sekarang bersiap-siaplah kamu masing-masing
2. agar tercapai maksud mencetakan manusia, secara serempak dewa dan dewata menuruti perintah Bhatara, sarna-sama menggaibkan diri menghilang, lalu masuk ke perut dewa Siwa. Sabda Bhatara, "Wahai engkau anak-anakku, engkau Iswara
3. pada kulit, Hyang Brahma pada otot, Hyang Wisnu pada daging, Hyang Mahadewa pada sumsum. Dan lagi kamu berdua ini, Sangkara dan Ludra pada ubun-ubun. Selanjutnya<noinclude></noinclude>
9ql9z311kd7e7xefhbresc8wz51kt27
113741
113578
2022-07-20T10:55:07Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||12}}
disertai Bhatara Catur Purusa, lengkap dengan pujaan dan penghonnatan. Ramai tetapi merdu, laksana lebih mengisap sari, kalau boleh diumpamakan.
3. Kemudian mereka kembali ke Bali. Tidak terpikir dan tidak dapat dijelaskan, secara tiba-tiba telah sampai di Pulau Bali, sebab segalanya bersifat pikiran. Tibalah mereka di pura Besakih. Tidak terkira senang hatinya
4. sebab sudah terkabul pennohonannya, tercapai maksudnya. Kembalilah mereka ke tempatnya masing-masang, tinggal menetap di Bali; begitulah ceritanya. ''Parameswara wasite, umarani madya balyangan''
8a. 1. ''dharpae dewasca paranam bhaswaram maha pawitram''. Tersebutlah Bhatara Hyang Paramesti Guru telah tiba di Bali, disertai oleh para Dewa, para Rsi Gana, Dewasanga, semua penghuni
2. sorgaloka, semuanya menyertai Bhatara datang di Bali. Konon, Bhatara Parameswara duduk di atas Padma Manik, terbang melayang, diapit dengan dua buah payung sebagai tanda kebesaran serta tunggul dan umbul-umbul. Gemerincing suara genta, disertai puji-pujian dan hujan hamburan bunga.
3. Di angkasa terdengar suara sayup-sayup disertai letus-letusan. Bhatara lainnya, konon kendaraannya teratur rapi, sebab sangat gembira dapat menyertai Bhatara di udara, tidak terduga
4. tiba-tiba sampailah sudah di Gunung Tolangkir; dijemput oleh Bhatara Putrajaya bersama Bhatara Gnijaya, terutama Bhatara Catur Purusa, didahului sembah dan pujaan, "Jaya-jaya ganda krtem" yang bertaboran.
b.1. Setelah melakukan penyucian , kemudian berkumpul di pura Besakih, berkatalah Bhatara Hyang Paramesti Guru," Wahai anakanakku, para dewa dewata semua, sekarang bersiap-siaplah kamu masing-masing
2. agar tercapai maksud mencetakan manusia, secara serempak dewa dan dewata menuruti perintah Bhatara, sarna-sama menggaibkan diri menghilang, lalu masuk ke perut dewa Siwa. Sabda Bhatara, "Wahai engkau anak-anakku, engkau Iswara
3. pada kulit, Hyang Brahma pada otot, Hyang Wisnu pada daging, Hyang Mahadewa pada sumsum. Dan lagi kamu berdua ini, Sangkara dan Ludra pada ubun-ubun. Selanjutnya<noinclude></noinclude>
m1ae4ck8eou1qtmka0twrj0osuzq83n
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/21
250
32383
113531
2022-07-19T17:52:21Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||14}}
4. beryogalah kamu di hadapan pedupaan yang telah berisi api suci supaya, tercipralah manusia, tidak lain ialah Hyang Basundari. Dialah yang diciptakan sebagai manusia. Waktu itu
9a 1. Waktu itu datanglah Bhatara YamadipaLi, berwujud anjing hitam. Tidak: terJcira gembiranya di tengah-tengah pertapaan Bhawa, sambil berkata.. begini karanya," Hai Hyang Bhatara sekarang paduka Bhatara merencanakan menciptakan manusia,
2. mustahil itu namanya. sekarang aku berani mencemoohkannya, mana mungkin akan terjadi manusia. Seandainya memang benar dapat menjadi manusia, aIcu a1can bersedia makan kotoran manusia itu.
3. Menyahut Bhatara," Apa katamu wah ai Bargawa, kok mencemooh. Besar janjimu padaku. Janjiku kepadamu, kalau tidak berhasil menjadikan manusia itu, bukanlah aku golongan para dewa•dewa; wajib masukkan ke dalam kotoran . Banyak lagi kalau diceritakan,
4. saling sahuL Saat itu juga Paduka Hyang Pararnesu Guru memusatkan pikirannya. Menyalakan api pedupaan itu, disertai asapnya yang mengepul. Kemudian terbentuklah seperti muka manusia, tempi tiba-tiba rebah manusia ciptaannya itu.
b.1. Waklu itu berbunyi anjing itu, bunyinya menggonggong kembali Bhatara beryoga, lagi jatuh manusia buatannya itu; kembali anjing menggonggong, bunyinya kong.kong kong. Lagi Bhatara beryoga,
2. kembali roboh ciptaannya itu, Tidak henti-henti nya anjing menggonggong, suaranya: king, king, suaranya nyaring. Lebih kurang sudah lima kali Bhatara berusaha menciptakan manusia terapi selalu patah atau rusak, manusia buatan nya itu. Bukan main malu rasa hati Bhatara.
3. karena dikalahkan oleh anjing itu. Kembali Bhatara menunjukkan karnampuan batin-Nya, terasa bagaikan menyatukan liga dunia dalam dirinya. Menyala-nyalaJah apt pedupaan. Terasa goyang burni ini. Keluarlah Sang Hyang Amrttasiwamba,
4. yang kemudian menjelma menjadi manusia Maka kalahlah anjing itu, dengan pandangan dia melihat manusia tersebut. Sabda Hyang Paramesti Guru," Sekarang engkau telah kalah, ingatIah katamuyang lalu,Mudah-mudahan seterusnya, anjing makan kotoran manusia.<noinclude></noinclude>
p695huk92q93ug4x397mui4cm7m9d7q
113596
113531
2022-07-20T00:06:41Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{rh||14}}
4. beryogalah kamu di hadapan pedupaan yang telah berisi api suci supaya, tercipralah manusia, tidak lain ialah Hyang Basundari. Dialah yang diciptakan sebagai manusia. Waktu itu
9a 1. Waktu itu datanglah Bhatara YamadipaLi, berwujud anjing hitam. Tidak: terJcira gembiranya di tengah-tengah pertapaan Bhawa, sambil berkata.. begini karanya," Hai Hyang Bhatara sekarang paduka Bhatara merencanakan menciptakan manusia,
2. mustahil itu namanya. sekarang aku berani mencemoohkannya, mana mungkin akan terjadi manusia. Seandainya memang benar dapat menjadi manusia, aIcu a1can bersedia makan kotoran manusia itu.
3. Menyahut Bhatara," Apa katamu wah ai Bargawa, kok mencemooh. Besar janjimu padaku. Janjiku kepadamu, kalau tidak berhasil menjadikan manusia itu, bukanlah aku golongan para dewa•dewa; wajib masukkan ke dalam kotoran . Banyak lagi kalau diceritakan,
4. saling sahuL Saat itu juga Paduka Hyang Pararnesu Guru memusatkan pikirannya. Menyalakan api pedupaan itu, disertai asapnya yang mengepul. Kemudian terbentuklah seperti muka manusia, tempi tiba-tiba rebah manusia ciptaannya itu.
b.1. Waklu itu berbunyi anjing itu, bunyinya menggonggong kembali Bhatara beryoga, lagi jatuh manusia buatannya itu; kembali anjing menggonggong, bunyinya kong.kong kong. Lagi Bhatara beryoga,
2. kembali roboh ciptaannya itu, Tidak henti-henti nya anjing menggonggong, suaranya: king, king, suaranya nyaring. Lebih kurang sudah lima kali Bhatara berusaha menciptakan manusia terapi selalu patah atau rusak, manusia buatan nya itu. Bukan main malu rasa hati Bhatara.
3. karena dikalahkan oleh anjing itu. Kembali Bhatara menunjukkan karnampuan batin-Nya, terasa bagaikan menyatukan liga dunia dalam dirinya. Menyala-nyalaJah apt pedupaan. Terasa goyang burni ini. Keluarlah Sang Hyang Amrttasiwamba,
4. yang kemudian menjelma menjadi manusia Maka kalahlah anjing itu, dengan pandangan dia melihat manusia tersebut. Sabda Hyang Paramesti Guru," Sekarang engkau telah kalah, ingatIah katamuyang lalu,Mudah-mudahan seterusnya, anjing makan kotoran manusia.<noinclude></noinclude>
9qtz0tzncjlijylyt0ed6qdzqbfifjo
113646
113596
2022-07-20T00:37:39Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{rh||14}}
4. beryogalah kamu di hadapan pedupaan yang telah berisi api suci supaya, tercipralah manusia, tidak lain ialah Hyang Basundari. Dialah yang diciptakan sebagai manusia. Waktu itu
9a 1. Waktu itu datanglah Bhatara Yamadipati, berwujud anjing hitam. Tidak terkira gembiranya di tengah-tengah pertapaan Bhawa, sambil berkata.. begini karanya," Hai Hyang Bhatara sekarang paduka Bhatara merencanakan menciptakan manusia,
2. mustahil itu namanya. sekarang aku berani mencemoohkannya, mana mungkin akan terjadi manusia. Seandainya memang benar dapat menjadi manusia, aku akan bersedia makan kotoran manusia itu.
3. Menyahut Bhatara," Apa katamu wahai Bargawa, kok mencemooh. Besar janjimu padaku. Janjiku kepadamu, kalau tidak berhasil menjadikan manusia itu, bukanlah aku golongan para dewa-dewa; wajib masukkan ke dalam kotoran . Banyak lagi kalau diceritakan,
4. saling sahuL Saat itu juga Paduka Hyang Paramesti Guru memusatkan pikirannya. Menyalakan api pedupaan itu, disertai asapnya yang mengepul. Kemudian terbentuklah seperti muka manusia, tempi tiba-tiba rebah manusia ciptaannya itu.
b.1. Waklu itu berbunyi anjing itu, bunyinya menggonggong kembali Bhatara beryoga, lagi jatuh manusia buatannya itu; kembali anjing menggonggong, bunyinya kong.kong kong. Lagi Bhatara beryoga,
2. kembali roboh ciptaannya itu, Tidak henti-henti nya anjing menggonggong, suaranya: king, king, suaranya nyaring. Lebih kurang sudah lima kali Bhatara berusaha menciptakan manusia terapi selalu patah atau rusak, manusia buatannya itu. Bukan main malu rasa hati Bhatara.
3. karena dikalahkan oleh anjing itu. Kembali Bhatara menunjukkan karnampuan batin-Nya, terasa bagaikan menyatukan liga dunia dalam dirinya. Menyala-nyalalah api pedupaan. Terasa goyang bumi ini. Keluarlah Sang Hyang Amrttasiwamba,
4. yang kemudian menjelma menjadi manusia Maka kalahlah anjing itu, dengan pandangan dia melihat manusia tersebut. Sabda Hyang Paramesti Guru," Sekarang engkau telah kalah, ingatlah katamuyang lalu,
10a. 1. Mudah-mudahan seterusnya, anjing makan kotoran manusia.<noinclude></noinclude>
ov6bp6nij9b1ja4u3f5j3y7nembd6vu
113742
113646
2022-07-20T10:55:46Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||14}}
4. beryogalah kamu di hadapan pedupaan yang telah berisi api suci supaya, tercipralah manusia, tidak lain ialah Hyang Basundari. Dialah yang diciptakan sebagai manusia. Waktu itu
9a 1. Waktu itu datanglah Bhatara Yamadipati, berwujud anjing hitam. Tidak terkira gembiranya di tengah-tengah pertapaan Bhawa, sambil berkata.. begini karanya," Hai Hyang Bhatara sekarang paduka Bhatara merencanakan menciptakan manusia,
2. mustahil itu namanya. sekarang aku berani mencemoohkannya, mana mungkin akan terjadi manusia. Seandainya memang benar dapat menjadi manusia, aku akan bersedia makan kotoran manusia itu.
3. Menyahut Bhatara," Apa katamu wahai Bargawa, kok mencemooh. Besar janjimu padaku. Janjiku kepadamu, kalau tidak berhasil menjadikan manusia itu, bukanlah aku golongan para dewa-dewa; wajib masukkan ke dalam kotoran . Banyak lagi kalau diceritakan,
4. saling sahuL Saat itu juga Paduka Hyang Paramesti Guru memusatkan pikirannya. Menyalakan api pedupaan itu, disertai asapnya yang mengepul. Kemudian terbentuklah seperti muka manusia, tempi tiba-tiba rebah manusia ciptaannya itu.
b.1. Waklu itu berbunyi anjing itu, bunyinya menggonggong kembali Bhatara beryoga, lagi jatuh manusia buatannya itu; kembali anjing menggonggong, bunyinya kong.kong kong. Lagi Bhatara beryoga,
2. kembali roboh ciptaannya itu, Tidak henti-henti nya anjing menggonggong, suaranya: king, king, suaranya nyaring. Lebih kurang sudah lima kali Bhatara berusaha menciptakan manusia terapi selalu patah atau rusak, manusia buatannya itu. Bukan main malu rasa hati Bhatara.
3. karena dikalahkan oleh anjing itu. Kembali Bhatara menunjukkan karnampuan batin-Nya, terasa bagaikan menyatukan liga dunia dalam dirinya. Menyala-nyalalah api pedupaan. Terasa goyang bumi ini. Keluarlah Sang Hyang Amrttasiwamba,
4. yang kemudian menjelma menjadi manusia Maka kalahlah anjing itu, dengan pandangan dia melihat manusia tersebut. Sabda Hyang Paramesti Guru," Sekarang engkau telah kalah, ingatlah katamuyang lalu,
10a. 1. Mudah-mudahan seterusnya, anjing makan kotoran manusia.<noinclude></noinclude>
shb4owi19d11mw1co2vq225ynf0mk2f
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/57
250
32384
113533
2022-07-19T21:29:15Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>50
menyembah serta mengucapkan weda astawa. Tiada terkira senang hatinya, laksana mendapat zat kehidupan.
3. Kalau diumpamakan, meresap ke dalam lubuk hatinya yang ter- dalam. Entah telah berapa lama kembalilah Mpu Kamareka melakukan yoga semadi, memusatkan pikiran menghadapi api
4. pedupaan. Mengepul asap api pedupaan, harum semerbak naik ke udara, sampai ke alam yang tidak kelihatan. Gegerlah para widi- adara widiadari; juga semua dewa dewata, Resi Gana Gelap rasa- nya angkasa. Setelah sunyi senyap
b. 1. turunlah Bhatara Hyang Paramacintya dari udara, didahului bau harum semerbak. Ada terdengar sabda, "Kamareka engkau adalah golongan Mpu sejati, tidak terkira kuatnya imanmu bersemadi. Ada pemberian Bhatara kepadamu,
2. pelajaran tentang tirtha kamandalu. banyu pawira namanya. Inilah huruf-hurufnya, terimalah. Tetapi. jangan digunakan secara semba- rangan. Simpanlah dalam hatimu. "Setelah itu menghilanglah Bhatara, menyembahlah Mpu Kamareka.
3. Tidak pula lupa melakukan penghormatan. Demikianlah ceritanya sehingga bertambah-tambah senang hati Sang Mpu Kamareka, lak- sana tenangnya laut yang dalam. Diceritakan
4. para bidadari bemama Dadari Kuning. disuruh oleh Bhatara Indra datang ke Tampurhyang untuk menjadi jodoh Mpu Kamareka. Setelah tiba di dekat relung itu, dalihatah oleh Mpu
32a. 1. Kamareka. Disambutlah mereka. Ditanya asal-usul dan tujuannya, antara lain, " Wahai engkau laksana penguasa lautan, dari mana engkau dan datang ke mari, ke dalam hutan, dan siapakah kedua belas nama-nama dan
2. golonganmu? Kalan berkenan di hatimu, beri tahukanlah saya dengan terus terang." Berkata bidadari itu," Kami ini dari golongan Warapsari dari Indralokka" Berkata Mpu Kamareka
3. "Apa tujuanmu datang kepadaku di sini?" Menyahut bidadari itu, "Sesungguhnya Tuanku Mpu, tidak lain, kami berjalan-jalan da-tang di Palau Bali mencari tirtha pawitra. Sebab
4. kami melihat ada sinar dengan asapnya yang mengepul; Itu per-tanda pilihanku, maka datanglah aku kemari." Berkata lagi sang Mahamona, "Ya, adikku laksana Hyang<noinclude></noinclude>
ona9de4rivrbiv36lvtl2eme7inqaau
113605
113533
2022-07-20T00:08:40Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|50}}
menyembah serta mengucapkan weda astawa. Tiada terkira senang hatinya, laksana mendapat zat kehidupan.
3. Kalau diumpamakan, meresap ke dalam lubuk hatinya yang ter- dalam. Entah telah berapa lama kembalilah Mpu Kamareka melakukan yoga semadi, memusatkan pikiran menghadapi api
4. pedupaan. Mengepul asap api pedupaan, harum semerbak naik ke udara, sampai ke alam yang tidak kelihatan. Gegerlah para widi- adara widiadari; juga semua dewa dewata, Resi Gana Gelap rasa- nya angkasa. Setelah sunyi senyap
b. 1. turunlah Bhatara Hyang Paramacintya dari udara, didahului bau harum semerbak. Ada terdengar sabda, "Kamareka engkau adalah golongan Mpu sejati, tidak terkira kuatnya imanmu bersemadi. Ada pemberian Bhatara kepadamu,
2. pelajaran tentang tirtha kamandalu. banyu pawira namanya. Inilah huruf-hurufnya, terimalah. Tetapi. jangan digunakan secara semba- rangan. Simpanlah dalam hatimu. "Setelah itu menghilanglah Bhatara, menyembahlah Mpu Kamareka.
3. Tidak pula lupa melakukan penghormatan. Demikianlah ceritanya sehingga bertambah-tambah senang hati Sang Mpu Kamareka, lak- sana tenangnya laut yang dalam. Diceritakan
4. para bidadari bemama Dadari Kuning. disuruh oleh Bhatara Indra datang ke Tampurhyang untuk menjadi jodoh Mpu Kamareka. Setelah tiba di dekat relung itu, dalihatah oleh Mpu
32a. 1. Kamareka. Disambutlah mereka. Ditanya asal-usul dan tujuannya, antara lain, " Wahai engkau laksana penguasa lautan, dari mana engkau dan datang ke mari, ke dalam hutan, dan siapakah kedua belas nama-nama dan
2. golonganmu? Kalan berkenan di hatimu, beri tahukanlah saya dengan terus terang." Berkata bidadari itu," Kami ini dari golongan Warapsari dari Indralokka" Berkata Mpu Kamareka
3. "Apa tujuanmu datang kepadaku di sini?" Menyahut bidadari itu, "Sesungguhnya Tuanku Mpu, tidak lain, kami berjalan-jalan da-tang di Palau Bali mencari tirtha pawitra. Sebab
4. kami melihat ada sinar dengan asapnya yang mengepul; Itu per-tanda pilihanku, maka datanglah aku kemari." Berkata lagi sang Mahamona, "Ya, adikku laksana Hyang<noinclude></noinclude>
8x796o3dj820am993ut1ntfje46wmwx
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/58
250
32385
113534
2022-07-19T21:40:58Z
IPutu Dirga
869
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="IPutu Dirga" /></noinclude>51
weda astawa, antyan tustaning citanira, lwir kagunturaning sanjiwani
3. yan pangidep, sumusup tkeng antahredaya, tangeh yan angajar-aken, pira ta kunang lawasnya, mwah sira mpu kamareka amasan-gana yoga, angranasika angarepaken kundaghni, dumudu
4. dumaning kunda, mrik sumarwanginya tnus tkeng paramacintya geger sawateking widyadara widyadari mwang sawateking dewa dewatha, resi gana rengreng tekang nabastala, saha subha nimita.
b. 1. umijil bhatara sanghyang paramacintya, sakeng awang, adulur puspawarsa, hana wakya, kamareka, tuhu kita mpu kulawangsa, tan poma tguhing smadhinta, hana paweh bhatara ing kita
2. siksaning tirtha kamandalu, banyu pawira,nga, iti aksaranya tari-makna, nging ajawera mwang cawuh, singitakna ring hredayania, wusing mangka antarlina bhatara, angastungkara sang mpu ka-mareka,
3 .tansah adulur pangalpika, mangkana katattwanira kadi alambah-ambah sukaning manahira, sang mpu kamareka kaya karestyaning tlenging udadi, mangka yan sinangsiptan //0// Tucapa
4. watekeng warapsari,nga, ingaranan pwa dadari kuning. kinwan de bhatanndra, mareng ampurhyan8 an maka jatukarmanra mpu kamareka, saprapta nireng gwasong, tuminghal de sira mpu ka-mareka,
32a. 1. wawang sinwaghatan ta sira, kawwanganya mwang prayojanan apa ta Iwirnya, duh ta sira sang kadi hyang ning armawa saking ndi ta sira dateng marangke, maring suket, mwang syapa dwidasa namanta, mwang
2. kawwanganta, syapa kang rama renanta, kaya asmurudita, yan kapina yogya, warah hulun dugaduga, sumawur sang wawu prapta, pungku hulun wateking warapsari, mareng indraloka, sumawur sang atapa
3. aparan prayojananta, datengeng pwang hulun ngke, mwah sumawur sang tinanyanan, sadnya mpungku tan waneh pwang hulun amurang murang palaku, mahaseng bali rajya, angulatana tirtha pawitra, kunang
4. apan hana katon teja maya, ingke awor kukus, pilih hanandaken ya hetuning pinaka hulun dateng marangke, sumawur mwang sang<noinclude></noinclude>
opxqcn8ol9uhj2frrygipnttln1qvn7
113603
113534
2022-07-20T00:08:06Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|51}}
weda astawa, antyan tustaning citanira, lwir kagunturaning sanjiwani
3. yan pangidep, sumusup tkeng antahredaya, tangeh yan angajar-aken, pira ta kunang lawasnya, mwah sira mpu kamareka amasan-gana yoga, angranasika angarepaken kundaghni, dumudu
4. dumaning kunda, mrik sumarwanginya tnus tkeng paramacintya geger sawateking widyadara widyadari mwang sawateking dewa dewatha, resi gana rengreng tekang nabastala, saha subha nimita.
b. 1. umijil bhatara sanghyang paramacintya, sakeng awang, adulur puspawarsa, hana wakya, kamareka, tuhu kita mpu kulawangsa, tan poma tguhing smadhinta, hana paweh bhatara ing kita
2. siksaning tirtha kamandalu, banyu pawira,nga, iti aksaranya tari-makna, nging ajawera mwang cawuh, singitakna ring hredayania, wusing mangka antarlina bhatara, angastungkara sang mpu ka-mareka,
3 .tansah adulur pangalpika, mangkana katattwanira kadi alambah-ambah sukaning manahira, sang mpu kamareka kaya karestyaning tlenging udadi, mangka yan sinangsiptan //0// Tucapa
4. watekeng warapsari,nga, ingaranan pwa dadari kuning. kinwan de bhatanndra, mareng ampurhyan8 an maka jatukarmanra mpu kamareka, saprapta nireng gwasong, tuminghal de sira mpu ka-mareka,
32a. 1. wawang sinwaghatan ta sira, kawwanganya mwang prayojanan apa ta Iwirnya, duh ta sira sang kadi hyang ning armawa saking ndi ta sira dateng marangke, maring suket, mwang syapa dwidasa namanta, mwang
2. kawwanganta, syapa kang rama renanta, kaya asmurudita, yan kapina yogya, warah hulun dugaduga, sumawur sang wawu prapta, pungku hulun wateking warapsari, mareng indraloka, sumawur sang atapa
3. aparan prayojananta, datengeng pwang hulun ngke, mwah sumawur sang tinanyanan, sadnya mpungku tan waneh pwang hulun amurang murang palaku, mahaseng bali rajya, angulatana tirtha pawitra, kunang
4. apan hana katon teja maya, ingke awor kukus, pilih hanandaken ya hetuning pinaka hulun dateng marangke, sumawur mwang sang<noinclude></noinclude>
tfsh9w2qrfngullq9viw3pfuv4u5nkg
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/35
250
32386
113536
2022-07-19T22:34:21Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>28
Baliaga, menyamar sebagai pedagang keris; juga membawa kain
tenunan benang, maksudnya agar dapat ditiru oleh orang-orang
Baliaga. Tidak dikatakan keadaannya dalam perjalannya.
2. Setelah sampai di Tampurhyang, di sebelah area itu, segera dihias
area itu, diberi pakaian, seperti kain, selendang tmup kepala, ikat
pinggang bau-bauan serba harum, dan segala hiasan yang pantas
dan menarik hatii, pula keris,
3. dan berkancut widara gumulung. Bertambah-tambah sinarnya, jika
diperhatikan, laksana mantri agung di dalam nyanyian, melirik
dengan manisnya. Demooan kalau diumpamakan, tidak masih
menyerupai patung kayu. Setelah itu, pulanglah
4. widiadara-widiadari itu sambil mengajarkan orang orang ber
jualan. Tidak diceritakan dalam perjalanan, tiba-Liba telah sampai
di sorgaloka. Demikian tingkah laku perbuatannya. Dikatakan bah
wa orang-orang Baliaga, baik laki-laki maupun perempuan, sangat
18a1. senang melibat patung iru. Semuanya bergirang hati, laksana
disayangi oleh sinar rembulan yang tidak kunjung padam, terba
yang-bayang di matanya. Kalau dalam pereintaan tidalk ubahnya
sepetti dalam cerita menghadap Sri Kresna di Dwarawati pada
zaman dahulu.
2. Itulah sebabnya, berdesak-desak orang Baliaga, tidak lupa dengan
patung itu; gembira hatinya, diharapkan dapat dipakai pemujaan.
Karena itu mereka berjanji katanya," Ya, paduka Hyang yang
3. membisu, moga-moga Hyang menjadi kenyataan. Sepecti wujud
sekarang ini. Jika sudah berwujud nyata, hamba semuanya akan
berjanji atau berkaul bahwa, Paduka Hyang akan hamba jadikan
.sebagai media penujaan, sampai kelak kemudian hari,
sebagai tali pengikat orang-orang Baliaga, menerima sinarnya
Hyang Ratri yang tidak putus-putusnya BegilUlah ceritanya. Hen
tikan sekian dulu, lagi berganti cerita. Pada waklU golongan Da
nawa raja
1. diperintahkan oleh Hyang Widi Wasa menjelma di Bali sebagai
pimpinan negara Hyang tidak terhingga saktinya, bersifat raksasa
tetapi berpura-pura melaksakan dhanna, tidak mengakui adanya
parhyanagan . Awal mula raja Bali pada masa lampau
bertempat tinggal di Balingkang. Namanya Detya Karnapati, de
ngan gelar (nama abhiseka) Sri Jaya Pangus. Baginda itu dihormati<noinclude></noinclude>
6453eemmctp61wukoq1aj33z6ood3f6
113590
113536
2022-07-20T00:05:13Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|28}}
Baliaga, menyamar sebagai pedagang keris; juga membawa kain
tenunan benang, maksudnya agar dapat ditiru oleh orang-orang
Baliaga. Tidak dikatakan keadaannya dalam perjalannya.
2. Setelah sampai di Tampurhyang, di sebelah area itu, segera dihias
area itu, diberi pakaian, seperti kain, selendang tmup kepala, ikat
pinggang bau-bauan serba harum, dan segala hiasan yang pantas
dan menarik hatii, pula keris,
3. dan berkancut widara gumulung. Bertambah-tambah sinarnya, jika
diperhatikan, laksana mantri agung di dalam nyanyian, melirik
dengan manisnya. Demooan kalau diumpamakan, tidak masih
menyerupai patung kayu. Setelah itu, pulanglah
4. widiadara-widiadari itu sambil mengajarkan orang orang ber
jualan. Tidak diceritakan dalam perjalanan, tiba-Liba telah sampai
di sorgaloka. Demikian tingkah laku perbuatannya. Dikatakan bah
wa orang-orang Baliaga, baik laki-laki maupun perempuan, sangat
18a1. senang melibat patung iru. Semuanya bergirang hati, laksana
disayangi oleh sinar rembulan yang tidak kunjung padam, terba
yang-bayang di matanya. Kalau dalam pereintaan tidalk ubahnya
sepetti dalam cerita menghadap Sri Kresna di Dwarawati pada
zaman dahulu.
2. Itulah sebabnya, berdesak-desak orang Baliaga, tidak lupa dengan
patung itu; gembira hatinya, diharapkan dapat dipakai pemujaan.
Karena itu mereka berjanji katanya," Ya, paduka Hyang yang
3. membisu, moga-moga Hyang menjadi kenyataan. Sepecti wujud
sekarang ini. Jika sudah berwujud nyata, hamba semuanya akan
berjanji atau berkaul bahwa, Paduka Hyang akan hamba jadikan
4. sebagai media penujaan, sampai kelak kemudian hari,
sebagai tali pengikat orang-orang Baliaga, menerima sinarnya
Hyang Ratri yang tidak putus-putusnya BegilUlah ceritanya. Hen
tikan sekian dulu, lagi berganti cerita. Pada waklU golongan Da
nawa raja
b. 1. diperintahkan oleh Hyang Widi Wasa menjelma di Bali sebagai
pimpinan negara Hyang tidak terhingga saktinya, bersifat raksasa
tetapi berpura-pura melaksakan dhanna, tidak mengakui adanya
parhyanagan . Awal mula raja Bali pada masa lampau
2. bertempat tinggal di Balingkang. Namanya Detya Karnapati, de
ngan gelar (nama abhiseka) Sri Jaya Pangus. Baginda itu dihormati<noinclude></noinclude>
1emd1sn9gimvvabxvsnrymwd7p8r2fs
113746
113590
2022-07-20T10:59:22Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|28}}
Baliaga, menyamar sebagai pedagang keris; juga membawa kain
tenunan benang, maksudnya agar dapat ditiru oleh orang-orang
Baliaga. Tidak dikatakan keadaannya dalam perjalannya.
2. Setelah sampai di Tampurhyang, di sebelah area itu, segera dihias
area itu, diberi pakaian, seperti kain, selendang tmup kepala, ikat
pinggang bau-bauan serba harum, dan segala hiasan yang pantas
dan menarik hatii, pula keris,
3. dan berkancut widara gumulung. Bertambah-tambah sinarnya, jika
diperhatikan, laksana mantri agung di dalam nyanyian, melirik
dengan manisnya. Demooan kalau diumpamakan, tidak masih
menyerupai patung kayu. Setelah itu, pulanglah
4. widiadara-widiadari itu sambil mengajarkan orang orang ber
jualan. Tidak diceritakan dalam perjalanan, tiba-Liba telah sampai
di sorgaloka. Demikian tingkah laku perbuatannya. Dikatakan bah
wa orang-orang Baliaga, baik laki-laki maupun perempuan, sangat
18a1. senang melibat patung iru. Semuanya bergirang hati, laksana
disayangi oleh sinar rembulan yang tidak kunjung padam, terba
yang-bayang di matanya. Kalau dalam pereintaan tidalk ubahnya
sepetti dalam cerita menghadap Sri Kresna di Dwarawati pada
zaman dahulu.
2. Itulah sebabnya, berdesak-desak orang Baliaga, tidak lupa dengan
patung itu; gembira hatinya, diharapkan dapat dipakai pemujaan.
Karena itu mereka berjanji katanya," Ya, paduka Hyang yang
3. membisu, moga-moga Hyang menjadi kenyataan. Sepecti wujud
sekarang ini. Jika sudah berwujud nyata, hamba semuanya akan
berjanji atau berkaul bahwa, Paduka Hyang akan hamba jadikan
4. sebagai media penujaan, sampai kelak kemudian hari,
sebagai tali pengikat orang-orang Baliaga, menerima sinarnya
Hyang Ratri yang tidak putus-putusnya BegilUlah ceritanya. Hen
tikan sekian dulu, lagi berganti cerita. Pada waklU golongan Da
nawa raja
b. 1. diperintahkan oleh Hyang Widi Wasa menjelma di Bali sebagai
pimpinan negara Hyang tidak terhingga saktinya, bersifat raksasa
tetapi berpura-pura melaksakan dhanna, tidak mengakui adanya
parhyanagan . Awal mula raja Bali pada masa lampau
2. bertempat tinggal di Balingkang. Namanya Detya Karnapati, de
ngan gelar (nama abhiseka) Sri Jaya Pangus. Baginda itu dihormati<noinclude></noinclude>
ku6o2uerriwl9hphskdcgae145lvs0j
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/37
250
32387
113537
2022-07-19T22:44:23Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>30
oleh semua orang-orang Bali. Pada waktu pemerintahannya, ber
tambah cerah keadaan bumi ini sebab laksana Hyang
3. Paramesti Guru turon memerintah. Tidak ada kejahatan, harga
harga serba murah, tanam-tanaman subur, tidak ada wabah penya
kit sebab penduduk Baliaga masih sedikit, hanya Lahu bercocok
tanam dan membuat
4. rumah. Entah berapa lama antaranya waktu itu, lamanya pemerin
Lah Sri Haji Jayapangus di Balingkang, dihormati oleh orang-orang
Baliaga. Kemudian mangkatlah baginda, kembali ke alam sorga
19a. 1. sejati. Adapun setelah wafatnya Sri Haji Kamapati, sepi pulau
Bali, kembali seperti sedia kalau sebab segala macam peraturan
tidak terlaksanakan. Begitu ceritanya masa lalu. Kini berganti lagi
yang diceritakan mengenai masa lalu, yaitu
2. Bhatara Brahma bersama Bhatara Wisnu disuruh oleh Bhatara
Paramesti Guru menciptakan manusia di Pulau Bali agar ada yang
mempelajari peraturan-peraturan di kemudian hari. Beliau berdua
Brahma dan Wisnu
3. tidak menolak perintah itu, menghormatlah beliau lalu mohon diri
kepada Bhatara disertai penghormatan, pujaan, dan penghamburan
bunga. Kemudian berangtlah kedua Bhatara itu. Sebab bersifat
pikiran, segera tiba di Tampurhyang.
4. Setelah sampai, segera melaksanakan yoga semadi, menghadapi
api pedupaan. Keluarlah manusia belicat kesempurnaan pemusatan
pikirannya, lima orang laki-Iaki sangat tampan. Mereka dianugrahi
pada waktu meninggal kelak,
1. bangunannya pemakamannya sekarang, yang tertua waktu me
ninggaInya diperbolehkan menggunakan bangunan pemakaman
dari bambu, tidak boleh memakai kayu, alat penggulungnya dari
kulit tangki daun enau tua, lagi pulaa tidak boleh dibakar,
2. memohon tirtha dan memakai lampu kurung. Karena diperlukan
demikian , mereka disebut orang Pamesan. Yang lebih muda atau
(Parnade) diperkenankan waktu meninggal nya menggunakan
pengusung mayat (wadah) dari pada kayu bersusun bertingkat,
3. memakai sampir, Letapi tidak diperkenankan dibakar, lebih-Iebih
memohon tirtha itu disebut Wong Juru Ebat, bertugas memotong
hewan, disebut manusia tukang pikul. Yang lebih muda. waktu
meninggalnya<noinclude></noinclude>
nrmzkuxzd6fh7mzbsvne15bikmje5s4
113609
113537
2022-07-20T00:09:49Z
Pertama yasa
133
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>30
oleh semua orang-orang Bali. Pada waktu pemerintahannya, ber
tambah cerah keadaan bumi ini sebab laksana Hyang
3. Paramesti Guru turon memerintah. Tidak ada kejahatan, harga
harga serba murah, tanam-tanaman subur, tidak ada wabah penya
kit sebab penduduk Baliaga masih sedikit, hanya Lalu bercocok
tanam dan membuat
4. rumah. Entah berapa lama antaranya waktu itu, lamanya pemerin
Lah Sri Haji Jayapangus di Balingkang, dihormati oleh orang-orang
Baliaga. Kemudian mangkatlah baginda, kembali ke alam sorga
19a. 1. sejati. Adapun setelah wafatnya Sri Haji Kamapati, sepi pulau
Bali, kembali seperti sedia kalau sebab segala macam peraturan
tidak terlaksanakan. Begitu ceritanya masa lalu. Kini berganti lagi
yang diceritakan mengenai masa lalu, yaitu
2. Bhatara Brahma bersama Bhatara Wisnu disuruh oleh Bhatara
Paramesti Guru menciptakan manusia di Pulau Bali agar ada yang
mempelajari peraturan-peraturan di kemudian hari. Beliau berdua
Brahma dan Wisnu
3. tidak menolak perintah itu, menghormatlah beliau lalu mohon diri
kepada Bhatara disertai penghormatan, pujaan, dan penghamburan
bunga. Kemudian berangtlah kedua Bhatara itu. Sebab bersifat
pikiran, segera tiba di Tampurhyang.
4. Setelah sampai, segera melaksanakan yoga semadi, menghadapi
api pedupaan. Keluarlah manusia belicat kesempurnaan pemusatan
pikirannya, lima orang laki-Iaki sangat tampan. Mereka dianugrahi
pada waktu meninggal kelak,
1. bangunannya pemakamannya sekarang, yang tertua waktu me
ninggaInya diperbolehkan menggunakan bangunan pemakaman
dari bambu, tidak boleh memakai kayu, alat penggulungnya dari
kulit tangki daun enau tua, lagi pulaa tidak boleh dibakar,
2. memohon tirtha dan memakai lampu kurung. Karena diperlukan
demikian , mereka disebut orang Pamesan. Yang lebih muda atau
(Parnade) diperkenankan waktu meninggal nya menggunakan
pengusung mayat (wadah) dari pada kayu bersusun bertingkat,
3. memakai sampir, Letapi tidak diperkenankan dibakar, lebih-Iebih
memohon tirtha itu disebut Wong Juru Ebat, bertugas memotong
hewan, disebut manusia tukang pikul. Yang lebih muda. waktu
meninggalnya<noinclude></noinclude>
44z3qfm3bzwxn3sp70zmty9de7rhj0q
113616
113609
2022-07-20T00:12:27Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>30
oleh semua orang-orang Bali. Pada waktu pemerintahannya, ber
tambah cerah keadaan bumi ini sebab laksana Hyang
3. Paramesti Guru turun memerintah. Tidak ada kejahatan, harga
harga serba murah, tanam-tanaman subur, tidak ada wabah penya
kit sebab penduduk Baliaga masih sedikit, hanya Lalu bercocok
tanam dan membuat
4. rumah. Entah berapa lama antaranya waktu itu, lamanya pemerin
Lah Sri Haji Jayapangus di Balingkang, dihormati oleh orang-orang
Baliaga. Kemudian mangkatlah baginda, kembali ke alam sorga
19a. 1. sejati. Adapun setelah wafatnya Sri Haji Kamapati, sepi pulau
Bali, kembali seperti sedia kalau sebab segala macam peraturan
tidak terlaksanakan. Begitu ceritanya masa lalu. Kini berganti lagi
yang diceritakan mengenai masa lalu, yaitu
2. Bhatara Brahma bersama Bhatara Wisnu disuruh oleh Bhatara
Paramesti Guru menciptakan manusia di Pulau Bali agar ada yang
mempelajari peraturan-peraturan di kemudian hari. Beliau berdua
Brahma dan Wisnu
3. tidak menolak perintah itu, menghormatlah beliau lalu mohon diri
kepada Bhatara disertai penghormatan, pujaan, dan penghamburan
bunga. Kemudian berangtlah kedua Bhatara itu. Sebab bersifat
pikiran, segera tiba di Tampurhyang.
4. Setelah sampai, segera melaksanakan yoga semadi, menghadapi
api pedupaan. Keluarlah manusia berkat kesempurnaan pemusatan
pikirannya, lima orang laki-Iaki sangat tampan. Mereka dianugrahi
pada waktu meninggal kelak,
1. bangunannya pemakamannya sekarang, yang tertua waktu me
ninggalnya diperbolehkan menggunakan bangunan pemakaman
dari bambu, tidak boleh memakai kayu, alat penggulungnya dari
kulit tangki daun enau tua, lagi pula tidak boleh dibakar,
2. memohon tirtha dan memakai lampu kurung. Karena diperlukan
demikian , mereka disebut orang Pamesan. Yang lebih muda atau
(Pamade) diperkenankan waktu meninggal nya menggunakan
pengusung mayat (wadah) dari pada kayu bersusun bertingkat,
3. memakai sampir, Letapi tidak diperkenankan dibakar, lebih-Iebih
memohon tirtha itu disebut Wong Juru Ebat, bertugas memotong
hewan, disebut manusia tukang pikul. Yang lebih muda. waktu
meninggalnya<noinclude></noinclude>
t5atyyicoul9qcofcrjbcr5kj4fk668
113620
113616
2022-07-20T00:12:47Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|30}}
oleh semua orang-orang Bali. Pada waktu pemerintahannya, ber
tambah cerah keadaan bumi ini sebab laksana Hyang
3. Paramesti Guru turun memerintah. Tidak ada kejahatan, harga
harga serba murah, tanam-tanaman subur, tidak ada wabah penya
kit sebab penduduk Baliaga masih sedikit, hanya Lalu bercocok
tanam dan membuat
4. rumah. Entah berapa lama antaranya waktu itu, lamanya pemerin
Lah Sri Haji Jayapangus di Balingkang, dihormati oleh orang-orang
Baliaga. Kemudian mangkatlah baginda, kembali ke alam sorga
19a. 1. sejati. Adapun setelah wafatnya Sri Haji Kamapati, sepi pulau
Bali, kembali seperti sedia kalau sebab segala macam peraturan
tidak terlaksanakan. Begitu ceritanya masa lalu. Kini berganti lagi
yang diceritakan mengenai masa lalu, yaitu
2. Bhatara Brahma bersama Bhatara Wisnu disuruh oleh Bhatara
Paramesti Guru menciptakan manusia di Pulau Bali agar ada yang
mempelajari peraturan-peraturan di kemudian hari. Beliau berdua
Brahma dan Wisnu
3. tidak menolak perintah itu, menghormatlah beliau lalu mohon diri
kepada Bhatara disertai penghormatan, pujaan, dan penghamburan
bunga. Kemudian berangtlah kedua Bhatara itu. Sebab bersifat
pikiran, segera tiba di Tampurhyang.
4. Setelah sampai, segera melaksanakan yoga semadi, menghadapi
api pedupaan. Keluarlah manusia berkat kesempurnaan pemusatan
pikirannya, lima orang laki-Iaki sangat tampan. Mereka dianugrahi
pada waktu meninggal kelak,
1. bangunannya pemakamannya sekarang, yang tertua waktu me
ninggalnya diperbolehkan menggunakan bangunan pemakaman
dari bambu, tidak boleh memakai kayu, alat penggulungnya dari
kulit tangki daun enau tua, lagi pula tidak boleh dibakar,
2. memohon tirtha dan memakai lampu kurung. Karena diperlukan
demikian , mereka disebut orang Pamesan. Yang lebih muda atau
(Pamade) diperkenankan waktu meninggal nya menggunakan
pengusung mayat (wadah) dari pada kayu bersusun bertingkat,
3. memakai sampir, Letapi tidak diperkenankan dibakar, lebih-Iebih
memohon tirtha itu disebut Wong Juru Ebat, bertugas memotong
hewan, disebut manusia tukang pikul. Yang lebih muda. waktu
meninggalnya<noinclude></noinclude>
10p5q8vq0csx8xhm6nsvb00o99zs4eg
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/47
250
32388
113538
2022-07-19T22:45:46Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>40
yang bagaikan bumi dan langiL Sekzang lanjutkanlah belas
kasihan Sang Pendeta kepada hamba. yaitu sucikan
25a. 1. dari diri hamba sampai ke dalarn hingga terbawa sampai
kelak kernudian hari. Tidaklah lain hamtn mohon Irrguru, agar
dapat meniru laksana Irndeta junjunganku. "Kata sang Maha Rsi,
2. "Tidak boleh sebagai kami ini mengizinkan engkau berguru.
Sebabnya ialah karena karmi bukanlah keturunan manusia
tidak dibenarkan, Sang Hyang Aji (ilmu) diberikan kepadamu."
Meneteslah air matanya, menelusuri pinggiran pipinya.
3. Baiklah Paduka Hyang Kasuhun. Dengan kesungguhan hati mo.
hon belasa kasihan, Sudilah kiranya izin pada ham-
ba Tetapi, bila tiada belas kasihan Paduka Yang Mulia.
kan anugrah kepada hamba, biarlah sekaligus dikembalikan saja
diri hamba seperti sedia kala, yaitu
4.kembali menjadi pohon kayu. gunanya hamba menjadi
manusia, tidak tahu tata cara kehidupan, selalu menanggung
malu." Demikian permintaan manusia rekaan itu. Terdiamlah be-
lia sang Maha bijaksana itu, bingung pikirannya.
b. 1. Tiba-Liba menjadi gelap (pudar) sinar malahari. serta terdengar
suara dari angkasa sebagai berikut. "Anakku engkau sang Mpu. ja-
nganlah demikian, boleh beri tahukan kepada manusia buatan itu.
2. Begini karena karnu mensucikannya menjadi
manusia, jangan ragu-ragu. Aku diperkenankan engkau." Kemudian
gaiblah Bhatara itu. Berpikir-pikirlah sang Maha Mpu Semeru.
lalu berkata," Wahai engkau
3. manusia rekaan. sesungguhnyalah kamu dahulu berasal dari de-
wata yang menjelma menjadi arca. pantas engkau menjelma men-
manusia, manusia sejati. Sekarang marilah kamu mendekat
padaku, Aku akan memberikan anugerah kepadamu."
4. Berkata sambil menyembahlah manusia rekaan itu."menghormat
di dekat kaki sanci guru utama. Kata pendeta agung itu. "Kamu
manusia rekaan dengarlah sekarang. Bukalah
telingamu, tetapi jangan diumbar dan lancang mulut sebab sangat
26a. 1.keramatnya Sang Hyang Ongkara itu. Ini anugrahku terimalah.
Moga-moga tidak menemukan kulangan. Berhasillah anakku
rnanusia rekaan, rupa-rupanya karnu terima Sang Hyang
Ongkara mantra. Yaitu aksara yang terletak rnda dirimu (''buana
alit''), dan yang terletak di luar (''buana alit'')."<noinclude></noinclude>
oi240jmqhc8dexfsloktpsdqi7lkche
113598
113538
2022-07-20T00:07:20Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|40}}
yang bagaikan bumi dan langiL Sekzang lanjutkanlah belas
kasihan Sang Pendeta kepada hamba. yaitu sucikan
25a. 1. dari diri hamba sampai ke dalarn hingga terbawa sampai
kelak kernudian hari. Tidaklah lain hamtn mohon Irrguru, agar
dapat meniru laksana Irndeta junjunganku. "Kata sang Maha Rsi,
2. "Tidak boleh sebagai kami ini mengizinkan engkau berguru.
Sebabnya ialah karena karmi bukanlah keturunan manusia
tidak dibenarkan, Sang Hyang Aji (ilmu) diberikan kepadamu."
Meneteslah air matanya, menelusuri pinggiran pipinya.
3. Baiklah Paduka Hyang Kasuhun. Dengan kesungguhan hati mo.
hon belasa kasihan, Sudilah kiranya izin pada ham-
ba Tetapi, bila tiada belas kasihan Paduka Yang Mulia.
kan anugrah kepada hamba, biarlah sekaligus dikembalikan saja
diri hamba seperti sedia kala, yaitu
4.kembali menjadi pohon kayu. gunanya hamba menjadi
manusia, tidak tahu tata cara kehidupan, selalu menanggung
malu." Demikian permintaan manusia rekaan itu. Terdiamlah be-
lia sang Maha bijaksana itu, bingung pikirannya.
b. 1. Tiba-Liba menjadi gelap (pudar) sinar malahari. serta terdengar
suara dari angkasa sebagai berikut. "Anakku engkau sang Mpu. ja-
nganlah demikian, boleh beri tahukan kepada manusia buatan itu.
2. Begini karena karnu mensucikannya menjadi
manusia, jangan ragu-ragu. Aku diperkenankan engkau." Kemudian
gaiblah Bhatara itu. Berpikir-pikirlah sang Maha Mpu Semeru.
lalu berkata," Wahai engkau
3. manusia rekaan. sesungguhnyalah kamu dahulu berasal dari de-
wata yang menjelma menjadi arca. pantas engkau menjelma men-
manusia, manusia sejati. Sekarang marilah kamu mendekat
padaku, Aku akan memberikan anugerah kepadamu."
4. Berkata sambil menyembahlah manusia rekaan itu."menghormat
di dekat kaki sanci guru utama. Kata pendeta agung itu. "Kamu
manusia rekaan dengarlah sekarang. Bukalah
telingamu, tetapi jangan diumbar dan lancang mulut sebab sangat
26a. 1.keramatnya Sang Hyang Ongkara itu. Ini anugrahku terimalah.
Moga-moga tidak menemukan kulangan. Berhasillah anakku
rnanusia rekaan, rupa-rupanya karnu terima Sang Hyang
Ongkara mantra. Yaitu aksara yang terletak rnda dirimu (''buana
alit''), dan yang terletak di luar (''buana alit'')."<noinclude></noinclude>
oyn4ywm0ji8rd62d4tytkzuptxsknmr
113749
113598
2022-07-20T11:02:12Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|40}}
yang bagaikan bumi dan langiL Sekzang lanjutkanlah belas
kasihan Sang Pendeta kepada hamba. yaitu sucikan
25a. 1. dari diri hamba sampai ke dalarn hingga terbawa sampai
kelak kernudian hari. Tidaklah lain hamtn mohon Irrguru, agar
dapat meniru laksana Irndeta junjunganku. "Kata sang Maha Rsi,
2. "Tidak boleh sebagai kami ini mengizinkan engkau berguru.
Sebabnya ialah karena karmi bukanlah keturunan manusia
tidak dibenarkan, Sang Hyang Aji (ilmu) diberikan kepadamu."
Meneteslah air matanya, menelusuri pinggiran pipinya.
3. Baiklah Paduka Hyang Kasuhun. Dengan kesungguhan hati mo.
hon belasa kasihan, Sudilah kiranya izin pada ham-
ba Tetapi, bila tiada belas kasihan Paduka Yang Mulia.
kan anugrah kepada hamba, biarlah sekaligus dikembalikan saja
diri hamba seperti sedia kala, yaitu
4.kembali menjadi pohon kayu. gunanya hamba menjadi
manusia, tidak tahu tata cara kehidupan, selalu menanggung
malu." Demikian permintaan manusia rekaan itu. Terdiamlah be-
lia sang Maha bijaksana itu, bingung pikirannya.
b. 1. Tiba-Liba menjadi gelap (pudar) sinar malahari. serta terdengar
suara dari angkasa sebagai berikut. "Anakku engkau sang Mpu. ja-
nganlah demikian, boleh beri tahukan kepada manusia buatan itu.
2. Begini karena karnu mensucikannya menjadi
manusia, jangan ragu-ragu. Aku diperkenankan engkau." Kemudian
gaiblah Bhatara itu. Berpikir-pikirlah sang Maha Mpu Semeru.
lalu berkata," Wahai engkau
3. manusia rekaan. sesungguhnyalah kamu dahulu berasal dari de-
wata yang menjelma menjadi arca. pantas engkau menjelma men-
manusia, manusia sejati. Sekarang marilah kamu mendekat
padaku, Aku akan memberikan anugerah kepadamu."
4. Berkata sambil menyembahlah manusia rekaan itu."menghormat
di dekat kaki sanci guru utama. Kata pendeta agung itu. "Kamu
manusia rekaan dengarlah sekarang. Bukalah
telingamu, tetapi jangan diumbar dan lancang mulut sebab sangat
26a. 1.keramatnya Sang Hyang Ongkara itu. Ini anugrahku terimalah.
Moga-moga tidak menemukan kulangan. Berhasillah anakku
rnanusia rekaan, rupa-rupanya karnu terima Sang Hyang
Ongkara mantra. Yaitu aksara yang terletak rnda dirimu (''buana
alit''), dan yang terletak di luar (''buana alit'')."<noinclude></noinclude>
jm3vh1at6jkb9r305wqo31n7pl2awie
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/48
250
32389
113539
2022-07-19T22:49:24Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>
kaya akasa pratiwi yan makapaman, mangke den tulusakna Sih
Sang maha riheng kawula mangke. didinyan pinra-
Listha malani
25a. 1. pwang hulun tekeng daleming sarira, ginawe mareng wartarnana
juga, tan waneh pwanghulun, aminta asurud hayu, larnakanya sida
anular. marghaha paduka bra kasuhun.lingira sang maha resi, tan
2. wenang kadi kami anugraha kita, asurudayu , ndya dumehnya. apan
kita dudu mulaning manusa, tan wenang sanghyang aji paweha
ngk—wa ri kita Mrabas luh nireng mata. umusapangkaja ni renu
3. singgih paduka hyang kasuhun. tan waneh kawula wikedwa aminta
sanmatha, Sih pakanira riheng kawula, kunang yan tan hana Sih
sang kzsuhun. anugraheng kawula, Pisan ulihakna kang kawula,
kuna,
4. waluya mulihang taru, ginawe paran ikang kawula, andadiken
manusa. tan wring sasana, tan lot inerangerang nahan atur ira kang
manusa reka, umreng ta Sira sang mahardhika, kepwan ta arsanira,
tandwa
b.1. remrem sanghyang diwangkara. Saha utpata, hana wakyeng akasa.
ndya La Iwirnya. anaku karnung sang pangempwan. aja sa•
mangkana, tka wnang awarahqarah, lawan reka, ndi ma-
tangira, wetning
2. anakku amratista mimitaning asarira manusa. aja sandeya, hulun
anugraha anaku. mangka antarlina pwa bhatara. mangenangen ta
sira sang maha mpu surnenl, wkasan mojar sang mahapandhya
muwah, uduh
3. kita kayureka. tuhu kita sasaraning dewata pwa nguni, asi-
luman maring tawuian wnang kita andadi manusa mvong lawu.
mangke den merene kita, umarekeng nghulun, hulun anugraha
4. sawur sembah tang maruga 'eka. anuhun padha Sang adhiguru ling
ira sang mahajati, anaku kayureka, rengwakna pitket mami
mangke, wakna talinganing pangrenga, nging ajawera mwang
Cawuh. apan piningdaken sanghyang
26a. 1. Ongkara mantra. nihan panugrahangku. tarirna, wastu.3. tan par-
iwastu, sidhirastu. sidhi adnyana, anaku kayureka, kadya
paran. sampun rinaksuk punang sanghyang ongkara mantra denta,
aksara<noinclude></noinclude>
6rmusvi6uxozzia0btm2ag2lhn3mwtx
113541
113539
2022-07-19T22:56:38Z
Tudpartha
144
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>
kaya akasa pratiwi yan makapaman, mangke den tulusakna Sih
Sang maha riheng kawula mangke. didinyan pinra-
Listha malani
25a. 1. pwang hulun tekeng daleming sarira, ginawe mareng wartarnana
juga, tan waneh pwanghulun, aminta asurud hayu, larnakanya sida
anular. marghaha paduka bra kasuhun,lingira sang maha resi, tan
2. wenang kadi kami anugraha kita, asurudayu, ndya dumehnya, apan
kita dudu mulaning manusa, tan wenang sanghyang aji paweha
ngkwa ri kita Mrabas luh nireng mata. umusapangkaja ni renu
3. singgih paduka hyang kasuhun. tan waneh kawula wikedwa aminta
sanmatha, Sih pakanira riheng kawula, kunang yan tan hana Sih
sang kasuhun. anugraheng kawula, Pisan ulihakna kang kawula,
kuna,
4. waluya mulihang taru, ginawe paran ikang kawula, andadiken
manusa. tan wring sasana, tan lot inerangerang nahan atur ira kang
manusa reka, umreng ta Sira sang mahardhika, kepwan ta arsanira,
tandwa
b.1. remrem sanghyang diwangkara, Saha utpata, hana wakyeng akasa.
ndya ta Iwirnya, anaku karnung sang pangempwan. aja sa-
mangkana, tka wnang awarahqarah, lawan reka, ndi ma-
tangira, wetning
2. anakku amratista mimitaning asarira manusa. aja sandeya, hulun
anugraha anaku. mangka antarlina pwa bhatara. mangenangen ta
sira sang maha mpu semeru, wkasan mojar sang mahapandhya
muwah, uduh
3. kita kayureka. tuhu kita sasaraning dewata pwa nguni, asi-
luman maring tawuian wnang kita andadi manusa wwong lawu.
mangke den merene kita, umarekeng nghulun, hulun anugraha
4. sawur sembah tang maruga reka. anuhun padha Sang adhiguru ling
ira sang mahajati, anaku kayureka, rengwakna pitket mami
mangke, wakna talinganing pangrenga, nging ajawera mwang
cawuh, apan piningdaken sanghyang
26a. 1. Ongkara mantra. nihan panugrahangku. tarirna, wastu.3. tan par-
iwastu, sidhirastu, 000, sidhi adnyana, anaku kayureka, kadya
paran, sampun rinaksuk punang sanghyang ongkara mantra denta,
aksara<noinclude></noinclude>
g6eyjkva0q3qna2i6g1lsrg6wwe1ghn
113619
113541
2022-07-20T00:12:46Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>
kaya akasa pratiwi yan makapaman, mangke den tulusakna Sih
Sang maha riheng kawula mangke. didinyan pinra-
tistha malani
25a. 1. pwang hulun tekeng daleming sarira, ginawe mareng wartarnana
juga, tan waneh pwanghulun, aminta asurud hayu, larnakanya sida
anular. marghaha paduka bra kasuhun,lingira sang maha resi, tan
2. wenang kadi kami anugraha kita, asurudayu, ndya dumehnya, apan
kita dudu mulaning manusa, tan wenang sanghyang aji paweha
ngkwa ri kita Mrabas luh nireng mata. umusapangkaja ni renu
3. singgih paduka hyang kasuhun. tan waneh kawula wikedwa aminta
sanmatha, Sih pakanira riheng kawula, kunang yan tan hana Sih
sang kasuhun. anugraheng kawula, Pisan ulihakna kang kawula,
kuna,
4. waluya mulihang taru, ginawe paran ikang kawula, andadiken
manusa. tan wring sasana, tan lot inerangerang nahan atur ira kang
manusa reka, umreng ta Sira sang mahardhika, kepwan ta arsanira,
tandwa
b.1. remrem sanghyang diwangkara, Saha utpata, hana wakyeng akasa.
ndya ta lwirnya, anaku karnung sang pangempwan. aja sa-
mangkana, tka wnang awarahqarah, lawan reka, ndi ma-
tangira, wetning
2. anakku amratista mimitaning asarira manusa. aja sandeya, hulun
anugraha anaku. mangka antarlina pwa bhatara. mangenangen ta
sira sang maha mpu semeru, wkasan mojar sang mahapandhya
muwah, uduh
3. kita kayureka. tuhu kita sasaraning dewata pwa nguni, asi-
luman maring tawuian wnang kita andadi manusa wwong lawu.
mangke den merene kita, umarekeng nghulun, hulun anugraha
4. sawur sembah tang maruga reka. anuhun padha Sang adhiguru ling
ira sang mahajati, anaku kayureka, rengwakna pitket mami
mangke, wakna talinganing pangrenga, nging ajawera mwang
cawuh, apan piningdaken sanghyang
26a. 1. Ongkara mantra. nihan panugrahangku. tarirna, wastu.3. tan par-
iwastu, sidhirastu, 000, sidhi adnyana, anaku kayureka, kadya
paran, sampun rinaksuk punang sanghyang ongkara mantra denta,
aksara<noinclude></noinclude>
m5qh26pvg0shziq5iif0tmvg9zyq4su
113738
113619
2022-07-20T10:47:49Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>
kaya akasa pratiwi yan makapaman, mangke den tulusakna Sih
Sang maha riheng kawula mangke. didinyan pinra-
tistha malani
25a. 1. pwang hulun tekeng daleming sarira, ginawe mareng wartarnana
juga, tan waneh pwanghulun, aminta asurud hayu, larnakanya sida
anular. marghaha paduka bra kasuhun,lingira sang maha resi, tan
2. wenang kadi kami anugraha kita, asurudayu, ndya dumehnya, apan
kita dudu mulaning manusa, tan wenang sanghyang aji paweha
ngkwa ri kita Mrabas luh nireng mata. umusapangkaja ni renu
3. singgih paduka hyang kasuhun. tan waneh kawula wikedwa aminta
sanmatha, Sih pakanira riheng kawula, kunang yan tan hana Sih
sang kasuhun. anugraheng kawula, Pisan ulihakna kang kawula,
kuna,
4. waluya mulihang taru, ginawe paran ikang kawula, andadiken
manusa. tan wring sasana, tan lot inerangerang nahan atur ira kang
manusa reka, umreng ta Sira sang mahardhika, kepwan ta arsanira,
tandwa
b.1. remrem sanghyang diwangkara, Saha utpata, hana wakyeng akasa.
ndya ta lwirnya, anaku karnung sang pangempwan. aja sa-
mangkana, tka wnang awarahqarah, lawan reka, ndi ma-
tangira, wetning
2. anakku amratista mimitaning asarira manusa. aja sandeya, hulun
anugraha anaku. mangka antarlina pwa bhatara. mangenangen ta
sira sang maha mpu semeru, wkasan mojar sang mahapandhya
muwah, uduh
3. kita kayureka. tuhu kita sasaraning dewata pwa nguni, asi-
luman maring tawuian wnang kita andadi manusa wwong lawu.
mangke den merene kita, umarekeng nghulun, hulun anugraha
4. sawur sembah tang maruga reka. anuhun padha Sang adhiguru ling
ira sang mahajati, anaku kayureka, rengwakna pitket mami
mangke, wakna talinganing pangrenga, nging ajawera mwang
cawuh, apan piningdaken sanghyang
26a. 1. Ongkara mantra. nihan panugrahangku. tarirna, wastu.3. tan par-
iwastu, sidhirastu, 000, sidhi adnyana, anaku kayureka, kadya
paran, sampun rinaksuk punang sanghyang ongkara mantra denta,
aksara<noinclude></noinclude>
ku4gg9qak4611vckisr0j6lz4m8t68j
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/41
250
32390
113540
2022-07-19T22:50:45Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>34
an pribadinya dilihat sebagai seorang ksatria. Diperhatikannya bentuk area pohon nangka itu, ''laksana apsara ghana'' ''kehalusan budinya'', kerlingan matanya manis, sungguh menawan hati.
2. Itulah sebabnya dia berueap serta berjanji, sebagai berikut," Ya, engkau area, wujud Hyang yang membisu, sangat terpesona hatiku, sampai jatuh cinta. Ya, jika berhasil
3. engkau menjelma menjadi manusia, hamba bersedia melayaniengkau; akan kujadikan suami sampai seumur hidup. Berat ringan, tidur bangun bersama engkau; silih berganti merasakan dalam tempat tidur.
4. Pastilah aku bersedia mendampingi serta melayani engkau." Demikianlah ucapannya. Kemudian dielus-elusnya arca itu. Setelah itu jatuh cintalah mereka berdua. Keluarlah air maninya waktu
b. 1. itu juga, karena Hyang tamu mengetahui. Itu sebabnya, hamillah orang itu, lalu dia mengharapkan turunnya pratanda Hyang. Kemudian datang Bhatara Brahma bersama Bhatara Asmara.
2. Bhatara berkata sebagai berikut," Wahai engkau wanita Bali dusun, bagaimana kehendakmu sekarang. Hendak bersuami dengan arca?" Menyahut orang itu disertai sembah sujud," Ya,
3. paduka Hyang Mulia hamba mohon perkenan Paduka Hyang Mulia karena sangat cinta hamba kepada arca ini . Mohon perkenan Paduka Hyang Mulia, menyucikan arca itu untuk
4. dijadikan manusia, akan hamba jadikan suami, dan akan hamba layani segala perilakunya, sampai kelak kemudian hari. Maka Bhatara pun menyetujuinya lalu berkata, " Wahai engkau manusia, kalau demikian tidak kutolak."
22a. 1. Lalu Bhatara beryoga semadi. Tidak lama kemudian terwujudlah sebagai manusia sejati, bagus rupanya. Tiada terhingga bangganya wanita itu, seperti udak di atas bumi rasanya. Segera dipeluk dipangku dengan gregetan. Ingin rasanya Bhatara memisahkan.
2. Juga dielus-elus. Menancap ''phallusnya'' sebab seperti manisnya gula ''juruh'', kalau diumpamakan. Itu sebabnya gregetan. Ingin rasanya Bhatara memisahkan, melepaskan orang itu
3. Bhatara pun berkata begini," Engkau manusia, sangat menurut cara yang tidak baik; kamu bersetubuh di hadapanku. Kesalahanmu tidak terhingga. gregetan mengelus-nge!us di hadapanku; tidak
4. tahu malu, mengerikan. Mudah-mudahan, kamu senantiasa berse-<noinclude></noinclude>
bt5t28n7hj2hqqj0z9breyagaw29ijx
113599
113540
2022-07-20T00:07:28Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|34}}
an pribadinya dilihat sebagai seorang ksatria. Diperhatikannya bentuk area pohon nangka itu, ''laksana apsara ghana'' ''kehalusan budinya'', kerlingan matanya manis, sungguh menawan hati.
2. Itulah sebabnya dia berucap serta berjanji, sebagai berikut," Ya, engkau arca, wujud Hyang yang membisu, sangat terpesona hatiku, sampai jatuh cinta. Ya, jika berhasil
3. engkau menjelma menjadi manusia, hamba bersedia melayani engkau; akan kujadikan suami sampai seumur hidup. Berat ringan, tidur bangun bersama engkau; silih berganti merasakan dalam tempat tidur.
4. Pastilah aku bersedia mendampingi serta melayani engkau." Demikianlah ucapannya. Kemudian dielus-elusnya arca itu. Setelah itu jatuh cintalah mereka berdua. Keluarlah air maninya waktu
b. 1. itu juga, karena Hyang tamu mengetahui. Itu sebabnya, hamillah orang itu, lalu dia mengharapkan turunnya pratanda Hyang. Kemudian datang Bhatara Brahma bersama Bhatara Asmara.
2. Bhatara berkata sebagai berikut," Wahai engkau wanita Bali dusun, bagaimana kehendakmu sekarang. Hendak bersuami dengan arca?" Menyahut orang itu disertai sembah sujud," Ya,
3. paduka Hyang Mulia hamba mohon perkenan Paduka Hyang Mulia karena sangat cinta hamba kepada arca ini . Mohon perkenan Paduka Hyang Mulia, menyucikan arca itu untuk
4. dijadikan manusia, akan hamba jadikan suami, dan akan hamba layani segala perilakunya, sampai kelak kemudian hari. Maka Bhatara pun menyetujuinya lalu berkata, " Wahai engkau manusia, kalau demikian tidak kutolak."
22a. 1. Lalu Bhatara beryoga semadi. Tidak lama kemudian terwujudlah sebagai manusia sejati, bagus rupanya. Tiada terhingga bangganya wanita itu, seperti udak di atas bumi rasanya. Segera dipeluk dipangku dengan gregetan. Ingin rasanya Bhatara memisahkan.
2. Juga dielus-elus. Menancap ''phallusnya'' sebab seperti manisnya gula ''juruh'', kalau diumpamakan. Itu sebabnya gregetan. Ingin rasanya Bhatara memisahkan, melepaskan orang itu
3. Bhatara pun berkata begini," Engkau manusia, sangat menurut cara yang tidak baik; kamu bersetubuh di hadapanku. Kesalahanmu tidak terhingga. gregetan mengelus-nge!us di hadapanku; tidak
4. tahu malu, mengerikan. Mudah-mudahan, kamu senantiasa berse-<noinclude></noinclude>
rp3auv8f3v4eijxj0ayl0ltmxm50b95
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/42
250
32391
113542
2022-07-19T22:56:52Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>35
lwir apsara gana yan pangidep, leyapning soca amanis wyakti angunduh jiwa
2. ya betuyan angucapucap tinher apratijnya, apa lwir nyan nihan. Singgih jrone tawulan , mraga sanghyang mona, lewih wyakti wulangun manah tityang, mkadi tresna bhakti , inggih yan sadya
3. jrone masarira dadi manusa, tityang sumanggup nyadhya nga manjakin jrone, anggen tityang jrone somah, kayang kawkas wkas, mapanes tiis, ajak tityang jrone mrem, agantiganti rarasing paturon,
4. tansah tityang ngiring ngayahin jrone, nahan ikang panulamenya, tumuli ingarasaras tang lingir, yaya wus amtu cumanarasa pwa sira, wijil pwa tang reta, sadakala pwa mangkana, kunang
b. 1. apan panindaning hyang atiti wruh, ya hetunyan awtu gharbini wwang mangkana, nging tan sah pwa sira andulame cihnaning hyang, wkasan dateng ta bhatara brahma, kinanti lan bhatara smara, umijil
2. wakyanira bhatara, apa ,wirnya nihan, kita wwong balyaga stri dusun, paran karepmu mangke, aptya aswami lawan tawulan, umatur punang manusa saha dulur sembah, singgih paduka ipan-
3. dewa, kawula aneda sanmatha, ripada pangkaja ipandewa, apan dahet sihning kawula tumkeng tawulan iki, den rena paduka ipan dewa, amrayascita tang tawulan, didinya hana-
4. deken manusa, prayaning kawula ginawe swami, kinayapaken saparaning laku, katkeng wkasing d1aha, sadmatha pwa bhatara mangke, sumawur sanghyang, duh singa manusa, yan mangkana tan tumngeta ingwa,
22a. 1. nher bhatara mayoga, tan aswe, wkasan waluyatmah manusajati, apkik ing tatawadana tan pira grujita twas wwong istri, yaya tan ing rat idhepira, nher inayuh pinangku, gagrilinan ther ingaras-
2. aras, tambil umijil sanghyang smaratura, apan saksat kagun turaning madhu juruh yan pangidep, ya nimitaning amapakrnakpak. Kapengin pwa bhatara umulat, bilasan ikang wwang, hana
3. wak bhatara, apa lwirnya, siga manusa, atyanta tan pracuranmu, mangke den sangge mi sapangku, dosanmu tan wring ulaha, tka daropon, gagritinan ingarasaras arepaning hulun, tan wring umerang,
4. kinajrihan. Mogamoga kita, tungkas asasanak, tan anut akuren<noinclude></noinclude>
639f6j9a07s4e0yuije862nhgjhu9tt
113595
113542
2022-07-20T00:06:25Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|}}35
lwir apsara gana yan pangidep, leyapning soca amanis wyakti angunduh jiwa
2. ya betuyan angucapucap tinher apratijnya, apa lwir nyan nihan. Singgih jrone tawulan , mraga sanghyang mona, lewih wyakti wulangun manah tityang, mkadi tresna bhakti , inggih yan sadya
3. jrone masarira dadi manusa, tityang sumanggup nyadhya nga manjakin jrone, anggen tityang jrone somah, kayang kawkas wkas, mapanes tiis, ajak tityang jrone mrem, agantiganti rarasing paturon,
4. tansah tityang ngiring ngayahin jrone, nahan ikang panulamenya, tumuli ingarasaras tang lingir, yaya wus amtu cumanarasa pwa sira, wijil pwa tang reta, sadakala pwa mangkana, kunang
b. 1. apan panindaning hyang atiti wruh, ya hetunyan awtu gharbini wwang mangkana, nging tan sah pwa sira andulame cihnaning hyang, wkasan dateng ta bhatara brahma, kinanti lan bhatara smara, umijil
2. wakyanira bhatara, apa ,wirnya nihan, kita wwong balyaga stri dusun, paran karepmu mangke, aptya aswami lawan tawulan, umatur punang manusa saha dulur sembah, singgih paduka ipan-
3. dewa, kawula aneda sanmatha, ripada pangkaja ipandewa, apan dahet sihning kawula tumkeng tawulan iki, den rena paduka ipan dewa, amrayascita tang tawulan, didinya hana-
4. deken manusa, prayaning kawula ginawe swami, kinayapaken saparaning laku, katkeng wkasing d1aha, sadmatha pwa bhatara mangke, sumawur sanghyang, duh singa manusa, yan mangkana tan tumngeta ingwa,
22a. 1. nher bhatara mayoga, tan aswe, wkasan waluyatmah manusajati, apkik ing tatawadana tan pira grujita twas wwong istri, yaya tan ing rat idhepira, nher inayuh pinangku, gagrilinan ther ingaras-
2. aras, tambil umijil sanghyang smaratura, apan saksat kagun turaning madhu juruh yan pangidep, ya nimitaning amapakrnakpak. Kapengin pwa bhatara umulat, bilasan ikang wwang, hana
3. wak bhatara, apa lwirnya, siga manusa, atyanta tan pracuranmu, mangke den sangge mi sapangku, dosanmu tan wring ulaha, tka daropon, gagritinan ingarasaras arepaning hulun, tan wring umerang,
4. kinajrihan. Mogamoga kita, tungkas asasanak, tan anut akuren<noinclude></noinclude>
8fkbuojtjyo1ikpvb1ghx7ouwv889zp
113604
113595
2022-07-20T00:08:08Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|35}}
lwir apsara gana yan pangidep, leyapning soca amanis wyakti angunduh jiwa
2. ya betuyan angucapucap tinher apratijnya, apa lwir nyan nihan. Singgih jrone tawulan , mraga sanghyang mona, lewih wyakti wulangun manah tityang, mkadi tresna bhakti , inggih yan sadya
3. jrone masarira dadi manusa, tityang sumanggup nyadhya nga manjakin jrone, anggen tityang jrone somah, kayang kawkas wkas, mapanes tiis, ajak tityang jrone mrem, agantiganti rarasing paturon,
4. tansah tityang ngiring ngayahin jrone, nahan ikang panulamenya, tumuli ingarasaras tang lingir, yaya wus amtu cumanarasa pwa sira, wijil pwa tang reta, sadakala pwa mangkana, kunang
b. 1. apan panindaning hyang atiti wruh, ya hetunyan awtu gharbini wwang mangkana, nging tan sah pwa sira andulame cihnaning hyang, wkasan dateng ta bhatara brahma, kinanti lan bhatara smara, umijil
2. wakyanira bhatara, apa ,wirnya nihan, kita wwong balyaga stri dusun, paran karepmu mangke, aptya aswami lawan tawulan, umatur punang manusa saha dulur sembah, singgih paduka ipan-
3. dewa, kawula aneda sanmatha, ripada pangkaja ipandewa, apan dahet sihning kawula tumkeng tawulan iki, den rena paduka ipan dewa, amrayascita tang tawulan, didinya hana-
4. deken manusa, prayaning kawula ginawe swami, kinayapaken saparaning laku, katkeng wkasing d1aha, sadmatha pwa bhatara mangke, sumawur sanghyang, duh singa manusa, yan mangkana tan tumngeta ingwa,
22a. 1. nher bhatara mayoga, tan aswe, wkasan waluyatmah manusajati, apkik ing tatawadana tan pira grujita twas wwong istri, yaya tan ing rat idhepira, nher inayuh pinangku, gagrilinan ther ingaras-
2. aras, tambil umijil sanghyang smaratura, apan saksat kagun turaning madhu juruh yan pangidep, ya nimitaning amapakrnakpak. Kapengin pwa bhatara umulat, bilasan ikang wwang, hana
3. wak bhatara, apa lwirnya, siga manusa, atyanta tan pracuranmu, mangke den sangge mi sapangku, dosanmu tan wring ulaha, tka daropon, gagritinan ingarasaras arepaning hulun, tan wring umerang,
4. kinajrihan. Mogamoga kita, tungkas asasanak, tan anut akuren<noinclude></noinclude>
bturqin3sjzx02vmtv6v78z0y9x9oqf
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/51
250
32392
113543
2022-07-19T23:00:43Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>44
asal-usulnya Mpu Mahameru kepada murid-muridnya. Scbaliknya
Mpu Dryakah, tidak lupa menyampaikan pemujaan, menuruti
perintah sang Maha bijaksana. Sangal senang hatinya mencrima
anugrah, lebih daripada dibcri mak an , kalau
b. 1. diumpamakan meresapi lubuk hatinya yang terdalam. Banyaklah
perihalnya jika diceritakan tentang pelaksaan asurud hayu, scbab
dituntun oleh sang Maha Mulia. Sesudah selesai Mpu Mahameru
memberikan pelunjuk kepada orang Bali
2. yang tennasuk golongan penduduk Bali Krama. Katanya, "Wahai
kamu manusia, asal mulamu dari kelapa kuning, bukan berasal dari
manusia sejati. Sckarang aku mcmberitahukan kcpadamu semua.
Kemudian kalau karou telah meninggal,
3. diupacarai pensucian oleh keturunanmu, kamu boleh melak
sanakan upacara mabya gseng . Kcmudian setelah diupacarai , boleh
dikubur. Itulah discbut golongan Krama Tambus. Tetapi boleh
Bujanggaku, yailu Ki Mpu Bandesa Dryakah
4. melaksanakan upacara pangessiass bagimu semua. Selanjulnya sete
lah selesai diupacarai pembersihan, kamu melakukan upacara
matres atau matuwun . ltu yang boleh kamu lakukan. Jangan me·
lebihi dan kalau melewati kena sumpahnya Bhawa Hyang
Kasuhun Kidul,
28a. 1. tersesat jalannya roh , tidak menemukan jalan sedikit pun. Juga
engkau Ki Harakan, ingatlah dulu asal usulmu, berasal dari tanah
dikepal-kepal. Beri tahukan juga keturunanmu, nanti waktu
2. meninggal , tidak boleh melakukan upacara mageseng. yang boleh
ditanam. Setelah mayat ditanarn, esok harin ya boleh melakukan
apa yang dina rnakan ngjrim~ j[U dirancang di ataS lubang kuburan,
menyerupai orang-orangan. itu disebut
3. upacara abya tanem. Kemudian kalau akan mengupacarai lagi,
boleh disebul upacara matres atau matuwun Begitulah tata cara
bagi orang-orang Bali aga. Ini Bujanggam u, Mpu Dryakah bolch
melaksanakan upacara pangentas. Demikian ingatah, jangan
4. lalai dan sembarangan , sangat berbahaya. Sebab sangat keramat
Sang Hyang Kasuhuun Kidul. Menycbabkan tersesatnya Sang
Hyang Pitra. Lagi pula, kalau kamu bercakap-cakap dcngan
Bujangga, yaitu dengan Mpu Bandcsa Dryakah<noinclude></noinclude>
gh08va0l8sxgk2omfdgnars7a1p116s
113568
113543
2022-07-19T23:46:31Z
Tudpartha
144
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Tudpartha" /></noinclude>44
asal-usulnya Mpu Mahameru kepada murid-muridnya. Sebaliknya
Mpu Dryakah, tidak lupa menyampaikan pemujaan, menuruti
perintah sang Maha bijaksana. Sangal senang hatinya menerima
anugrah, lebih daripada diberi makan , kalau
b. 1. diumpamakan meresapi lubuk hatinya yang terdalam. Banyaklah
perihalnya jika diceritakan tentang pelaksaan ''asurud hayu'', sebab
dituntun oleh sang Maha Mulia. Sesudah selesai Mpu Mahameru
memberikan pelunjuk kepada orang Bali
2. yang tennasuk golongan penduduk Bali Krama. Katanya, "Wahai
kamu manusia, asal mulamu dari kelapa kuning, bukan berasal dari
manusia sejati. Sekarang aku memberitahukan kepadamu semua.
Kemudian kalau kamu telah meninggal,
3. diupacarai pensucian oleh keturunanmu, kamu boleh melak
sanakan upacara mabya gseng . Kemudian setelah diupacarai , boleh
dikubur. Itulah disebut golongan Krama Tambus. Tetapi boleh
Bujanggaku, yailu Ki Mpu Bandesa Dryakah
4. melaksanakan upacara pangentas bagimu semua. Selanjutnya sete
lah selesai diupacarai pembersihan, kamu melakukan upacara
matres atau matuwun . ltu yang boleh kamu lakukan. Jangan me-
lebihi dan kalau melewati kena sumpahnya Bhawa Hyang
Kasuhun Kidul,
28a. 1. tersesat jalannya roh, tidak menemukan jalan sedikit pun. Juga
engkau Ki Barakan, ingatlah dulu asal usulmu, berasal dari tanah
dikepal-kepal. Beri tahukan juga keturunanmu, nanti waktu
2. meninggal, tidak boleh melakukan upacara ''mageseng''. yang boleh
ditanam, Setelah mayat ditanam, esok harin ya boleh melakukan
apa yang dinamakan ''ngirim'' itu dirancang di atas lubang kuburan,
menyerupai orang-orangan. itu disebut
3. upacara ''abya tanem''. Kemudian kalau akan mengupacarai lagi,
boleh disebul upacara matres atau matuwun Begitulah tata cara
bagi orang-orang Bali aga. Ini Bujanggamu, Mpu Dryakah boleh
melaksanakan upacara pangentas. Demikian ingatah, jangan
4. lalai dan sembarangan sangat berbahaya. Sebab sangat keramat
Sang Hyang Kasuhuun Kidul. Menyebabkan tersesatnya Sang
Hyang Pitra. Lagi pula, kalau kamu bercakap-cakap dengan
Bujangga, yaitu dengan Mpu Bandesa Dryakah<noinclude></noinclude>
a4aec0lkwkedok8cilo1rapwtnhwvex
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/49
250
32393
113544
2022-07-19T23:00:56Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>42
2. Berkata manusia rekaan itu," Sudah cukup masuk dan dimengerti
Oleh hamba, tjdak ubahnya sebagai niskala yang sejati." Berkata
3. lagi sang Adi Guru, "Kamu laru Reka kalau demikian sckarang ada
lagi IrrntRrianku_ Boleh engkau menjadi guru bagi orang-orang
Bali semuanya sebab tElum ada bujangga di Bali. mak-
na 'Rngetahuan itu, lebih-lebih untuk menyelesaikan upacara
dewata. Jangan lalai dan lengah, sebab sangat Irrnilai
4. utama. Boleh kamu menjadi bujangga untuk Orang-orang Baliaga,
sampai keturunanmu selama tiga keturunan. Lagi, masih ada
pembcritahuanku kepadamu, ingadah jangan dilupakan. maksud-
nya agar kamu mcnyeharluaskan kepada keturunanmu
b.1. nanti, agar diketahui dan diingat asal-usulnya. Kelak kemudian,
kalau ada keturunanku, keturunan kakakku Mpu Gnijaya, agar
keturunanmu menjaga, IN)leh menyembah waktu kematian
2. kcturunanku. Tetapi keturunanku tidak diperkcnankan menyem-
bah keturunanmu. Apa scbabnya? Karena karnu twrguru kepadaku,
lebih-lcbih karena kclahiranmu herbeda dengan aku. Dernikianiah,
3. ingadah selalu kepada memlwritahuanku, akibatnya.
Begini lagi anakku Kayu Rcka karena kamu [Clah melaksanakan
upacara podgala. sekarang kamu dib2ri nama Mpu Bandesa
Dryakah sebab engkau tx'rasal dari sisa batang IX)hon, masa lalu.
4. Tetapi kamu mengucapkan weda astawa Mpu, me-
laksanakan upacara pangentas tatapi yang engkau upacarai
pangentas. ialah seluruh orang-orang Baliaga. "Diterima dan
disctujui hal itu Oleh Mpu Dryakah "'bab alas kehendak
27a. 1. Sang Guru Nabe tidak boleh dibantah. Lagi ditarnthåikan Oleh
Abra Sinuhun," Anakku Mpu Dryakah, ada lagi rymberilahuan
bapakmu, nanti kalau waktunya engkau meninggal, disucikan
Oleh keturunanmu tidak boleh diupacara Oleh
2. sang Brahmana, tetapi diupacara pangencas, boleh mohon di
Kahyangan. Apa sebabnya? Karena kamu bukanlah berasal dari
manusia sejati, tetapi setelah selesai keturuanmu mengupacarai
mayatmu, melaksakan upacara pitra yadnya, tupi Liga
3. kalau sudah lebih dari Liga kelurunan, waktu itu barulah boleh
Sang Resi Siwa Budha mcnyelesaikan upacaramu nanti. Dcmikian
dan ingatkan, beri tahukan juga keturunanmu." Sangat
anugrah yang bijaksana. Dekmikian<noinclude></noinclude>
m2cns8q5vc2nw2b1unv516t6b190ysj
113553
113544
2022-07-19T23:29:19Z
Tudpartha
144
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>42
2. Berkata manusia rekaan itu," Sudah cukup masuk dan dimengerti
oleh hamba, tidak ubahnya sebagai niskala yang sejati." Berkata
3. lagi sang Adi Guru, "Kamu taru Reka kalau demikian sekarang ada
lagi pemberianku. Boleh engkau menjadi guru bagi orang-orang
Bali semuanya sebab belum ada bujangga di Bali. mak-
na pengetahuan itu, lebih-lebih untuk menyelesaikan upacara
dewata. Jangan lalai dan lengah, sebab sangat bernilai
4. utama. Boleh kamu menjadi bujangga untuk Orang-orang Baliaga,
sampai keturunanmu selama tiga keturunan. Lagi, masih ada
pemberitahuanku kepadamu, ingatlah jangan dilupakan. maksud-
nya agar kamu menyebarluaskan kepada keturunanmu
b.1. nanti, agar diketahui dan diingat asal-usulnya. Kelak kemudian,
kalau ada keturunanku, keturunan kakakku Mpu Gnijaya, agar
keturunanmu menjaga, boleh menyembah waktu kematian
2. keturunanku. Tetapi keturunanku tidak diperkenankan menyem-
bah keturunanmu. Apa sebabnya? Karena kamu berguru kepadaku,
lebih-lebih karena kelahiranmu berbeda dengan aku. Demikianiah,
3. ingatlah selalu kepada memberitahuanku, akibatnya.
Begini lagi anakku Kayu Reka karena kamu telah melaksanakan
upacara ''podgala''. sekarang kamu diberi nama Mpu Bandesa
Dryakah sebab engkau berasal dari sisa batang pohon, masa lalu.
4. Tetapi kamu mengucapkan weda astawa Mpu, me-
laksanakan upacara ''pangentas'' tatapi yang engkau upacarai
''pangentas'' ialah seluruh orang-orang Baliaga. "Diterima dan
disetujui hal itu Oleh Mpu Dryakah sebab alas kehendak
27a. 1. Sang Guru Nabe tidak boleh dibantah. Lagi ditambahkan oleh
Abra Sinuhun," Anakku Mpu Dryakah, ada lagi pemberitahuan
bapakmu, nanti kalau waktunya engkau meninggal, disucikan
oleh keturunanmu tidak boleh diupacara oleh
2. sang Brahmana, tetapi diupacara pangentas, boleh mohon di
Kahyangan. Apa sebabnya? Karena kamu bukanlah berasal dari
manusia sejati, tetapi setelah selesai keturuanmu mengupacarai
mayatmu, melaksakan upacara pitra yadnya, tetapi tiga
turunan:
3. kalau sudah lebih dari tiga keturunan, waktu itu barulah boleh
Sang Resi Siwa Budha menyelesaikan upacaramu nanti. Demikian
dan ingatkan, beri tahukan juga keturunanmu." Sangat berbahaya,
anugrah yang bijaksana. Dekmikian<noinclude></noinclude>
634pzidrez8iqvep2tgj875qa9zmilf
113617
113553
2022-07-20T00:12:41Z
Damayantidwi
878
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>{{center|42}}
2. Berkata manusia rekaan itu," Sudah cukup masuk dan dimengerti
oleh hamba, tidak ubahnya sebagai niskala yang sejati." Berkata
3. lagi sang Adi Guru, "Kamu taru Reka kalau demikian sekarang ada
lagi pemberianku. Boleh engkau menjadi guru bagi orang-orang
Bali semuanya sebab belum ada bujangga di Bali. mak-
na pengetahuan itu, lebih-lebih untuk menyelesaikan upacara
dewata. Jangan lalai dan lengah, sebab sangat bernilai
4. utama. Boleh kamu menjadi bujangga untuk Orang-orang Baliaga,
sampai keturunanmu selama tiga keturunan. Lagi, masih ada
pemberitahuanku kepadamu, ingatlah jangan dilupakan. maksud-
nya agar kamu menyebarluaskan kepada keturunanmu
b.1. nanti, agar diketahui dan diingat asal-usulnya. Kelak kemudian,
kalau ada keturunanku, keturunan kakakku Mpu Gnijaya, agar
keturunanmu menjaga, boleh menyembah waktu kematian
2. keturunanku. Tetapi keturunanku tidak diperkenankan menyem-
bah keturunanmu. Apa sebabnya? Karena kamu berguru kepadaku,
lebih-lebih karena kelahiranmu berbeda dengan aku. Demikianiah,
3. ingatlah selalu kepada memberitahuanku, akibatnya.
Begini lagi anakku Kayu Reka karena kamu telah melaksanakan
upacara ''podgala''. sekarang kamu diberi nama Mpu Bandesa
Dryakah sebab engkau berasal dari sisa batang pohon, masa lalu.
4. Tetapi kamu mengucapkan weda astawa Mpu, me-
laksanakan upacara ''pangentas'' tatapi yang engkau upacarai
''pangentas'' ialah seluruh orang-orang Baliaga. "Diterima dan
disetujui hal itu Oleh Mpu Dryakah sebab alas kehendak
27a. 1. Sang Guru Nabe tidak boleh dibantah. Lagi ditambahkan oleh
Abra Sinuhun," Anakku Mpu Dryakah, ada lagi pemberitahuan
bapakmu, nanti kalau waktunya engkau meninggal, disucikan
oleh keturunanmu tidak boleh diupacara oleh
2. sang Brahmana, tetapi diupacara pangentas, boleh mohon di
Kahyangan. Apa sebabnya? Karena kamu bukanlah berasal dari
manusia sejati, tetapi setelah selesai keturuanmu mengupacarai
mayatmu, melaksakan upacara pitra yadnya, tetapi tiga
turunan:
3. kalau sudah lebih dari tiga keturunan, waktu itu barulah boleh
Sang Resi Siwa Budha menyelesaikan upacaramu nanti. Demikian
dan ingatkan, beri tahukan juga keturunanmu." Sangat berbahaya,
anugrah yang bijaksana. Dekmikian<noinclude></noinclude>
4y3is4phu93yqkpipgu8x5858krx8fn
113621
113617
2022-07-20T00:12:48Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|42}}
2. Berkata manusia rekaan itu," Sudah cukup masuk dan dimengerti
oleh hamba, tidak ubahnya sebagai niskala yang sejati." Berkata
3. lagi sang Adi Guru, "Kamu taru Reka kalau demikian sekarang ada
lagi pemberianku. Boleh engkau menjadi guru bagi orang-orang
Bali semuanya sebab belum ada bujangga di Bali. mak-
na pengetahuan itu, lebih-lebih untuk menyelesaikan upacara
dewata. Jangan lalai dan lengah, sebab sangat bernilai
4. utama. Boleh kamu menjadi bujangga untuk Orang-orang Baliaga,
sampai keturunanmu selama tiga keturunan. Lagi, masih ada
pemberitahuanku kepadamu, ingatlah jangan dilupakan. maksud-
nya agar kamu menyebarluaskan kepada keturunanmu
b.1. nanti, agar diketahui dan diingat asal-usulnya. Kelak kemudian,
kalau ada keturunanku, keturunan kakakku Mpu Gnijaya, agar
keturunanmu menjaga, boleh menyembah waktu kematian
2. keturunanku. Tetapi keturunanku tidak diperkenankan menyem-
bah keturunanmu. Apa sebabnya? Karena kamu berguru kepadaku,
lebih-lebih karena kelahiranmu berbeda dengan aku. Demikianiah,
3. ingatlah selalu kepada memberitahuanku, akibatnya.
Begini lagi anakku Kayu Reka karena kamu telah melaksanakan
upacara ''podgala''. sekarang kamu diberi nama Mpu Bandesa
Dryakah sebab engkau berasal dari sisa batang pohon, masa lalu.
4. Tetapi kamu mengucapkan weda astawa Mpu, me-
laksanakan upacara ''pangentas'' tatapi yang engkau upacarai
''pangentas'' ialah seluruh orang-orang Baliaga. "Diterima dan
disetujui hal itu Oleh Mpu Dryakah sebab alas kehendak
27a. 1. Sang Guru Nabe tidak boleh dibantah. Lagi ditambahkan oleh
Abra Sinuhun," Anakku Mpu Dryakah, ada lagi pemberitahuan
bapakmu, nanti kalau waktunya engkau meninggal, disucikan
oleh keturunanmu tidak boleh diupacara oleh
2. sang Brahmana, tetapi diupacara pangentas, boleh mohon di
Kahyangan. Apa sebabnya? Karena kamu bukanlah berasal dari
manusia sejati, tetapi setelah selesai keturuanmu mengupacarai
mayatmu, melaksakan upacara pitra yadnya, tetapi tiga
turunan:
3. kalau sudah lebih dari tiga keturunan, waktu itu barulah boleh
Sang Resi Siwa Budha menyelesaikan upacaramu nanti. Demikian
dan ingatkan, beri tahukan juga keturunanmu." Sangat berbahaya,
anugrah yang bijaksana. Dekmikian<noinclude></noinclude>
c984uieqf1oqe9f3t7bbgjqjif9woti
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/43
250
32394
113545
2022-07-19T23:02:48Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>36
lisih pendapat eli antara sesarna keluarga, udale rukun bersuami istri di antaramu. Bersetubuh dengan batang pahon. Kalau lahir dari kandunganmu, mudah-mudahan tidak mencapai tujuan,
b. 1. melahirkan jenis binatang-binatang kecil, 1700 banyaknya dan menjadi musuh manusia di bumi. Nanti kalau engkau mempunyai anak lagi dengan area itu, mudah-mudahan sampai kelak kemu
2. dian, semoga ,ereka tergolong Ki Mangatewel, sebab asal mudari batang pohon nangka. Semua keturunanmu, sampai kelak diberi julukan Ki Tewel. Demikian diceritakan asal usul adanya golongan keluarga Ki Tewel.
3. Banyak kalau dieeritakan yoga semadi Bhatara, tersebar di Pulau Bali mengadakan manusia. Masing-masing sudah tahu hal ihwal nya, lebih-lebih waktu meninggal, sama-sama mengerti tata cara
4. sampai pelaksanaan upacara. Demikian dikatakan dalam cerita di masa lalu. Sekarang diceritakan kembali putra-putra Hyang Gnijaya yang dahulu disuruh pergi ke Jambudwipa beryoga semadi.
23a. 1. Sekarang karena telah berhasil scmadinya, kembalilah mereka ke Bali. Atas perintah Bhatar Hyang Pasunatha, datang menghadap Bhatara Putrajaya di Gunung Tolangkir, terutama ke hadapan
2. Bhatara Kasuhun eli Lempuyang; masing-masing secara terpisah, Bhatar Empu Gnijaya sebagai Brahmana Pandita disertai adiknya berdua, yaitu Mpu Gana, demikian pula Mpu Kuturan, sebab
3. berangkat menaiki daun kupu-kupu, berlayarlah daun tehep; tidak diceritakan dalam perjalanan sebab bersifat pikiran, tiba-tiba telah sampai di tepi pantai Pulau Bali,turun di Silayukti, mengucapkan weda pujaan.
4. Kemudian terus ke Besakih. menghadap Paduka Bhatara Putra jaya. Setibanya juga menghormat, disertai puja keselamatan; gemerincing suara genta, laksana kumbang mengisap sari bunga.
b. 1. Penghamburan bunga oleh Bhatara, karena telah selesai yoga semadinya. Setelah itu, kemudian datang menghadap ke Gunung Lempuyang kepada Bhatara Kawitan. Tidak lupa pula mereka menyampaikan weda pujaan disertai sembah.
2. Terasalah semadinya karena keahliannya; gemerincing suara genta; seperti suara kumbang di alas bunga angsana., dibalas dengan taburan bunga disertai wangi-wangian, dan weda pujaan oleh Bhatara<noinclude></noinclude>
3zvpwjbre2ztq58x1lgkhr769fwyjfj
113546
113545
2022-07-19T23:03:37Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>36
lisih pendapat di antara sesama keluarga, tidak rukun bersuami istri di antaramu. Bersetubuh dengan batang pahon. Kalau lahir dari kandunganmu, mudah-mudahan tidak mencapai tujuan,
b. 1. melahirkan jenis binatang-binatang kecil, 1700 banyaknya dan menjadi musuh manusia di bumi. Nanti kalau engkau mempunyai anak lagi dengan area itu, mudah-mudahan sampai kelak kemu
2. dian, semoga ,ereka tergolong Ki Mangatewel, sebab asal mudari batang pohon nangka. Semua keturunanmu, sampai kelak diberi julukan Ki Tewel. Demikian diceritakan asal usul adanya golongan keluarga Ki Tewel.
3. Banyak kalau dieeritakan yoga semadi Bhatara, tersebar di Pulau Bali mengadakan manusia. Masing-masing sudah tahu hal ihwal nya, lebih-lebih waktu meninggal, sama-sama mengerti tata cara
4. sampai pelaksanaan upacara. Demikian dikatakan dalam cerita di masa lalu. Sekarang diceritakan kembali putra-putra Hyang Gnijaya yang dahulu disuruh pergi ke Jambudwipa beryoga semadi.
23a. 1. Sekarang karena telah berhasil scmadinya, kembalilah mereka ke Bali. Atas perintah Bhatar Hyang Pasunatha, datang menghadap Bhatara Putrajaya di Gunung Tolangkir, terutama ke hadapan
2. Bhatara Kasuhun eli Lempuyang; masing-masing secara terpisah, Bhatar Empu Gnijaya sebagai Brahmana Pandita disertai adiknya berdua, yaitu Mpu Gana, demikian pula Mpu Kuturan, sebab
3. berangkat menaiki daun kupu-kupu, berlayarlah daun tehep; tidak diceritakan dalam perjalanan sebab bersifat pikiran, tiba-tiba telah sampai di tepi pantai Pulau Bali,turun di Silayukti, mengucapkan weda pujaan.
4. Kemudian terus ke Besakih. menghadap Paduka Bhatara Putra jaya. Setibanya juga menghormat, disertai puja keselamatan; gemerincing suara genta, laksana kumbang mengisap sari bunga.
b. 1. Penghamburan bunga oleh Bhatara, karena telah selesai yoga semadinya. Setelah itu, kemudian datang menghadap ke Gunung Lempuyang kepada Bhatara Kawitan. Tidak lupa pula mereka menyampaikan weda pujaan disertai sembah.
2. Terasalah semadinya karena keahliannya; gemerincing suara genta; seperti suara kumbang di alas bunga angsana., dibalas dengan taburan bunga disertai wangi-wangian, dan weda pujaan oleh Bhatara<noinclude></noinclude>
gza4obxd1ej98ufkacabwrsfr7dm4hb
113592
113546
2022-07-20T00:05:44Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|}}36
lisih pendapat di antara sesama keluarga, tidak rukun bersuami istri di antaramu. Bersetubuh dengan batang pahon. Kalau lahir dari kandunganmu, mudah-mudahan tidak mencapai tujuan,
b. 1. melahirkan jenis binatang-binatang kecil, 1700 banyaknya dan menjadi musuh manusia di bumi. Nanti kalau engkau mempunyai anak lagi dengan area itu, mudah-mudahan sampai kelak kemu
2. dian, semoga ,ereka tergolong Ki Mangatewel, sebab asal mudari batang pohon nangka. Semua keturunanmu, sampai kelak diberi julukan Ki Tewel. Demikian diceritakan asal usul adanya golongan keluarga Ki Tewel.
3. Banyak kalau dieeritakan yoga semadi Bhatara, tersebar di Pulau Bali mengadakan manusia. Masing-masing sudah tahu hal ihwal nya, lebih-lebih waktu meninggal, sama-sama mengerti tata cara
4. sampai pelaksanaan upacara. Demikian dikatakan dalam cerita di masa lalu. Sekarang diceritakan kembali putra-putra Hyang Gnijaya yang dahulu disuruh pergi ke Jambudwipa beryoga semadi.
23a. 1. Sekarang karena telah berhasil scmadinya, kembalilah mereka ke Bali. Atas perintah Bhatar Hyang Pasunatha, datang menghadap Bhatara Putrajaya di Gunung Tolangkir, terutama ke hadapan
2. Bhatara Kasuhun eli Lempuyang; masing-masing secara terpisah, Bhatar Empu Gnijaya sebagai Brahmana Pandita disertai adiknya berdua, yaitu Mpu Gana, demikian pula Mpu Kuturan, sebab
3. berangkat menaiki daun kupu-kupu, berlayarlah daun tehep; tidak diceritakan dalam perjalanan sebab bersifat pikiran, tiba-tiba telah sampai di tepi pantai Pulau Bali,turun di Silayukti, mengucapkan weda pujaan.
4. Kemudian terus ke Besakih. menghadap Paduka Bhatara Putra jaya. Setibanya juga menghormat, disertai puja keselamatan; gemerincing suara genta, laksana kumbang mengisap sari bunga.
b. 1. Penghamburan bunga oleh Bhatara, karena telah selesai yoga semadinya. Setelah itu, kemudian datang menghadap ke Gunung Lempuyang kepada Bhatara Kawitan. Tidak lupa pula mereka menyampaikan weda pujaan disertai sembah.
2. Terasalah semadinya karena keahliannya; gemerincing suara genta; seperti suara kumbang di alas bunga angsana., dibalas dengan taburan bunga disertai wangi-wangian, dan weda pujaan oleh Bhatara<noinclude></noinclude>
miu5o8vkmd7vkjqpwjele0tv5c7myer
113606
113592
2022-07-20T00:09:03Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|36}}
lisih pendapat di antara sesama keluarga, tidak rukun bersuami istri di antaramu. Bersetubuh dengan batang pahon. Kalau lahir dari kandunganmu, mudah-mudahan tidak mencapai tujuan,
b. 1. melahirkan jenis binatang-binatang kecil, 1700 banyaknya dan menjadi musuh manusia di bumi. Nanti kalau engkau mempunyai anak lagi dengan area itu, mudah-mudahan sampai kelak kemu
2. dian, semoga mereka tergolong Ki Mangatewel, sebab asal mudari batang pohon nangka. Semua keturunanmu, sampai kelak diberi julukan Ki Tewel. Demikian diceritakan asal usul adanya golongan keluarga Ki Tewel.
3. Banyak kalau dieeritakan yoga semadi Bhatara, tersebar di Pulau Bali mengadakan manusia. Masing-masing sudah tahu hal ihwalnya, lebih-lebih waktu meninggal, sama-sama mengerti tata cara
4. sampai pelaksanaan upacara. Demikian dikatakan dalam cerita di masa lalu. Sekarang diceritakan kembali putra-putra Hyang Gnijaya yang dahulu disuruh pergi ke Jambudwipa beryoga semadi.
23a. 1. Sekarang karena telah berhasil semadinya, kembalilah mereka ke Bali. Atas perintah Bhatar Hyang Pasunatha, datang menghadap Bhatara Putrajaya di Gunung Tolangkir, terutama ke hadapan
2. Bhatara Kasuhun eli Lempuyang; masing-masing secara terpisah, Bhatar Empu Gnijaya sebagai Brahmana Pandita disertai adiknya berdua, yaitu Mpu Gana, demikian pula Mpu Kuturan, sebab
3. berangkat menaiki daun kupu-kupu, berlayarlah daun tehep; tidak diceritakan dalam perjalanan sebab bersifat pikiran, tiba-tiba telah sampai di tepi pantai Pulau Bali,turun di Silayukti, mengucapkan weda pujaan.
4. Kemudian terus ke Besakih. menghadap Paduka Bhatara Putra jaya. Setibanya juga menghormat, disertai puja keselamatan; gemerincing suara genta, laksana kumbang mengisap sari bunga.
b. 1. Penghamburan bunga oleh Bhatara, karena telah selesai yoga semadinya. Setelah itu, kemudian datang menghadap ke Gunung Lempuyang kepada Bhatara Kawitan. Tidak lupa pula mereka menyampaikan weda pujaan disertai sembah.
2. Terasalah semadinya karena keahliannya; gemerincing suara genta; seperti suara kumbang di alas bunga angsana., dibalas dengan taburan bunga disertai wangi-wangian, dan weda pujaan oleh Bhatara<noinclude></noinclude>
0n8glwto8yq2no6ljy9ct5w189nivfj
113748
113606
2022-07-20T11:01:20Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|36}}
lisih pendapat di antara sesama keluarga, tidak rukun bersuami istri di antaramu. Bersetubuh dengan batang pahon. Kalau lahir dari kandunganmu, mudah-mudahan tidak mencapai tujuan,
b. 1. melahirkan jenis binatang-binatang kecil, 1700 banyaknya dan menjadi musuh manusia di bumi. Nanti kalau engkau mempunyai anak lagi dengan area itu, mudah-mudahan sampai kelak kemu
2. dian, semoga mereka tergolong Ki Mangatewel, sebab asal mudari batang pohon nangka. Semua keturunanmu, sampai kelak diberi julukan Ki Tewel. Demikian diceritakan asal usul adanya golongan keluarga Ki Tewel.
3. Banyak kalau dieeritakan yoga semadi Bhatara, tersebar di Pulau Bali mengadakan manusia. Masing-masing sudah tahu hal ihwalnya, lebih-lebih waktu meninggal, sama-sama mengerti tata cara
4. sampai pelaksanaan upacara. Demikian dikatakan dalam cerita di masa lalu. Sekarang diceritakan kembali putra-putra Hyang Gnijaya yang dahulu disuruh pergi ke Jambudwipa beryoga semadi.
23a. 1. Sekarang karena telah berhasil semadinya, kembalilah mereka ke Bali. Atas perintah Bhatar Hyang Pasunatha, datang menghadap Bhatara Putrajaya di Gunung Tolangkir, terutama ke hadapan
2. Bhatara Kasuhun eli Lempuyang; masing-masing secara terpisah, Bhatar Empu Gnijaya sebagai Brahmana Pandita disertai adiknya berdua, yaitu Mpu Gana, demikian pula Mpu Kuturan, sebab
3. berangkat menaiki daun kupu-kupu, berlayarlah daun tehep; tidak diceritakan dalam perjalanan sebab bersifat pikiran, tiba-tiba telah sampai di tepi pantai Pulau Bali,turun di Silayukti, mengucapkan weda pujaan.
4. Kemudian terus ke Besakih. menghadap Paduka Bhatara Putra jaya. Setibanya juga menghormat, disertai puja keselamatan; gemerincing suara genta, laksana kumbang mengisap sari bunga.
b. 1. Penghamburan bunga oleh Bhatara, karena telah selesai yoga semadinya. Setelah itu, kemudian datang menghadap ke Gunung Lempuyang kepada Bhatara Kawitan. Tidak lupa pula mereka menyampaikan weda pujaan disertai sembah.
2. Terasalah semadinya karena keahliannya; gemerincing suara genta; seperti suara kumbang di alas bunga angsana., dibalas dengan taburan bunga disertai wangi-wangian, dan weda pujaan oleh Bhatara<noinclude></noinclude>
mv44d0dezanf2ej0nntg7di8aekkri0
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/53
250
32395
113547
2022-07-19T23:07:00Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>46
b.1. hendaknya memanggil jro Gede. Demikian ingatlah, jangan di
lupakan, terus-menerus, temurn-temurun jangan lupa. Sebarkan juga
kepada keturunanmu masing-masing." Begilu petunjuk-petunjuk
Mpu Mahameru
2. kepada orang-orang Bali semuanya. Setuju orang-orang Baliaga
seperti apa dikatakan oleh yang maha bijaksana itu. Lagi Dang
Guru memberitahukan kepada murid-muridnya, katanya, "Anakku
Mpu Dryakah sekarang boleh engkau menjadi Begawan.
3. Kemarilah. itu upacarai penapak." Mendekatlah Mpu Dryakah.
Setelah diupacarai, dijilatlah telapak kaki sang Adi Guru. Ada lagi
anugerah keramat melalui telinga dan mata,
4. tidak boleh disebutkan sebab sangat keramatnya, mantra Sang
Hyang Ongkara itu. Kata sang Abra Sinuhun, " Anakku Mpu
Dryakah, sudah mengerLi olehmu?" "Ya, hamba dapat memahami,
murid Paduka Sang Kasuhun." "Anakku
29a. 1. Mpu Dryakah. sekarang aku ganti namamu. Kamu bemama Mpu
Kamareka sebab sang Hyang Dewa Asmara yang menjadi Baga
wanmu. Demikian. ingatlah. Sekarang bapakmu meninggalkan
engkau anakku,
2. akan datang menghadap Paduka Bhatara di Tolangkir, terutama di
Gunung Lempuyang. Mendekat dan menyembah Mpu Kamareka,
menghormati Dang Guru." Memang demikianlah tata cara yang
benar. Demikianlah
3. ceritanya dahulu, asal-usul adanya bujangga di Bali. Setelah Mpu
Mahameru pcrgi dari Tampurhyang, terasa teranglah di Gunung
Tulukbyu; jalannya tidak ada yang menghalangi, tiba-tiba telah
4. sampai di Besakih. Setibanya lalu melakukan pemujaan; keras ler
dengar suaranya, seperti lebah mengisap kembang; tidak lupa pula
menghormat, gelaplah di udara, bertaburan harumnya
b. 1. bau bunga, disertai pujaan oleh Bhatara. Keluarlah Bhatara Putra
jaya dihadap oleh Mpu Semeru. Tiada terkira senang hatinya sebab
luar biasa kesuciannya. Kemudian pergi sang maha suci itu
2.dari Besakih, datang ke Lempuyang, datang menghadap Paduka
Bhatara Kawitan. Tidak dapat digambarkan sebab hanya bcrsifat
pikiran. Setibanya, juga melakukan weda pujaan, menghonnat.
3. Ramailah suara genta di hadapan api pedupan. Mengepullah asap
api itu ke udara disertai kembang harum dan pujaan. Makin lama
makin gelap rasanya. Lalu keluarlah Bhatara Hyang Gnujaya<noinclude></noinclude>
rwwodhwuql82ypx5rk1pk2cosqhwcr5
113630
113547
2022-07-20T00:20:55Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|46}}
b.1. hendaknya memanggil jro Gede. Demikian ingatlah, jangan di
lupakan, terus-menerus, temurn-temurun jangan lupa. Sebarkan juga
kepada keturunanmu masing-masing." Begilu petunjuk-petunjuk
Mpu Mahameru
2. kepada orang-orang Bali semuanya. Setuju orang-orang Baliaga
seperti apa dikatakan oleh yang maha bijaksana itu. Lagi Dang
Guru memberitahukan kepada murid-muridnya, katanya, "Anakku
Mpu Dryakah sekarang boleh engkau menjadi Begawan.
3. Kemarilah. itu upacarai penapak." Mendekatlah Mpu Dryakah.
Setelah diupacarai, dijilatlah telapak kaki sang Adi Guru. Ada lagi
anugerah keramat melalui telinga dan mata,
4. tidak boleh disebutkan sebab sangat keramatnya, mantra Sang
Hyang Ongkara itu. Kata sang Abra Sinuhun, " Anakku Mpu
Dryakah, sudah mengerLi olehmu?" "Ya, hamba dapat memahami,
murid Paduka Sang Kasuhun." "Anakku
29a. 1. Mpu Dryakah. sekarang aku ganti namamu. Kamu bemama Mpu
Kamareka sebab sang Hyang Dewa Asmara yang menjadi Baga
wanmu. Demikian. ingatlah. Sekarang bapakmu meninggalkan
engkau anakku,
2. akan datang menghadap Paduka Bhatara di Tolangkir, terutama di
Gunung Lempuyang. Mendekat dan menyembah Mpu Kamareka,
menghormati Dang Guru." Memang demikianlah tata cara yang
benar. Demikianlah
3. ceritanya dahulu, asal-usul adanya bujangga di Bali. Setelah Mpu
Mahameru pcrgi dari Tampurhyang, terasa teranglah di Gunung
Tulukbyu; jalannya tidak ada yang menghalangi, tiba-tiba telah
4. sampai di Besakih. Setibanya lalu melakukan pemujaan; keras ler
dengar suaranya, seperti lebah mengisap kembang; tidak lupa pula
menghormat, gelaplah di udara, bertaburan harumnya
b. 1. bau bunga, disertai pujaan oleh Bhatara. Keluarlah Bhatara Putra
jaya dihadap oleh Mpu Semeru. Tiada terkira senang hatinya sebab
luar biasa kesuciannya. Kemudian pergi sang maha suci itu
2.dari Besakih, datang ke Lempuyang, datang menghadap Paduka
Bhatara Kawitan. Tidak dapat digambarkan sebab hanya bcrsifat
pikiran. Setibanya, juga melakukan weda pujaan, menghonnat.
3. Ramailah suara genta di hadapan api pedupan. Mengepullah asap
api itu ke udara disertai kembang harum dan pujaan. Makin lama
makin gelap rasanya. Lalu keluarlah Bhatara Hyang Gnujaya<noinclude></noinclude>
althkikpeacl956256bj7fecwvwhazp
113631
113630
2022-07-20T00:22:31Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|46}}
b.1. hendaknya memanggil jro Gede. Demikian ingatlah, jangan di
lupakan, terus-menerus, turun-temurun jangan lupa. Sebarkan juga
kepada keturunanmu masing-masing." Begilu petunjuk-petunjuk
Mpu Mahameru
2. kepada orang-orang Bali semuanya. Setuju orang-orang Baliaga
seperti apa dikatakan oleh yang maha bijaksana itu. Lagi Dang
Guru memberitahukan kepada murid-muridnya, katanya, "Anakku
Mpu Dryakah sekarang boleh engkau menjadi Begawan.
3. Kemarilah. itu upacarai penapak." Mendekatlah Mpu Dryakah.
Setelah diupacarai, dijilatlah telapak kaki sang Adi Guru. Ada lagi
anugerah keramat melalui telinga dan mata,
4. tidak boleh disebutkan sebab sangat keramatnya, mantra Sang
Hyang Ongkara itu. Kata sang Abra Sinuhun, " Anakku Mpu
Dryakah, sudah mengerLi olehmu?" "Ya, hamba dapat memahami,
murid Paduka Sang Kasuhun." "Anakku
29a. 1. Mpu Dryakah. sekarang aku ganti namamu. Kamu bernama Mpu
Kamareka sebab sang Hyang Dewa Asmara yang menjadi Bagawanmu. Demikian. ingatlah. Sekarang bapakmu meninggalkan
engkau anakku,
2. akan datang menghadap Paduka Bhatara di Tolangkir, terutama di
Gunung Lempuyang. Mendekat dan menyembah Mpu Kamareka,
menghormati Dang Guru." Memang demikianlah tata cara yang
benar. Demikianlah
3. ceritanya dahulu, asal-usul adanya bujangga di Bali. Setelah Mpu
Mahameru pergi dari Tampurhyang, terasa teranglah di Gunung
Tulukbyu; jalannya tidak ada yang menghalangi, tiba-tiba telah
4. sampai di Besakih. Setibanya lalu melakukan pemujaan; keras terdengar suaranya, seperti lebah mengisap kembang; tidak lupa pula
menghormat, gelaplah di udara, bertaburan harumnya
b. 1. bau bunga, disertai pujaan oleh Bhatara. Keluarlah Bhatara Putra
jaya dihadap oleh Mpu Semeru. Tiada terkira senang hatinya sebab
luar biasa kesuciannya. Kemudian pergi sang maha suci itu
2.dari Besakih, datang ke Lempuyang, datang menghadap Paduka
Bhatara Kawitan. Tidak dapat digambarkan sebab hanya bersifat
pikiran. Setibanya, juga melakukan weda pujaan, menghormat.
3. Ramailah suara genta di hadapan api pedupan. Mengepullah asap
api itu ke udara disertai kembang harum dan pujaan. Makin lama
makin gelap rasanya. Lalu keluarlah Bhatara Hyang Gnujaya<noinclude></noinclude>
jhtbrnw5n5uwh2wtdusq105ktsvj5ps
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/71
250
32396
113548
2022-07-19T23:09:13Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>64
43a. 3. Ni Dewi Danuka. Setibanya dilihat ia oleh ibunya, tergopoh-gopoh sambil bertanya," Hai jantung buah hatiku Dyah Malini, barukah engkau datang. Siapakah kiranya mengganggu dirimu, pucat lesu.
4. Kalau boleh. beri tahukan ibumu, tiada terkira sedih perasaan ibumu." Menghormat Ni Dyah Malini, tidak habis-habisnya berlinang air matanya; tertelungkup di pangkuan ibunya
42a. 1. memberitahukan nasib suarninya. Diam membisu ibunya seperti sesak perasaan halinya. Lalu berkatalah ia, "Wahai buah hatiku. mengapa kamu begini. Dyah Malini?" Kalau begini jangan tirlalu
2. bersedih hati sebab memang kehendak Tuhan Hyang Maha Esa. Tidak perlu disesalkan, sebaliJrnya gembirakan hatimu . Pulanglah kamu sekarang. Beri tahukan kepada ibumu Ni Dewi Wyapara, agar bersama dengan ibu datang menghadap
3. Sanghyang Suranatha di Indraloka. Senanglah hatinya Ni Dyah Malini. mendcngar perkataan ibu mertuanya. Lalu menyembah mohon izin untuk kembali. Tidak dikatakan dalam perjalanan. Akhirya menghadap
4. kepada ibu kandungnya, yaitu Ni Dewi Wyapara, Tiada lain maksudnya memberitahukan nasibnya yang menimpa nasib suaminya. Terutama dibicarakan seperti apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya Ni Dewi Danuka. Banyak,
b. 1. kalau diceritakan. kehendak merelca bersama. Sebagai keputusan sang ibu berdua, Ni Dewi Wyapara dan Ni Dewi Danuka pergi ke Indraloka. datang menghadap Sanghyang Surapati.
2. Setelah sampai di hadapan Sanghyang Surendra, dengan tergesa-gesa sambil berkata. Begini katanya, .. Kami ibu berdua datang kehadapan Anakanda, seperti terbunuh memikirkan keadaan Bapakanda. Kalau boleh
3. beri tahukanlah hal itu kepada anakanda." Menyembah mereka yang ditanya itu." Sesuai dengan kehendak paduka Bhatara, tidak berbeda dengan kehendak Paduka parameswara. Maksud kami menghadap berdua, mohon kehadapan
4. paduka Bhatara, tiada lain mohon maaf mengenai kesusahan Mayadenawa. Seandainya berkenan adinda dalam peperangan.
43a. 1. Maksudnya agar dimenangkan di pulau ini, kembali dijadikan raja di Pulau Bali." Tersentaklah perasaan Paduka Bhatara, terdiam<noinclude></noinclude>
10e3j3nj2o0dezw4b56zi9fsx4n98e2
113565
113548
2022-07-19T23:42:45Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||64}}
3. Ni Dewi Danuka. Setibanya dilihat ia oleh ibunya, tergopoh-gopoh sambil bertanya," Hai jantung buah hatiku Dyah Malini, barukah engkau datang. Siapakah kiranya mengganggu dirimu, pucat lesu.
4. Kalau boleh. beri tahukan ibumu, tiada terkira sedih perasaan ibumu." Menghormat Ni Dyah Malini, tidak habis-habisnya berlinang air matanya; tertelungkup di pangkuan ibunya
42a. 1. memberitahukan nasib suarninya. Diam membisu ibunya seperti sesak perasaan halinya. Lalu berkatalah ia, "Wahai buah hatiku. mengapa kamu begini. Dyah Malini?" Kalau begini jangan tirlalu
2. bersedih hati sebab memang kehendak Tuhan Hyang Maha Esa. Tidak perlu disesalkan, sebaliJrnya gembirakan hatimu . Pulanglah kamu sekarang. Beri tahukan kepada ibumu Ni Dewi Wyapara, agar bersama dengan ibu datang menghadap
3. Sanghyang Suranatha di Indraloka. Senanglah hatinya Ni Dyah Malini. mendengar perkataan ibu mertuanya. Lalu menyembah mohon izin untuk kembali. Tidak dikatakan dalam perjalanan. Akhirya menghadap
4. kepada ibu kandungnya, yaitu Ni Dewi Wyapara, Tiada lain maksudnya memberitahukan nasibnya yang menimpa nasib suaminya. Terutama dibicarakan seperti apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya Ni Dewi Danuka. Banyak,
b. 1. kalau diceritakan. kehendak mereka bersama. Sebagai keputusan sang ibu berdua, Ni Dewi Wyapara dan Ni Dewi Danuka pergi ke Indraloka. datang menghadap Sanghyang Surapati.
2. Setelah sampai di hadapan Sanghyang Surendra, dengan tergesa-gesa sambil berkata. Begini katanya, .. Kami ibu berdua datang kehadapan Anakanda, seperti terbunuh memikirkan keadaan Bapakanda. Kalau boleh
3. beri tahukanlah hal itu kepada anakanda." Menyembah mereka yang ditanya itu." Sesuai dengan kehendak paduka Bhatara, tidak berbeda dengan kehendak Paduka parameswara. Maksud kami menghadap berdua, mohon kehadapan
4. paduka Bhatara, tiada lain mohon maaf mengenai kesusahan Mayadenawa. Seandainya berkenan adinda dalam peperangan.
43a. 1. Maksudnya agar dimenangkan di pulau ini, kembali dijadikan raja di Pulau Bali." Tersentaklah perasaan Paduka Bhatara, terdiam<noinclude></noinclude>
cvfvppjw1thflqzfhw6igqztltgot6z
113753
113565
2022-07-20T11:06:08Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||64}}
3. Ni Dewi Danuka. Setibanya dilihat ia oleh ibunya, tergopoh-gopoh sambil bertanya," Hai jantung buah hatiku Dyah Malini, barukah engkau datang. Siapakah kiranya mengganggu dirimu, pucat lesu.
4. Kalau boleh. beri tahukan ibumu, tiada terkira sedih perasaan ibumu." Menghormat Ni Dyah Malini, tidak habis-habisnya berlinang air matanya; tertelungkup di pangkuan ibunya
42a. 1. memberitahukan nasib suarninya. Diam membisu ibunya seperti sesak perasaan halinya. Lalu berkatalah ia, "Wahai buah hatiku. mengapa kamu begini. Dyah Malini?" Kalau begini jangan tirlalu
2. bersedih hati sebab memang kehendak Tuhan Hyang Maha Esa. Tidak perlu disesalkan, sebaliJrnya gembirakan hatimu . Pulanglah kamu sekarang. Beri tahukan kepada ibumu Ni Dewi Wyapara, agar bersama dengan ibu datang menghadap
3. Sanghyang Suranatha di Indraloka. Senanglah hatinya Ni Dyah Malini. mendengar perkataan ibu mertuanya. Lalu menyembah mohon izin untuk kembali. Tidak dikatakan dalam perjalanan. Akhirya menghadap
4. kepada ibu kandungnya, yaitu Ni Dewi Wyapara, Tiada lain maksudnya memberitahukan nasibnya yang menimpa nasib suaminya. Terutama dibicarakan seperti apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya Ni Dewi Danuka. Banyak,
b. 1. kalau diceritakan. kehendak mereka bersama. Sebagai keputusan sang ibu berdua, Ni Dewi Wyapara dan Ni Dewi Danuka pergi ke Indraloka. datang menghadap Sanghyang Surapati.
2. Setelah sampai di hadapan Sanghyang Surendra, dengan tergesa-gesa sambil berkata. Begini katanya, .. Kami ibu berdua datang kehadapan Anakanda, seperti terbunuh memikirkan keadaan Bapakanda. Kalau boleh
3. beri tahukanlah hal itu kepada anakanda." Menyembah mereka yang ditanya itu." Sesuai dengan kehendak paduka Bhatara, tidak berbeda dengan kehendak Paduka parameswara. Maksud kami menghadap berdua, mohon kehadapan
4. paduka Bhatara, tiada lain mohon maaf mengenai kesusahan Mayadenawa. Seandainya berkenan adinda dalam peperangan.
43a. 1. Maksudnya agar dimenangkan di pulau ini, kembali dijadikan raja di Pulau Bali." Tersentaklah perasaan Paduka Bhatara, terdiam<noinclude></noinclude>
d1vj8t7hzmr1dbp2fgj5umby4uqlur9
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/73
250
32397
113549
2022-07-19T23:16:28Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>66
Sanghyang Pasupati sejenak, seperti sesak hatinya. Tiada lama,
2. berkatalah Sanghyang Surapati," Ibuku berdua, kalau demikian tidaklah ibu ingat dengan bapakanda. Ada petunjuk bapakanda. Suruhlah si Mayadenawa melakukan tapa semadi dahulu
3. agar bersih dari kotoran pikirannya dahulu." Menyembah sang ibu itu berdua," Baiklah kalau memang demikian, akan ibu lakukan petunjuk Anakanda sebagai kata Paduka Bhatara. "Begitu kehendak mereka bersama,
4. melalui perundingan dalam pembicaraan. Kembalilah mereka berdua, mohon izin Bhatara. Tidak terkira senang halinya sebab telah tercapai cita-citanya. Segera mereka memberitahukan Ma yadenawa terutama kepada Dyah
b. 1. Malini. Demikian eeritanya pada masa dahulu. Cukupkan dan hentikan sekian dahulu. Selelah Mpu Sumeru dan bersama Bhatara di Tolangkir yang tergesa-gesa datang ke Bali
2. berjalan dalam sekejap saja, tiba-tiba telah sampai di Gading di desa itu; eepat jalannya dengan melewati Gunung Tulukbyu, sampai di Besakih, segera melakukan puja penghormaan dengan
3. weda. Gemerincing suam gantanya, bertaburan harumnya bau bungan clan mantra-mantra pujaan. Dengan segera datanglah Bhatara itu. Banyak kalau diceritakan mengenai perundingan itu. Selama mereka di Besakih, tidak lupa mereka menghadap kepada Bhatara berdua, bersama dengan melaksanakan yoga semadi.
4. Kala Bhatara Putrjaya," Segera angkal raja di Bali sehingga Bhatara menjadi sayang kepada bumi. Rupa-rupanya, tata cara peraturan kemanusiaan telah hilang. Tidak ada melaksanakan upaeara persembahyangan di bumi ini. "Demikian
44a. 1. kala-kala Bbatara. Lalu segera berangkal ke sorgaloka. Ditunggu oleh Bhalara Hyang Gnijaya bersama-sama dengan Bbalara bhatara Kahyangan di Bali lamnya. Setuju Mpu Sumeru. Tidak dapat diceritakan sebab hanya bersifat pikiran, tibalah
2. di sorgaloka. Menghadaplah paduka Bhatara, mohon anugerah, mengenai mereka yang berhak dipilih unluk menjadi raja. Banyak hal dilakukan pada peristirahatan Bhatara di sorgaloka. Setelah jelas keputusan mereka yang dipilih menjadi raja. Setelah itu
3. kembali Bhatara berdua disertai oleh sang Mahamemeru yang bijaksana dan Bhatara Calur Purusa. Segera menuju ke Besakih.<noinclude></noinclude>
cuvllki0118c6tjs6vdmj8zsh72h6qw
113562
113549
2022-07-19T23:40:22Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||66}}
Sanghyang Pasupati sejenak, seperti sesak hatinya. Tiada lama,
2. berkatalah Sanghyang Surapati," Ibuku berdua, kalau demikian tidaklah ibu ingat dengan bapakanda. Ada petunjuk bapakanda. Suruhlah si Mayadenawa melakukan tapa semadi dahulu
3. agar bersih dari kotoran pikirannya dahulu." Menyembah sang ibu itu berdua," Baiklah kalau memang demikian, akan ibu lakukan petunjuk Anakanda sebagai kata Paduka Bhatara. "Begitu kehendak mereka bersama,
4. melalui perundingan dalam pembicaraan. Kembalilah mereka berdua, mohon izin Bhatara. Tidak terkira senang halinya sebab telah tercapai cita-citanya. Segera mereka memberitahukan Ma yadenawa terutama kepada Dyah
b. 1. Malini. Demikian ceritanya pada masa dahulu. Cukupkan dan hentikan sekian dahulu. Selelah Mpu Sumeru dan bersama Bhatara di Tolangkir yang tergesa-gesa datang ke Bali
2. berjalan dalam sekejap saja, tiba-tiba telah sampai di Gading di desa itu; eepat jalannya dengan melewati Gunung Tulukbyu, sampai di Besakih, segera melakukan puja penghormaan dengan
3. weda. Gemerincing suam gantanya, bertaburan harumnya bau bungan dan mantra-mantra pujaan. Dengan segera datanglah Bhatara itu. Banyak kalau diceritakan mengenai perundingan itu. Selama mereka di Besakih, tidak lupa mereka menghadap kepada Bhatara berdua, bersama dengan melaksanakan yoga semadi.
4. Kala Bhatara Putrjaya," Segera angkal raja di Bali sehingga Bhatara menjadi sayang kepada bumi. Rupa-rupanya, tata cara peraturan kemanusiaan telah hilang. Tidak ada melaksanakan upaeara persembahyangan di bumi ini. "Demikian
44a. 1. kala-kala Bbatara. Lalu segera berangkal ke sorgaloka. Ditunggu oleh Bhalara Hyang Gnijaya bersama-sama dengan Bbalara bhatara Kahyangan di Bali lamnya. Setuju Mpu Sumeru. Tidak dapat diceritakan sebab hanya bersifat pikiran, tibalah
2. di sorgaloka. Menghadaplah paduka Bhatara, mohon anugerah, mengenai mereka yang berhak dipilih unluk menjadi raja. Banyak hal dilakukan pada peristirahatan Bhatara di sorgaloka. Setelah jelas keputusan mereka yang dipilih menjadi raja. Setelah itu
3. kembali Bhatara berdua disertai oleh sang Mahamemeru yang bijaksana dan Bhatara Catur Purusa. Segera menuju ke Besakih.<noinclude></noinclude>
2943eiez05vwwt1g6u682p05frwcwgg
113754
113562
2022-07-20T11:06:33Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||66}}
Sanghyang Pasupati sejenak, seperti sesak hatinya. Tiada lama,
2. berkatalah Sanghyang Surapati," Ibuku berdua, kalau demikian tidaklah ibu ingat dengan bapakanda. Ada petunjuk bapakanda. Suruhlah si Mayadenawa melakukan tapa semadi dahulu
3. agar bersih dari kotoran pikirannya dahulu." Menyembah sang ibu itu berdua," Baiklah kalau memang demikian, akan ibu lakukan petunjuk Anakanda sebagai kata Paduka Bhatara. "Begitu kehendak mereka bersama,
4. melalui perundingan dalam pembicaraan. Kembalilah mereka berdua, mohon izin Bhatara. Tidak terkira senang halinya sebab telah tercapai cita-citanya. Segera mereka memberitahukan Ma yadenawa terutama kepada Dyah
b. 1. Malini. Demikian ceritanya pada masa dahulu. Cukupkan dan hentikan sekian dahulu. Selelah Mpu Sumeru dan bersama Bhatara di Tolangkir yang tergesa-gesa datang ke Bali
2. berjalan dalam sekejap saja, tiba-tiba telah sampai di Gading di desa itu; eepat jalannya dengan melewati Gunung Tulukbyu, sampai di Besakih, segera melakukan puja penghormaan dengan
3. weda. Gemerincing suam gantanya, bertaburan harumnya bau bungan dan mantra-mantra pujaan. Dengan segera datanglah Bhatara itu. Banyak kalau diceritakan mengenai perundingan itu. Selama mereka di Besakih, tidak lupa mereka menghadap kepada Bhatara berdua, bersama dengan melaksanakan yoga semadi.
4. Kala Bhatara Putrjaya," Segera angkal raja di Bali sehingga Bhatara menjadi sayang kepada bumi. Rupa-rupanya, tata cara peraturan kemanusiaan telah hilang. Tidak ada melaksanakan upaeara persembahyangan di bumi ini. "Demikian
44a. 1. kala-kala Bbatara. Lalu segera berangkal ke sorgaloka. Ditunggu oleh Bhalara Hyang Gnijaya bersama-sama dengan Bbalara bhatara Kahyangan di Bali lamnya. Setuju Mpu Sumeru. Tidak dapat diceritakan sebab hanya bersifat pikiran, tibalah
2. di sorgaloka. Menghadaplah paduka Bhatara, mohon anugerah, mengenai mereka yang berhak dipilih unluk menjadi raja. Banyak hal dilakukan pada peristirahatan Bhatara di sorgaloka. Setelah jelas keputusan mereka yang dipilih menjadi raja. Setelah itu
3. kembali Bhatara berdua disertai oleh sang Mahamemeru yang bijaksana dan Bhatara Catur Purusa. Segera menuju ke Besakih.<noinclude></noinclude>
0k95nmwpxit1chklmcdzxris7pi1ox8
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/55
250
32398
113550
2022-07-19T23:20:23Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>48
4. dari atas, datang menghadap Sang Muniwara, tidak dapat diba
yangkan senang hatinya sebab sangat kasihnya. Demikian ceri
tanya. Enlah sudah hempir lamanya Sang Mahamuni
30a. 1. tinggal di Bali , bersama Bhatara Tri Purusa, yaitu Bhatara To
langkir, Lempuyan , dan Bhatari Ulun Danu. Di sanalah sang Ma
barsi membangun kahyangan bcrsama orang-orang Baliaga, teru
lama oleh mpu Kamareka.
2. Tiada terkira kenangna parahyngan tiga Bhawa waktu itu; per
mulaannya dari Sad Kahyanagan di Besakih, Lempuyang, dan
Ulun Danu. Slanjutnya Mpu Mahameru pulang pergilah
3. beliau ke Jawa dan ke Bali. Tidak dapat diceritakan (dituliskan)
kesejahtraan dua ngara itu. Lebih-lebih ketenangan kahyangan
Bhatara Tri Purusa. Demikian diceritakan dahulu kala. Diceritakan
4.lagi tentang Mpu Kamareka beryoga semadi di Gunung Tam
purhyang. Segera berhasil yoga semadinya, sesuai dengan petun
juk-petunjuk sang Abra Sinuhun, tidak berbeda scperti pada masa
1. yang lampau . Adalah bukit rendah di Tampurhyang, disebut gua
song (lubang gua). Disanalah Mpu Kamareka membangun tempat
pemujaan , tcmpatnya bersemadi, tiada makan tiada minum. Se
lanjutnya memuja mengbadap ke timur
2. menghadap ke arah wihara. Tidak tergoyahkan tapa semadinya.
Entah telah berapa lama berlangsung semadi itu, Iebih kurang
sudah satu tahun tujuh hari memuja melaksanakan Sang Hyang
3. Ongkara, di-sthanakan dalam kalbunya. Datanglah Bhatara
Brahma, entah dari mana. Beliau lalu memberikan anugerah.
Begini katanya : ' Waha i engk:lu Mpu Dryakah, sangaltcguh yoga
semadi mu memuja kepadaku. Sekarang terimalah
4. anugerahku padamu, yaitu berupa tatwa dyatmika pratina; ber
wujud tetapi tidak berbentuk . Ttapi waspadalah mengemban Sang
Hyang Ongkara, moga-moga, Lidak menemukan halangan , dapat
diresapi kemuliaannya.
31a 1. Demikanlah, ada pesanku kepadamu . Nanti kalau ada orang can
tik datang. itu pemberianku kepadamu . itulah jodohmu. Kelak,
kalau ada keturunanmu, dari wanita can tik itu, tampan rupanya,
2. namakan Mpu Gnijaya Kayu Ireng. Dcmikjan petnjukku." Kem
balilah Bhawa Brahma tanpa kelihatan. Mpu Kamareka pun<noinclude></noinclude>
ltfw19bfxe3b6h0811wkhabr2vh6vaq
113611
113550
2022-07-20T00:10:50Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|48}}
4. dari atas, datang menghadap Sang Muniwara, tidak dapat diba
yangkan senang hatinya sebab sangat kasihnya. Demikian ceri
tanya. Enlah sudah hempir lamanya Sang Mahamuni
30a. 1. tinggal di Bali , bersama Bhatara Tri Purusa, yaitu Bhatara To
langkir, Lempuyan , dan Bhatari Ulun Danu. Di sanalah sang Ma
barsi membangun kahyangan bcrsama orang-orang Baliaga, teru
lama oleh mpu Kamareka.
2. Tiada terkira kenangna parahyngan tiga Bhawa waktu itu; per
mulaannya dari Sad Kahyanagan di Besakih, Lempuyang, dan
Ulun Danu. Slanjutnya Mpu Mahameru pulang pergilah
3. beliau ke Jawa dan ke Bali. Tidak dapat diceritakan (dituliskan)
kesejahtraan dua ngara itu. Lebih-lebih ketenangan kahyangan
Bhatara Tri Purusa. Demikian diceritakan dahulu kala. Diceritakan
4.lagi tentang Mpu Kamareka beryoga semadi di Gunung Tam
purhyang. Segera berhasil yoga semadinya, sesuai dengan petun
juk-petunjuk sang Abra Sinuhun, tidak berbeda scperti pada masa
1. yang lampau . Adalah bukit rendah di Tampurhyang, disebut gua
song (lubang gua). Disanalah Mpu Kamareka membangun tempat
pemujaan , tcmpatnya bersemadi, tiada makan tiada minum. Se
lanjutnya memuja mengbadap ke timur
2. menghadap ke arah wihara. Tidak tergoyahkan tapa semadinya.
Entah telah berapa lama berlangsung semadi itu, Iebih kurang
sudah satu tahun tujuh hari memuja melaksanakan Sang Hyang
3. Ongkara, di-sthanakan dalam kalbunya. Datanglah Bhatara
Brahma, entah dari mana. Beliau lalu memberikan anugerah.
Begini katanya : ' Waha i engk:lu Mpu Dryakah, sangaltcguh yoga
semadi mu memuja kepadaku. Sekarang terimalah
4. anugerahku padamu, yaitu berupa tatwa dyatmika pratina; ber
wujud tetapi tidak berbentuk . Ttapi waspadalah mengemban Sang
Hyang Ongkara, moga-moga, Lidak menemukan halangan , dapat
diresapi kemuliaannya.
31a 1. Demikanlah, ada pesanku kepadamu . Nanti kalau ada orang can
tik datang. itu pemberianku kepadamu . itulah jodohmu. Kelak,
kalau ada keturunanmu, dari wanita can tik itu, tampan rupanya,
2. namakan Mpu Gnijaya Kayu Ireng. Dcmikjan petnjukku." Kem
balilah Bhawa Brahma tanpa kelihatan. Mpu Kamareka pun<noinclude></noinclude>
6dsj9b739jhzvd3uzavzts7xbax61dj
113751
113611
2022-07-20T11:03:46Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|48}}
4. dari atas, datang menghadap Sang Muniwara, tidak dapat diba
yangkan senang hatinya sebab sangat kasihnya. Demikian ceri
tanya. Enlah sudah hempir lamanya Sang Mahamuni
30a. 1. tinggal di Bali , bersama Bhatara Tri Purusa, yaitu Bhatara To
langkir, Lempuyan , dan Bhatari Ulun Danu. Di sanalah sang Ma
barsi membangun kahyangan bcrsama orang-orang Baliaga, teru
lama oleh mpu Kamareka.
2. Tiada terkira kenangna parahyngan tiga Bhawa waktu itu; per
mulaannya dari Sad Kahyanagan di Besakih, Lempuyang, dan
Ulun Danu. Slanjutnya Mpu Mahameru pulang pergilah
3. beliau ke Jawa dan ke Bali. Tidak dapat diceritakan (dituliskan)
kesejahtraan dua ngara itu. Lebih-lebih ketenangan kahyangan
Bhatara Tri Purusa. Demikian diceritakan dahulu kala. Diceritakan
4.lagi tentang Mpu Kamareka beryoga semadi di Gunung Tam
purhyang. Segera berhasil yoga semadinya, sesuai dengan petun
juk-petunjuk sang Abra Sinuhun, tidak berbeda scperti pada masa
1. yang lampau . Adalah bukit rendah di Tampurhyang, disebut gua
song (lubang gua). Disanalah Mpu Kamareka membangun tempat
pemujaan , tcmpatnya bersemadi, tiada makan tiada minum. Se
lanjutnya memuja mengbadap ke timur
2. menghadap ke arah wihara. Tidak tergoyahkan tapa semadinya.
Entah telah berapa lama berlangsung semadi itu, Iebih kurang
sudah satu tahun tujuh hari memuja melaksanakan Sang Hyang
3. Ongkara, di-sthanakan dalam kalbunya. Datanglah Bhatara
Brahma, entah dari mana. Beliau lalu memberikan anugerah.
Begini katanya : ' Waha i engk:lu Mpu Dryakah, sangaltcguh yoga
semadi mu memuja kepadaku. Sekarang terimalah
4. anugerahku padamu, yaitu berupa tatwa dyatmika pratina; ber
wujud tetapi tidak berbentuk . Ttapi waspadalah mengemban Sang
Hyang Ongkara, moga-moga, Lidak menemukan halangan , dapat
diresapi kemuliaannya.
31a 1. Demikanlah, ada pesanku kepadamu . Nanti kalau ada orang can
tik datang. itu pemberianku kepadamu . itulah jodohmu. Kelak,
kalau ada keturunanmu, dari wanita can tik itu, tampan rupanya,
2. namakan Mpu Gnijaya Kayu Ireng. Dcmikjan petnjukku." Kem
balilah Bhawa Brahma tanpa kelihatan. Mpu Kamareka pun<noinclude></noinclude>
h2gg3ka61u7cdsvna5kssw8jrlv5rkg
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/75
250
32399
113551
2022-07-19T23:22:04Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>68
Demikianlah halnya. Kembali lagi mengenai sang Mayadenawa,
4. diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, kembali menjelma di bumi. Karena telah bersih suci dari segala kotoran pikiran, melalui tata semadi. Karena itu diperkenankan menjelma kembali, dihor mati dan dipuja scbagai ''maharddhenareswari''
b. 1. karena itu lalu dipuja dalam lam bang bcrbentuk kelana berputar setelah diupakara penyucian oleh beliau yang bertapa semadi di Tolankir, yaitu beliau yang bemama Sang Kulputih, bertempat tinggal di sorga, genaplah sudah yoga semadinya,
2. silih berganti, ''diabisekanama'' mereka Dalem Sri Haji Masula Masuli. Kemudian dikawinkannya mereka dengan adiknya sebab kelahirannya buncing. Dahulu ada dcsa dibangun oleh Hyang Indra, bemama Manukaya, Skahan, Pludu. Di sanalah
3. Bhatara Masula-Masuli membangun asrama; jalannya untuk menuju persembhayangan di gunung. Tiada tcrkira tenangnya di bumi sebab sang raja melaksanakan sifat kcbijaksanaan di bumi; sujud dan hormat kepada dewa-dewa
4. Lagi pula melakanakan apa yang disebut dengan ''asta dasa wyahara''. Itu sebabnya tidak ada yang dapat menyamai Dalem. Semua memuji keluhuran Sri Haji, seluruh jagat dari gunung sampai ke laut. Demikianlah
45a. 1. kebijakan beliau dahulu, sejak pemerintahan Sri Haji Masula Masuli. Dengarkanlah lagi. Dahulu waktu mulainya pemerintahan Sri Haji Masula Masuli, berkata sang Hyang Indra kepada semua orang-orang di pulau ini. Diantaranya begini," Nanti
2. kalau ada perang bersuami istri dengan saudara kandungnya, seperti halnya Sri Haji Masula-Masuli, itu tidak boleh, karena akan mengotorkan kehidupan di bumi. Karena itu jauhkanlah mereka itu, letakkan di pinggir samudra. Bukan perilaku manusia, tetapi
3. perilaku binatang namanya, melawan kehidupan di duma katanya. Tidak luput dari kekeringan bumi ini. Lagi kalau ada orang lahir berdua dari kandungan ibunya, laki perempuan satu ari-arinya, iLU disebut dengan ''buncing''. Kembali akan mengotorkan
4. keadaan desa. Harus dijauhkan ditempaLkan di pinggiran desa atau dipinggir kuburan, selama satu bulan lujuh hari lamanya. Haruslah orang-orang desa melakukan upacara keagamaan, disebut ''pangosadi'', ''amalik sumpah'' atau<noinclude></noinclude>
6x1e733s11dfjip42a9y5gnb5jk2r9g
113559
113551
2022-07-19T23:38:03Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||68}}
Demikianlah halnya. Kembali lagi mengenai sang Mayadenawa,
4. diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, kembali menjelma di bumi. Karena telah bersih suci dari segala kotoran pikiran, melalui tata semadi. Karena itu diperkenankan menjelma kembali, dihor mati dan dipuja scbagai ''maharddhenareswari''
b. 1. karena itu lalu dipuja dalam lam bang bcrbentuk kelana berputar setelah diupakara penyucian oleh beliau yang bertapa semadi di Tolankir, yaitu beliau yang bemama Sang Kulputih, bertempat tinggal di sorga, genaplah sudah yoga semadinya,
2. silih berganti, ''diabisekanama'' mereka Dalem Sri Haji Masula Masuli. Kemudian dikawinkannya mereka dengan adiknya sebab kelahirannya buncing. Dahulu ada dcsa dibangun oleh Hyang Indra, bemama Manukaya, Skahan, Pludu. Di sanalah
3. Bhatara Masula-Masuli membangun asrama; jalannya untuk menuju persembhayangan di gunung. Tiada tcrkira tenangnya di bumi sebab sang raja melaksanakan sifat kcbijaksanaan di bumi; sujud dan hormat kepada dewa-dewa
4. Lagi pula melakanakan apa yang disebut dengan ''asta dasa wyahara''. Itu sebabnya tidak ada yang dapat menyamai Dalem. Semua memuji keluhuran Sri Haji, seluruh jagat dari gunung sampai ke laut. Demikianlah
45a. 1. kebijakan beliau dahulu, sejak pemerintahan Sri Haji Masula Masuli. Dengarkanlah lagi. Dahulu waktu mulainya pemerintahan Sri Haji Masula Masuli, berkata sang Hyang Indra kepada semua orang-orang di pulau ini. Diantaranya begini," Nanti
2. kalau ada perang bersuami istri dengan saudara kandungnya, seperti halnya Sri Haji Masula-Masuli, itu tidak boleh, karena akan mengotorkan kehidupan di bumi. Karena itu jauhkanlah mereka itu, letakkan di pinggir samudra. Bukan perilaku manusia, tetapi
3. perilaku binatang namanya, melawan kehidupan di duma katanya. Tidak luput dari kekeringan bumi ini. Lagi kalau ada orang lahir berdua dari kandungan ibunya, laki perempuan satu ari-arinya, iLU disebut dengan ''buncing''. Kembali akan mengotorkan
4. keadaan desa. Harus dijauhkan ditempaLkan di pinggiran desa atau dipinggir kuburan, selama satu bulan lujuh hari lamanya. Haruslah orang-orang desa melakukan upacara keagamaan, disebut ''pangosadi'', ''amalik sumpah'' atau<noinclude></noinclude>
76p35zgf39y1rqigeuxon8sklwmn2dr
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/59
250
32400
113552
2022-07-19T23:28:26Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>52. 2. putri, apa maksud adinda mencari tirthha pawotra?" ya, Sang Mpu
Maha suci, dahulu waktu aku di sorgaloka, ada hukuman yang
mengejutkan bagi golongan gandharwawali. Aku dikenakan
2. semuanya tetapi mustahil dapat dilaksanakan. Karena harus dapat,
itulah sebabnya kami semua pergi dan sorga, pergi menghindari
untuk mendapatkan tirtha camana, berjumpalah dengan sang
pendeta di sini. " Berkata kembali Sang Mpu Ka
3. mareka," Baiklah kalau begitu. Kalau seandainya boleh, mari
bersama-sama di sini, bersama-sama bersemadi. " Menjawab sang
Apsari," Paduka Mpu, teringat hamba kepada Bhatara dahulu;
disuruh hamba ke bumi ini. Itu
4. pertanda jodohmu. Baiklah kalau berkenan, teruskan cinta Paduka
Mpu kepadamu dengan terusterang." Terdiamlah Mpu Karnarcka,
tidak mengerti kata-kata itu, tidak terkira sesak hatinya
33a. 1. seperti teriris, masuk menyusap perasaannya, kcmudian berkata ia
dengan gemetar, "Wahai buah hatiku, engkau tuan putri, tiada lain
2. kakakmulah menjadi jodohmu. Ingat aku dcngan kata-kata Bhatara
dahulu tentang bidadari
tuan putri. Terkenanglah kakakmu, seperti menunggu bulan."
Menunduk bidadari itu sambil dipangku dielus-elus sebab seperti
tertimpa madu perasaannya. "Buah hatiku, tuan putri . Dan
3. relakanlah cintamu menjadi istriku, turuL b rsama-sama bcrsemadi
di Lengah hutan. Setujukah adinda begitu? Aku tidak akan me
lupakan , walaupun sampai tujuh kali menjelma, tidak berpisah
4. kakakmu dengan mereka yang menaruh cinta kasih. "Tidak dilc
pas-Iepas dengan dielus-elus, berkata sang putri yang mani s itu
sam bil bcrlinang air matanya, "Baiklah pcndeta yang mulia, ja
nganlah ragu-ragu; yang mahabijaksana kemudian akan mem
berikan
b1. kesentosaan bersama adinda paduka tuanku. Tetapi ada pcrmohon
an hamba, kalau tclah berumah tangga dengan hamba, Paduka
Mpu tidak boleh mcmbantah adinda, scbab mcmang dcmikian
tingkah lalu di sorgaloka.
2. Berkata Mpu Kamareka, " Adinda, baiklah kalau begitu. Aku me
nyetujui kata-katamu; jangan ragu dan bimbang. Lalu dipe luk
bidadari itu. Banyak kalau dijelaskan tingkah laku bersuami itu<noinclude></noinclude>
mkfcy9iddc967j9c5u17behzq6lif5t
113625
113552
2022-07-20T00:16:14Z
Pertama yasa
133
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>52. 2. putri, apa maksud adinda mencari tirthha pawotra?" ya, Sang Mpu
Maha suci, dahulu waktu aku di sorgaloka, ada hukuman yang
mengejutkan bagi golongan gandharwawali. Aku dikenakan
2. semuanya tetapi mustahil dapat dilaksanakan. Karena harus dapat,
itulah sebabnya kami semua pergi dan sorga, pergi menghindari
untuk mendapatkan tirtha camana, berjumpalah dengan sang
pendeta di sini. " Berkata kembali Sang Mpu Ka
3. mareka," Baiklah kalau begitu. Kalau seandainya boleh, mari
bersama-sama di sini, bersama-sama bersemadi. " Menjawab sang
Apsari," Paduka Mpu, teringat hamba kepada Bhatara dahulu;
disuruh hamba ke bumi ini. Itu
4. pertanda jodohmu. Baiklah kalau berkenan, teruskan cinta Paduka
Mpu kepadamu dengan terusterang." Terdiamlah Mpu Karnarcka,
tidak mengerti kata-kata itu, tidak terkira sesak hatinya
33a. 1. seperti teriris, masuk menyusap perasaannya, kcmudian berkata ia
dengan gemetar, "Wahai buah hatiku, engkau tuan putri, tiada lain
2. kakakmulah menjadi jodohmu. Ingat aku dcngan kata-kata Bhatara
dahulu tentang bidadari
tuan putri. Terkenanglah kakakmu, seperti menunggu bulan."
Menunduk bidadari itu sambil dipangku dielus-elus sebab seperti
tertimpa madu perasaannya. "Buah hatiku, tuan putri . Dan
3. relakanlah cintamu menjadi istriku, turut bersama-sama bersemadi
di tengah hutan. Setujukah adinda begitu? Aku tidak akan me
lupakan , walaupun sampai tujuh kali menjelma, tidak berpisah
4. kakakmu dengan mereka yang menaruh cinta kasih. "Tidak dile
pas-lepas dengan dielus-elus, berkata sang putri yang mani s itu
sam bil bcrlinang air matanya, "Baiklah pcndeta yang mulia, ja
nganlah ragu-ragu; yang mahabijaksana kemudian akan mem
berikan
b1. kesentosaan bersama adinda paduka tuanku. Tetapi ada pcrmohon
an hamba, kalau tclah berumah tangga dengan hamba, Paduka
Mpu tidak boleh mcmbantah adinda, scbab mcmang dcmikian
tingkah lalu di sorgaloka.
2. Berkata Mpu Kamareka, " Adinda, baiklah kalau begitu. Aku me
nyetujui kata-katamu; jangan ragu dan bimbang. Lalu dipe luk
bidadari itu. Banyak kalau dijelaskan tingkah laku bersuami itu<noinclude></noinclude>
28lop8htq5pcvd2897dopnnx80qcata
113627
113625
2022-07-20T00:17:03Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|52}}
b. 1. putri, apa maksud adinda mencari tirthha pawotra?" ya, Sang Mpu
Maha suci, dahulu waktu aku di sorgaloka, ada hukuman yang
mengejutkan bagi golongan gandharwawali. Aku dikenakan
2. semuanya tetapi mustahil dapat dilaksanakan. Karena harus dapat,
itulah sebabnya kami semua pergi dan sorga, pergi menghindari
untuk mendapatkan tirtha camana, berjumpalah dengan sang
pendeta di sini. " Berkata kembali Sang Mpu Ka
3. mareka," Baiklah kalau begitu. Kalau seandainya boleh, mari
bersama-sama di sini, bersama-sama bersemadi. " Menjawab sang
Apsari," Paduka Mpu, teringat hamba kepada Bhatara dahulu;
disuruh hamba ke bumi ini. Itu
4. pertanda jodohmu. Baiklah kalau berkenan, teruskan cinta Paduka
Mpu kepadamu dengan terusterang." Terdiamlah Mpu Karnarcka,
tidak mengerti kata-kata itu, tidak terkira sesak hatinya
33a. 1. seperti teriris, masuk menyusap perasaannya, kcmudian berkata ia
dengan gemetar, "Wahai buah hatiku, engkau tuan putri, tiada lain
2. kakakmulah menjadi jodohmu. Ingat aku dcngan kata-kata Bhatara
dahulu tentang bidadari
tuan putri. Terkenanglah kakakmu, seperti menunggu bulan."
Menunduk bidadari itu sambil dipangku dielus-elus sebab seperti
tertimpa madu perasaannya. "Buah hatiku, tuan putri . Dan
3. relakanlah cintamu menjadi istriku, turut bersama-sama bersemadi
di tengah hutan. Setujukah adinda begitu? Aku tidak akan me
lupakan , walaupun sampai tujuh kali menjelma, tidak berpisah
4. kakakmu dengan mereka yang menaruh cinta kasih. "Tidak dile
pas-lepas dengan dielus-elus, berkata sang putri yang mani s itu
sam bil bcrlinang air matanya, "Baiklah pcndeta yang mulia, ja
nganlah ragu-ragu; yang mahabijaksana kemudian akan mem
berikan
b1. kesentosaan bersama adinda paduka tuanku. Tetapi ada pcrmohon
an hamba, kalau tclah berumah tangga dengan hamba, Paduka
Mpu tidak boleh mcmbantah adinda, scbab mcmang dcmikian
tingkah lalu di sorgaloka.
2. Berkata Mpu Kamareka, " Adinda, baiklah kalau begitu. Aku me
nyetujui kata-katamu; jangan ragu dan bimbang. Lalu dipe luk
bidadari itu. Banyak kalau dijelaskan tingkah laku bersuami itu<noinclude></noinclude>
qg4l6f79l8y4c068br60ap98t96ceoa
113628
113627
2022-07-20T00:19:14Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|52}}
b. 1. putri, apa maksud adinda mencari ''tirtha'' pawotra?" ya, Sang Mpu
Maha suci, dahulu waktu aku di sorgaloka, ada hukuman yang
mengejutkan bagi golongan ''gandharwawati''. Aku dikenakan
2. semuanya tetapi mustahil dapat dilaksanakan. Karena harus dapat,
itulah sebabnya kami semua pergi dan sorga, pergi menghindari
untuk mendapatkan tirtha ''camana'', berjumpalah dengan sang
pendeta di sini. " Berkata kembali Sang Mpu Ka
3. mareka," Baiklah kalau begitu. Kalau seandainya boleh, mari
bersama-sama di sini, bersama-sama bersemadi. " Menjawab sang
Apsari," Paduka Mpu, teringat hamba kepada Bhatara dahulu;
disuruh hamba ke bumi ini. Itu
4. pertanda jodohmu. Baiklah kalau berkenan, teruskan cinta Paduka
Mpu kepadamu dengan terusterang." Terdiamlah Mpu Kamareka,
tidak mengerti kata-kata itu, tidak terkira sesak hatinya
33a. 1. seperti teriris, masuk menyusap perasaannya, kcmudian berkata ia
dengan gemetar, "Wahai buah hatiku, engkau tuan putri, tiada lain
2. kakakmulah menjadi jodohmu. Ingat aku dengan kata-kata Bhatara
dahulu tentang bidadari
tuan putri. Terkenanglah kakakmu, seperti menunggu bulan."
Menunduk bidadari itu sambil dipangku dielus-elus sebab seperti
tertimpa madu perasaannya. "Buah hatiku, tuan putri . Dan
3. relakanlah cintamu menjadi istriku, turut bersama-sama bersemadi
di tengah hutan. Setujukah adinda begitu? Aku tidak akan melupakan , walaupun sampai tujuh kali menjelma, tidak berpisah
4. kakakmu dengan mereka yang menaruh cinta kasih. "Tidak dilepas-lepas dengan dielus-elus, berkata sang putri yang manis itu
sambil berlinang air matanya, "Baiklah pendeta yang mulia, ja
nganlah ragu-ragu; yang mahabijaksana kemudian akan memberikan
b. 1. kesentosaan bersama adinda paduka tuanku. Tetapi ada permohonan hamba, kalau telah berumah tangga dengan hamba, Paduka
Mpu tidak boleh membantah adinda, sebab mcmang demikian
tingkah lalu di sorgaloka.
2. Berkata Mpu Kamareka, " Adinda, baiklah kalau begitu. Aku menyetujui kata-katamu; jangan ragu dan bimbang. Lalu dipeluk
bidadari itu. Banyak kalau dijelaskan tingkah laku bersuami itu<noinclude></noinclude>
2avaanv02r5cwxpve7n3ocwicemz2p0
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/64
250
32401
113554
2022-07-19T23:29:20Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|57}}
lawas ikang kala, pakurenira mpu kamareka, lawan patninira
dadari kuning,
2. wkasan garbhini pwa sira, sangsaya tuwuhing garbhini, molah
sang ing garbhawasa, tan lingen pwa panangis nira, wkasan awtu
suta,2, jalwistri, listwayu pada paripurnna, rupa tan pengan suka
3. nikang asusuta, pinahayu pinulapali, gnep sacaraning manusa,
kang kakung inaranan ki kayu ireng, kang stri inaranan, ni kayu.
ayu cmeng, mangkana kawwit pawijilanira nguni,
4. tangeh yan carita lampah ira mwah, mangke wuwusan sampun
mumpung jajakanya, irika awarah sang kayu ireng, ring sang
yayah, singgih pangeran bapa, anakta pan sampun sdeng ring
b. 1. mangka, ndya hana subha karmmaning wwang, yan pindaning
yogya, ya la agyahakna, didinyan nakira aswami, dingin pwakanira
pan ing ukir, ling ira sang maha mpu, anaku kayu ireng tan
2. waneh makaswamyanta, ki kayu cemeng juga kurenanta, pan jatu
kramahan kita sakeng wteng, mangke kita kewala gantinganti
dewasa rahayu, sumawur ta sang ibu, anaku kayu ireng, apatut
kaya
3. linga sira yayah ta, aywa wancakdaya, llngnge ki kayu ireng,
umiring sira nak ira, kewala den enggal anmangkana pahyun
ikang salapkna, pira ta kunang kalanira, prapta tang diwasa
rahayu, tumuli abubuncing ki kayu ireng lawan ki kayu cemeng
tan lingen sararas ireng pakasutan, apan pada wruh tingkahing
awor saragga, mangkana kapradatanya, wiwita-
36a. 1. ning kang sinangguh wangsa pasek kayu selem, sumimbaking
pulina bali, nengakna mangka ki kayu ireng sakamantyan //0//
Bawisyati sira mpu mahameru turun saking bali, umdaka
2. paduka bhatara ring basukih, mkadi ka lempuyang lumaku tan
pamngan, apan mahawan hyun, lascaryya prapta maring kuntul
gadhing desa iku, lumintaning ghiri tulukbyu, raju jumujugeng
basukih,
3. kala dinten kaka wasiwo, tithi suklapaksa pancadasi julung pujut,
candra utara phalguna, swanita sirsa, nittya isakya, jadma sira
tmaya muka,121,<noinclude></noinclude>
7lhiv75bfacvvjha2w5l0ysw008rsa7
113601
113554
2022-07-20T00:07:59Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|57}}
lawas ikang kala, pakurenira mpu kamareka, lawan patninira
dadari kuning,
2. wkasan garbhini pwa sira, sangsaya tuwuhing garbhini, molah
sang ing garbhawasa, tan lingen pwa panangis nira, wkasan awtu
suta,2, jalwistri, listwayu pada paripurnna, rupa tan pengan suka
3. nikang asusuta, pinahayu pinulapali, gnep sacaraning manusa,
kang kakung inaranan ki kayu ireng, kang stri inaranan, ni kayu.
ayu cmeng, mangkana kawwit pawijilanira nguni,
4. tangeh yan carita lampah ira mwah, mangke wuwusan sampun
mumpung jajakanya, irika awarah sang kayu ireng, ring sang
yayah, singgih pangeran bapa, anakta pan sampun sdeng ring
b. 1. mangka, ndya hana subha karmmaning wwang, yan pindaning
yogya, ya la agyahakna, didinyan nakira aswami, dingin pwakanira
pan ing ukir, ling ira sang maha mpu, anaku kayu ireng tan
2. waneh makaswamyanta, ki kayu cemeng juga kurenanta, pan jatu
kramahan kita sakeng wteng, mangke kita kewala gantinganti
dewasa rahayu, sumawur ta sang ibu, anaku kayu ireng, apatut
kaya
3. linga sira yayah ta, aywa wancakdaya, llngnge ki kayu ireng,
umiring sira nak ira, kewala den enggal anmangkana pahyun
ikang salapkna, pira ta kunang kalanira, prapta tang diwasa
rahayu, tumuli abubuncing ki kayu ireng lawan ki kayu cemeng
tan lingen sararas ireng pakasutan, apan pada wruh tingkahing
awor saragga, mangkana kapradatanya, wiwita-
36a. 1. ning kang sinangguh wangsa pasek kayu selem, sumimbaking
pulina bali, nengakna mangka ki kayu ireng sakamantyan //0//
Bawisyati sira mpu mahameru turun saking bali, umdaka
2. paduka bhatara ring basukih, mkadi ka lempuyang lumaku tan
pamngan, apan mahawan hyun, lascaryya prapta maring kuntul
gadhing desa iku, lumintaning ghiri tulukbyu, raju jumujugeng
basukih,
3. kala dinten kaka wasiwo, tithi suklapaksa pancadasi julung pujut,
candra utara phalguna, swanita sirsa, nittya isakya, jadma sira
tmaya muka,121,<noinclude></noinclude>
04hvpk3u2v2exk461akpn41o30hdfh5
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/39
250
32402
113555
2022-07-19T23:32:17Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|32}}
4. diperkenankan melaksanakan upacara penguburan. Tidak boleh
tam dibakar, lebih-lebih memohon tirtha, juga memakai damar kurung
sebab mereka tergolong manusia dusun. Selanjutnya yang
20a. 1. berikutnya, diperkenankan melakukan upacara penyucian. Pada
waktu meninggalnya, diperkenankan memakai pengusungan
mayat dengan hiasan berwarna-wami, memangle, kapas, dibakar,
demikian juga mohon tirtha. Mereka disebut Wong Mamkel
Singgih. Yang paling
2. kecil, diperkenankan diupacarai menurut ksatria. Waktu me-
ninggal diperkenankan memakai bangunan mengusung mayat
(badhe), menggunakan lembu, dibakar, menggunakan bale slung-
lung, memohon tirtha, memakai lampu kurung, dan lain-lainnya
sebagaimana lazimnya upacara golongan ksatria.
3. Demikian ceritanya dahulu. Kemudian mereka semua mengadakan
keturunan, anak beranak, bercucu, berbuyut, bercanggah, ber-
wareng, dan berijengan. Setelah diceritakan Bhatara Brahma
membuat alat dan perkakas untuk manusia,
4. segala macam alat dan perkakas, sekarang diceritakan Bhatara
Siwa membuat bangunan pemujaan agar dapat digunakan sebagai
pedoman oleh semua orang. Ketika beliau pergi ke gunung disertai
b. 1. oleh kelima golongan manusia untuk mencari bahan, tiba-tiba
bertemu dengan sisa pokok pohon nangka di tengah-tengah hutan.
Rasanya hampir menangis Bhatara melihat sisa batang itu, lalu
berhentilah beliau. Kemudian disucikan sisa batang nangka itu,
dibuat menyerupai manusia,
2. diupacarai sebagaimana layaknya untuk manusia. Bagus rupanya
menyerupai bidadari. Setelah selesai arca itu, kembalilah Bhatara
ke alam gaib (niskala), demikian ceritanya.
3. Kemudian Bhatara Siwa beryoga semadi lagi, menciptakan
manusia. Keluar manusia dari tangan kanan dan kiri, laki perem-
puan sangat tampan sebanyak 119 orang. Dilihatlah oleh Bhatara
Smara lalu dipeluknya, beliau mengeluarkan tangan banyak yang
4. masih hanya seorang wanita, tidak ada suaminya. Juga tidak suka
dimadu. Segera pergi dari sana, berjalan tanpa tujuan yang pasti,
sebab sangat geram hatinya sambil tidak henti-hentinya menangis,
21a. 1. dan menyesali nasib. Sampai di tengah hutan, bertemu dengan
sisa batang pohon nangka yang berwujud manusia. Keindah-<noinclude></noinclude>
kpgz2bxp3ohx0kve9wddkjlz1l8f0pf
113626
113555
2022-07-20T00:17:01Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{center|32}}
4. diperkenankan melaksanakan upacara penguburan. Tidak boleh
tam dibakar, lebih-lebih memohon tirtha, juga memakai damar kurung
sebab mereka tergolong manusia dusun. Selanjutnya yang
20a. 1. berikutnya, diperkenankan melakukan upacara penyucian. Pada
waktu meninggalnya, diperkenankan memakai pengusungan
mayat dengan hiasan berwarna-wami, memangle, kapas, dibakar,
demikian juga mohon tirtha. Mereka disebut Wong Mamkel
Singgih. Yang paling
2. kecil, diperkenankan diupacarai menurut ksatria. Waktu me-
ninggal diperkenankan memakai bangunan mengusung mayat
(badhe), menggunakan lembu, dibakar, menggunakan bale slung-
lung, memohon tirtha, memakai lampu kurung, dan lain-lainnya
sebagaimana lazimnya upacara golongan ksatria.
3. Demikian ceritanya dahulu. Kemudian mereka semua mengadakan
keturunan, anak beranak, bercucu, berbuyut, bercanggah, ber-
wareng, dan berijengan. Setelah diceritakan Bhatara Brahma
membuat alat dan perkakas untuk manusia,
4. segala macam alat dan perkakas, sekarang diceritakan Bhatara
Siwa membuat bangunan pemujaan agar dapat digunakan sebagai
pedoman oleh semua orang. Ketika beliau pergi ke gunung disertai
b. 1. oleh kelima golongan manusia untuk mencari bahan, tiba-tiba
bertemu dengan sisa pokok pohon nangka di tengah-tengah hutan.
Rasanya hampir menangis Bhatara melihat sisa batang itu, lalu
berhentilah beliau. Kemudian disucikan sisa batang nangka itu,
dibuat menyerupai manusia,
2. diupacarai sebagaimana layaknya untuk manusia. Bagus rupanya
menyerupai bidadari. Setelah selesai arca itu, kembalilah Bhatara
ke alam gaib (niskala), demikian ceritanya.
3. Kemudian Bhatara Siwa beryoga semadi lagi, menciptakan
manusia. Keluar manusia dari tangan kanan dan kiri, laki perem-
puan sangat tampan sebanyak 119 orang. Dilihatlah oleh Bhatara
Smara lalu dipeluknya, beliau mengeluarkan tangan banyak yang
4. masih hanya seorang wanita, tidak ada suaminya. Juga tidak suka
dimadu. Segera pergi dari sana, berjalan tanpa tujuan yang pasti,
sebab sangat geram hatinya sambil tidak henti-hentinya menangis,
21a. 1. dan menyesali nasib. Sampai di tengah hutan, bertemu dengan
sisa batang pohon nangka yang berwujud manusia. Keindah-<noinclude></noinclude>
6i74jvqhjb57u92z2xjjxx7tvbst4hg
113737
113626
2022-07-20T10:47:06Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|32}}
4. diperkenankan melaksanakan upacara penguburan. Tidak boleh
tam dibakar, lebih-lebih memohon tirtha, juga memakai damar kurung
sebab mereka tergolong manusia dusun. Selanjutnya yang
20a. 1. berikutnya, diperkenankan melakukan upacara penyucian. Pada
waktu meninggalnya, diperkenankan memakai pengusungan
mayat dengan hiasan berwarna-wami, memangle, kapas, dibakar,
demikian juga mohon tirtha. Mereka disebut Wong Mamkel
Singgih. Yang paling
2. kecil, diperkenankan diupacarai menurut ksatria. Waktu me-
ninggal diperkenankan memakai bangunan mengusung mayat
(badhe), menggunakan lembu, dibakar, menggunakan bale slung-
lung, memohon tirtha, memakai lampu kurung, dan lain-lainnya
sebagaimana lazimnya upacara golongan ksatria.
3. Demikian ceritanya dahulu. Kemudian mereka semua mengadakan
keturunan, anak beranak, bercucu, berbuyut, bercanggah, ber-
wareng, dan berijengan. Setelah diceritakan Bhatara Brahma
membuat alat dan perkakas untuk manusia,
4. segala macam alat dan perkakas, sekarang diceritakan Bhatara
Siwa membuat bangunan pemujaan agar dapat digunakan sebagai
pedoman oleh semua orang. Ketika beliau pergi ke gunung disertai
b. 1. oleh kelima golongan manusia untuk mencari bahan, tiba-tiba
bertemu dengan sisa pokok pohon nangka di tengah-tengah hutan.
Rasanya hampir menangis Bhatara melihat sisa batang itu, lalu
berhentilah beliau. Kemudian disucikan sisa batang nangka itu,
dibuat menyerupai manusia,
2. diupacarai sebagaimana layaknya untuk manusia. Bagus rupanya
menyerupai bidadari. Setelah selesai arca itu, kembalilah Bhatara
ke alam gaib (niskala), demikian ceritanya.
3. Kemudian Bhatara Siwa beryoga semadi lagi, menciptakan
manusia. Keluar manusia dari tangan kanan dan kiri, laki perem-
puan sangat tampan sebanyak 119 orang. Dilihatlah oleh Bhatara
Smara lalu dipeluknya, beliau mengeluarkan tangan banyak yang
4. masih hanya seorang wanita, tidak ada suaminya. Juga tidak suka
dimadu. Segera pergi dari sana, berjalan tanpa tujuan yang pasti,
sebab sangat geram hatinya sambil tidak henti-hentinya menangis,
21a. 1. dan menyesali nasib. Sampai di tengah hutan, bertemu dengan
sisa batang pohon nangka yang berwujud manusia. Keindah-<noinclude></noinclude>
k3a8rff19otglrmgnkko6bb8lb3o0sx
113747
113737
2022-07-20T11:00:19Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{center|32}}
4. diperkenankan melaksanakan upacara penguburan. Tidak boleh
tam dibakar, lebih-lebih memohon tirtha, juga memakai damar kurung
sebab mereka tergolong manusia dusun. Selanjutnya yang
20a. 1. berikutnya, diperkenankan melakukan upacara penyucian. Pada
waktu meninggalnya, diperkenankan memakai pengusungan
mayat dengan hiasan berwarna-wami, memangle, kapas, dibakar,
demikian juga mohon tirtha. Mereka disebut Wong Mamkel
Singgih. Yang paling
2. kecil, diperkenankan diupacarai menurut ksatria. Waktu me-
ninggal diperkenankan memakai bangunan mengusung mayat
(badhe), menggunakan lembu, dibakar, menggunakan bale slung-
lung, memohon tirtha, memakai lampu kurung, dan lain-lainnya
sebagaimana lazimnya upacara golongan ksatria.
3. Demikian ceritanya dahulu. Kemudian mereka semua mengadakan
keturunan, anak beranak, bercucu, berbuyut, bercanggah, ber-
wareng, dan berijengan. Setelah diceritakan Bhatara Brahma
membuat alat dan perkakas untuk manusia,
4. segala macam alat dan perkakas, sekarang diceritakan Bhatara
Siwa membuat bangunan pemujaan agar dapat digunakan sebagai
pedoman oleh semua orang. Ketika beliau pergi ke gunung disertai
b. 1. oleh kelima golongan manusia untuk mencari bahan, tiba-tiba
bertemu dengan sisa pokok pohon nangka di tengah-tengah hutan.
Rasanya hampir menangis Bhatara melihat sisa batang itu, lalu
berhentilah beliau. Kemudian disucikan sisa batang nangka itu,
dibuat menyerupai manusia,
2. diupacarai sebagaimana layaknya untuk manusia. Bagus rupanya
menyerupai bidadari. Setelah selesai arca itu, kembalilah Bhatara
ke alam gaib (niskala), demikian ceritanya.
3. Kemudian Bhatara Siwa beryoga semadi lagi, menciptakan
manusia. Keluar manusia dari tangan kanan dan kiri, laki perem-
puan sangat tampan sebanyak 119 orang. Dilihatlah oleh Bhatara
Smara lalu dipeluknya, beliau mengeluarkan tangan banyak yang
4. masih hanya seorang wanita, tidak ada suaminya. Juga tidak suka
dimadu. Segera pergi dari sana, berjalan tanpa tujuan yang pasti,
sebab sangat geram hatinya sambil tidak henti-hentinya menangis,
21a. 1. dan menyesali nasib. Sampai di tengah hutan, bertemu dengan
sisa batang pohon nangka yang berwujud manusia. Keindah-<noinclude></noinclude>
1wkce843xuy9qsqvhbc4fng1noj6ffl
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/63
250
32403
113556
2022-07-19T23:32:35Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>56
sudah berapa lama Mpu Kamareka bersuami i tri dengan permaisurinya Dadari Kuning.
2. Kemudian hamillah dia. Seleiah cukup usia kandungannya, ber gerak-gerak bayi di dalam kanqungan itu, tidak terkira tangisnya. Kemudian lahlr dua orang anak, laki-Iaki dan perempuan, tarnpan dan sempurna. Tiada terkira senang hatinya
3. mempunyai anak. Diupacarai secukupnya, genap tala cara unpakara kemanusiaan. Yang laki-lki dibrinama Ki Kayu Ayu Cemeng. Demikian asal mula kelahirannya
4. dahulu. Masih banyak kalau diceritakan hal ihwalnya. Sekarang setelah dewasa. berkaLa san~ Kayu Ireng kepada ayahnya," Ya bapak-ku, karena saya telah cukup umur
b. 1. sekarang ada permintaan saya. Kalau boleh dan itupun kalaau diperkenankan, maksud saya akan mencari i Lri. Dingin rasanya badan sebab tinggal di pegunungan. " Kala sang Maha Mpu," Anakku Kayu Ireng,
2. tiada lain istrimu. Ki Kayu Ayu Cemeng sebab memang dijodohkan sejak dalam kandungan. Sekarang kamu masih menunggu hari yang baik. Berkata ibunya, "Anakku Kayu Ireng, benarlah seperti
3. kata ayahmu itu, jangan menyesal". Kata Ki Kayu leeng," Mau anakanda tetapi agar secepatnya "Demikian permintaannya Sesudah berapa lamanya, tiba waktunya hari
4. yang baik. Kemudian kawin buncing Ki Kayu Ireng dengan KiKayu Ayu Cemeng. Tidak terkatakan cinta kasihnya bersuami istrikakak beradik sebab sama-sama mengerti cara bersaudara. Begitu diceritakan asal usulnya
36a. 1. adanya golongan keluarga yang bemama Pasek Kayu Selem dijadikan suri teladan di Bali Hentikan mengenai Ki Kayu Ireng, sekian dulu. Setelah Mpu Mabameru datang di Pulau Bali. datang
2. menghadap paduka BhaLara di Besakih dan juga di Lempuyang. Tidak terkatakan, sebab hanya bersifat pikiran, tiba dengan selamat, datang di Kuntulgading nama desa itu melewati Gunung Tulukbyu, langsung tiba di
3. Besakih. Saat itu tanggal lima belas para terang, wuku ''Julung Pujut, candra utara phalguna, Swanita, Sirsa, Nitya, Isaka Jadma sira Tmaya Muka, 121.<noinclude></noinclude>
hwz4scw0z4czm4cjw1ovonkl7if2mgy
113608
113556
2022-07-20T00:09:36Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{rh||56}}
sudah berapa lama Mpu Kamareka bersuami i tri dengan permaisurinya Dadari Kuning.
2. Kemudian hamillah dia. Seleiah cukup usia kandungannya, ber gerak-gerak bayi di dalam kanqungan itu, tidak terkira tangisnya. Kemudian lahlr dua orang anak, laki-Iaki dan perempuan, tarnpan dan sempurna. Tiada terkira senang hatinya
3. mempunyai anak. Diupacarai secukupnya, genap tala cara unpakara kemanusiaan. Yang laki-lki dibrinama Ki Kayu Ayu Cemeng. Demikian asal mula kelahirannya
4. dahulu. Masih banyak kalau diceritakan hal ihwalnya. Sekarang setelah dewasa. berkaLa san~ Kayu Ireng kepada ayahnya," Ya bapak-ku, karena saya telah cukup umur
b. 1. sekarang ada permintaan saya. Kalau boleh dan itupun kalaau diperkenankan, maksud saya akan mencari istri. Dingin rasanya badan sebab tinggal di pegunungan. " Kala sang Maha Mpu," Anakku Kayu Ireng,
2. tiada lain istrimu. Ki Kayu Ayu Cemeng sebab memang dijodohkan sejak dalam kandungan. Sekarang kamu masih menunggu hari yang baik. Berkata ibunya, "Anakku Kayu Ireng, benarlah seperti
3. kata ayahmu itu, jangan menyesal". Kata Ki Kayu leeng," Mau anakanda tetapi agar secepatnya "Demikian permintaannya Sesudah berapa lamanya, tiba waktunya hari
4. yang baik. Kemudian kawin buncing Ki Kayu Ireng dengan KiKayu Ayu Cemeng. Tidak terkatakan cinta kasihnya bersuami istrikakak beradik sebab sama-sama mengerti cara bersaudara. Begitu diceritakan asal usulnya
36a. 1. adanya golongan keluarga yang bemama Pasek Kayu Selem dijadikan suri teladan di Bali Hentikan mengenai Ki Kayu Ireng, sekian dulu. Setelah Mpu Mabameru datang di Pulau Bali. datang
2. menghadap paduka BhaLara di Besakih dan juga di Lempuyang. Tidak terkatakan, sebab hanya bersifat pikiran, tiba dengan selamat, datang di Kuntulgading nama desa itu melewati Gunung Tulukbyu, langsung tiba di
3. Besakih. Saat itu tanggal lima belas para terang, wuku ''Julung Pujut, candra utara phalguna, Swanita, Sirsa, Nitya, Isaka Jadma sira Tmaya Muka, 121.<noinclude></noinclude>
0vhcc5axc5hq814hkhpwyfmkq6a3c42
113752
113608
2022-07-20T11:05:09Z
Kadek Ayu Sulastri
152
/* Belum diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Kadek Ayu Sulastri" /></noinclude>{{rh||56}}
sudah berapa lama Mpu Kamareka bersuami i tri dengan permaisurinya Dadari Kuning.
2. Kemudian hamillah dia. Seleiah cukup usia kandungannya, ber gerak-gerak bayi di dalam kanqungan itu, tidak terkira tangisnya. Kemudian lahlr dua orang anak, laki-Iaki dan perempuan, tarnpan dan sempurna. Tiada terkira senang hatinya
3. mempunyai anak. Diupacarai secukupnya, genap tala cara unpakara kemanusiaan. Yang laki-lki dibrinama Ki Kayu Ayu Cemeng. Demikian asal mula kelahirannya
4. dahulu. Masih banyak kalau diceritakan hal ihwalnya. Sekarang setelah dewasa. berkaLa san~ Kayu Ireng kepada ayahnya," Ya bapak-ku, karena saya telah cukup umur
b. 1. sekarang ada permintaan saya. Kalau boleh dan itupun kalaau diperkenankan, maksud saya akan mencari istri. Dingin rasanya badan sebab tinggal di pegunungan. " Kala sang Maha Mpu," Anakku Kayu Ireng,
2. tiada lain istrimu. Ki Kayu Ayu Cemeng sebab memang dijodohkan sejak dalam kandungan. Sekarang kamu masih menunggu hari yang baik. Berkata ibunya, "Anakku Kayu Ireng, benarlah seperti
3. kata ayahmu itu, jangan menyesal". Kata Ki Kayu leeng," Mau anakanda tetapi agar secepatnya "Demikian permintaannya Sesudah berapa lamanya, tiba waktunya hari
4. yang baik. Kemudian kawin buncing Ki Kayu Ireng dengan KiKayu Ayu Cemeng. Tidak terkatakan cinta kasihnya bersuami istrikakak beradik sebab sama-sama mengerti cara bersaudara. Begitu diceritakan asal usulnya
36a. 1. adanya golongan keluarga yang bemama Pasek Kayu Selem dijadikan suri teladan di Bali Hentikan mengenai Ki Kayu Ireng, sekian dulu. Setelah Mpu Mabameru datang di Pulau Bali. datang
2. menghadap paduka BhaLara di Besakih dan juga di Lempuyang. Tidak terkatakan, sebab hanya bersifat pikiran, tiba dengan selamat, datang di Kuntulgading nama desa itu melewati Gunung Tulukbyu, langsung tiba di
3. Besakih. Saat itu tanggal lima belas para terang, wuku ''Julung Pujut, candra utara phalguna, Swanita, Sirsa, Nitya, Isaka Jadma sira Tmaya Muka, 121.<noinclude></noinclude>
mhf7pqe09n3xs1g9imlvezd20lgpltq
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/28
250
32404
113557
2022-07-19T23:34:04Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>21
tampalon, kang stri aran ni lolca, kang stri aran ni saloka, ya ta
kabeh kaprenab arnisan, nga silih a
lap, silih sembah //0// Mwah i nyuh gadhing malih angalap misane,
kang angaran i lolca. Kunang i saloka alap de ki gadhingan,
asuta,5, stri,2, jalu,3, Mwah
i nyuh gadhing, aSUla,4 jalu sui, jalu,2, stri,2, Kunang sira ki
bakin Lgal, nga, anandur saka Iwiraning phala bungkah phala mula,
wkasan pacta wredhi sentana pwa si
ra, tan idhalidhal, pacta silih alap, arnisan amindon, duking mangka
sowang sowang, kunang socaning manusa, sarna padha ircng, Lan
hana ptaknya, wnang ingucapucap lawan dewa,
iku mimitaning wwang wruha agawe janggala pan gagan , amba
bakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula,
mwang gaga, sarwwa wija, tan katakna karestyaning tatanduran
nya
kabeh, nguniweh kakubunanya, tan kurangin pangan kenum, ndya
dumeh, apan dewa daheLing asih, angajarakcn tang manusa loka,
mangkana lcapredatanya //0// Apica, ugu
3.
ni kalanira bhatard pasuwun, lungha asasanjan, maring janggala
pangagan, mwang kakubonan, lumihaL karemyaning wanacala,
apan wus dadi punang tatanduran, sarwwa marletik ,are
4.
nes tang kakubonan, dadi katinghalan bhatara, denikang wwang,
abhyagata umatur punang wwong, apa lwimya nihan, singgih i
pandewa, lunga ingendi mangke, sumawur bhaLara, manira midcr
b. 1.
asasanjan, aplya tuminghal , i tang tatanduran, atur punang wwang ,
singgih yan mangkana, kawula uka angaluraken, sadagi ng pabyan
tang hul un , sarahasyaning hyun paduka, i pandewa, hu
mncng ta bhatara, kahadhang karungu dening ki balwan, tan pira
runLik ci tane ki balwan, ndya matangnya krodha,apan ki manusa
umaLUring bhatara sarwwi abacin, nher pun balwan turnandang
2.
anu
3. dingin, brukuti angucap, ih siga manusa, anlyan tan precuranmu andadi manusa, lewih cumantakanmu ctahating awgig, sasar ka-<noinclude></noinclude>
mpodflvgzvtii2i4ogpb6meo3zf3zon
113566
113557
2022-07-19T23:42:50Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>21
tampalon, kang stri aran ni loka, kang stri aran ni saloka, ya ta kabeh kaprenab arnisan, nga silih a-
2. lap, silih sembah //0// Mwah i nyuh gadhing malih angalap misane, kang angaran i loka. Kunang i saloka alap de ki gadhingan, asuta,5, stri,2, jalu,3, Mwah
3. i nyuh gadhing, aSUla,4 jalu sui, jalu,2, stri,2, Kunang sira ki bakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, wkasan pada wredhi sentana pwa si-
4. ra, tan idhalidhal, pacta silih alap, arnisan amindon, duking mangka sowang sowang, kunang socaning manusa, sarna padha ireng, tan hana ptaknya, wnang ingucapucap lawan dewa,
13a. 1. iku mimitaning wwang wruha agawe janggala pan gagan , ambabakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, mwang gaga, sarwwa wija, tan katakna karestyaning tatandurannya
2. kabeh, nguniweh kakubunanya, tan kurangin pangan kenum, ndya dumeh, apan dewa daheting asih, angajaraken tang manusa loka, mangkana lcapredatanya //0// Apica, ngu-
3. ni kalanira bhatara pasuwun, lungha asasanjan, maring janggala pangagan, mwang kakubonan, lumihat karemyaning wanacala, apan wus dadi punang tatanduran, sarwwa marletik ,are-
4. nes tang kakubonan, dadi katinghalan bhatara, denikang wwang, abhyagata umatur punang wwong, apa lwimya nihan, singgih i pandewa, lunga ingendi mangke, sumawur bhatara, manira mider
b. 1. asasanjan, aptya tuminghal, i tang tatanduran, atur punang wwang, singgih yan mangkana, kawula uka angaluraken, sadagi ng pabyan tang hulun, sarahasyaning hyun paduka, i pandewa, hu-
2. mneng ta bhatara, kahadhang karungu dening ki balwan, tan pira runtik ci tane ki balwan, ndya matangnya krodha, apan ki manusa umaturing bhatara sarwwi abacin, nher pun balwan tumandang anu-
3. dingin, brukuti angucap, ih siga manusa, antyan tan precuranmu andadi manusa, lewih cumantakanmu dahating awgig, sasar ka-<noinclude></noinclude>
09wd4bmel9l13n91jhyxv7idadlipux
113600
113566
2022-07-20T00:07:34Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>21
tampalon, kang stri aran ni loka, kang stri aran ni saloka, ya ta kabeh kaprenab arnisan, nga silih a-
2. lap, silih sembah //0// Mwah i nyuh gadhing malih angalap misane, kang angaran i loka. Kunang i saloka alap de ki gadhingan, asuta,5, stri,2, jalu,3, Mwah
3. i nyuh gadhing, auta,4 jalu sui, jalu,2, stri,2, Kunang sira ki bakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, wkasan pada wredhi sentana pwa si-
4. ra, tan idhalidhal, pacta silih alap, arnisan amindon, duking mangka sowang sowang, kunang socaning manusa, sarna padha ireng, tan hana ptaknya, wnang ingucapucap lawan dewa,
13a. 1. iku mimitaning wwang wruha agawe janggala pan gagan , ambabakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, mwang gaga, sarwwa wija, tan katakna karestyaning tatandurannya
2. kabeh, nguniweh kakubunanya, tan kurangin pangan kenum, ndya dumeh, apan dewa daheting asih, angajaraken tang manusa loka, mangkana lcapredatanya //0// Apica, ngu-
3. ni kalanira bhatara pasuwun, lungha asasanjan, maring janggala pangagan, mwang kakubonan, lumihat karemyaning wanacala, apan wus dadi punang tatanduran, sarwwa marletik ,are-
4. nes tang kakubonan, dadi katinghalan bhatara, denikang wwang, abhyagata umatur punang wwong, apa lwimya nihan, singgih i pandewa, lunga ingendi mangke, sumawur bhatara, manira mider
b. 1. asasanjan, aptya tuminghal, i tang tatanduran, atur punang wwang, singgih yan mangkana, kawula uka angaluraken, sadagi ng pabyan tang hulun, sarahasyaning hyun paduka, i pandewa, hu-
2. mneng ta bhatara, kahadhang karungu dening ki balwan, tan pira runtik ci tane ki balwan, ndya matangnya krodha, apan ki manusa umaturing bhatara sarwwi abacin, nher pun balwan tumandang anu-
3. dingin, brukuti angucap, ih siga manusa, antyan tan precuranmu andadi manusa, lewih cumantakanmu dahating awgig, sasar ka-<noinclude></noinclude>
bp3kigv04w3aap33pknqxqni855ei0q
113653
113600
2022-07-20T00:46:16Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{center|21}}
tampalon, kang stri aran ni loka, kang stri aran ni saloka, ya ta kabeh kaprenab arnisan, nga silih a-
2. lap, silih sembah //0// Mwah i nyuh gadhing malih angalap misane, kang angaran i loka. Kunang i saloka alap de ki gadhingan, asuta,5, stri,2, jalu,3, Mwah
3. i nyuh gadhing, auta,4 jalu sui, jalu,2, stri,2, Kunang sira ki bakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, wkasan pada wredhi sentana pwa si-
4. ra, tan idhalidhal, pacta silih alap, arnisan amindon, duking mangka sowang sowang, kunang socaning manusa, sarna padha ireng, tan hana ptaknya, wnang ingucapucap lawan dewa,
13a. 1. iku mimitaning wwang wruha agawe janggala pan gagan , ambabakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, mwang gaga, sarwwa wija, tan katakna karestyaning tatandurannya
2. kabeh, nguniweh kakubunanya, tan kurangin pangan kenum, ndya dumeh, apan dewa daheting asih, angajaraken tang manusa loka, mangkana lcapredatanya //0// Apica, ngu-
3. ni kalanira bhatara pasuwun, lungha asasanjan, maring janggala pangagan, mwang kakubonan, lumihat karemyaning wanacala, apan wus dadi punang tatanduran, sarwwa marletik ,are-
4. nes tang kakubonan, dadi katinghalan bhatara, denikang wwang, abhyagata umatur punang wwong, apa lwimya nihan, singgih i pandewa, lunga ingendi mangke, sumawur bhatara, manira mider
b. 1. asasanjan, aptya tuminghal, i tang tatanduran, atur punang wwang, singgih yan mangkana, kawula uka angaluraken, sadagi ng pabyan tang hulun, sarahasyaning hyun paduka, i pandewa, hu-
2. mneng ta bhatara, kahadhang karungu dening ki balwan, tan pira runtik ci tane ki balwan, ndya matangnya krodha, apan ki manusa umaturing bhatara sarwwi abacin, nher pun balwan tumandang anu-
3. dingin, brukuti angucap, ih siga manusa, antyan tan precuranmu andadi manusa, lewih cumantakanmu dahating awgig, sasar ka-<noinclude></noinclude>
kvqvl5ax4p87tbqz81ujo8p4l0vwac6
113654
113653
2022-07-20T00:46:34Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{center|21}}
tampalon, kang stri aran ni loka, kang stri aran ni saloka, ya ta kabeh kaprenab arnisan, nga silih a-
2. lap, silih sembah //0// Mwah i nyuh gadhing malih angalap misane, kang angaran i loka. Kunang i saloka alap de ki gadhingan, asuta,5, stri,2, jalu,3, Mwah
3. i nyuh gadhing, auta,4 jalu sui, jalu,2, stri,2, Kunang sira ki bakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, wkasan pada wredhi sentana pwa si-
4. ra, tan idhalidhal, pacta silih alap, arnisan amindon, duking mangka sowang sowang, kunang socaning manusa, sarna padha ireng, tan hana ptaknya, wnang ingucapucap lawan dewa,
13a. 1. iku mimitaning wwang wruha agawe janggala pan gagan , ambabakin tgal, nga, anandur saka lwiraning phala bungkah phala mula, mwang gaga, sarwwa wija, tan katakna karestyaning tatandurannya
2. kabeh, nguniweh kakubunanya, tan kurangin pangan kenum, ndya dumeh, apan dewa daheting asih, angajaraken tang manusa loka, mangkana lcapredatanya //0// Apica, ngu-
3. ni kalanira bhatara pasuwun, lungha asasanjan, maring janggala pangagan, mwang kakubonan, lumihat karemyaning wanacala, apan wus dadi punang tatanduran, sarwwa marletik ,are-
4. nes tang kakubonan, dadi katinghalan bhatara, denikang wwang, abhyagata umatur punang wwong, apa lwimya nihan, singgih i pandewa, lunga ingendi mangke, sumawur bhatara, manira mider
b. 1. asasanjan, aptya tuminghal, i tang tatanduran, atur punang wwang, singgih yan mangkana, kawula uka angaluraken, sadagi ng pabyan tang hulun, sarahasyaning hyun paduka, i pandewa, hu-
2. mneng ta bhatara, kahadhang karungu dening ki balwan, tan pira runtik citane ki balwan, ndya matangnya krodha, apan ki manusa umaturing bhatara sarwwi abacin, nher pun balwan tumandang anu-
3. dingin, brukuti angucap, ih siga manusa, antyan tan precuranmu andadi manusa, lewih cumantakanmu dahating awgig, sasar ka-<noinclude></noinclude>
5f2r7an1ip0kv4sh4qcr83isye6ygcn
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/18
250
32405
113558
2022-07-19T23:35:48Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>4.na //0// Apica, bhatara putrajaya, agendurasa, lawan bhatara hyang
ghnijaya, mwang bhatara catur purusa, i parswaning tolangkir,
nora waneh pwa pagonitanira
b. 1. sawetning tistis asamun tang pulina bali, tan hananing manusa lo-
ka, tan hananing sumungsunga kahyanganne maring bali, ya
dumehnya bhatara putrajaya, papareng bhatara hyang ghnijaya,
mwang
2. bhatara catur purusa akahyangan ing bali, umantuk mareng ya-
wajambhudwipa, umdek bhatara hyang pasupati, kalungang lam-
pahira, tan katakna sireng awan, cet prapta mareng ghiri
jambhudwipa,
3. laju pwa sira umdek bhatara, ngatpada adulur pangalpika, tumin-
gal sira paduka bhatara hyang mahasuci, tinakwanaken ri
sangkanya dateng, ling sanghyang, anakning hulun, kamung
hyang putra-
4. jaya, mwang ghnijaya, lawan sanakta sadaya, ndya marmmanta,
kaya pranagata, angugah kahananing hulun marangke, Iwir asmu
rudita, yan pindaning yogya pidinen sira manira, hu-
7a. 1. jaya, mwang ghnijaya, lawan sanakta sadaya, ndya marmmanta,
kaya pranagata, angugah kahananing hulun marangke, Iwir asmu
rudita, yan pindaning yogya pidinen sira manira, hu-
2. wetning dahating tistis asamun, wontening bali bangsul, nora
hananing manusa loka sumungsunga ranakda bhatara, singgih yen
pindaning wnang, maka nguni sinanmata bhatara, agya paduka
3. bhatara anugraha, agawya manusa didinyan hana sumungsunga-
kena punang kahyangan ing bali, mangkana asembahning pwang-
ulun sadaya, sumawur paduka bhatara pasunatha, adulur pan-
4. jayajaya, wak hyang susyajna tirtam, sanmate stute paranam,
dharmacca parasrayante, sidhirastu namostutam. Anakningulun
yan mangkana aja walangati, bapanta tan tumangetaken, nihan
b. 1. anugrahanung hulun tarima, wastu, 3,tan pariwastu, sidhi ajnana,
pareng lan sanakta, ludra, tattwa brahma, iswara, wisnu, ma-
hadewa, nging antekna ramanta rumuhun, agya wontening bali, a-
2. ngastungkara bhatara putrajaya, papareng bhatara hyang ghni jaya,
mwang bhatara catur purusa, angaturaken santi panjayajaya, adulur<noinclude></noinclude>
7f6nmkubhmx7cmtqu9w592sx7uamqtd
113576
113558
2022-07-19T23:57:14Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|11}}
4.na //0// Apica, bhatara putrajaya, agendurasa, lawan bhatara hyang
ghnijaya, mwang bhatara catur purusa, i parswaning tolangkir,
nora waneh pwa pagonitanira
b. 1. sawetning tistis asamun tang pulina bali, tan hananing manusa lo-
ka, tan hananing sumungsunga kahyanganne maring bali, ya
dumehnya bhatara putrajaya, papareng bhatara hyang ghnijaya,
mwang
2. bhatara catur purusa akahyangan ing bali, umantuk mareng ya-
wajambhudwipa, umdek bhatara hyang pasupati, kalungang lam-
pahira, tan katakna sireng awan, cet prapta mareng ghiri
jambhudwipa,
3. laju pwa sira umdek bhatara, ngatpada adulur pangalpika, tumin-
gal sira paduka bhatara hyang mahasuci, tinakwanaken ri
sangkanya dateng, ling sanghyang, anakning hulun, kamung
hyang putra-
4. jaya, mwang ghnijaya, lawan sanakta sadaya, ndya marmmanta,
kaya pranagata, angugah kahananing hulun marangke, lwir asmu
rudita, yan pindaning yogya pidinen sira manira, hu-
7a. 1. jaya, mwang ghnijaya, lawan sanakta sadaya, ndya marmmanta,
kaya pranagata, angugah kahananing hulun marangke, lwir asmu
rudita, yan pindaning yogya pidinen sira manira, hu-
2. wetning dahating tistis asamun, wontening bali bangsul, nora
hananing manusa loka sumungsunga ranakda bhatara, singgih yen
pindaning wnang, maka nguni sinanmata bhatara, agya paduka
3. bhatara anugraha, agawya manusa didinyan hana sumungsunga-
kena punang kahyangan ing bali, mangkana asembahning pwang-
ulun sadaya, sumawur paduka bhatara pasunatha, adulur pan-
4. jayajaya, wak hyang susyajna tirtam, sanmate stute paranam,
dharmacca parasrayante, sidhirastu namostutam. Anakningulun
yan mangkana aja walangati, bapanta tan tumangetaken, nihan
b. 1. anugrahanung hulun tarima, wastu, 3,tan pariwastu, sidhi ajnana,
pareng lan sanakta, ludra, tattwa brahma, iswara, wisnu, ma-
hadewa, nging antekna ramanta rumuhun, agya wontening bali, a-
2. ngastungkara bhatara putrajaya, papareng bhatara hyang ghni jaya,
mwang bhatara catur purusa, angaturaken santi panjayajaya, adulur<noinclude></noinclude>
mlxf6axqf2tqirx2pzvwnz3i2bfgw72
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/34
250
32406
113560
2022-07-19T23:39:03Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|27}}
kumawruha tumon i sira, ulahing agagawe, wkasan puput kang
tawulan, arupa jadma, tan pengan kapengin kang wong
4. anononton, mangke sampun kawruhakna ri bhatara brahma, henti
sukaning hredaya, apan wus kasidaning don, wus mangkana,
mwah kinonaken bhagawan wiswakarma, angurukaken tang
b. 1. manusa angundaginin, didinyan padha anangunaken wawangunan,
tar wihang pwa sang resi kinon, tumuli piwruhakna tang manusa,
gati nikang ulah, tangeh yan carita polah sang pan-
2. dya ingajaraken wwong angundaginin, mangko wuwusan sampun
pada wruha tang manusa amlasaken karyya, nihan nikang carita
//0// Rengwakna muwah sira paduka bhatara hyang indra
3. inutus de hyang pramesti ghuru, tumurun maring madhyaloka,
jumujur maring tampurhyang, kumawruhaken tekang wong bal-
yaga, akaryya didinyan wruha asasanggingan, katkeng amcikaken
4. lingir lingir calagi, tar wihang pwa hyang indra kinon, tumuli
amwit mangkat, jumujug ing tampurhyang, awesma sangging pra-
bangkara, amawa praboting sangging, tan katakneng hawan, apan
17a. 1. mahawun hyun, sampun saksana prapta maring tampurhyang ring
unggwaning tuwed calagi, kang wus pinahayu de bhagawan
wiswakarma nguni, sadateng ira, nher amcikaken punang lingir,
saparikramaning manusa, an-
2. tyan mapkik rupaning togog, dresatsat hyang kamatantra yan
kopaman, kayalamalam apan tan wruh angucap, ya matangnya
kang wwong baliaga kapngapnga tumon ulahaning lingir lwir i
3. nguduh tekangati, yaya tan hedep tuminggala. Kunang wusing
mangkana, nher pwa sira sanghyang indra, angajaraken wong
manusa padha, aguna asasanggingan, agirang was ikang wong
ingajara-
4. ken, wasita mangko sampun pada wruh wong amrabangkara,
tumuli mantuk hyang indra maring tan katon maring indraloka.
Caritanen widyadara mwang widyadari, inutus de
b. 1. bhatara ghuru, turun wontening balyaga, api api adadagangan kris,<noinclude></noinclude>
7yn20b5tdtfeu02epfpgjywkmi5h2pm
113602
113560
2022-07-20T00:08:05Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{center|27}}
kumawruha tumon i sira, ulahing agagawe, wkasan puput kang
tawulan, arupa jadma, tan pengan kapengin kang wong
4. anononton, mangke sampun kawruhakna ri bhatara brahma, henti
sukaning hredaya, apan wus kasidaning don, wus mangkana,
mwah kinonaken bhagawan wiswakarma, angurukaken tang
b. 1. manusa angundaginin, didinyan padha anangunaken wawangunan,
tar wihang pwa sang resi kinon, tumuli piwruhakna tang manusa,
gati nikang ulah, tangeh yan carita polah sang pan-
2. dya ingajaraken wwong angundaginin, mangko wuwusan sampun
pada wruha tang manusa amlasaken karyya, nihan nikang carita
//0// Rengwakna muwah sira paduka bhatara hyang indra
3. inutus de hyang pramesti ghuru, tumurun maring madhyaloka,
jumujur maring tampurhyang, kumawruhaken tekang wong bal-
yaga, akaryya didinyan wruha asasanggingan, katkeng amcikaken
4. lingir lingir calagi, tar wihang pwa hyang indra kinon, tumuli
amwit mangkat, jumujug ing tampurhyang, awesma sangging pra-
bangkara, amawa praboting sangging, tan katakneng hawan, apan
17a. 1. mahawun hyun, sampun saksana prapta maring tampurhyang ring
unggwaning tuwed calagi, kang wus pinahayu de bhagawan
wiswakarma nguni, sadateng ira, nher amcikaken punang lingir,
saparikramaning manusa, an-
2. tyan mapkik rupaning togog, dresatsat hyang kamatantra yan
kopaman, kayalamalam apan tan wruh angucap, ya matangnya
kang wwong baliaga kapngapnga tumon ulahaning lingir lwir i
3. nguduh tekangati, yaya tan hedep tuminggala. Kunang wusing
mangkana, nher pwa sira sanghyang indra, angajaraken wong
manusa padha, aguna asasanggingan, agirang was ikang wong
ingajara-
4. ken, wasita mangko sampun pada wruh wong amrabangkara,
tumuli mantuk hyang indra maring tan katon maring indraloka.
Caritanen widyadara mwang widyadari, inutus de
b. 1. bhatara ghuru, turun wontening balyaga, api api adadagangan kris,<noinclude></noinclude>
oxifr4ei6bwuhfvndrcibkc4u4h09f7
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/50
250
32407
113561
2022-07-19T23:39:10Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>43
2. munggwing sarira, katkeng aksara mungwing jaba, umatur Sira
tarureka, wus rampung rinangsuk de panghulun, waluya ring ni-
skalajati, sumawur mwah sang adhiguru, anaku tarureka, yan
mangkana, mangke hana
3. mwah panugrahangku, wnang kita maka ghuruloka dening wwong
balyaga kabeh, apanora hana bhujangga ing Bali, nihan tgesing aji
purana, nguniweh dewastawa, aywawera mwang cawuh, apan
wkasing utama,
4. wnang kita bhujangga balyaga, katkeng 3 turunan,
Muwah hana pawarah hulun ring kita, kengetakna aja lupa, didine
kita awarawarah ring pratisentananta wkas
b. 1. sopanya pada umengeting kalinganya, Ri wkasingawkas, hana
pralisentanangku umijil saking kakangku, Sira mpu ghnijaya,
wenang sentananta maka pangiwanya, wnang anembahaken ri kala
kapatyanya
2. satreh treh sanaku, kunang sentananku tan kawnang anemba-
haha satrehta, ndya matangnya, apan kita aguru putra lawan ing
hulun, nguniweh pawtunmu beda saking ing wwang, mangkana
kengetakna
3. pawarahku juga ya, ila hestu phalanya. Kunang mwah anaku
kayureka, apan kita sampun presida WuS apodgala, mangke kita
inaranan mpu bandesa dryakah, apan kita witting twed nguni.
4. Nging tka wrung kita anganggo wedha astupungku, katka tkeng
sopacara pralina nging ne wnang entas kita sawwoning
balyaga aneda ngiring sira mpu dryakah, apan wuwusira
27a. 1. adhiguru, tan wnang linangganan, Mwah mawuwusang abrasinu-
hun, anaku mpu dryakah, hana mwah piwkas bapanta, ri wkas
dateng kapjahanta, pinrastia de pratisentananta, tan kawnang
kinastupungku
2. de sang brahmana, mwang ngentas wnang anuhur ing kahyangan,
ndya malangnyan, kita nora wittning manusa jati, kunang yan
wusentananta amahayu sawanta, wnang apitra yadnya, nging. 3,
turunan wnangnya,
3. yan wus, 3,turunan. irika yogya sang resi siwa bodha, ngrajenging
gawyama wkas, mangkana kengetakna, pawarah juga pratisen-
tananta, ila dahat kna sodan ira kasuhun kidul, nahan<noinclude></noinclude>
prcu1ca4ivm4xi2ne02tv6edg87803h
113587
113561
2022-07-20T00:03:01Z
Damayantidwi
878
/* Validated */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|11}}
2. munggwing sarira, katkeng aksara mungwing jaba, umatur Sira
tarureka, wus rampung rinangsuk de panghulun, waluya ring ni-
skalajati, sumawur mwah sang adhiguru, anaku tarureka, yan
mangkana, mangke hana
3. mwah panugrahangku, wnang kita maka ghuruloka dening wwong
balyaga kabeh, apanora hana bhujangga ing Bali, nihan tgesing aji
purana, nguniweh dewastawa, aywawera mwang cawuh, apan
wkasing utama,
4. wnang kita bhujangga balyaga, katkeng 3 turunan,
Muwah hana pawarah hulun ring kita, kengetakna aja lupa, didine
kita awarawarah ring pratisentananta wkas
b. 1. sopanya pada umengeting kalinganya, Ri wkasingawkas, hana
pralisentanangku umijil saking kakangku, Sira mpu ghnijaya,
wenang sentananta maka pangiwanya, wnang anembahaken ri kala
kapatyanya
2. satreh treh sanaku, kunang sentananku tan kawnang anemba-
haha satrehta, ndya matangnya, apan kita aguru putra lawan ing
hulun, nguniweh pawtunmu beda saking ing wwang, mangkana
kengetakna
3. pawarahku juga ya, ila hestu phalanya. Kunang mwah anaku
kayureka, apan kita sampun presida WuS apodgala, mangke kita
inaranan mpu bandesa dryakah, apan kita witting twed nguni.
4. Nging tka wrung kita anganggo wedha astupungku, katka tkeng
sopacara pralina nging ne wnang entas kita sawwoning
balyaga aneda ngiring sira mpu dryakah, apan wuwusira sang
27a. 1. adhiguru, tan wnang linangganan, Mwah mawuwusang abrasinu-
hun, anaku mpu dryakah, hana mwah piwkas bapanta, ri wkas
dateng kapjahanta, pinrastia de pratisentananta, tan kawnang
kinastupungku
2. de sang brahmana, mwang ngentas wnang anuhur ing kahyangan,
ndya malangnyan, kita nora wittning manusa jati, kunang yan
wusentananta amahayu sawanta, wnang apitra yadnya, nging. 3,
turunan wnangnya,
3. yan wus, 3,turunan. irika yogya sang resi siwa bodha, ngrajenging
gawyama wkas, mangkana kengetakna, pawarah juga pratisen-
tananta, ila dahat kna sodan ira kasuhun kidul, nahan<noinclude></noinclude>
q42mtcm2y2aoui0kv64ht287as984no
113750
113587
2022-07-20T11:02:49Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|43}}
2. munggwing sarira, katkeng aksara mungwing jaba, umatur Sira
tarureka, wus rampung rinangsuk de panghulun, waluya ring ni-
skalajati, sumawur mwah sang adhiguru, anaku tarureka, yan
mangkana, mangke hana
3. mwah panugrahangku, wnang kita maka ghuruloka dening wwong
balyaga kabeh, apanora hana bhujangga ing Bali, nihan tgesing aji
purana, nguniweh dewastawa, aywawera mwang cawuh, apan
wkasing utama,
4. wnang kita bhujangga balyaga, katkeng 3 turunan,
Muwah hana pawarah hulun ring kita, kengetakna aja lupa, didine
kita awarawarah ring pratisentananta wkas
b. 1. sopanya pada umengeting kalinganya, Ri wkasingawkas, hana
pralisentanangku umijil saking kakangku, Sira mpu ghnijaya,
wenang sentananta maka pangiwanya, wnang anembahaken ri kala
kapatyanya
2. satreh treh sanaku, kunang sentananku tan kawnang anemba-
haha satrehta, ndya matangnya, apan kita aguru putra lawan ing
hulun, nguniweh pawtunmu beda saking ing wwang, mangkana
kengetakna
3. pawarahku juga ya, ila hestu phalanya. Kunang mwah anaku
kayureka, apan kita sampun presida WuS apodgala, mangke kita
inaranan mpu bandesa dryakah, apan kita witting twed nguni.
4. Nging tka wrung kita anganggo wedha astupungku, katka tkeng
sopacara pralina nging ne wnang entas kita sawwoning
balyaga aneda ngiring sira mpu dryakah, apan wuwusira sang
27a. 1. adhiguru, tan wnang linangganan, Mwah mawuwusang abrasinu-
hun, anaku mpu dryakah, hana mwah piwkas bapanta, ri wkas
dateng kapjahanta, pinrastia de pratisentananta, tan kawnang
kinastupungku
2. de sang brahmana, mwang ngentas wnang anuhur ing kahyangan,
ndya malangnyan, kita nora wittning manusa jati, kunang yan
wusentananta amahayu sawanta, wnang apitra yadnya, nging. 3,
turunan wnangnya,
3. yan wus, 3,turunan. irika yogya sang resi siwa bodha, ngrajenging
gawyama wkas, mangkana kengetakna, pawarah juga pratisen-
tananta, ila dahat kna sodan ira kasuhun kidul, nahan<noinclude></noinclude>
7066i5ds23t1xhjiilozmqwx6qj1fgg
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/36
250
32408
113563
2022-07-19T23:40:41Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|29}}
nguniweh amawa wastra lalwes, didinyan hana tinular dening
wwong balyaga, tan katakneng dadalan wus prapta
2. heng tampurhyang, i samipaning lingir, tinher rinyasaken tang
lingir, rinangsukaken bhusana, Iwimya, wastra, sampir, destar, lan
paptet, ginanda sarwwa rukmi pantes payasang rawit, sin-
ungklang kris,
3. alancingan mawidara gumulung, sayan atambah tejanya yan
awasakna, Iwir mantrya agung munggwing gurit, akjep liring
amanis, mangkana pangopaman, tan wring togog taru, wusing
mangkana
4. umantuk tang widyadara widyadari, sambya angajaraken wwong
adadagang, tan carita lampahira, cet prapteng sswargga loka,
mangka prawretinya. Katakna wwong balyaga, jalwistrya, antyan
pa-
18a. 1. da sukanya anononton togog, pada agirang hyang ratri tan papga-
tan prapta, angisekiseki, kawnganing tinghal, yan winawaning cita,
tan lot kaya ring carita, aumarek sri kresna i dwarawati ing
2. kuna, ya hetunyan pada sumuyug punang wwang balyaga, tan
lingen pwa maring togog kayu, agirang arepnya ginawe
sasuwunan, ya hetunya awtu pretijna, apa lwirnya, singgih paduka
hyang mona,
3. mogamoga hyang tumurun sakala, waluya asarira, yan sampun
asarira, apan samudaya, asasangi, arep kumawul,paduka hyang
mona anggyan manira asasuwunan, kayang wkasing dlaha, mang-
4. ka panambat nambat wwong balyaga, sadakala hyang ratri, tan
pgat, mangkana tekang carita nenghakna sakareng//0// Apica,
ginantyakna tang tattwa mwah, gumanti tang watek danawa raja
b. 1. kinon de hyang widhi wisesa, anyadma maring bali rajya, maka
panguluning nagara, sakti tan pangingan, detya maprekreti
dharmma, anging tan paryyangan, mimitaning ratu bali nguni,
awesma
2. pwa maring balingkang ingaran si detya karnapati, abiseka sri
jayapangus, ya ta siniwi de wwong bali kabeh, kunang sapandir-<noinclude></noinclude>
3j7cqgekrp8iw1f14z011f0bms49t59
113607
113563
2022-07-20T00:09:11Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{center|29}}
nguniweh amawa wastra lalwes, didinyan hana tinular dening
wwong balyaga, tan katakneng dadalan wus prapta
2. heng tampurhyang, i samipaning lingir, tinher rinyasaken tang
lingir, rinangsukaken bhusana, lwirnya, wastra, sampir, destar, lan
paptet, ginanda sarwwa rukmi pantes payasang rawit, sin-
ungklang kris,
3. alancingan mawidara gumulung, sayan atambah tejanya yan
awasakna, Iwir mantrya agung munggwing gurit, akjep liring
amanis, mangkana pangopaman, tan wring togog taru, wusing
mangkana
4. umantuk tang widyadara widyadari, sambya angajaraken wwong
adadagang, tan carita lampahira, cet prapteng swargga loka,
mangka prawretinya. Katakna wwong balyaga, jalwistrya, antyan
pa-
18a. 1. da sukanya anononton togog, pada agirang hyang ratri tan papga-
tan prapta, angisekiseki, kawnganing tinghal, yan winawaning cita,
tan lot kaya ring carita, aumarek sri kresna i dwarawati ing
2. kuna, ya hetunyan pada sumuyug punang wwang balyaga, tan
lingen pwa maring togog kayu, agirang arepnya ginawe
sasuwunan, ya hetunya awtu pretijna, apa lwirnya, singgih paduka
hyang mona,
3. mogamoga hyang tumurun sakala, waluya asarira, yan sampun
asarira, apan samudaya, asasangi, arep kumawul,paduka hyang
mona anggyan manira asasuwunan, kayang wkasing dlaha, mang-
4. ka panambat nambat wwong balyaga, sadakala hyang ratri, tan
pgat, mangkana tekang carita nenghakna sakareng//0// Apica,
ginantyakna tang tattwa mwah, gumanti tang watek danawa raja
b. 1. kinon de hyang widhi wisesa, anyadma maring bali rajya, maka
panguluning nagara, sakti tan pangingan, detya maprekreti
dharmma, anging tan paryyangan, mimitaning ratu bali nguni,
awesma
2. pwa maring balingkang ingaran si detya karnapati, abiseka sri
jayapangus, ya ta siniwi de wwong bali kabeh, kunang sapandir-<noinclude></noinclude>
fy2x47jod4cnh3fdwzn0d2x2o3gzjpz
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/65
250
32409
113564
2022-07-19T23:42:40Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|58}}
4. Setibanya di Besakih terus masuk ke Parhyangan, sampai di
parhyangannya Bhatara Putrajaya dan Bhatara Gnijaya, lalu
menyembah kepada Bhatara menyampaikan weda pujaan dengan
b. 1. penyucian. Gemerincing suaranya genta. Datanglah Bhatara dida-
hului dengan bau harum dan mantra pujaan. Kemudian diberi
penghormatan dengan wangi-wangian. Tidak dikatakan isi hati
Bhatara yang dihadap itu, sebab sangat
2. sucinya. Sesudah itu segera mereka menuju Gunung Lempuyang.
datang menghadap Bhatara Kamimitan. Setibanya, lalu beryoga
semadi menyampaikan weda pujaan dan penyucian. Mengepul
asap pedupaannya. Gemerincing
3. Dan kalau sudah melaksanakan, itulah yang disebut Wangsa Tani,
tetapi kalau telah mencapai tiga keturunan. Demikian dan ingatlah.
Dan setelah tiga keturunan, ada lagi keturunanmu, mereka itu
4. dinamakan golongan Arya Pasek Kayu Selem dan mereka itu bo-
leh menjadi bujangga tetapi hanya selama tiga keturunan. Dan di
bawah status bujangga mereka boleh menjadi Dukuh. Nanti kalau
ada keturunanmu mati, bakar mayatnya, itu boleh
37a. 1. Tetapi kalau belum ada Brahmana di Bali keturunanmu, saudara-
ku Mpu Gnijaya mamberikan weda mantra sampai dengan ketu-
runan-keturunanku, boleh. Sekarang kamu boleh melaksanakan
2. upacara mayat orang-orang Baliaga semua. Demikianlah, jangan
lupa; beri tahukan juga mereka. Sangat berbahaya, dapat kena
kutukan kematian Beahma. Di samping itu, ada lagi pemberian
bapakmu, berwujud apa yang dinamakan sastra tanpa aksara,
berwujud tanpa bentuk. Bukalah telingamu dan dengarkan baik-
3. baik dan bukalah kedua buah matamu." Mendekatiah Mpu Ka-
mareka. Lalu ditanya," Anakku Kamareka, sudah mengerti kamu?"
"Hamba, paduka Dang Guru. Hamba sudah dapat menerima, murid
paduka." Ini ada lagi apa yang dinamakan,
4. aksara-aksara dyatmika, sastra-sastra di badanmu. Itu pergunakan
pada badanmu. Mudah-mudahan, moga-moga tidak ada rintangan;
berhasil dengan sukses dan berguna bagi segala kebijakan seperti
b. 1. angkasa. Ini, 50, 9, 1, habis. Mudah-mudahan anakku tidak lupa,
lengah dan lalai. Sekarang bapakmu meninggalkan anakku sebab
sudah semua pengetahuan keahlian kamu pahami." Menghormat<noinclude></noinclude>
rmbkgt7z14o7h6ts8wb1kcws6lnlsbd
113597
113564
2022-07-20T00:06:46Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|58}}
4. Setibanya di Besakih terus masuk ke Parhyangan, sampai di
parhyangannya Bhatara Putrajaya dan Bhatara Gnijaya, lalu
menyembah kepada Bhatara menyampaikan weda pujaan dengan
b. 1. penyucian. Gemerincing suaranya genta. Datanglah Bhatara dida-
hului dengan bau harum dan mantra pujaan. Kemudian diberi
penghormatan dengan wangi-wangian. Tidak dikatakan isi hati
Bhatara yang dihadap itu, sebab sangat
2. sucinya. Sesudah itu segera mereka menuju Gunung Lempuyang.
datang menghadap Bhatara Kamimitan. Setibanya, lalu beryoga
semadi menyampaikan weda pujaan dan penyucian. Mengepul
asap pedupaannya. Gemerincing
3. Dan kalau sudah melaksanakan, itulah yang disebut Wangsa Tani,
tetapi kalau telah mencapai tiga keturunan. Demikian dan ingatlah.
Dan setelah tiga keturunan, ada lagi keturunanmu, mereka itu
4. dinamakan golongan Arya Pasek Kayu Selem dan mereka itu bo-
leh menjadi bujangga tetapi hanya selama tiga keturunan. Dan di
bawah status bujangga mereka boleh menjadi Dukuh. Nanti kalau
ada keturunanmu mati, bakar mayatnya, itu boleh
37a. 1. Tetapi kalau belum ada Brahmana di Bali keturunanmu, saudara-
ku Mpu Gnijaya mamberikan weda mantra sampai dengan ketu-
runan-keturunanku, boleh. Sekarang kamu boleh melaksanakan
2. upacara mayat orang-orang Baliaga semua. Demikianlah, jangan
lupa; beri tahukan juga mereka. Sangat berbahaya, dapat kena
kutukan kematian Beahma. Di samping itu, ada lagi pemberian
bapakmu, berwujud apa yang dinamakan sastra tanpa aksara,
berwujud tanpa bentuk. Bukalah telingamu dan dengarkan baik-
3. baik dan bukalah kedua buah matamu." Mendekatiah Mpu Ka-
mareka. Lalu ditanya," Anakku Kamareka, sudah mengerti kamu?"
"Hamba, paduka Dang Guru. Hamba sudah dapat menerima, murid
paduka." Ini ada lagi apa yang dinamakan,
4. aksara-aksara dyatmika, sastra-sastra di badanmu. Itu pergunakan
pada badanmu. Mudah-mudahan, moga-moga tidak ada rintangan;
berhasil dengan sukses dan berguna bagi segala kebijakan seperti
b. 1. angkasa. Ini, 50, 9, 1, habis. Mudah-mudahan anakku tidak lupa,
lengah dan lalai. Sekarang bapakmu meninggalkan anakku sebab
sudah semua pengetahuan keahlian kamu pahami." Menghormat<noinclude></noinclude>
i2n1nh1v4ncdomquqlby0nhk3i99v7o
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/56
250
32410
113567
2022-07-19T23:44:49Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|49}}
4. munggwing tawang, pinarek den sang muniwara, tan kna winu-
wusaken pasilihaning pagosanan, pan wetning sihaning asunu,
nahan ikang carita, pira ta kunang lawas ira sang mahamuni
30a. 1. haneng bali rajya, ngiring bhatara tri purusa, tolangkir, lempuyang,
lan hulundanu, irika pwa sang maharesi, anangunaken parhyangan,
iniring de wwong ing balyaga, maka nguni mpu kamareka
2. tan lingen restining parhyangan, bhatara tiga duking mangka tam-
beyaning hana sad kahyangan, baneng bhesakih mwang gunung
lempuyang, hulundanu, ri wkasan sira mpu mahameru, maramun-
dur pwa sira,
3. mangajawa mangabali, tansah rinipta, jagadhitaning bwana rwa,
maka nguni karestyaning kahyanganira bhatara tri purusa,
mangkana pidarthanya munggwing usana //0// Tucapa mwah sang
4. mpu kamareka, ayoga pwa sireng tampurhyang, antya drakeng
smadhinira, umiring sadnya sang abra sinuhun, tan hana angliwari,
kaya piwkasira nguni, kunang hana gumuk gumuk anginggil
b. 1. ring tampurhyang,nga, gwasong, irika pwa sira mpu kamareka
anangunaken pangastanan unggwanira atapa smadhi, tar pamangan
tar panginum, tansah angranasika marep wetan,
2. angarepana wiwara iku antyan tarcala smadhinira pira ta lawas.
nikang smadhi, awyalara satawun saptang dinten, angranasika an-
gadegaken sanghyang ongkara mantra, munggwing padma-
3. hredaya, tumurun sira paduka bhatara brahma, saking tan katon,
anugraha sira, nihan wakyanira, kamung mpu kamareka antyan
draka smadhinta, ngastawa inghulun, mangke tarima pa-
4. nugrahanku ring kita, tattwa dyatmika, pralina, rupa tan rupa, 000,
nging kayatnakna angamung sanghyang ongkara, jahtasmat,
wastu,3, tan pariwastu sumusup tkeng dihi adnyananta. Nihan
31a. 1. hana mwah piwkasku, lawan kita, wkas yan hana wwong ahayu
prapta, ya pawehangkwa ring kita ya ta maka jatukramanta wkas
yan hana sentananta, sakeng wwongahayu, sopananya ingaran
2. mpu ghnijaya kayu ireng, nahan piwkasku antarlina bhatara ma-
ring tan katon, wawang mpu kamareka anguncaraken panganjali,<noinclude></noinclude>
16ynrfcobc7eqcraq30dwjrv1z8b5ul
113624
113567
2022-07-20T00:13:52Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|49}}
4. munggwing tawang, pinarek den sang muniwara, tan kna winu-
wusaken pasilihaning pagosanan, pan wetning sihaning asunu,
nahan ikang carita, pira ta kunang lawas ira sang mahamuni
30a. 1. haneng bali rajya, ngiring bhatara tri purusa, tolangkir, lempuyang,
lan hulundanu, irika pwa sang maharesi, anangunaken parhyangan,
iniring de wwong ing balyaga, maka nguni mpu kamareka
2. tan lingen restining parhyangan, bhatara tiga duking mangka tam-
beyaning hana sad kahyangan, baneng bhesakih mwang gunung
lempuyang, hulundanu, ri wkasan sira mpu mahameru, maramun-
dur pwa sira,
3. mangajawa mangabali, tansah rinipta, jagadhitaning bwana rwa,
maka nguni karestyaning kahyanganira bhatara tri purusa,
mangkana pidarthanya munggwing usana //0// Tucapa mwah sang
4. mpu kamareka, ayoga pwa sireng tampurhyang, antya drakeng
smadhinira, umiring sadnya sang abra sinuhun, tan hana angliwari,
kaya piwkasira nguni, kunang hana gumuk gumuk anginggil
b. 1. ring tampurhyang,nga, gwasong, irika pwa sira mpu kamareka
anangunaken pangastanan unggwanira atapa smadhi, tar pamangan
tar panginum, tansah angranasika marep wetan,
2. angarepana wiwara iku antyan tarcala smadhinira pira ta lawas.
nikang smadhi, awyalara satawun saptang dinten, angranasika an-
gadegaken sanghyang ongkara mantra, munggwing padma-
3. hredaya, tumurun sira paduka bhatara brahma, saking tan katon,
anugraha sira, nihan wakyanira, kamung mpu kamareka antyan
draka smadhinta, ngastawa inghulun, mangke tarima pa-
4. nugrahanku ring kita, tattwa dyatmika, pralina, rupa tan rupa, 000,
nging kayatnakna angamung sanghyang ongkara, jahtasmat,
wastu,3, tan pariwastu sumusup tkeng dihi adnyananta. Nihan
31a. 1. hana mwah piwkasku, lawan kita, wkas yan hana wwong ahayu
prapta, ya pawehangkwa ring kita ya ta maka jatukramanta wkas
yan hana sentananta, sakeng wwongahayu, sopananya ingaran
2. mpu ghnijaya kayu ireng, nahan piwkasku antarlina bhatara ma-
ring tan katon, wawang mpu kamareka anguncaraken panganjali,<noinclude></noinclude>
ft5zfe5m2fgpu9mia2u25udte7dyzg4
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/54
250
32411
113569
2022-07-19T23:46:36Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|47}}
b. 1. dryakah, kayogyane majro gde, mangkana elingakna, aja lupa, trus
tumus turun tumurun, aja lupa, pawarah juga pratisentananta
sowangsowang, mangkana ling mahamuni mpu mahameru
2. ring wwonging balyaga kabeh, umiring punang balyaga, kaya
wakya sang muniwara, kunang mwah sira dang guru mwah
awarahwarah i sisyanira, lingira anaku mpu dryakah mangke kita
wnang bhinagawan,
3. merene, hulun anapakita, umedek pwa sang mpu dryakah, wusing
katapak, dinilat tlapakaning padha, sang adiguru, hana mwah pa-
nugrahan pawisik maring talingan mwang cacatu
4. tan kawnang angucap, apan piningid sanghyang ongkara mntra,
lingira sang abra sinuhun, anaku mpu dryakah, sampun karungu
denta, singgih pakulun wus kempen de sisya paduka sang kasuhun,
anaku
29a. 1. mpu dryakah, mangke kita mwah ginantyan kang psushata, kita
inaranan mpu kamareka, apan sanghyang manmatha pwa nguni,
abinagawan, mangka elingakna, mangke ramanta aninggali sira
anaku,
2. age paduka bhatara ing tolangkir, maka nguni ka gunung lem-
puyang, mendek atur bhakti sira mpu kamareka, ingaras pada
dhang ghuru, pan mangkana ulahing bakti susrusa, mangkana
3. katattwanya nguni, nimitaning hana bhujangga ring bali //0//
Wuwus mwah sira mpu mahameru sah saking tampurhyang anuluh
pwa ghiri tulukbyu, malaku tan pahamngan, cet prapta
4. mareng basukih, sapraptanira nher anguncaraken wedaastawa,
humung swaran ikang tanguran, yaya sadpada angisep sari, tansah
angaturaken pangalpika, rengreng ta ring digantara, sinawuraning
puspa-
b. 1. warsa, saha panjayajaya, de bhatara, umijil bhatara putrajaya, ti-
nangkil de mpu sumeru, tan lingening pagotanira apan wkasing
suci maha sunya, nga, wkasan amwit sang maharesi, ri bha-
2. sakih mara maring giri lempuyang, umdek paduka bhatara hyang
kamimitan, tan cariteng awan apan mahawan hyun, sapraplanira
malar anguncaraken weda astawa, panganjali, humung swaraning
3. genta, angarepaken tang kundaghni, dumudug kukus nikang kunda
tkeng antariksa, sinawuraning kembangura, saha panjayajaya,
rengreng tekang dikwidik, tumuli umijil bhatara hyang ghnijaya,<noinclude></noinclude>
pswbqx34qexr8z1o0elh0yndyvadi4n
113623
113569
2022-07-20T00:13:21Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|47}}
b. 1. dryakah, kayogyane majro gde, mangkana elingakna, aja lupa, trus
tumus turun tumurun, aja lupa, pawarah juga pratisentananta
sowangsowang, mangkana ling mahamuni mpu mahameru
2. ring wwonging balyaga kabeh, umiring punang balyaga, kaya
wakya sang muniwara, kunang mwah sira dang guru mwah
awarahwarah i sisyanira, lingira anaku mpu dryakah mangke kita
wnang bhinagawan,
3. merene, hulun anapakita, umedek pwa sang mpu dryakah, wusing
katapak, dinilat tlapakaning padha, sang adiguru, hana mwah pa-
nugrahan pawisik maring talingan mwang cacatu
4. tan kawnang angucap, apan piningid sanghyang ongkara mntra,
lingira sang abra sinuhun, anaku mpu dryakah, sampun karungu
denta, singgih pakulun wus kempen de sisya paduka sang kasuhun,
anaku
29a. 1. mpu dryakah, mangke kita mwah ginantyan kang psushata, kita
inaranan mpu kamareka, apan sanghyang manmatha pwa nguni,
abinagawan, mangka elingakna, mangke ramanta aninggali sira
anaku,
2. age paduka bhatara ing tolangkir, maka nguni ka gunung lem-
puyang, mendek atur bhakti sira mpu kamareka, ingaras pada
dhang ghuru, pan mangkana ulahing bakti susrusa, mangkana
3. katattwanya nguni, nimitaning hana bhujangga ring bali //0//
Wuwus mwah sira mpu mahameru sah saking tampurhyang anuluh
pwa ghiri tulukbyu, malaku tan pahamngan, cet prapta
4. mareng basukih, sapraptanira nher anguncaraken wedaastawa,
humung swaran ikang tanguran, yaya sadpada angisep sari, tansah
angaturaken pangalpika, rengreng ta ring digantara, sinawuraning
puspa-
b. 1. warsa, saha panjayajaya, de bhatara, umijil bhatara putrajaya, ti-
nangkil de mpu sumeru, tan lingening pagotanira apan wkasing
suci maha sunya, nga, wkasan amwit sang maharesi, ri bha-
2. sakih mara maring giri lempuyang, umdek paduka bhatara hyang
kamimitan, tan cariteng awan apan mahawan hyun, sapraplanira
malar anguncaraken weda astawa, panganjali, humung swaraning
3. genta, angarepaken tang kundaghni, dumudug kukus nikang kunda
tkeng antariksa, sinawuraning kembangura, saha panjayajaya,
rengreng tekang dikwidik, tumuli umijil bhatara hyang ghnijaya,<noinclude></noinclude>
bwkgn612v3a20k0l8umts0nigq2d1ja
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/72
250
32412
113570
2022-07-19T23:48:27Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|65}}
b. 1. hala hayu nikang rat, ya hetunyan pada sumuwug tang bhwana
kabeh, pada angaturaken kambang tawon, wetning wicitranira san-
gapatih, kang ingaran kala ingaran kala wong, amng kwaken praja
mandala
2. tan sipi malanduh, punang nagara krama, marletik sarwwa tinan-
dur, tawun dadi, murah sarwwa tinuku, sasabmrana madwi, tan
hana bhayawyaadi, kawan pratapa sang katong, amengkwaken
praja mandala, tangeh
3. yan wuwusan pangadyayan ira sri mayadanawa, apan wus pada
umungweng usana bali, pira ta kunang lawasira sri haji ma-
yadanawa, maka catraning bhwana, prapta pwa panguncanging
hyang
4. atitah, umtu medaning adnyana, tansah angambekaken angkareng
budhi, nyapa kadi aku, irsya, makamuka angataken pangacining
dewa, ya hetunyan bhatara hyang ing tolangkir manastapa,
41a. 1. iniring de sang wateking para bhatara munggwing kahyanganning
bali kabeh, umupaksama ri padanira bhatara hyang pramestighuru,
aminta kapatyane sibeda danawä, sinung de bhatara, ya matangnya
inutusing
2. watek dewa dewatha kabeh, mwang resi gana dewa gana, tlas
mareng swargha, mkadi sanghyang indra dumona maring bali,
akeh yan carita gatinya apan sampun munggweng usana, ya ma-
tangnya kna si mayadanawa,
3. bhinajra de hyang indra nguni, pjah pwa maring pangkung patas,
nga, toya dapdap, lawan kaawulan i kala wong, ya hetunyan hana
sinanggah we patanu, tinemwaken mangke, nahan kacaritanya,
sang ratu haneng usana //0//
4. Rengwakna mwah, sapjah ira sri mayadanawa, umantuk pwa yeng
swarghaloka, apanya puruseng rana, ya dumeh anungkap swargha
stana, kunang sampun ira
b. 1. umungguh ing swarghaloka, antyan amanastapa manah ira ni dewi
malini, tumon ri pamanda, bagya nirang kaka, tansah pwa akusah
anangis, i panglwanira bhatara mayadanawa, tan maryya anesel
2. pula kretu, pamanda bagyaning sarira, tangeh yan warnakna
panangis ira ni dyah malini, katambehaning umerang, wkasan
lungha pwa yeng saptapatala, ngatpadha sireng sang ibhu, ni dewi
danuka,<noinclude></noinclude>
2nibok1wauobf8hdm0f5h1nwysait0g
113629
113570
2022-07-20T00:19:36Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|65}}
b. 1. hala hayu nikang rat, ya hetunyan pada sumuwug tang bhwana
kabeh, pada angaturaken kambang tawon, wetning wicitranira san-
gapatih, kang ingaran kala ingaran kala wong, amng kwaken praja
mandala
2. tan sipi malanduh, punang nagara krama, marletik sarwwa tinan-
dur, tawun dadi, murah sarwwa tinuku, sasabmrana madwi, tan
hana bhayawyaadi, kawan pratapa sang katong, amengkwaken
praja mandala, tangeh
3. yan wuwusan pangadyayan ira sri mayadanawa, apan wus pada
umungweng usana bali, pira ta kunang lawasira sri haji ma-
yadanawa, maka catraning bhwana, prapta pwa panguncanging
hyang
4. atitah, umtu medaning adnyana, tansah angambekaken angkareng
budhi, nyapa kadi aku, irsya, makamuka angataken pangacining
dewa, ya hetunyan bhatara hyang ing tolangkir manastapa,
41a. 1. iniring de sang wateking para bhatara munggwing kahyanganning
bali kabeh, umupaksama ri padanira bhatara hyang pramestighuru,
aminta kapatyane sibeda danawä, sinung de bhatara, ya matangnya
inutusing
2. watek dewa dewatha kabeh, mwang resi gana dewa gana, tlas
mareng swargha, mkadi sanghyang indra dumona maring bali,
akeh yan carita gatinya apan sampun munggweng usana, ya ma-
tangnya kna si mayadanawa,
3. bhinajra de hyang indra nguni, pjah pwa maring pangkung patas,
nga, toya dapdap, lawan kaawulan i kala wong, ya hetunyan hana
sinanggah we patanu, tinemwaken mangke, nahan kacaritanya,
sang ratu haneng usana //0//
4. Rengwakna mwah, sapjah ira sri mayadanawa, umantuk pwa yeng
swarghaloka, apanya puruseng rana, ya dumeh anungkap swargha
stana, kunang sampun ira
b. 1. umungguh ing swarghaloka, antyan amanastapa manah ira ni dewi
malini, tumon ri pamanda, bagya nirang kaka, tansah pwa akusah
anangis, i panglwanira bhatara mayadanawa, tan maryya anesel
2. pula kretu, pamanda bagyaning sarira, tangeh yan warnakna
panangis ira ni dyah malini, katambehaning umerang, wkasan
lungha pwa yeng saptapatala, ngatpadha sireng sang ibhu, ni dewi
danuka,<noinclude></noinclude>
a627slfgl7poi3k8pdk5iau3f3m2pc6
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/30
250
32413
113571
2022-07-19T23:50:02Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|23}}
dadyanmu, tuhwanmu tan wring reha, ndi hana sasana katmu-
4. denmu, umaturing hyang sarwwi ababacin, tuhu kadadenmu
lemah kinepel kepel. Sumawur kang manusa, ih paran balwan.
ajamjaman ujarmu, anambat nambating kawwangan, tuhu mu tan
precu-
14a. 1. ra, apiapi wruheng sarwwa tattwa sasana, tan lingen tang
kawwanganmu kumatap kumitip, lyabing aweci, angambeka-
ken irsya, mapi sadhu, tuhu hyang bhatara nora runtikneng
aku sumawur ki bal-
2. wan, mlutuk tang netra abang, Iwir sumirateng ghni ujwala nher
anapa, ih apanmu manusa apunggung, moghamoghamu, tan par-
iwastu, hina rupa, hina hidep, wastu dadi wwong dusun katkeng
3. wkasing dlaha, dosanmu anampuring dewa, apan tan kna tinahen
tan brahmantya, tumuli tang balwan angupasantwa ring bhatara,
yaya angulungulungi, sinanma bhatara, irika padu-
4. ka bhatara inawe punang manusa kabeh, sapraptan ikang wwang,
kinon anlikaken tang socanya kabeh, anleng bhatara tumuli ginoret
socaning manusa, dening kapur, dinu-
b. 1. luraken wak sapa, jahtasmat, wastu,wastu,wastu, tan pariwastu,
kamu manusa, dede lawan inghulun, tan wnang tumonaken ri
padha.hyang kabeh, katkeng wkasing dlaha, ndhya matangnya,
dosanmu umatur
2. tkeng aku sarwwi apurisya, mangkana panapan i hulun, unmwa-
ken de pratisentananta, kayang kawkaswkas, hana panugrahanku
tkeng kita manusa kabeh, yan kita arep katmu lawan ing hulun
3. wnang ri kapatyanta juga, ya ta, nga, niskala jati tumonaken ing
hulun, mangkana piwkas bhatara hyang pramawisesa, kawi sunya,
umiring tang manusa kabeh, sahadulur sembah, mulih amwit pada
4. asuweng tangis, anesel pula kretu, mangkana nimitanya nguni,
kang manusa loka tan wnang tumoning dewa hyang //0// Tucapa
ki manusa, duk prapteng hawan, katmu
15a. 1. tang balwan muwah, asru tang manusa angucap, kamung balwan<noinclude></noinclude>
1zl3ds32i44uvuejvf194qoz6oo3yhr
113593
113571
2022-07-20T00:06:15Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|23}}
dadyanmu, tuhwanmu tan wring reha, ndi hana sasana katmu-
4. denmu, umaturing hyang sarwwi ababacin, tuhu kadadenmu
lemah kinepel kepel. Sumawur kang manusa, ih paran balwan.
ajamjaman ujarmu, anambat nambating kawwangan, tuhu mu tan
precu-
14a. 1. ra, apiapi wruheng sarwwa tattwa sasana, tan lingen tang
kawwanganmu kumatap kumitip, lyabing aweci, angambeka-
ken irsya, mapi sadhu, tuhu hyang bhatara nora runtikneng
aku sumawur ki bal-
2. wan, mlutuk tang netra abang, lwir sumirateng ghni ujwala nher
anapa, ih apanmu manusa apunggung, moghamoghamu, tan par-
iwastu, hina rupa, hina hidep, wastu dadi wwong dusun katkeng
3. wkasing dlaha, dosanmu anampuring dewa, apan tan kna tinahen
tan brahmantya, tumuli tang balwan angupasantwa ring bhatara,
yaya angulungulungi, sinanma bhatara, irika padu-
4. ka bhatara inawe punang manusa kabeh, sapraptan ikang wwang,
kinon anlikaken tang socanya kabeh, anleng bhatara tumuli ginoret
socaning manusa, dening kapur, dinu-
b. 1. luraken wak sapa, jahtasmat, wastu,wastu,wastu, tan pariwastu,
kamu manusa, dede lawan inghulun, tan wnang tumonaken ri
padha.hyang kabeh, katkeng wkasing dlaha, ndhya matangnya,
dosanmu umatur
2. tkeng aku sarwwi apurisya, mangkana panapan i hulun, unmwa-
ken de pratisentananta, kayang kawkaswkas, hana panugrahanku
tkeng kita manusa kabeh, yan kita arep katmu lawan ing hulun
3. wnang ri kapatyanta juga, ya ta, nga, niskala jati tumonaken ing
hulun, mangkana piwkas bhatara hyang pramawisesa, kawi sunya,
umiring tang manusa kabeh, sahadulur sembah, mulih amwit pada
4. asuweng tangis, anesel pula kretu, mangkana nimitanya nguni,
kang manusa loka tan wnang tumoning dewa hyang //0// Tucapa
ki manusa, duk prapteng hawan, katmu
15a. 1. tang balwan muwah, asru tang manusa angucap, kamung balwan<noinclude></noinclude>
4o5m8e5ixg0ubhl7ejlmb2yu6db0ldn
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/67
250
32414
113572
2022-07-19T23:51:32Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>A{{center|60}}
Mpu Kamareka sambil mengelus-elus kaki Dang Guru, disertai
penghormatan. Tidak tersangka senang hatinya, sebab telah mem-
peroleh anugerah. Diceritakan mengenai Dang Guru, sudah me-
ninggalkan Tampurhyang, kembali pulang ke Pulau Jawa.
3. Sebab hanya bersifat pikiran, kemudian sampai di Jawa. Demikian
ceritanya. Selanjutnya, entah telah berapa tahun berlalu, sangat
rukun keturunan, orang-orang di Bali. Banyak telah berkeluarga,
beranak cucu, meliputi hampir semua daerah. Begitulah kaadaan-
nya, sebagai hasil yoga semadi para Bhatara Bhatari mendidik
orang-orang. Itu menjadi suri teladan bagi orang Bali. Banyak
kalau diuraikan, hal ihwal mengenai
38a. 1. penduduk Pulau Bali. Memiliki ketentuannya masing-masing,
sampai dengan tata cara kematian sebab sama-sama mengu-
sahakan. Begtu ceritanya dahulu. Setelah beberapa lama, kemudian
2. seperti sunyi dan sepi Pulau Bali. Apa sebabnya? Karena tidak ada
raja pemegang tampuk pemerintahan. Itu sebabnya sepi. Waktu itu.
Paduka Bhatara Putujaya bersama Bhatara Hyang Gnijaya
3. disertai oleh Hyang Catur Purusa pergi ke Gunung Jambudwipa
menghadap Bhatara Hyang Paramesti Guru, mohon perkenan be-
liau, agar ada raja pemegang tampuk pemerintahan di Pulau Bali,
4. bertahta dan mengemban Kahyangan Besakih. Itu sebabnya ham-
pir semua dewa dan dewata, dan para Resi, mengikuti Hyang
Ku Jagatnatha dari sorgaloka. Demikian sama perasaan mereka
b. 1. masing-masing. Dipilihlah hari yang baik. Adalah anak Bhagawan.
Kasyapa, kelahiran Dyah Wyapara, bemama sang Mayadanawa,
sudah dijadikan suami oleh
2. Dewi Malini, yaitu putri Bhatara Hyang Ananta Bhoga, ibunya
bernama Ni Dewi Danuka. Merekalah, yaitu Sang Mayadenawa
dipilih oleh para Bhatara semua, diangkat menjadi raja, ''distha''
3. nakan di Pulau Bali. Demikian kesepakatan mereka semua. Se-
tujulah Mayadenawa dipilih, memegang kekuasaan di bumi ini,
melalui kesepakatan di dalam persidangan. Kemudian kembalilah
para Bhatara semuanya. Bhatara Putrjaya
4. setelah mohon izin ke hadapan Bhatara Hyang Paramesti Guru,
bersama dengan Hyang Gnijaya, terutama Bhatara Catur Purusa,
pulang kembali ke parhyangannya di Bali, yaitu di pura Besakih.
Tidak dapat diumpamakan kebahagiaan dan kemuliaannya<noinclude></noinclude>
8cedorsr5j0d1vn7vb6oa4ii6dq8ygw
113591
113572
2022-07-20T00:05:43Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|60}}
Mpu Kamareka sambil mengelus-elus kaki Dang Guru, disertai
penghormatan. Tidak tersangka senang hatinya, sebab telah mem-
peroleh anugerah. Diceritakan mengenai Dang Guru, sudah me-
ninggalkan Tampurhyang, kembali pulang ke Pulau Jawa.
3. Sebab hanya bersifat pikiran, kemudian sampai di Jawa. Demikian
ceritanya. Selanjutnya, entah telah berapa tahun berlalu, sangat
rukun keturunan, orang-orang di Bali. Banyak telah berkeluarga,
beranak cucu, meliputi hampir semua daerah. Begitulah kaadaan-
nya, sebagai hasil yoga semadi para Bhatara Bhatari mendidik
orang-orang. Itu menjadi suri teladan bagi orang Bali. Banyak
kalau diuraikan, hal ihwal mengenai
38a. 1. penduduk Pulau Bali. Memiliki ketentuannya masing-masing,
sampai dengan tata cara kematian sebab sama-sama mengu-
sahakan. Begtu ceritanya dahulu. Setelah beberapa lama, kemudian
2. seperti sunyi dan sepi Pulau Bali. Apa sebabnya? Karena tidak ada
raja pemegang tampuk pemerintahan. Itu sebabnya sepi. Waktu itu.
Paduka Bhatara Putujaya bersama Bhatara Hyang Gnijaya
3. disertai oleh Hyang Catur Purusa pergi ke Gunung Jambudwipa
menghadap Bhatara Hyang Paramesti Guru, mohon perkenan beliau, agar ada raja pemegang tampuk pemerintahan di Pulau Bali,
4. bertahta dan mengemban Kahyangan Besakih. Itu sebabnya ham-
pir semua dewa dan dewata, dan para Resi, mengikuti Hyang
Ku Jagatnatha dari sorgaloka. Demikian sama perasaan mereka
b. 1. masing-masing. Dipilihlah hari yang baik. Adalah anak Bhagawan.
Kasyapa, kelahiran Dyah Wyapara, bemama sang Mayadanawa,
sudah dijadikan suami oleh
2. Dewi Malini, yaitu putri Bhatara Hyang Ananta Bhoga, ibunya
bernama Ni Dewi Danuka. Merekalah, yaitu Sang Mayadenawa
dipilih oleh para Bhatara semua, diangkat menjadi raja, ''distha''
3. nakan di Pulau Bali. Demikian kesepakatan mereka semua. Se-
tujulah Mayadenawa dipilih, memegang kekuasaan di bumi ini,
melalui kesepakatan di dalam persidangan. Kemudian kembalilah
para Bhatara semuanya. Bhatara Putrjaya
4. setelah mohon izin ke hadapan Bhatara Hyang Paramesti Guru,
bersama dengan Hyang Gnijaya, terutama Bhatara Catur Purusa,
pulang kembali ke parhyangannya di Bali, yaitu di pura Besakih.
Tidak dapat diumpamakan kebahagiaan dan kemuliaannya<noinclude></noinclude>
nawkh2fjm97ei78l224vrxqbqm2nnmt
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/60
250
32415
113573
2022-07-19T23:53:35Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|53}}
maha mona, singgih sang kadi hyang ning nadi putri,
b. 1. putri, aparan don rahadyan sang hulun, ametana tirtha pawitra,
singgih sang maha pangempwan huni hulun mareng swargaloka,
hananing weri wigraha, lawan sang watek gandharwwa pati, kna
pwang
2. hulun kinanyangan nging duran kawawa, apan katujweng kaptya,
ya ta matanghulun, mura mareng swargha amurang murang lam-
pah apti atirtha camana, katmu sang nguniwara mareng kene,
sumawur mwah sang mpu kama-
3. reka, hayu yan mangkana, yan pindaning yogya daran mareng
ngke papareng manastapa, sumawur mwah sang apsari, mpungku
umenget pwa hulun ri bhatara uni kumon hulun mareng madhya
padha, ingka
4. rakwa maka jatwakramahaning hulun, singgih yan pindaning
yogya, tulus akna sihta warah hulun dugaduga, umneng sira mpu
kamareka, tan wruh ri sawuran ika, tan pira kbeking cita
33a. 1. Iwir iniris inusuping saktining indrya, wkasan angucap sarwwi
gagtun duh jiwatmangku kita pangeran, nora waneh kakanta maka
jatukramanta wruha kakanta ling bhatara uni widyadari
2. pakanira, anggel ta kakanta angantya rasi tumungkul pwa sang pini
tuturan, sarwwi pinangku i ngarasaras, apan ginunturab madhu
idep ira, mas jiwatman ingsun pangeran, den
3. tulusakna sihta akuren lawan kakanta, papareng manastapa mareng
wanantara, sadera pwa masku angde hana, kakanta tan piwal,
yadyapin katkeng saptang pajadman, tansah kakanta umiring.
4. sang Iwir atanuh, tan mari pinakpakpakapa ingarasan, sumawur
sang Iwir madhu mentah sarwi angembenging unghal, singgih
pungku haywa sih gaglun syapa kang amisesa besuk mon sira
santosa
b. 1. umiring ranten sang mahamuni, kewala hana pamidhi manira yan
wusing sinuba karmma lawan anghulun, mpungku tan wnang
piwal riheng manira, sapakoning hulun, pan mangkana prawretine
mareng swargadibya,
2. sumawur sang mpu kamareka yayi hayu yen mangkana, tumut
hulun kaya ling ta masku, aja sangsaya, tumuli ingemban mareng
pakasutan, tangeh yan wuwusan, tingkahing agamya gamana,
anemwaken.<noinclude></noinclude>
halr7upmx9dsz1jjv2a76my3xu4z9am
113618
113573
2022-07-20T00:12:42Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>{{center|53}}
maha mona, singgih sang kadi hyang ning nadi putri,
b. 1. putri, aparan don rahadyan sang hulun, ametana tirtha pawitra,
singgih sang maha pangempwan huni hulun mareng swargaloka,
hananing weri wigraha, lawan sang watek gandharwwa pati, kna
pwang
2. hulun kinanyangan nging duran kawawa, apan katujweng kaptya,
ya ta matanghulun, mura mareng swargha amurang murang lam-
pah apti atirtha camana, katmu sang nguniwara mareng kene,
sumawur mwah sang mpu kama-
3. reka, hayu yan mangkana, yan pindaning yogya daran mareng
ngke papareng manastapa, sumawur mwah sang apsari, mpungku
umenget pwa hulun ri bhatara uni kumon hulun mareng madhya
padha, ingka
4. rakwa maka jatwakramahaning hulun, singgih yan pindaning
yogya, tulus akna sihta warah hulun dugaduga, umneng sira mpu
kamareka, tan wruh ri sawuran ika, tan pira kbeking cita
33a. 1. Iwir iniris inusuping saktining indrya, wkasan angucap sarwwi
gagtun duh jiwatmangku kita pangeran, nora waneh kakanta maka
jatukramanta wruha kakanta ling bhatara uni widyadari
2. pakanira, anggel ta kakanta angantya rasi tumungkul pwa sang pini
tuturan, sarwwi pinangku i ngarasaras, apan ginunturab madhu
idep ira, mas jiwatman ingsun pangeran, den
3. tulusakna sihta akuren lawan kakanta, papareng manastapa mareng
wanantara, sadera pwa masku angde hana, kakanta tan piwal,
yadyapin katkeng saptang pajadman, tansah kakanta umiring.
4. sang Iwir atanuh, tan mari pinakpakpakapa ingarasan, sumawur
sang Iwir madhu mentah sarwi angembenging unghal, singgih
pungku haywa sih gagtun syapa kang amisesa besuk mon sira
santosa
b. 1. umiring ranten sang mahamuni, kewala hana pamidhi manira yan
wusing sinuba karmma lawan anghulun, mpungku tan wnang
piwal riheng manira, sapakoning hulun, pan mangkana prawretine
mareng swargadibya,
2. sumawur sang mpu kamareka yayi hayu yen mangkana, tumut
hulun kaya ling ta masku, aja sangsaya, tumuli ingemban mareng
pakasutan, tangeh yan wuwusan, tingkahing agamya gamana,
anemwaken.<noinclude></noinclude>
6rtriy5tv3n00hjjteusxhh81jb7tfp
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/40
250
32416
113574
2022-07-19T23:53:46Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>33
4. kapjahanya,kinugrahan mabya tanem, tan kawnang mapuwun,
mwah tan kawnang mamanah toya, mwang madamar kurung,
apanya wwong tani dusun, nga //0// Kunang mwah ing wkas,
kanugrahan
20a. 1. kinula wisuda, rikala pjahanya, kinugrahan nganggo wadah,
wama, mamangle, kapas matatakan bha, nguniweh mamanah toya,
ya ingaran wwong mamkel singgih //O//Kunang
2. kang pinih alit. kinugrahan kawwanganya satrya, ri kapjahanya
kinugrahan mabade, manganggo lembu, matatakan bhav mabale
slunglung, mamanah toya, damar kurung, tlas kinugrahan sapre-
tekaning ksatrya,
3. nyan katattwanya inguni, wkasan pada wredi sentanan, manak
gumanak, maputra mabuyut macanggah mawareng mwah
maijngan //0// Gumanti sira bhatara brahma, akaryya praboting
manusa,
4. Saka lwiraning kunang mwah bhat_ara siwa, mkaryya
bale didinyan hana tinular dening wwang, nguni tatka-
lanira lunga maring ukir, iniring de praasentananing
b. 1. manusa, ka,5, ahyun anglakar tandwa katmu twed taru nangka,
ring madyaning wana, kaya kalulutan bhatara turninghal, tang
twed, nher pwa araryyan, tumuli pinahayu tang twed nangka
rineka jadma
2. sregep saupacaraning manusa apkik warnanira, apinda warapsam.
kunang ring sampuning puput tang lawulan, tumuli mantuk bhatara
maring tan katon, mangkana kacaritanya. Ri wkasan mwah bhatara
3. siwa mayuga. angredana manusa, urnetu manusa saking tangan
kiwa tengen, jalwistrya, pada parimpumna, 119, kwehnya, sin-
lehan de bhatara smara, rinangkup atmu tangan kabeh, karyya
sawijya-
4. stri, tan hana Swarninya, mwang tan arepwa mamadhu, tinher pwa
sah sakengkana, tan maryya sambat anangis, anesel pula kretti,
prapteng wanan-
21a.1. tara, katmu tang twed nangka, WuS apinda jadma. kendahan citan-
ing wwong turningtul. turnon tata warnaning lingir nangka,<noinclude></noinclude>
nvndc69emgtx0p666d5f9vs1pymhitf
113614
113574
2022-07-20T00:11:26Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>33
4. kapjahanya,kinugrahan mabya tanem, tan kawnang mapuwun,
mwah tan kawnang mamanah toya, mwang madamar kurung,
apanya wwong tani dusun, nga //0// Kunang mwah ing wkas,
kanugrahan
20a. 1. kinula wisuda, rikala pjahanya, kinugrahan nganggo wadah,
wama, mamangle, kapas matatakan bha, nguniweh mamanah toya,
ya ingaran wwong mamkel singgih //O//Kunang
2. kang pinih alit. kinugrahan kawwanganya satrya, ri kapjahanya
kinugrahan mabade, manganggo lembu, matatakan bhav mabale
slunglung, mamanah toya, damar kurung, tlas kinugrahan sapre-
tekaning ksatrya,
3. nyan katattwanya inguni, wkasan pada wredi sentanan, manak
gumanak, maputra mabuyut macanggah mawareng mwah
maijngan //0// Gumanti sira bhatara brahma, akaryya praboting
manusa,
4. Saka lwiraning kunang mwah bhat_ara siwa, mkaryya
bale didinyan hana tinular dening wwang, nguni tatka-
lanira lunga maring ukir, iniring de praasentananing
b. 1. manusa, ka,5, ahyun anglakar tandwa katmu twed taru nangka,
ring madyaning wana, kaya kalulutan bhatara turninghal, tang
twed, nher pwa araryyan, tumuli pinahayu tang twed nangka
rineka jadma
2. sregep saupacaraning manusa apkik warnanira, apinda warapsam.
kunang ring sampuning puput tang lawulan, tumuli mantuk bhatara
maring tan katon, mangkana kacaritanya. Ri wkasan mwah bhatara
3. siwa mayuga. angredana manusa, urnetu manusa saking tangan
kiwa tengen, jalwistrya, pada parimpumna, 119, kwehnya, sin-
lehan de bhatara smara, rinangkup atmu tangan kabeh, karyya
sawijya-
4. stri, tan hana Swarninya, mwang tan arepwa mamadhu, tinher pwa
sah sakengkana, tan maryya sambat anangis, anesel pula kretti,
prapteng wanan-
21a.1. tara, katmu tang twed nangka, Wus apinda jadma. kendahan citan-
ing wwong satrya turminggal. turnon tata warnaning lingir nangka,<noinclude></noinclude>
lsiu5n3g0stzbv2k8n6tvqpyh4qt73v
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/74
250
32417
113575
2022-07-19T23:56:05Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>{{center|67}}
3. sapraptanira tuminghal sira sang ibhu, gipih pwa sinantwaken, apa
ta lwirnya duh mas atma jiwaning hulun nini, dyah malini wawu
prapta ta sira, ndya ta matangmanwanaku, kaya asmu rudita,
4. yan pindaning yogya, den warahaken ramanta tuhan,tan tumbe-
taken sira ibhunira, anembah ta ni dyah malini, tansah ingembeng
ranu nireng mata, sumungkemi pangkwanan ira ibhu.
42a. 1. awarah pamandha bagya ni rakanira, umneng pwa sira sang ibhu
kayya kbekeng hredaya, wkasan sumawur pwa sira, duh mas mirah
kapo sira nini, dyah maiini, yan mangkana aja daheting sungsut
apan
2. pamedaning sanghyang atitah, tan kna pwa linesan, den santo-
sahang manah, pamuliha ta nini mangke, awarawarah lawan
ibhunta, ni dewi wyapara, didinya papareng lawan ibhu umdek
3. padhanira sanghyang suranatha, mareng indra bhwana, garjita pwa
twase ni dyah malini rumengwa andikaning ibhu nher pwa sira
e anembah amwit mulih tan lingen pwa sireng hawan, awasana
umdek akna
4. 4. nirang ibhu, sang apanlah ni dewi wyapara, tar waneh pwa awara-
warah pandha bagya ning sarira, marghaha nirang kaka, maka
nguni awarawarah, kaya sadnyanira hyang ibhu ni dewi danuka
b. 1. tangeh yan ajarakna, pahyun ikang alapkna, gumanti kawuwusan,
sang stri kalih, ni dewi wyapara, lawan ni dewi danuka, lungha.
mareng indraloka, umdek jeng ira sanghyang surapati.
2. sadateng ira anembahing sanghyang surendra, nher pwa sinwaga-
tan, apa la Iwirnya, nini sang ibhu karwa, prapta sira anakni
ramanta, kaya pranagata inidep de sirama ya bapa, kunang yan
pindaning dadi,
3. warahana uga ring hulun, anembah pwa sang sinanganan, sad-
nya paduka bhatara, tan siwah kaya pangartika paduka prames-
wara, nimitanin ikang kawula kalih, umupaksana pangkaja
4. paduka bhatara, nora waneh umintaksamakna, pamanda bagyana
pun mayadanawa, mangke yan pindaning yogya, de rahadyan
sanghulun, daweg den rana, nga, didinwa
43a.1. sumidakna, madhyaloka mwah, walwi angadeg ratu, mareng puli-
na bali, paha lha ta manah paduka bhatara, umneng la sanghyang
surapati wkasan, kayya kbekeng hredaya tan swe umojar ta<noinclude></noinclude>
tpzz07zn52mi1hzds1mdfl62mk7zvx5
113586
113575
2022-07-20T00:02:55Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|67}}
3. sapraptanira tuminghal sira sang ibhu, gipih pwa sinantwaken, apa
ta lwirnya duh mas atma jiwaning hulun nini, dyah malini wawu
prapta ta sira, ndya ta matangmanwanaku, kaya asmu rudita,
4. yan pindaning yogya, den warahaken ramanta tuhan,tan tumbe-
taken sira ibhunira, anembah ta ni dyah malini, tansah ingembeng
ranu nireng mata, sumungkemi pangkwanan ira ibhu.
42a. 1. awarah pamandha bagya ni rakanira, umneng pwa sira sang ibhu
kayya kbekeng hredaya, wkasan sumawur pwa sira, duh mas mirah
kapo sira nini, dyah maiini, yan mangkana aja daheting sungsut
apan
2. pamedaning sanghyang atitah, tan kna pwa linesan, den santo-
sahang manah, pamuliha ta nini mangke, awarawarah lawan
ibhunta, ni dewi wyapara, didinya papareng lawan ibhu umdek
3. padhanira sanghyang suranatha, mareng indra bhwana, garjita pwa
twase ni dyah malini rumengwa andikaning ibhu nher pwa sira
e anembah amwit mulih tan lingen pwa sireng hawan, awasana
umdek akna
4. 4. nirang ibhu, sang apanlah ni dewi wyapara, tar waneh pwa awara-
warah pandha bagya ning sarira, marghaha nirang kaka, maka
nguni awarawarah, kaya sadnyanira hyang ibhu ni dewi danuka
b. 1. tangeh yan ajarakna, pahyun ikang alapkna, gumanti kawuwusan,
sang stri kalih, ni dewi wyapara, lawan ni dewi danuka, lungha.
mareng indraloka, umdek jeng ira sanghyang surapati.
2. sadateng ira anembahing sanghyang surendra, nher pwa sinwaga-
tan, apa la Iwirnya, nini sang ibhu karwa, prapta sira anakni
ramanta, kaya pranagata inidep de sirama ya bapa, kunang yan
pindaning dadi,
3. warahana uga ring hulun, anembah pwa sang sinanganan, sad-
nya paduka bhatara, tan siwah kaya pangartika paduka prames-
wara, nimitanin ikang kawula kalih, umupaksana pangkaja
4. paduka bhatara, nora waneh umintaksamakna, pamanda bagyana
pun mayadanawa, mangke yan pindaning yogya, de rahadyan
sanghulun, daweg den rana, nga, didinwa
43a.1. sumidakna, madhyaloka mwah, walwi angadeg ratu, mareng puli-
na bali, paha lha ta manah paduka bhatara, umneng la sanghyang
surapati wkasan, kayya kbekeng hredaya tan swe umojar ta<noinclude></noinclude>
lrmw94jdaspb49gsxfs8loqlclanfxv
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/62
250
32418
113577
2022-07-19T23:58:25Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>
{{center|11}}
3. rasaning cumanarasa, ataker rarasing paturwan, wus enakta paku-
renira, tan kna inetang pan maring jinemrik, wawu rinowanging
smara, mangkana prawretinya, nimitaning mpu kamareka
4. akuren lawan dadari, nengakna sang aswamya sakareng //0//
Winalweng tang tattwa mwah uni sapraptanira sang mpu ma-
hameru mareng yawadwipa sah sakeng basukih mwang tam-
purhyang umarek agosti
3a1.1 lawan sanakira sadaya, mkadi sang kaka mpu ghnijaya, mpu
ghana, mpu kuturan, mpu pradhah, lingira mpu ghnijaya, yayi
danghyang sumeru, punapa sep dahat sira yayi prapta anghel de
bhatara
2. putrajaya anganti uni sapraptaha sira yayi, kunang kakanta, mwah
yayi sdaya, malar angantiha sira, sumawur sira mpu mahameru,
singgih agung ksamakna arinta, uni saprapta hulun
3. maring tampurhyang apti araryyana asuci, hana togog kayu clagi
katmu, kapengin twas ring hulun tuminghal, irika hulun amet-
waken kasidyadnyanan saksana tang tawulan atmahan
4. asarira manusa wkasan hana karungu wakyeng akasa, kinwan
hulun anugrahakna, sarwwa tattweng adnyana, didinyan hana.
maka bhujangga bali, mwang angwya wangsa bali krama, yatika
b. 1. marmaning sranta dateng, kapengin pwa sang catur tirtha pawarah
sang wawu dateng, sumawur sira mpu kuturan, kawenagan pwa
hulun rumenga, kunang saprapta rahadyan sang hulun mangke,
wuwus olih umdek bhatara
2. ing tolangkir, yadyapin paduka bhatara kamimitan, maring giri
lempuyang, sumawur mpu sumeru, yayi wuwus prapta kakanta,
anembah i bhatara tri purusa, daran sampun kakanta anangunaken
kahyangan
3. maring bali, mwah awarah ing wwong balyaga, sasananing balik-
rama, mangke yan pindaning yogya, daran palungaha mwah mar-
eng bali rajya, amangku kahyanganira bhatara tiga, kewala
4nganti diwasa hayu, sumawur sang maha tirtha sdaya, hayu yan
mangkana, an mangkana pahyun ikang alap, kna maluwara
nikang gasti wicara, kapwa mantuka sira pada sowang
35a.1 sowang maring kahyang kahyanganira, tan mari pada angisti
bhatara ing bali, neng sang mpu haneng atita //0// Pira ta kunang<noinclude></noinclude>
czok4a4pbv14l9xiac4rpkauzen0vi6
113610
113577
2022-07-20T00:10:32Z
Aryana prayoga
876
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Aryana prayoga" /></noinclude>
{{center|11}}
3. rasaning cumanarasa, ataker rarasing paturwan, wus enakta paku-
renira, tan kna inetang pan maring jinemrik, wawu rinowanging
smara, mangkana prawretinya, nimitaning mpu kamareka
4. akuren lawan dadari, nengakna sang aswamya sakareng //0//
Winalweng tang tattwa mwah uni sapraptanira sang mpu ma-
hameru mareng yawadwipa sah sakeng basukih mwang tam-
purhyang umarek agosti
3a1.1 lawan sanakira sadaya, mkadi sang kaka mpu ghnijaya, mpu
ghana, mpu kuturan, mpu pradhah, lingira mpu ghnijaya, yayi
danghyang sumeru, punapa sep dahat sira yayi prapta anghel de
bhatara
2. putrajaya anganti uni sapraptaha sira yayi, kunang kakanta, mwah
yayi sdaya, malar angantiha sira, sumawur sira mpu mahameru,
singgih agung ksamakna arinta, uni saprapta hulun
3. maring tampurhyang apti araryyana asuci, hana togog kayu clagi
katmu, kapengin twas ring hulun tuminghal, irika hulun amet-
waken kasidyadnyanan saksana tang tawulan atmahan
4. asarira manusa wkasan hana karungu wakyeng akasa, kinwan
hulun anugrahakna, sarwwa tattweng adnyana, didinyan hana.
maka bhujangga bali, mwang angwya wangsa bali krama, yatika
b. 1. marmaning sranta dateng, kapengin pwa sang catur tirtha pawarah
sang wawu dateng, sumawur sira mpu kuturan, kawenagan pwa
hulun rumenga, kunang saprapta rahadyan sang hulun mangke,
wuwus olih umdek bhatara
2. ing tolangkir, yadyapin paduka bhatara kamimitan, maring giri
lempuyang, sumawur mpu sumeru, yayi wuwus prapta kakanta,
anembah i bhatara tri purusa, daran sampun kakanta anangunaken
kahyangan
3. maring bali, mwah awarah ing wwong balyaga, sasananing balik-
rama, mangke yan pindaning yogya, daran palungaha mwah mar-
eng bali rajya, amangku kahyanganira bhatara tiga, kewala
4nganti diwasa hayu, sumawur sang maha tirtha sdaya, hayu yan
mangkana, an mangkana pahyun ikang alap, kna maluwara
nikang gasti wicara, kapwa mantuka sira pada sowang
35a.1 sowang maring kahyang kahyanganira, tan mari pada angisti
bhatara ing bali, neng sang mpu haneng atita //0// Pira ta kunang<noinclude></noinclude>
jnpxbecwup0woiva4ih2wmqq9rblj95
Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/20
250
32419
113581
2022-07-20T00:00:01Z
Listya Purnami
866
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|13}}
pangalpika, humung lwir sadpadha angisep sari, mangka yan pan
gopama
3. nher tumuli amwit umantukeng bali, tangeh yan wuwus, tan
katakneng hawan, eet prapta maring bali, apan pada mahawan
hyun, tumurun pwa mareng bhasakih, tan lingen sukaning ajna
nanira
4. apan wus kasinanmathan, sidaning don, umantuk padha bhatara
maring kahyanganira sowangsowang nenghakna ring bali karnan
tyan //0// Parameswara wasile, umarani madya balya
8a. 1. nga, dharppe dewasca paranam bhaswaram maha pawitram. Wu
wusan tumurun ira bhatara hyang pramesrighuTU, maring bali
rajya, tumut sang walek dewata kabeh, mwang resi ghana, dewa
sangha, sahananing maring swar
2. gha, uas umiring bhatara maring bali, kunang bhatara parameSWara
tansah alunggwing padma maJlik anglayang, saha payung amar
apit, mwang tunggul umbul-umbul, humung swaraning genta,
mwang panjayajaya, saha
3. puspa warsa, ring dirghantara rengreng ring dikwidhik, adulur
klepug, kunang bhatara waneh padha adudwadudwa tunggga
ganira, apan padha dharpa hum iring bha tara , mungwing tawang,
tangeh yan wuwusan, eet
4. prapta maring tolangkir, sinungsung de bhatara putrajaya, mwang
bhatara ghnijaya, nguniweh bhatara catur purusa, sahadulur pan
galpika , pangstungkara, jayajaya gandha krtem sinawu
b. 1. raning wus pawartha, sampun apupul maring kahyangan to
langkir, ling ira bhatara hyang pramestighuTU, anakku kamung
hyang dew a dewatha kabeh, mangko den preyogakna didinyan
agya sida anga
2. ji manusa sinuksma tkeng hulun kabeh, sawur manuk sang watek
dewa dewatba kal'>eh, umiring ajna bhatara, pada sinuksma prelina
sumusup ring siwa gharba, ling bhatara, karnung anaku iswara ki
3. La nmngguhing kul it, hyang brahma munggwing otot, hyang wisnu
mungguhing daging, hyang mahadewa mungguhing sumsum ku
nang sira kalih, sangkara ludra, mungguh i pabwahan, wkasan
sampun sarna<noinclude></noinclude>
dqulo0sdkfdxmt7ay9f079zej8ql698
113585
113581
2022-07-20T00:02:08Z
Listya Purnami
866
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Listya Purnami" /></noinclude>{{center|13}}
pangalpika, humung lwir sadpadha angisep sari, mangka yan pan
gopama
3. nher tumuli amwit umantukeng bali, tangeh yan wuwus, tan
katakneng hawan, eet prapta maring bali, apan pada mahawan
hyun, tumurun pwa mareng bhasakih, tan lingen sukaning ajna
nanira
4. apan wus kasinanmathan, sidaning don, umantuk padha bhatara
maring kahyanganira sowangsowang nenghakna ring bali karnan
tyan //0// Parameswara wasile, umarani madya balya
8a. 1. nga, dharppe dewasca paranam bhaswaram maha pawitram. Wu
wusan tumurun ira bhatara hyang pramestighuru, maring bali
rajya, tumut sang walek dewata kabeh, mwang resi ghana, dewa
sangha, sahananing maring swar
2. gha, tlas umiring bhatara maring bali, kunang bhatara parameswara
tansah alunggwing padma manik anglayang, saha payung amar
apit, mwang tunggul umbul-umbul, humung swaraning genta,
mwang panjayajaya, saha
3. puspa warsa, ring dirghantara rengreng ring dikwidhik, adulur
klepug, kunang bhatara waneh padha adudwadudwa tunggga
ganira, apan padha dharpa humiring bhatara , mungwing tawang,
tangeh yan wuwusan, cet
4. prapta maring tolangkir, sinungsung de bhatara putrajaya, mwang
bhatara ghnijaya, nguniweh bhatara catur purusa, sahadulur pan
galpika , pangstungkara, jayajaya gandha krtem sinawu
b. 1. raning wus pawartha, sampun apupul maring kahyangan to
langkir, ling ira bhatara hyang pramestighuru, anakku kamung
hyang dewa dewatha kabeh, mangko den preyogakna didinyan
agya sida anga
2. ji manusa sinuksma tkeng hulun kabeh, sawur manuk sang watek
dewa dewatba kabeh, umiring ajna bhatara, pada sinuksma prelina
sumusup ring siwa gharba, ling bhatara, karnung anaku iswara ki
3. ta nmngguhing kulit, hyang brahma munggwing otot, hyang wisnu
mungguhing daging, hyang mahadewa mungguhing sumsum ku
nang sira kalih, sangkara ludra, mungguh i pabwahan, wkasan
sampun sarna<noinclude></noinclude>
43wn70bx3w4kkohhrpva8k1glzlgxk0
113594
113585
2022-07-20T00:06:22Z
Pertama yasa
133
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Pertama yasa" /></noinclude>{{center|13}}
pangalpika, humung lwir sadpadha angisep sari, mangka yan pan
gopama
3. nher tumuli amwit umantukeng bali, tangeh yan wuwus, tan
katakneng hawan, eet prapta maring bali, apan pada mahawan
hyun, tumurun pwa mareng bhasakih, tan lingen sukaning ajna
nanira
4. apan wus kasinanmathan, sidaning don, umantuk padha bhatara
maring kahyanganira sowangsowang nenghakna ring bali karnan
tyan //0// Parameswara wasile, umarani madya balya
8a. 1. nga, dharppe dewasca paranam bhaswaram maha pawitram. Wu
wusan tumurun ira bhatara hyang pramestighuru, maring bali
rajya, tumut sang walek dewata kabeh, mwang resi ghana, dewa
sangha, sahananing maring swar
2. gha, tlas umiring bhatara maring bali, kunang bhatara parameswara
tansah alunggwing padma manik anglayang, saha payung amar
apit, mwang tunggul umbul-umbul, humung swaraning genta,
mwang panjayajaya, saha
3. puspa warsa, ring dirghantara rengreng ring dikwidhik, adulur
klepug, kunang bhatara waneh padha adudwadudwa tunggga
ganira, apan padha dharpa humiring bhatara , mungwing tawang,
tangeh yan wuwusan, cet
4. prapta maring tolangkir, sinungsung de bhatara putrajaya, mwang
bhatara ghnijaya, nguniweh bhatara catur purusa, sahadulur pan
galpika , pangstungkara, jayajaya gandha krtem sinawu
b. 1. raning wus pawartha, sampun apupul maring kahyangan to
langkir, ling ira bhatara hyang pramestighuru, anakku kamung
hyang dewa dewatha kabeh, mangko den preyogakna didinyan
agya sida anga
2. ji manusa sinuksma tkeng hulun kabeh, sawur manuk sang watek
dewa dewatba kabeh, umiring ajna bhatara, pada sinuksma prelina
sumusup ring siwa gharba, ling bhatara, karnung anaku iswara ki
3. ta nmngguhing kulit, hyang brahma munggwing otot, hyang wisnu
mungguhing daging, hyang mahadewa mungguhing sumsum ku
nang sira kalih, sangkara ludra, mungguh i pabwahan, wkasan
sampun sarna<noinclude></noinclude>
dmnmnsiqdz7f45juktg9f8jvqfelo01
Indéks:GEGURITAN BRAYUT.pdf
252
32420
113710
2022-07-20T05:02:34Z
Siti Noviali
151
Ngardi kaca madaging ""
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=GEGURITAN BRAYUT
|Language=ban
|Author=I Nengah Ardika
|Translator=
|Editor=
|Year=1980
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=
|Progress=T
|Volumes=
|Pages=<pagelist />
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
ca05joxrv85imw94orjgm95wjac0pv2
113762
113710
2022-07-20T11:19:04Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=GEGURITAN BRAYUT
|Language=ban
|Author=I Nengah Ardika
|Translator=
|Editor=
|Year=1980
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=1
|Progress=MS
|Volumes=
|Pages=<pagelist
1="Cover"
2=1
52="Cover"
/>
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
pw18h9wq1jeahzyliluncx4e5j6lug6
113763
113762
2022-07-20T11:19:15Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=GEGURITAN BRAYUT
|Language=ban
|Author=I Nengah Ardika
|Translator=
|Editor=
|Year=1980
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=1
|Progress=MS
|Volumes=
|Pages=<pagelist
1="Cover"
2=1
53="Cover"
/>
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
tarbnbxsbzswo1ipkfzkncw9nlo4rpu
113765
113763
2022-07-20T11:19:46Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=Geguritan Brayut
|Language=ban
|Author=I Nengah Ardika
|Translator=
|Editor=
|Year=1980
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=1
|Progress=MS
|Volumes=
|Pages=<pagelist
1="Cover"
2=1
53="Cover"
/>
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
2i6kltuimhj6ueq33y5pgs05ztwrw2y
Indéks:Pira- Pira Toetoera Dedongeng Boekoe Bali I Ranta Tesalin Isi Basa Sasak.pdf
252
32421
113711
2022-07-20T05:06:21Z
Siti Noviali
151
Ngardi kaca madaging ""
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=Pira- Pira Toetoera Dedongeng Boekoe Bali I Ranta Tesalin Isi Basa Sasak
|Language=ban
|Author=Mohamad Amin
|Translator=
|Editor=
|Year=1923
|Publisher=Landsdrukkerij-Weltevreden
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=
|Progress=T
|Volumes=
|Pages=<pagelist />
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
3z8hu9nwl012ea4bnk17npfwzmakdbk
Indéks:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf
252
32422
113712
2022-07-20T05:17:08Z
Siti Noviali
151
Ngardi kaca madaging ""
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=GEGURITAN MEGANTAKA
|Language=ban
|Author=Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
|Translator=
|Editor=
|Year=1981
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=
|Progress=T
|Volumes=
|Pages=<pagelist />
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
3igo2mphyjkstnnok8dye3h9lp953ud
113760
113712
2022-07-20T11:18:28Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=GEGURITAN MEGANTAKA
|Language=ban
|Author=Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
|Translator=
|Editor=
|Year=1981
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=1
|Progress=MS
|Volumes=
|Pages=<pagelist
1="Cover"
2=1
122="Cover"
/>
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
qxjd43nuxzzdyxqv00968skwk82e3wl
113761
113760
2022-07-20T11:18:39Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=GEGURITAN MEGANTAKA
|Language=ban
|Author=Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
|Translator=
|Editor=
|Year=1981
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=1
|Progress=MS
|Volumes=
|Pages=<pagelist
1="Cover"
2=1
123="Cover"
/>
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
a3ndev0yb3yk3p7l9yjkf4i5o486w2v
113764
113761
2022-07-20T11:19:34Z
Kadek Ayu Sulastri
152
proofread-index
text/x-wiki
{{:MediaWiki:Proofreadpage_index_template
|Title=Geguritan Megantaka
|Language=ban
|Author=Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
|Translator=
|Editor=
|Year=1981
|Publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|Address=
|Key=
|Source=Balai Bahasa Provinsi Bali
|Image=1
|Progress=MS
|Volumes=
|Pages=<pagelist
1="Cover"
2=1
123="Cover"
/>
|Remarks=
|Width=
|Css=
}}
quvjbjndltajt36d4dug60v4yh7393e
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/6
250
32423
113770
2022-07-20T11:30:49Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>Diterbitkan oleh
Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah
Hak pengarang dilindungi undang-undang<noinclude></noinclude>
fm7a9gb28gal547wtcflvxmi6asc68v
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/5
250
32424
113771
2022-07-20T11:32:06Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>berasal dari Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar,
dengan harapan semoga dapat menjadi pengisi dan pelengkap
dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat
kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa sangat terbatas.
Jakarta, 1981
Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah
4<noinclude></noinclude>
kivfebrvtn9gaxyh1qbzjgg5piao3et
113779
113771
2022-07-20T11:36:17Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>berasal dari Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar, dengan harapan semoga dapat menjadi pengisi dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa sangat terbatas.
Jakarta, 1981
Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah
4<noinclude></noinclude>
0nd7fb1yzog1x4ykp4yefza5k06r38b
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/3
250
32425
113772
2022-07-20T11:32:40Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>Diterbitkan oleh
Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah
Hak pengarang dilindungi undang-undang<noinclude></noinclude>
aodnin0c9vccsi78ewm5hnnolfy5hi8
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/9
250
32426
113773
2022-07-20T11:33:14Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>'''TERJEMAHAN'''
1. Ada syair yang bertembang, bertembang pupuh sinom, diceriterakan orang yang beragama Buda, ia tak suka mengindahkan nasehat, penjudi dari sejak kecil, malas dan tak berdaya, anaknya sangat banyak, yang disusahkan suami istri, delapan belas, dengan yang masih ada dalam kandungan.
2. Susah menyusahkan diri, setiap pekerjaan sudah pernah diambil, sungguh dirinya boros, berdagang tak berlaba, sekarang tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, rumahnya semua telah roboh, atapnya berlobang-lobang, semua
disisipi dengan kelopak pohon pinang, setiap hujan (kebocoran) terpaksa lari berteduh di bawah polong.
3 .Ia mempunyai seorang istri didapat dengan jalan memikat
hatinya, dengan kepandaiannya memainkan genggong ke
rumah tangga bernyanyi-nyanyi, kainnya dikenakan tak
teratur, dijahit dengan benang serabut, telah robek berlobang-lobang , bermacam-macam kain dipakai menambal,
tak teratur, jahitannya seperti kelabang.
4. Ia sungguh terlalu tak tahu malu, seperti tak menghiraukan,
kotoran badannya sangat tebal, sangat kotor, badannya
kering tak berminyak, rambutnya merah dan jarang, kusut
dan tak teratur, hanya susunya diikat dengan kain, seperti
salang waluh, .hanya urat kelihatan tak teratur.
5. Ditakdirkan mempunyai anak banyak, jarang ia tidak mengandung, belum menghentikan menyusui telah mengandung, perutnya sudah berisi (mengandung) tak sempat akan
menggulung benang dan menenun, sekarang hanya diam
di dalam rumah, anaknya banyak bergelantingan, tidur
bangun, badannya sangat payah.
6 . Bila hari raya Galuugan, hanya suaminya yang bekerja ,
sibuk bergadang di dapur, mengambil air dan memasak ,
7<noinclude></noinclude>
bf4ga332hh4v3b9y7hq9kcf10wy7bh1
113774
113773
2022-07-20T11:33:49Z
Pertama yasa
133
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>'''TERJEMAHAN'''
1. Ada syair yang bertembang, bertembang pupuh sinom, diceriterakan orang yang beragama Buda, ia tak suka mengindahkan nasehat, penjudi dari sejak kecil, malas dan tak berdaya, anaknya sangat banyak, yang disusahkan suami istri, delapan belas, dengan yang masih ada dalam kandungan.
2. Susah menyusahkan diri, setiap pekerjaan sudah pernah diambil, sungguh dirinya boros, berdagang tak berlaba, sekarang tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, rumahnya semua telah roboh, atapnya berlobang-lobang, semua
disisipi dengan kelopak pohon pinang, setiap hujan (kebocoran) terpaksa lari berteduh di bawah polong.
3 .Ia mempunyai seorang istri didapat dengan jalan memikat
hatinya, dengan kepandaiannya memainkan genggong ke
rumah tangga bernyanyi-nyanyi, kainnya dikenakan tak
teratur, dijahit dengan benang serabut, telah robek berlobang-lobang , bermacam-macam kain dipakai menambal,
tak teratur, jahitannya seperti kelabang.
4. Ia sungguh terlalu tak tahu malu, seperti tak menghiraukan,
kotoran badannya sangat tebal, sangat kotor, badannya
kering tak berminyak, rambutnya merah dan jarang, kusut
dan tak teratur, hanya susunya diikat dengan kain, seperti
salang waluh, .hanya urat kelihatan tak teratur.
5. Ditakdirkan mempunyai anak banyak, jarang ia tidak mengandung, belum menghentikan menyusui telah mengandung, perutnya sudah berisi (mengandung) tak sempat akan
menggulung benang dan menenun, sekarang hanya diam
di dalam rumah, anaknya banyak bergelantingan, tidur
bangun, badannya sangat payah.
6 . Bila hari raya Galuugan, hanya suaminya yang bekerja ,
sibuk bergadang di dapur, mengambil air dan memasak ,
7<noinclude></noinclude>
r8u9ozre6q3p0xcmkjq6ohf4du0szae
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/6
250
32427
113775
2022-07-20T11:34:29Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>DAFTAR lSI
1. Sinom . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73
2. Semarandana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
3. Durma .. .. .... .... . . . .. .... . .... .. . . ............. 79
4. Pangkur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81
5. Dandanggula . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
6. Sinom . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 92
7. Semarandana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
8. Durma .......... . . ... .. . . ............... .... . .. . . 103
9. Pangkur .. . .. .. ..... ..... . . . . . . . . . . . ... . . . . .. .. . . 109
10. Dandanggendis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 116<noinclude></noinclude>
my5kb6qoe1qjd4sb5v4ydthxi53wz9t
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/7
250
32428
113776
2022-07-20T11:35:17Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>'''KATA PENGANTAR'''
Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap
daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karyakarya sastra lama, yang pada hakikatnya adalah cagar budaya nasional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa
bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan
dan pengembangan kebudayaan dan ilmu di segala bidang.
Karya sastra lama akan dapat memberikan khazanah ilmu
pengetahuan yang beraneka macam ragamnya. Penggalian karya
sastra lama yang tersebar di daerah-daerah ini, akan menghasilkan
ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pula pandangan
hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi nilainya.
Modal semacam itu, yang tersimpan dalam karya-karya sastra
daerah, akhirnya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya.
Pemeliharaan, pembinaan, dan penggalian sastra daerah jelas
akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina
kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan
pada khususnya.
Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya bagi
pemeliharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan dapat
tercipta pula, bila sastra-sastra daerah yang termuat dalam karyakarya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan dalam
bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini
manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali war:san
rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah itu. Kita
yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari dalamnya
tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja,
melainkan juga akan dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, bahkan lebih dari itu, ia akan dapat menjelma menjadi
sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra dunia.
Sejalan dan seirama dengan pertimbangan tersebut di atas, kami
sajikan pada kesempatan ini suatu karya sastra daerah Bali, yang<noinclude></noinclude>
2uz6t0wo03sfkj6tyqwsqb430sfkos2
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/4
250
32429
113777
2022-07-20T11:35:33Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>'''KATA PENGANTAR'''
Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama, yang pada hakikatnya adalah cagar budaya nasional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu di segala bidang.
Karya sastra lama akan dapat memberikan khazanah ilmu pengetahuan yang beraneka macam ragamnya. Penggalian karya sastra lama yang tersebar di daerah-daerah ini, akan menghasilkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pula pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi nilainya. Modal semacam itu, yang tersimpan dalam karya-karya sastra daerah, akhirnya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya.
Pemeliharaan, pembinaan, dan penggalian sastra daerah jelas akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya.
Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya bagi pemeliharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan dapat tercipta pula, bila sastra-sastra daerah yang termuat dalam karya-karya sastra lama itu , diterjemahkan atau diungkapkan dalam bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah itu. Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari dalamnya tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, bahkan lebih dari itu, ia akan dapat menjelma menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra dunia.
Sejalan dan seirama dengan pertirnbangan tersebut di atas, kami sajikan pada kesempatan ini suatu karya sastra daerah Bali, yang<noinclude></noinclude>
ozt1pyu04oswekkzlmp1e5ynzalqvud
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/8
250
32430
113778
2022-07-20T11:36:10Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>berasal dari Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar,
dengan harapan semoga dapat menjadi pengisi dan pelengkap
dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat
kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa sangat terbatas.
Jakarta, 1980
Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah
6<noinclude></noinclude>
5e8ojdmjdyruhl9pg5u25rui3pvwmmv
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/7
250
32431
113780
2022-07-20T11:36:49Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>TERJEMAHAN
Semoga selamat
I.
I . Adalah sebuah karaugan berbentuk kidung, pekerjaaan iseng di malam hari . mengarang kidung seadanya, banyak salah tulis dan bahasanya, untuk menghibur hati dalam kebingungan, merasa diri seperti dalam bahaya, sekarang dicoba men cari penyebabnya, apakah kena kutukan (Tuhan), karena salah membangun rumah.
2. Diri miskin bcrkeinginan seperti orang kaya, jika mencari nafkah juga masih dibagi. (hasilnya ). kalau siang hari pekerjaannya kc tetangga bersenandung. anak istri memarahi , tetapi tidak dih irauk:.m , mencari makan dengan muka tebal , tidak
memperhatikan kata-kata yang kasar (kotor), asalkan, perut kenyang .
3. Sekarang baru mulai berkebun , memohon berkah Tuhan menanam jagung dan kentang. dengan ubi keladi sedikit. untuk penghibur hati , seandainya berhasil. ada yang diberikan teman untuk menghibur anak kecil. dengan tembang sinom .
4. Tersebutlah di masa dulu, menuntt cerita orang-orang sekarang. apakah sungguh-sungguh terjadi a tau tidak ,janganlah men tertawai cerita dari Majapahit , yang dahulu saya dengar, waktu saya berada di Ampenan, cerita seorilno "Rngis , dikumpulkan, sekarang disusun berbentuk nyanyian.
5. Raja di Nusantara , sangat berkuasa, rakyatnya sangat banyak, mempunyai dua orang anak, tetapi kelahirannya kernbar laki pcrempuan, yang Iebih tua seorang putri cantik ,
adapun adiknya , anak laki-laki , wajahnya sangat tampan,telah lal1ir , satu bulan lima hari yang lalu.
6. Lalu turun hujan siang malam. angin berembus kencang, gempa bumi dan halilintar , sehari pun tidak pemah terang, rakyat bingung semua, kerbau sapi tidak pernah keluar
7<noinclude></noinclude>
e2nhudgmvgc6m83reobwnio556g6eaw
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/5
250
32432
113781
2022-07-20T11:38:14Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>Milik Dep. P dan K
Tidak diperdagangkan
PPS/B1/8179
'''GEGURITAN BRAYUT'''
Alih aksara dan alih bahasa
I NENGAH ARDIKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
Jakarta 1980<noinclude></noinclude>
deshnb3ka7brsw8k757i9pet4aezi2k
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/4
250
32433
113782
2022-07-20T11:38:28Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude><noinclude></noinclude>
2a83k81e6xnl0i1og3dlrulws2mwef8
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/3
250
32434
113783
2022-07-20T11:38:57Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>'''GEGURITAN BRAYUT'''<noinclude></noinclude>
nosp3vt7hjbupgzk4r2ay43mr2g285x
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/2
250
32435
113784
2022-07-20T11:39:30Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude><noinclude></noinclude>
2a83k81e6xnl0i1og3dlrulws2mwef8
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/8
250
32436
113785
2022-07-20T11:40:36Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>kandang, kuda gajah dan un ta. ayam burung dara semua mencicit. se mua mahluk panik.
7. Merasa seperti aka n ada bahaya , seisi hutan bersedih , lebihlebih manusia. semua bingung, terse butlah maha patih , pada suatu malam tidak dapat tidur , gelisah, seperti ada yang mengganggu, tengah malam , terdengar suara yang tidak
diketahui asalnya.
8. " lh . patih Nusan tara, sungguh patih tidak mengetahui ,
sebabnya hujan te rus-menerus , tidak putus-putusnya siang
dan malam. karena rajamu salah melahirkan putra, karena
Lahirnya kembar laki perem puan, sekarang tiba saatnya
hancur kerajaan jika tidak dibuang, salah seorang bayi itu.
9. Sampai mereka tua dan ubanan. tidak pernah terang sehari
pun. jika salah seorang dibuang. akan terang benderang tidak
seperti se karang. di dunia ini penuh kebingimgan, dan juga
di sorga, goyang ke timur ke barat , pa ra dewa, sangat sulit
membicarakan".
10. Suara leyap. yang mendengar sekarang berkata dalam hati,
benar demikian putra permaisuri , hujan dan angin kencang,
tidak dice ritakan malarn harinya , pagi-pagi keesokan harinya,
Rakrian patih menghadap. langsung masuk istana , pada waktu itu raja sedang di balai penghadapan.
11. Raja menyambut ketika melihat , disertai perkataan yang
ramah. " Kanda patih" baru datang. sungguh bahagia kanda
datang. jika kanda tidak segera datang, saya he ndak mengirim utusan. ke rumah kanda, Rakriana patih menyembah
lalu naik , duduk paling di depan .
12. Raja berkata pelan, apa sebabn ya sekarang ini , seperti ada
ben cana , tandanya dunia ini goyang, terus-me nerus hujan
dise rtai angin , tidak pernah berhenti sian g dan rnalam kirakira dua bulan, gem pa burni te rus-menerus , beliau para
pendeta Siwa da n Buda juga men gatakan sulit .
13. Rakrian patih menyembah, perkataannya seperti orang
hendak menangis ''Ya tuanku junjungan hamba, hamba menyampaikan untuk mengingatkan tuanku , bagaimana
8<noinclude></noinclude>
b3wkkqytq4s4eg0okq39c3ewsxian62
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/1
250
32437
113786
2022-07-20T11:40:43Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>Milik Departemen P dan K
Tidak diperdagangkan
Untuk umum
'''
Geguritan
Brayut
'''
I Nengah Ardika
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan<noinclude></noinclude>
hkzkbxovfj8bmd3yes38zb55jisjw30
113789
113786
2022-07-20T11:41:25Z
Pertama yasa
133
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>Milik Departemen P dan K
Tidak diperdagangkan
Untuk umum
'''Geguritan'''
'''Brayut'''
I Nengah Ardika
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan<noinclude></noinclude>
nyxojazfri55jx7nnkkxa8kud3mjthi
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/9
250
32438
113787
2022-07-20T11:41:08Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>sekarang, kehendak tuanku, yang mana dipilihan hancurnya negara, ataukah sa1ah seorang putra tuanku, dibuang (diusir).
14. Ada terdengar oleh hamba suara ajaib (utama), yang hamba dengar pada malam hari, adapun sebabnya di dunia ini hujan turun siang dan malam , karena raja, berputra kembar tuanku, lahirnya laki perempuan, itu yang menyebabkan bencana , kalau tidak dibuang salah seorang putra baginda.
15. Akan tidak pernah terang, bukan saja di sini, di sorga juga panik, goyang ke barat goyang ke timur, demikianlah tuanku, suara yang hamba dengar, jika dibenarkan , patut segera dilenyapkan salah seorang putra tuanku", raja , sangat bingung mendengarkan.
16. Akhirnya beliau berkata, terputus-putus diselingi tangisan "Ya aku aka.n menuruti, perasaanku sekarang, seperti menghancurkan permata satu peti, kalau memang demikian kehendak Tuhan , marilah kanda pulang, aku berpikir dalam hati" Rakrian patih, mohon diri, dengan penuh hormat.
17. Lalu segera berjalan, tidak diceritrakan lagi si patih, raja lalu masuk ke istana, segera naik ke tempat tidur tiada lain yang dipikirkan yang dipertengkarkan di dalam hati, tentang putra beliau, karena keduanya sangat disayangi yang laki tampan, seperti dewa Asmara.
18. Yang perempuan sangat cantik, tidak ubahnya seperti dewi Ratih, seperti sepasang tangkai bunga raja lalu memperhatikan seketika air mata beliau keluar beliau menangis tetapi tidak bersuara, rasanya tidak sampai hati membuang, karena sayang pada keduanya, itulah menyebabkan raja bingung pikirannya.
19. Yang mana diperlihara dan yang mana dibuang, jika yang wanita dipelihara, siapa yang naik tahta kemudian, karena memang yang laki diandalkan, yang akan memegang tampuk pemerintahan, jika yang putri dibuang, nantinya, jika masa bercintanya (remaja) tiba, dan kawin dia juga
9<noinclude></noinclude>
cpzuwmovzjokryfhsd3rqfilohxk12u
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/101
250
32439
113788
2022-07-20T11:41:17Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>VIII. PUH DURMA<br>
1. Duh mas mirah ratu mas atma juita, kalingane i manik , jim<br>
ka manusa, ne mangkjn satuhunan , yan ica i mirah manik,<br>
titiang mamakta, mantuk maring nagari.<br>
2. Ring Nusambara reke pan agaran titiang, titiang putran narapati, mung titiang kewala, lanang amung sanunggal , wenten<br>
kakanti titiang istri , sampun kakutang, ring pulo Mas ne<br>
nguni.<br>
3. Dening kakutang keraos ngaletehin jagat mijil titiange buncing, titiang ninggal desa , misadia ka pulo Mas, mangambil<br>
dane yan kari Ni Sekar Kancana, sabdane mijil aris.<br>
4 . lnggih ne dumun kalaning titiang mentas, irika di Giliadi<br>
wenten para putra, saking Ambaramadia, titiang ngiring<br>
sapati urip, duhka nastapa, titiang tan malih kapti.<br>
5. Yan beli durus manjakang jadma papa, titiang lintang sairing,<br>
yadin jele melah, mangandika rahadian, duh ratu yan durus<br>
asih, nunas gelisang, ka Arribaramadyeki.<br>
6. Raris mamargi ida adeng-adengan, ngambah ka alas ukir,<br>
jurang gitgit tegal, lebah saking mamarga, wus pitung dina di<br>
marrgi, tan manggih desa, nengakena tuan Mantri.<br>
7. Kacarita mangkin Raden Megantaka, di Malaka nagari, sampun polih orta, ne nginggatang tuan dewiya, Rahaden Ambarapati, Ambaramadya, nagarane tuan Mantri.<br>
8. Ne mangkin sampun waluya di nagara, merange tari gigis,<br>
Raden Megantaka, mangandika ring cita, ne suba tuara nandingin , yan di payudan telas punang nagari.<br>
9. Kakalahang tong ada magut ban yuda, aku mantri linuih,<br>
wanen gung prakosa, sakti tuarada pada, teka ada anak bani,<br>
congkah cumangkah, rahaden nabda aris.<br>
10. Wiramanggala kaka Wirakalana, lan kaka Wiragati, Ki Wiralanglangan, aku lunga ne benjang, mangelurug punang nagari ,<br>
Ambaramadya, kaka pada pradangin.<br>
11. Uli jani pada konkon mapangarah, kaka ka desa jim, apanga<br>
katogan, ratu jim majalan lan ratu Tatar lan Tebih, ratu ring<br>
Besah, apanga kerik tingkih.<br>
103<noinclude></noinclude>
5xeqvfmzjk5nrrx2iq4d8l50w1wq8qs
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/2
250
32440
113790
2022-07-20T11:42:40Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>
Geguritan
MEGANTAKA
MIlik Dep. P dan K
Tidak diperdagangkan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
Jakarta 1981<noinclude></noinclude>
96aghwsiaz1k1xjbww8bhy7evhirw0u
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/10
250
32441
113791
2022-07-20T11:43:47Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>membuat sajen, kacang komak ikan telur, sayur kacicang
dan belandingan, sambal tumbuk kelapa dan kecambah,
daun kacarum, pelasnya seperti lempengan gender.
7. Sudah selesai dan diatur, sajiannya yang kecil-kecil, ada lagi
yang bersate calon, adonan urab merah dan putih; dagjng
babi sama-sama seiris, tulang dan dedeleg marus, sirih samasama satu tinting, tapai, pisang, kue, uli, sekepal kue abug,
tumpeng sama-sama satu dandan (6 buah).
8. Sebelumnya sudah siap sedia, menjahit lamak sudah kemarin, ukiran gigi barong, dipakai hiasan pada pinggiran, yang
di tengah di ukir, seperti daun paku muda, telaH tersusun
rapi, caniga ratna, daun kayu kakerikan.
9. Pergi mandi ke permandian, pagi-pagi buta berkeramas dan
membersihkan gigi, barn datang menuju ke dapur, lalu mengambil api, dupa harum dan setanggi, kayu bakar dapdap dan majegau, mempunyai selendang satu lembar, yang
dimuliakannya sekarang, telah luntur, itulah yang dikenakan.
10. Tak diceriterakan telah selesai menghaturkan sajiannya,
mengambil air suci dan memerciki, dan saJian di tempayan
tempat air, tak diceriterakan yang di langki, di dapur sebelah pintu, di atap dan bakul tempat beras, pada air dan
batu penggilas sambal, hingga ke kandang sapi, lampu dan
lesung (alat penumbuk), akhirnya pada tempat sirih.
11. Istrinya tidak mengetahui, ia masih tidur nyenyak, bergeletakan napasnya bersuara, menghembus embus, anaknya
banyak bergelantingan, ada yang tidur miring, ada yang menengadah dan merangkak, ada yang menghadap ke kaki,
yang paling ketut menelungkup, menggelut bahu, setiap
mau bangun digoyangkan.
12. I Ketut bangun menggelepar, digigit tuma menangis kaget,
menangis tak bisa dihibur, berguling-guling, yang lain semua menangis, ada yang menghardik memanggil-manggil,
ada lagi yang merangkak, yang suaranya seret merintih
8<noinclude></noinclude>
p6ak8b6xk450xuclz7l58ke6efsyukn
113795
113791
2022-07-20T11:44:23Z
Pertama yasa
133
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>membuat sajen, kacang komak ikan telur, sayur kacicang
dan belandingan, sambal tumbuk kelapa dan kecambah,
daun kacarum, pelasnya seperti lempengan gender.
7. Sudah selesai dan diatur, sajiannya yang kecil-kecil, ada lagi
yang bersate calon, adonan urab merah dan putih; dagjng
babi sama-sama seiris, tulang dan dedeleg marus, sirih samasama satu tinting, tapai, pisang, kue, uli, sekepal kue abug,
tumpeng sama-sama satu dandan (6 buah).
8. Sebelumnya sudah siap sedia, menjahit lamak sudah kemarin, ukiran gigi barong, dipakai hiasan pada pinggiran, yang
di tengah di ukir, seperti daun paku muda, telaH tersusun
rapi, caniga ratna, daun kayu kakerikan.
9. Pergi mandi ke permandian, pagi-pagi buta berkeramas dan
membersihkan gigi, barn datang menuju ke dapur, lalu mengambil api, dupa harum dan setanggi, kayu bakar dapdap dan majegau, mempunyai selendang satu lembar, yang
dimuliakannya sekarang, telah luntur, itulah yang dikenakan.
10. Tak diceriterakan telah selesai menghaturkan sajiannya,
mengambil air suci dan memerciki, dan saJian di tempayan
tempat air, tak diceriterakan yang di langki, di dapur sebelah pintu, di atap dan bakul tempat beras, pada air dan
batu penggilas sambal, hingga ke kandang sapi, lampu dan
lesung (alat penumbuk), akhirnya pada tempat sirih.
11. Istrinya tidak mengetahui, ia masih tidur nyenyak, bergeletakan napasnya bersuara, menghembus embus, anaknya
banyak bergelantingan, ada yang tidur miring, ada yang menengadah dan merangkak, ada yang menghadap ke kaki,
yang paling ketut menelungkup, menggelut bahu, setiap
mau bangun digoyangkan.
12. I Ketut bangun menggelepar, digigit tuma menangis kaget,
menangis tak bisa dihibur, berguling-guling, yang lain semua menangis, ada yang menghardik memanggil-manggil,
ada lagi yang merangkak, yang suaranya seret merintih
8<noinclude></noinclude>
4yjy5i2ycvbfayrt0zb3wrltagx68a4
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/31
250
32442
113792
2022-07-20T11:44:03Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>kali, tak ada yang membuat keributan dalam keluarga, ajaran samhita yang dipakai pedoman hidup,akhirnya ceritera,
mereka sangat bahagia.
==========
29<noinclude></noinclude>
aefucx0hrw774gxtqzyub9xp6xmaprx
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/53
250
32443
113793
2022-07-20T11:44:10Z
Ni Luh Septiani
788
/* Kaca sané sampun kauji */ Ngardi kaca madaging "PN BALAI PUSTAKA - JAKARTA"
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Luh Septiani" /></noinclude>PN BALAI PUSTAKA - JAKARTA<noinclude></noinclude>
leuf01oy59sn7vhhojcvtd4y6hrfq5a
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/26
250
32444
113794
2022-07-20T11:44:19Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>
Raden Galuh dibunuh oleh Patih di taman Kcrajaan<noinclude></noinclude>
hdtn2jge4a5tzut5ilbphxoxyclbec2
113821
113794
2022-07-20T11:57:32Z
Listya Purnami
866
/* Tervalidasi */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="4" user="Listya Purnami" /></noinclude>
Raden Galuh dibunuh oleh Patih di taman Kerajaan<noinclude></noinclude>
pzyincfjbmdo2790si7kirx85ev6t42
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/32
250
32445
113796
2022-07-20T11:44:26Z
Tudpartha
144
/* Bermasalah */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="2" user="Tudpartha" /></noinclude><noinclude></noinclude>
fmeplwtj5cjzh1zkme2dtvrucydblk5
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/11
250
32446
113797
2022-07-20T11:45:45Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>akan pergi, karena dia memang milik orang lain.
20. Ya kalau mesti dibuang , lalu diumumkan segera , kepada para perbekel (kepala desa) dan manca, dan kepada seluruh rakyat putri remaja mendengar, yaitu beliau tuan Galuh, yang akan dibuang, seketika hujan berhenti, gempa bumi dan kilat, semua hilang.
21. Tersebutlah tuan putri, wajahnya bagaikan dewi Ratih , umurnya baru dua tahun bernama I Ambarasari karena memang sarinya kecantikan , tidak lain yang disebutkan permaisuri raja, sama sekali tidak mau melihat, habis akal, para pengasuh sibuk menyiapkan.
22. Setelah tiba saatnya , diutuslah rakrian patih, untul membuang raja putri, dibawa ke negara lain, perjalanan dengan perahu, tiga hari berlayar , sampailah di pulau Emas segera berlabuh di sana , semua turun , yang mengantarkan raja putri.
23. Stelah sampai di daratan, semua rakyat giat membangun sebuah rumah, dua hari sudah selesai, untuk tempat beliau tuan putri, kasur kelambu dan bantal bertumpuk, periuk-periuk dan piring, ''jun'' (tempat air) ''kekeb'' (penutup nasiwaktu memasak) sudah tersedia, dengan perbekalan beras dan uang enam ratus.
24. Disertai dua orang pe layan tiga orang dengan I Nginte dan kain beberapa peti, juga ikat pinggang dan kain tutup kepala, gelang dan cicin, denga permata yang indah, lain lagi yang memakai mata, ''nila pangkaja'', sangat terkenal, ki patih lalu mohon diri pada raja putri.
25. Tinggallah paduka tuanku, saya mo hon diri, raja putri tidak berkata, hanya menyahut dengan tangisan , adapun rakrian patih, menangis tersedu-sedu, dan juragan nelayan, serta semua pengikutnya, sama-sama bersedih, memikirkan orang yang dibuang.
26. Seperti jiwa meninggalkan raga, melihat raden dewi, setelah semua naik ke perahu, mengangkat jangkar sambil me-
11<noinclude></noinclude>
fonbkbjfpfsfq09fjgt7u9o2xm5y4pl
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/11
250
32447
113798
2022-07-20T11:46:22Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>rintih, yang suka menangis, tangisnya keras di bagian kaki.
13. Ada yang mengambil bakul nasi, jatuh di tanah bergulingguling minta babi guling, yang manja telah di gendong,
meraba bahu dan menangis merintih-rintih, tak mendengar
nasehat, menangis disertai dengan memanggil-manggil,
minta sate calon, yang loba perutnya hingga kenyang kelebihan, hingga tersendat-sendat, minta tulang-tulang yang
digoreng.
14. Ada yang baru bangun menerjang, baru bangun minta nasi,
ada yang memaksa minta susu ibunya, berebutan semua.
menangis, ada. yang menangis merintih-rintih, sangat riuh
seperti orang memukulkan polongan bambu, ada yang mengocok cerek, yang bernama I Nyoman merusak dinding,
sangat ribut, tangisnya riuh-rendah.
15. Maka Men Brayut tidurnya terjaga, mendengar anak-anak:
nya menangis, bangun setengah sadar, badannya lemah,
mengusap-usap matanya masih terpejam, gatal korengnya
kumat, menggaruk suaranya gerak-gerok, kain dalamnya
banyak bertuma (semacam kutu), seperti tak kurang seratus ribu, ada yang bertelur, anaknya berserakan.
16. Mau bangun masih bermalas-malas, masih menangkap tuma
siksik-siksik kutunya hingga di leher, bergerayang dan bergeridip, dicari-cari dengan tangannya siksik-siksik, tangannya naik turun, sibuk tangannya membunuh, anaknya merebutnya, ada yang mernakan, mulutnya cepat seperti alat
penghalus kapas.
17. Seperti tak habis-habisnya, karena sangat banyak, sekarang
ia keluar rumah, anak-anaknya mengikuti, dituntun sebelah
kanan dan kiri, di belakang dan di muka, ada yang mengambil susu, ada memcluk dan mencium pipi, beriring-iring,
terhalang setiap melangkali.
18. Sekarang tak bisa berjalan, I Ketut kemauannya supaya diikuti, mengajak menonton barong, yang lain mau meminta, semua memanggil ibu, ayahnya pergi nganggur, banten
9<noinclude></noinclude>
j5q0himyezlcua5b2aceg9tqw68kcs9
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/27
250
32448
113799
2022-07-20T11:46:36Z
Aryana prayoga
876
/* Kaca sané durung kauji-wacén */ Ngardi kaca madaging "12. Tetapi Raden Mantri , tidak ada maksud karena tiada yang lain , menjadi buah hatinya, yang selalu terbayang, terasa seperti selalu berdarnpingan selalu mendoa di dalarn hati, permata jiwaku, di rnanakah dinda sekarang, kucari, kalau dinda tidak kute mui , Jebih baik kanda mati . 13. Tiada diceritakan Raden Mantri bersedih hati, diceritakanlah Raden Megantaka, siang dan malam pikirannya, terus menggoda Raden Galuh diajak bercum bu ra...
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="1" user="Aryana prayoga" /></noinclude>12. Tetapi Raden Mantri , tidak ada maksud karena tiada yang
lain , menjadi buah hatinya, yang selalu terbayang, terasa
seperti selalu berdarnpingan selalu mendoa di dalarn hati,
permata jiwaku, di rnanakah dinda sekarang, kucari, kalau
dinda tidak kute mui , Jebih baik kanda mati .
13. Tiada diceritakan Raden Mantri bersedih hati, diceritakanlah
Raden Megantaka, siang dan malam pikirannya, terus menggoda Raden Galuh diajak bercum bu rayu, tetapi dia selalu
menolak , jika saatnya seketika dia sakit, pagi-pagi , ketika
Megantaka dihadap, untuk mengadakan sayembara.
14. Semua pernuda keluar, ke halaman istana berkelompok-
kelompok , sorak-sorai sangat ramai , yang menonton para
gadis dan pemuda, besar kecil semua menonton, Raden
Ambaramadia, juga ingin menonton, lalu berganti pakaian,
kain cepuk sari (namaj enis kain) dengan saput (kain penutup
dada sarnpai ke punggung) sangat pantas dengan ikat pinggang sutra.
15. Dengan memakai keris , dengan bertatahkan perada , pokok
keris yang sangat indah , bersunting bunga kembang sepatu
lalu keluar dengan bergaya , langsung ke halaman istana, setiap orang yang melihat, laki perempuan kagum , melihat , kedatangannya tidak banyak yang memperhatikan , lalu beliau
duduk di belakang.
16. Raden Megantaka melihat, dengan heran lalu beliau berkata,
''Oh kamu kemarilah , di sini kamu duduk", Raden Mantri
segera ke de pan, agak membungkuk , duduk di depan , Raden
Megantaka be rkata, Sungguh kakak tidak tahu , siapa kamu
ini.
17. Nama dan desamu, hendaknya karnu ceritakan! Raden Mantri
berkata, dengan sopan santun , saya rakyat dari dusun , hernama Arnbarapati, tidak mengetahui daerah asal, karena
hamba tuanku , sudah lama meninggalkan negara, waktu rnasill kecil, meninggalkan desa , sungguh akhirnya sangat menderita.
18. Raden Megantaka menjawab , jika kamu suka di sini, pulang
27<noinclude></noinclude>
od069cwh9j9xd7omuynco16f2zgdn1w
113801
113799
2022-07-20T11:47:52Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>12. Tetapi Raden Mantri, tidak ada maksud karena tiada yang
lain , menjadi buah hatinya, yang selalu terbayang, terasa
seperti selalu berdarnpingan selalu mendoa di dalarn hati,
permata jiwaku, di rnanakah dinda sekarang, kucari, kalau
dinda tidak kutemui , Jebih baik kanda mati.
13. Tiada diceritakan Raden Mantri bersedih hati, diceritakanlah
Raden Megantaka, siang dan malam pikirannya, terus menggoda Raden Galuh diajak bercum bu rayu, tetapi dia selalu
menolak , jika saatnya seketika dia sakit, pagi-pagi , ketika
Megantaka dihadap, untuk mengadakan sayembara.
14. Semua pernuda keluar, ke halaman istana berkelompok-
kelompok , sorak-sorai sangat ramai , yang menonton para
gadis dan pemuda, besar kecil semua menonton, Raden
Ambaramadia, juga ingin menonton, lalu berganti pakaian,
kain cepuk sari (nama jenis kain) dengan saput (kain penutup
dada sarnpai ke punggung) sangat pantas dengan ikat pinggang sutra.
15. Dengan memakai keris , dengan bertatahkan perada , pokok
keris yang sangat indah , bersunting bunga kembang sepatu
lalu keluar dengan bergaya , langsung ke halaman istana, setiap orang yang melihat, laki perempuan kagum , melihat , kedatangannya tidak banyak yang memperhatikan , lalu beliau
duduk di belakang.
16. Raden Megantaka melihat, dengan heran lalu beliau berkata,
''Oh kamu kemarilah , di sini kamu duduk", Raden Mantri
segera ke de pan, agak membungkuk , duduk di depan , Raden
Megantaka be rkata, Sungguh kakak tidak tahu , siapa kamu
ini.
17. Nama dan desamu, hendaknya karnu ceritakan! Raden Mantri
berkata, dengan sopan santun , saya rakyat dari dusun , hernama Arnbarapati, tidak mengetahui daerah asal, karena
hamba tuanku , sudah lama meninggalkan negara, waktu rnasill kecil, meninggalkan desa , sungguh akhirnya sangat menderita.
18. Raden Megantaka menjawab , jika kamu suka di sini, pulang
27<noinclude></noinclude>
o64mumyxp3efo2c5p271g9onf3zyimd
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/102
250
32449
113800
2022-07-20T11:47:29Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>12. Saur manuk sandikan cokor idewa, titiang manunas mapamit,<br>
raris sami budal, ka catur mapangarah, rahaden kari katangkil, arya lan kyadi pati.<br>
13. Sira demung tumenggung lan sira demang, kanuruhan mamangkil, ki patih ring arsa, rakrian patih matura, titiang<br>
sapunapi enjing, lunga tan lunga, lan kaulane sami.<br>
14. Raden Mantri ngandika tan padon pisan, yan majalan ne<br>
mani, panjake makejang, depang san uwa jumah, ratu jajarahan sami, majalan onyangang tuara kari.<br>
15. Nene jani majalan petang bekelan, kapalane mamargi, I Titit<br>
angedap, I Meganjalantara, I Ujan Ngaritis mamargi, I Maret<br>
duta, saha rencange sami.<br>
16. Sira patih matur saha wot sekar, titiang manunas mapamit,<br>
titiang manauhang, sakadi pakayunan, Cokor idewa ne mangkin, manggut rahadyan, wus ngaluaring tangkil.<br>
17. Sami budal rahadyan sampun ngadatwan, kocapan sanga<br>
patih, akon mapangarah, katuju nene lunga, sami pada sukengati, punggawa patpat, saha balane sami.<br>
18. Tan kocapan ring dalu benjang kocapan, punggawa wus<br>
cumawis, titib di bancingah, sami ngangge kawotan. tekaning<br>
busana asri, yan kawaspada, tinon luir gunung sari .<br>
19. Palinggihan kuda liman muang padatya, onta muang bala<br>
sami, mangebekin marga, sregep ngawa sanjata, sasikeping<br>
wong ajurit, ndan kawarnata, mangke rahaden Mantri.<br>
20. Sampun ahias mawastra wijil maperada, makampuh sutra<br>
putih, sinembar perada, asin madestar petak, masekar pucuk<br>
mapilpil, magelang kana, makeris landian danti.<br>
21. Tur maselut nila lan ratna pangkaya, kakandelan mas adi,<br>
tinon ngeresang cita, tulen ratuning wanda, warnane tan<br>
papakering, tur makalpika, masoca ratna aberit.<br>
22. Sampun mapamit ring aji lan biang, sang nata ngandika aris,<br>
mas mirah ibapa, gusti apang prayatna, inggih sandikan bapa<br>
aji, raris manyembah, ring yayah lawan bibi.<br>
104<noinclude></noinclude>
jibi1hmkii23h5qrdhcj895sgcpzbsf
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/51
250
32450
113802
2022-07-20T11:48:07Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>56. Sarna-sarna berani dan tangguh berperang, mayat-mayat bergelimpangan, akibat berperang, disebut yang bemama I
Tatitangedap mundur, dihalau oleh Tumenggung Sanggabumi .
57. Mundur dan takut prajutit Tatitangedap, karena kalah
berani , orang-orang Ambaramadya, tidak rnau mundur, dilihat oleh Raden Mantri , Sang Megantaka, prajuritnya mundur.
58. Lalu dia maju ke depan mengeluarkan kesaktiannya, dicipta angin kencang, lalu datang angin yang kencang, tiada
hentinya, kayu, batu semua roboh, prajurit Ambaramadya
tidak ada yang tinggal.
59. Semua hilang ditiup angin kencang, hanya tinggal Raden
Mantri, berdua dengan pelayannya, lalu segera dipanah,
dengan naga pasa (nama panah) setelah hilang angin itu,
naga pasa terus melilit.
60. Lalu Raden Mantri dituntun bersama pelayannya, oleh I
Ujangritis, setelah sampal. di hadapan, sang Megantaka,
lalu dengan senang menertawai sambil berkata, "Ambaramadya sungguh keturunan anjing.
61. Orang berbelas kasihan kau balas dengan penghinaan, sekarang rasakan, aku membalas, penghinaanmu yang sudah
lalu", lalu Tuan Mantri diikat, bersama pelayannya, di
ladang sangat rn enderita.
62. Panas terik dan dikelilingi dengan bara api, tangan dan kaki
diikat, sangat panasnya, panasnya berlebih-lebihan perkataannya menyayat hati , beliau minta segera dibunuh.
63. Oh permata hati lihatlah hamba,
siang malam diikat, panas terbakar, seperti tidak merasakan diri , lebih balik sekalian mati, yang saya puja, supaya segera bertemu.
64. Tidak tahan saya menderita hanya adindaku sungguh tega
meninggalkan saya, lebih baik bersamaan dahulu, tidak
menemui penderitaan seperti sekarang ini.
51<noinclude></noinclude>
ep37dt9wtdti91o5bmwztqbwc9l6zm7
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/33
250
32451
113803
2022-07-20T11:48:31Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>GEGURITAN BRAYUT
GEGURITAN BRAYUT<noinclude></noinclude>
afld4dstdsz3kk71kiick4owhlqs45p
113806
113803
2022-07-20T11:48:53Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>
GEGURITAN BRAYUT<noinclude></noinclude>
fz6nahhirxwp64oit0kb47k1hmlfgxn
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/52
250
32452
113804
2022-07-20T11:48:36Z
Ni Luh Septiani
788
/* Kaca sané sampun kauji */ Ngardi kaca madaging "MILIK KEPUSTAKAAN<br> DIREKTORAT TRADISI<br> DITJEN NBSF DEPBUDPAR"
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Luh Septiani" /></noinclude>MILIK KEPUSTAKAAN<br>
DIREKTORAT TRADISI<br>
DITJEN NBSF DEPBUDPAR<noinclude></noinclude>
lw7tfmv2wm4vqxom3abpsf3mm5vbg3n
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/12
250
32453
113805
2022-07-20T11:48:47Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>dipakai rnenghibur, diambilkan sama-sama satu tanding,
hanya I Ketut, dirangkul dan diajak makan bersama.
19. Diambilkan sajian kemulan, tiga tanding dihabiskan semuanya, segera dibawa ke dapur, barn tiba menutup pintu,
lalu membuka bakul nasi, berisi jembung pinggirannya pecah-pecah, pasunya sangat kotor, lagi pula hilang (pecah)
setebih, tempat sambal, cawannya masih sepertiga.
20. Meraba calung mengambil garam, telah selesai menghidangkan nasi, membuka pasu pengaron, pada nyiru berisi, letlet
dan sesate gunting, tulang dan dedeleg marus, tulang dada
dan sate calon, kekuung dan jepit babi, daging angkuk,
songo yang dipakai adonan.
21. la makan sangat kuat, lauknya habis dimakan dengan nasi,
bersama anak di dapur, yang enam belas menangis merintih-rintih, di luar pagar (ancak saji), semua menangis tersedu-sedu, tidak diberikan ke dapur, I Brayut memarahi,
siksik kusung (maki-makian), begitukah mesti orang
mempunyai anak.
22. lbunya tidak mengetahui, tak tersangka datanglah suaminya, terus menuju ke dapur, dilihat anaknya menangis, diambil semua dikasihi, yang bernama I Nyoman mengadukan, tidak diberikan ke dapur, ibu makan, I Nyoman bersungut-sungut, lalu ayahnya membuka pintu.
23. Memeriksa simpanan, habis tak berbekas, dengan sate calon,
semua telah habis, menghardik dan memandang matanya
melotot, lancang gemah Men Brayut, makan sangat lahap,
apakah kamu ikut membantuku, aku payah, membuatkan
sajian orang tidur.
24. Sungguh kamu sangat jelek, rupamu seperti setan, tingkah
lakumu seperti anjing, tak mempunyai rasa belas kasihan, anakmu sangat banyak, tak ingat mengasuh anak, sungguh kamu sia-sia menjelma, kamu hanya penjelma kodok,
kamu lahir, hanya mau mempunyai anak.
25. Ada atau tidak ada, pergilah kamu sekarang, biarlah kamu
10<noinclude></noinclude>
kxgh18bodtm29w01fmfyqd7a4iuvhwe
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/12
250
32454
113807
2022-07-20T11:49:34Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>nangis, berlayar dengan perlahan, seperti perahu juga merasa berat, setelah perahu jauh, tidak diceritakan lagi si patih, dalam pelayaran (di lautan) diceritakan sudah turun di pelabuhan.
27. Masing-masing pulang ke rumahnya, disebutkan sekarang putra raja, mereka tinggal berempat , ditinggal oleh patih, ada kira-kira lima bulan, lamanya tuan Galuh, setiap hari mencari batu-batu karang, senantiasa mengelilingi pesisir, dengan I Nginte, disertai dua orang pelayan.
28. Terlihatlah gunung Nusambara, samar-samar dilihat, tidak seberapa jauh, sungguh menyiksa hati, diselimuti oleh awan, raja putri termangu-mangu, memperhatikan dengan pandangan kosong, akhirnya beliau menangis, dengan bersesambatan menyebut ibu dan ayah.
II.
1. Ayah , ibu, dan adikku lihatlah saya, sangat lama menderita , lebih baik mati , tidak perlu dibuang, maafkan saya ayah , apakah penebus dosa saya.
2. Karena terlalu lama begini, berpisah di tengah lautan, berapa bulan batas waktunya, mungkin sampai setahun , dan perbekalan saya habis, di mana saya minta makan, siapa orang yang menaruh belas kasihan.
3. Pelayannya semua menangis, merasa sangat kasihan, I Nginte lalu berkata, " Aduh , tuanku junjungan, janganlah tuanku , terus-menerus menyebut-nyebut ayah tuanku."
4. Lalu dimomongnya tuan putri, sambil mencari siput laut, memungut ''kemalan'' dan ''kekehan'' (nama siput laut), kepiting dan bunga karang, gurandange berserakan, kira-kira pukul tiga , mereka kembali pulang.
5. Dengan segera menuju ke pondok, sibuk membakar (memasak), lalu ikan kima dimakan, ''kekehan'' dan ''gurandang'', tetapi tidak ada nasi dimakan, karena memang tidak punya nasi, rupanya terlalu banyak yang dimakan.
12<noinclude></noinclude>
8qdq204tv3mfactbya5u3eu8dw73pl9
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/28
250
32455
113808
2022-07-20T11:49:55Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>ke rumah kakak, kalau mau perempuan, kakak bersedia memberikan selama ini, di manakah kamu menumpang. Ya di rumah Balu kawan (janda), sudah sebulan, saya berada di sirti ya di sana pun baik juga.
19. Tetapi kamu supaya sering-sering datang ke istana untuk
makan setiap hari , makanan dari istana" , Raden Mantri berkata , Ya saya menurut perintah tuanku , segala kehendak
tuan , tiada diceritakan lagi, semua orang yang menonton,
lebih-lebih seisi istana, kagum seperti tidak bernyawa Jagi.
20. Ada yang menanyakan orang dari mana ,demikian tampannya,
rupanya seperti dewa Asmara , ada ayng menjawab, orang itu
katanya dahulu , waktu baru datang, siapa yang senang melihat, rupanya seperti kura-kura, laki perempuan setelah lama
tinggal di sana, akhirnya kelihatan sangat tampan .
21. Sayembara menjadi sepi, tidak ada orang memperhatikan ,
adapun Raden Mantri , menjadi pusat perhatian orang, setelah
orang-orang semua pulang , Raden Megantaka berkata, " Kamu , marilah ke taman , kita mandi di sana" , "Ya saya mengikuti", lalu mereka berjalan , sudah sampai di dalam taman.
22. Lalu mereka mandi bersama , selesai mandi, lalu memetik
bunga, tiba-tiba datang I Sentul, kembali dari bermain-main
bertemu dengan Raden Mantri, Megantaka berkata , "Bagaimana gustimu? apakah sudah sehat", I Sentul lalu berkata ,
"Masih tetap begitu".
23. Lalu Raden Megantaka, masuk ke bala.i e mas, tempat Raden
Galuh, dilihat si jelita tidur, Raden Megantaka berkata halus,
"Bangunlah adinda permata hatiku , sambutlah saya baru
datang", Raden Galuh sangat terkejut , lalu mengambil keris ,
" Jangan dekat jika kamuhendak memperkosa, lebih baik aku mati".
24. Raden Megantaka lalu keluar, berkeliling di dalam taman,
menghibur pikirannya yang susah , tersebutlah Raden Mantri
Ambarapati , masih tetap duduk , berdua dengan pelayan, I
Sentul lalu berkata , " Ya tuan kebetulan sekali tuanku segera
28<noinclude></noinclude>
i85wbed9de3va3c9ykjv97tjzw7sffw
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/35
250
32456
113809
2022-07-20T11:51:30Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>PUPUH SINOM TIKUS KABANTING
1. Ada kidung geguritan, matembang tikus kabanting, ne
kocap jelema boda, betah tani ngidep munyi, bebotoh uli cenik, mayus ludin tani mampuh, pianak makuram bean,
ne ibukang luh muani, aplekutus, tekaning ne nu di basang.
2. Ibuk mangibukang awak, sing angkuh tuah patuutin, katuwon awake boros, madagang tuara mabati, jani tulus mangelisting, umah onya ringgang-ringgung, raabe pacalompang, pada engsubin ban upih, tunggal tuduh, malaib ka
batan umah,
3. Atut man gelah waumah, baan mangagil di jani, kawisayannyane ngenggong, kapisaga gendang gending, tapihe
sungsang kaping, sarungnya baan sarabut, suba aag paq.lompang, sing kamben anggon nambelin, pasaringkut,
jejaitane ngalipan.
4. Bas kadurus bane pongah, buka tuara nawang imbih, dakin
awake manyalon, klaskasan kiskis gudig.
tuara nang malaad lengis, boke barak ludin puju t, giling
makabrengbrengan, nyonyone beken antengin, salang
waluh, kariuwut pasulengkat.
5. Tuah katuduh kento enyahan, arang yen tong tani beling
sepanan mambelas malendong, basange suba maisi, tong
kober angan ngantih, ye ke manglikas manunun, jani tulus
mangebong, pianake bek pagelanting, medem bangun,
awake ludin limuhan.
6. Luwih yen masan Galungan, ne muani tuah mapulilit, epot
magadang di paon, nyuang yeh ngendihang .api, numpeng
lantas matanding, kacang komak sudang talus, kacicang
belandingan, sambel junggulan kacai, don kacarum, pelasnyane gegenderan.
7. Suba tutug masorohan, bantennyane canang cening, lenne
33,<noinclude></noinclude>
cvpc0irl4xksx81xewmqidvcryuw33d
113814
113809
2022-07-20T11:54:19Z
Tudpartha
144
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>PUPUH SINOM TIKUS KABANTING
1. Ada kidung geguritan, matembang tikus kabanting, ne
kocap jelema boda, betah tani ngidep munyi, bebotoh uli cenik, mayus ludin tani mampuh, pianak makuram bean,
ne ibukang luh muani, aplekutus, tekaning ne nu di basang.
2. Ibuk mangibukang awak, sing angkuh tuah patuutin, katuwon awake boros, madagang tuara mabati, jani tulus mangelisting, umah onya ringgang-ringgung, raabe pacalompang, pada engsubin ban upih, tunggal tuduh, malaib ka
batan umah,
3. Atut man gelah waumah, baan mangagil di jani, kawisayannyane ngenggong, kapisaga gendang gending, tapihe
sungsang kaping, sarungnya baan sarabut, suba aag paq.lompang, sing kamben anggon nambelin, pasaringkut,
jejaitane ngalipan.
4. Bas kadurus bane pongah, buka tuara nawang imbih, dakin
awake manyalon, klaskasan kiskis gudig.
tuara nang malaad lengis, boke barak ludin puju t, giling
makabrengbrengan, nyonyone beken antengin, salang
waluh, kariuwut pasulengkat.
5. Tuah katuduh kento enyahan, arang yen tong tani beling
sepanan mambelas malendong, basange suba maisi, tong
kober angan ngantih, ye ke manglikas manunun, jani tulus
mangebong, pianake bek pagelanting, medem bangun,
awake ludin limuhan.
6. Luwih yen masan Galungan, ne muani tuah mapulilit, epot
magadang di paon, nyuang yeh ngendihang .api, numpeng
lantas matanding, kacang komak sudang talus, kacicang
belandingan, sambel junggulan kacai, don kacarum, pelasnyane gegenderan.
7. Suba tutug masorohan, bantennyane canang cening, lenne
33<noinclude></noinclude>
5ig2jmxzatg3uywftygkmmj23jq0g77
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/13
250
32457
113810
2022-07-20T11:51:48Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>jauh dariku, karena selalu menyusahkani ke mana tujuanmu, entah pulang ke barat ke Salumbung, apakah ke Kalimbean, apakah ada keluargamu akan senang, dengan bangkung (babi betina), di sanalah kamu diam.
26. Aku tak perduli denganmu, ditinggalkan jauh oleh setan,
aku masih tetap susah, sama seperti janda setiap hari, ingat
hasil pekerjaanmu (milikmu), kiranya ada kain dan selendang, kekasang dan kekantong, hanya ikat pinggang serobekan, sejak dahulu, semuanya milikku.
27. Men Brayut juga tak tahu malu, bagaikan tak menghiraukan,
mamisbis sate calon, tulang songne yang dikikis, sumsum
kepala dan sate gunting, letlet tulang kekuung, lain lagi jejepit iga, daging engkuk jepit babi, telah dimakan, selesai
ia makan.
28. Mengatur tempat pencuci tangan, pasu pecah sudah kotor,
mengambil sirih satu linting, menjawab seperti tak tahu
malu, Kanda mengapa baru sekarang, berkata sangat kasar,
siapa yang menyuruh datang, mengundang menyuruh meminang, diriku dahulu , ketika masih di rumah ayah.
29. Bila Kanda mengusirku , pulang kembali ke rumah, siapa
yang kucari di barat, ayah telah benci, ibu telah meninggal,
nenek telah tak ada (meninggal), siapa yang kucari, apa
lagi orang akan senang, Pan Brayut, bagai mana setiap hari.
30. Sungguh tak berdaya aku yang di umpat-umpat, oh sungguh benarlah sekarang, ketika aku masih gadis dahulu,
di rumah ayah, apakah aku tak menghiraukan, semua pekerjaan orang wanita, apa lagi memasak di dapur membuat
ebat-ebatan, memintal benang dan mencelup, dan menenun, pekerjaan itu telah ditinggalkan.
31. Apa lagi membuat ukir-ukiran sampian, bisa menggulung
benang dan mewarnai , kain endek model wirangrong, jarang orang akan dapat menyaingi, kalau balu kamimi, sangat indah dan manisbagaikan gula madu, ukelane sangat
indah berkilauan, pinggirannya melingkar lembut bagaikan
11<noinclude></noinclude>
hj2o4w0va93vjetb8jlr52bcjz59pj2
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/29
250
32458
113811
2022-07-20T11:53:19Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>datang , adinda tuank u sangat menderita, setiap hari tidak
sadarkan diri .
25. Tuan p utri dipaksa, tetapi beliau tidak mau dan menyatakan
lebih baik mati , sekara ng beliau sedang sakit, Raden Mantri
menunduk , berlina ng air rna tanya, laJu be liau berkata, ' 'Segeralah kamu sampaikan nanti malam akan pergi, berjalan
menjelang malam" , lalu datang I Megantaka dan berkata,
"Ya marilah kita pulang".
26. Kemudian me reka berjalan berpegang tangan ke istana, hari
telah sore, lalu mereka masuk ke istana , Raden Mantri juga
pergi me nuju tempatnya menumpang, setibanya di sana,
ditemuinya Ni Soka , "Soka sekarang kita pe rgi , Rade n Galuh
akan diambil me njadi permaisuri , beliau ditempatkan di
taman''.
27. Ni Soka terkejut me ndengar sungguh karena tindungan Widi
(Tuhan ). mempertcmukan insannya yang mcnderi ta , tibatiba si janda datang , " Sampi sore tuanku keluar. makanlah
tuanku dulu ". Raden Mantri berkata halus. '' Jbu saya sudah
makan, tadi disana. ibu bagaimanapun sekarang, ibu hendakn ya me nerima .
28. Sekarang ibu ikutlah dengan saya. saya pulang ke Ambaramadya , tidak ada gunanya di sini" , si janda berkata. " Hamba
ikut hidup mati be rsarna, walaupun bcrakibat baik maupun
buruk kalau sudah tuanku , saya tidak terlalu memikirkan
lalu keluar k etiganya, sudah sampai di taman.
29. Raden Galuh sudah bersiap , karena sudah diberi tabu oleh I
Sentul, bahwa Raden . Mantri akan datang. Rade n Mantri
berkata de ngan lemah-lembut "Marilah adinda, kita pergi
turunlah ad indaku. lalu bc rpc lukan oh kanda tiada kusangka .
hamba hertemu lagi dengan kakanda, aduh rasanya seperti
tidak berjiwa
30. Ni Rasadria berka ta dengan manis . ''Janganlah tuanku
hanyak bicara lagi. khih haik pergi dcngan segera . lalu semua
berjalan . tidak meno ih kc helakang lagi sa wah dan kebun-
29<noinclude></noinclude>
de79kkdoueztg1p0s0ewa7a0gzqkqjn
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/103
250
32459
113812
2022-07-20T11:53:44Z
I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH
787
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="I GUSTI AYU TIRTA NINGSIH" /></noinclude>23. Sop acara sampun genep tan ucapan, kawarna pararai, titib<br>
ditengah natar, sami mapamit nyembah, sukasira raden Mantri, raris mamarga, sampun rauh ring jawi.<br>
24. Pangareping sikepe sampun majalan , makadi luir di tulis,<br>
I Tititangedap, balane kalih laksa, warnane galak amanis<br>
asin prawira, manunggang kuda putih.<br>
25. Tur mapajeng tekaning watang petak, di pungkuran tumuli,<br>
Meganjalantara, balane tigang laksa, polahe tan tresneng urip,<br>
yan tiningalan, alep teka mantesin.<br>
26 . Manunggang kuda barak mapayung rakta, tekaning tumbak<br>
sami, barak pada dumilah, di pungkuran punika, I Ujan negritis mamargi, manunggang kuda, selem sawang malengis.<br>
27. Maciri payung selem tekaning watang, sami pada mengiring,<br>
raris ingateran, Baretduta mamargi, warnane ngeresang ati<br>
wok tubing dada, ules kadi minangsing.<br>
28 . Manegakin gajah tur ya manca warna, mapayung belang kambing, muang sikeping bala, barumbun patuptupan, wong<br>
linang laksa mangiring, untat punika, kocapan raden Mantri.<br>
29. Mangelinggihin gajah tur mapayung kembar, keiringing bala<br>
wargi, ne wateking yuda, rang atus maturangga, sampun<br>
mangeliwat nagari, tan kacarita, lampahe raden Mantri.<br>
30. Alas tegal kamarginin gempung adina, kadi aloking nguni,<br>
alas dadi tegal, tegale dadi alas, wus tigang dina di margi,<br>
gelising carita, rauh di tepi siring.<br>
31. Ambara madya punika ne kasad yang, wong dusune tan kari,<br>
malaib pabelesat, ada mangungsi umah, ada manyeburin<br>
abing, sami adahap, dening satrune parapti.<br>
32. Megantaka ngandika ring prapunggawa, pasurakang ne jani,<br>
balane makejang, sami mahatur sembah, inggih sandikan<br>
dewa aji, raris masurak, anganti lawan bedil.<br>
33. Bedil surak rame tuara papegatan, rarud wong tepi siring<br>
sami ninggal desa, pada mangungsi alas, ada ngook ada ngepil<br>
ada nu jumah, manungging di punapi.
105<noinclude></noinclude>
30hbvmqc16lvxsdzsqiirhvba0siw4w
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/52
250
32460
113813
2022-07-20T11:54:01Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>
65.Malammnya hujan angin sampai pagi, tidak diceritakan ia-
gi, Raden Megantaka. suclail mastlk istana. diceritakan raja
ayah naden Mantri, pevgi ;nengungsi ke hutan, ber-
sama senna isi istana.
66. Raden Megantaka sangat terkejut beliau me-
mayat. klin Feywarnti-warni, Jalu beliau
:uenphukunya, dan dijiljat, Pader
Elam hatinya, ya sangguh adinda sudah mening-
mati mendadak, rupany•tl adinda, liciak mau dijodoh-
teringat peda saya, burruh diri.
clinda junjunganku, sapaiah saya, apa jadinya,
saya ditijvggal, karena tidak Iain yang diharapkan, dalam
pi!'.jÉ21L. seperti duduk berdampingan.
Sunggul*, sayang mayai ini dibuang karena seperti hidup
kccentikannya yncnggoncangkan hati, seperti pada
gernuiai, kulit kuning, yang manakah dewa ini yang
"icagiiidupkanoya kemirali.
Jjka acVinda hidup, supaya adinda, menguasai dunia, saya
sebagai abdi, menjadi budak adinda, tidak diceritakan lagi
yang di taman spri.
Diceritakan sekarang yang dalam perjalanan, Raden Mantri
Mastilar Negara, perjalanannya agak cepat, I Dewi Sekar-
kencana, berkata kakak marilah menuju ke sini, ke tegal-
an yang illas, mungkin sedang terjadi peperangan.
Berkata sambil tersenyum raja putt-a, "Ya terserah adinda
lalu berjalan lebih cepat, sampai di tegalan yang lapang
terlihaLIah, Tuan Mantri
-nyedihkan, bersama pelayannya
bersambatan menyedihkan hati.
Ya adinda lebih baik sekalian, waktu pergi dari pulau, teng-
gelam di tengah lautan, sekalian mati bersama, sekarang
seperti sudah mati saja, saya menderita, sungguh sakit di-
ikat denga tali-
52<noinclude></noinclude>
5rhgvaipv88mi30pq4vas0iqblma6y8
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/51
250
32461
113815
2022-07-20T11:54:24Z
Ni Luh Septiani
788
/* Kaca sané sampun kauji */ Ngardi kaca madaging "makidung dudong, kocap duknyane mabuncing, dudong<br> kalu karin bongkol, cawete mangentud, laut makene kento,<br> bebetenan ne muani, segu-segu, kaget kedeke mabriag. 138. Nene luh kalintang jengah, mandingeh munyine jani, page-<br> heng pada pajongkok, ne kaigum sai-sai, dewan titiange jani,<br> tuara nongga kaulangun, tunggal desek mangejoh, tunggal<br> usud manjerit, baya tuduh, kudiang. 139. Jani manglegayang, Pradene lamun ia nyak, ti...
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Luh Septiani" /></noinclude>makidung dudong, kocap duknyane mabuncing, dudong<br>
kalu karin bongkol, cawete mangentud, laut makene kento,<br>
bebetenan ne muani, segu-segu, kaget kedeke mabriag.
138. Nene luh kalintang jengah, mandingeh munyine jani, page-<br>
heng pada pajongkok, ne kaigum sai-sai, dewan titiange jani,<br>
tuara nongga kaulangun, tunggal desek mangejoh, tunggal<br>
usud manjerit, baya tuduh, kudiang.
139. Jani manglegayang, Pradene lamun ia nyak, titiang ngatu-<br>
rang sesangi, maguling legu ne gondong, apa jaitungang<br>
buin, jengah atine sedih, pagelarannya mangentud, tunggal<br>
peteng magendol, tuara nyak magundal gandil, di pedeman,<br>
sakarep-karep mbikasang.
140. Asirep agunge usan, ngranayang kidung kekawin, pada ma-<br>
sebeng kauron, de Brayut mengalahin, pianake luh muani,<br>
paserotsot pada tuun, pada mangalih pedeman, kedahatan<br>
bane arip, kabeh pules, tan kocapan ne manian.
141. Pinak mantune makejang, maluaran luh muani, nene odah<br>
lanang wadon, atine bas pada kalis, legannyane tan sipi,<br>
manahnyanr pada tuut, tong ada kene kento, sok samhita-<br>
ne gisi, suba puput, sandiannyane tan kocapan.
51<noinclude></noinclude>
6wgfqlt3heu708cqj5shdzoq3y0hrql
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/13
250
32462
113816
2022-07-20T11:55:24Z
Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari
873
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari" /></noinclude>6. Akhirnya tuan putri perutnya sakit, menusuk-nusuk disertai panas membara, mengaduh-aduh sambil bersambat, Oh Tuhan mati saya, tolonglah hambaMu, apa yang menyebabkan begini, marah kepada hamba!
7. Ni Nginte segera menyembur (obat) sambil memegang pinggangnya. pelayannya keduanya sibuk, semua sibuk melumat bahan bedak (param ), lalu kakinya diparami (dibedaki ), makin lesu tuan Galun, keringatnya deras mengalir.
8. Ni Nginte terkejut gugup , menangis sambil meniup telinganya , oh emas permata tuanku gusti, apa sebetutnya yang menyebabkan , sakit mendadak , mudah-mudahan tuanku , Tuhan melindungi.
9. Tuan Dewi makin payah , sekalipun beliau tidak pernah sadar , badannya seperti mayat , lalu ada tanda-tanda , terjadi gempa dan ada pclangi, ''guling'' dan ''kuwung'' (nama pelangi), dan ada lagi pelangi yang tegak berdiri.
10. Terjadi petir dan halilintar kecil, dan gempa menggoyangkan bumi, tersebutlah Dewi Durga, sedang beryoga, duduk sendirian, berkata dalam hati, apa yang menyebabkan (begini).
11 . Gempa bumi tiap hari, tanda apakah ini, sungguh terang dan awas pikiran beliau, lalu beliau terbang di angkasa, turun ke bumi, semua negara yang besar dikunjungi , tetapi semua keadaannya baik -baik.
12. Lalu beliau ke gunung, hutan dan tegalan sudah -diliwati , tidak ada apa-apa yang dilihat lalu beliau terbang ke laut , semua pulau diselidiki, sudah sampai di pulau Emas, lalu terlihat oleh beliau.
13. Tuan putri yang menyedihkan, dan menderita sakit, lalu segera dewi Durga turun, menjelma menjadi manusia, menyerupai seorang janda, berpakaian putih halus, tetapi tidak dapat dilihat (orang lain).
14. Adapun tuan putri, waspada beliau melihat Dewi Durga berkata, tetapi hanya di dalam pikiran, apalagi ini, mempunyai kewibawaan yang besar, tetapi dia menemui kesengsaraan.
13<noinclude></noinclude>
f1yw9c1dg6nhjabvrx3wdzq3ljn4wcr
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/14
250
32463
113817
2022-07-20T11:55:36Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>tulisan tangan, kalau tetungkul, biasanya recah balung mandalika.
32. Ini model-model endek yang dibuat, mas dan gulamilir,
burung dewata dan kura-kura, suma guna yang merangkit,
apakah aku tak menghiraukan, lain lagi rnenerirna pesanan
menenun, kain busana kebesaran para patih. hiasan kayukayuan, pandan yang berwarna, jawat singub, manggis rempuh karasikan.
33. Bila mempergunakan benang emas. berkilauan seperti banjir pasir di sungai, kaadukan sebitan daun, hasil karyanya
sangat halus, dan cendana kawi, selimut campaka sewakul,
bila merah tua karah gonjong, mega mendung ke surindit.
telah baik,segala model sudah bisa membuatnya.
34. Bila menenun endek dibalutkan, yang akan dipakai kain
dalam, hiasan bunga cempaka yang dipakai, berhiaskan cemlong orti, semua model kain dalam, apakah aku tak bisa
membuatnya, apa lagi menenun kekasang. dipakai tutubnya sekarang, tiga hari, selesai kira-kira lima belas lembar.
35. Lain lagi pandai aku menyulam, hiasan banyumas yang dipakai, tutubnya sutra hijau, sutra merah dan merah tua.
yang dipakai patra sari. karang simbar kabentulu, bilaganggong rerentengan , halus lembut seperti tulisan tangan. seperti kaca pecah, kalau pepelok berkilauan.
36. Aku tidak membohong, mengaku pandai sekarang. pada
waktu masih gadis, tak seperti sekarang ini. I Brayut masih
kecil. adiknya telah banyak, semua tak dapat diandalkan
aku sangat sibuk, ke sana ke mari, mengasuh dan meladeni
anak sangat sibuk.
37. Apa lagi akan dapat memintal benang, bila tidak tidur melahirkan ialah mengandung, tak pernah menggugurkan,
lahir hidup sangat banyak, jengkelah jadinya, ingin menggugurkan bayi yang masih dalam kandungan, mencari dukun sangat sibuk, Pan brayut menasehati, seribu tahun,
neraka yang dialami (ditemukan).
12<noinclude></noinclude>
599n0gwdt15obkn3vyqgk6oze2j9oh4
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/36
250
32464
113818
2022-07-20T11:55:47Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>masate calon, urab barak urap putih, babi pada matebih,
balung lan dedeleg marus, base pada maporos, tape biu
jaja uli, kepel abug, tumpeng pada madandan.
x) 8. Suba malu maperaya, nyait lamak suba ibi, reringgitan gigin barong, anggo ceracap di sini, nedi tengah maringgit,
pepatolan liking paku, suba materap endong, caniga ratna,
don kayu kekerikan.
9.Luas manjus ka kayehan, das lemah mam buh masisig, bau
tekane ka paon, lantas memaekang api, asep menyan astanggi, saang dapdap majegau, ngelah saput abidang, temontemone dijani, suba buuk, iajua sarebetang.
10. Saget suud mabantenan, ngalihang toya ngetisin, tekaning
banten ka belong, tan ucapan ne di langki, di paon samping kori, di teretepan ka pulu, di yeh ka batu basa, tekaning ka badan sampi, sembe lesung, tekaning sedahan pabuan.
11. Nene eluh tuara uninga, ia nu medem engkis-engkis, manyrepapang gerak-gerok, pianake bek pagelanting, ada medem
manyamping, len nungkayak manyrengkukut, ada madep
ka teben, ne paling ketut ngakebin, ngelut bau, tunggal
ngendusin kocokang.
12. I Ketut bangun ngalepat, gutgut tuma mangetekih, mangeling tong dadi kocok, mangulalalang-manguliling, ne lenan
pada mangeling, ada ngerak kauk-kauk, lenne mendohongdohong, nene serak sengi-sengi, nene beeng gereng-gereng
di tebenan.
13. Ada memecuk soksokan, maguyang nagih be guling, nene
manying kelar magando!}g, ngusud bau mangurinyi, tani
mandingeh munyi, mangeling mangulun ulun, managih
sesate calon, ne bengkeng koat memendil, penah bekut,
nagih balung gegorengan.
x) tidak lengkap
34<noinclude></noinclude>
ioy31vgpqba1cb5dn4tpyp4lb1jmkcz
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/30
250
32465
113819
2022-07-20T11:55:56Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>kebun sudah dilewati , sudah sampai di gunung, perjalanan
menuju ke utara, seharian di tengah hutan yang lebat, belum
pernah dilalaui manusia.
3 1. Diceritakan sekarang di istana , di Malaka sudah tersebar
berita , Raden GaJuh hilang pada malam hari , Raden Megantaka sangat susah. Jalu segera menyusul , dengan pengikut
lebih kurang 200 orang, dengan pasukan semua penunggang
kuda. sudah semua sampai ke pinggiran , tetapi tiada ditemui
juga.
32. Semua kembali ke istana, Raden Megantaka sangat sedih ,
sedikit pun tidak berubah pikirannya. Jalu datang pelayan
menghadap, kemarin
hamba bertemu, I Sentul berkata
kepada tamu yang tampan itu, hamba mendengar t entu itu ,
membawa lari tuan putri. karena dia tidak di sini. juga si
janda ikut hilang.
33. Tidak diceritakan Raden Megantaka , sudah masuk ke istana
tiada hilang sedih hatinya marah tiada berkata-kata , diceritakan kembali yang sedang menempuh perjalanan. sudah lewat
tiga hari , lalu sampai mereka di Ambaramadya . beristirahat
di taman bunga, lalu menuju balai peristirahatan .
34.Di sana Raden Mantri duduk , berdua dengan Raden Galuh ,
penunggutaman , dipanggil menghadap, setibanya semua
menangis. oh tuan junjungan hamba . kenapa tuanku, sampai
hati meninggalkan negara. Raden Mantri berkata dengan
lemah-lembut, "' Ke betulan aku berkelana:'.
35. Siapkanlah tempat tidur, tikar dibentangkan yang rusak diperbaiki , di ruangan dalam dan di balai gede , laki perempuan
sibuk mempersiapkan Raden Mantri , " Adinda silakan tidur"
lalu Raden Galuh turun.
36. Adinda sayang bersama bibi , di ruangan dalam I Sentul dan
I Angsoka bersama di balai gede. semua menj awab , mengiakan masing-masing men cari tempatnya , naik ke tempat
tidur yang baru, juga Raden Galuh, tidur berpelukan, keduanya menikmati cinta.
30<noinclude></noinclude>
6fhbxkyfq6cdf82t2w6oi750ebnbaoy
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/112
250
32466
113820
2022-07-20T11:56:32Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>ningalin warnane bagus, kadi hyang Aruna kembar, manyele-
hin jagat sami.
42. Ndan kacarita muah, ne mayuda mangadu kasaktian Sang
Megantaka manyaluk, ageng aluhur sira, kadi gunung sira
sepaha satus, malima telung tali satak, sukune kocap rong
tali.
43. Tur masoca kadi bintang, dada gigir lewih di sirah sami
netrane ne ulungatus, katon sakadi surya, caling mingis
nyapnyap luir pedang maipuh, manyebak mabudi nyarap,
sang ayu prayatna gelis.
44. Mangajiang ujan bias, lawan pamor masepuk tan dumadi,
sang Megantaka anungkruk, mung ngerak jalan mula, soca
telas, kaseksekin ban ebuk, bias pamor tan sapira, malih
nyipta kadi nguni.
45. Wus waluya kadi kuna, langkung merang dening kasoran
tanding, malih mapidepan sampun, mesuang sarwa galak,
detya danawa macan kalawan senuk, sami mangebekin tegal,
rahaden dewi mawangsit.
46. I Siung caling mangelawan, sarwa galak sing mara ngemasin
mati, detya danawane gempung, senuk kalawan macan,
telas pejah sang Megantaka andulu, raris ida mangandika
lah ta pada mundur jurit.
47. Dening kaseleking latria, nene mani palimunan majurit,
mundur sang ratnaning ayu, rahaden kalih enggal, mamen-
dakin, kalih reke nabda harum, duh ratu atma juita, lesu
koi mirah manik.
48. Sang dewi Sekarkancana, sawur kenying caraning wong ajurit,
kudang titiang tani lesu, raris matuntun tangan, lan sang raka
rauh kapondoke sampun, daharan sampun cumadang, anging
sawarnani sari.
49. Tan wenten menyekul dahar, raja juita mung reke punang
sari, sadalu tan kena turu, musuh kalawan rowang, tan len
karawosang yudeng kawuwus, malih raden Megantaka, ma-
ngerasa kasoran jurit.
114<noinclude></noinclude>
jqmh8hgjsbn2hd9q3posy4xcwnxslk0
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/37
250
32467
113822
2022-07-20T11:57:54Z
Tudpartha
144
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Tudpartha" /></noinclude>14. Lenne bangun nerajang, bau kedat nagih nasi, ada mengrebutin nyonyo, magujeg pada mangeling, lenne menguring
nguring, pacara mantigang bungbung, ada ngocok kekocor,
ne nyomanan ngasgas dingding, pabiayuh, elinge matrayuhan.
15. Kaget ngedusin ngaramang, mandingeh pianake ngeling,
kapupungan oyong-oyong, ngusap matane nu kupit, kores
maugentah genit, magasgasan gerak-gerok tapihe bek matuma, buka tong kuang aketi, len mataluh,pianaknyane mabuyag.
16. Ukuh bangun tani logas, nu matume siksik-siksik, kutune
teked ka baong, manggurayang paguridip, nggureksiak patisiksik, limanne menek tuun, jani memingseg epot, pianaknyane marebutin, len memunggut, cepet bungut pamipisan.
17. Buka tong nawang onya, bas kaliunan mahentip, jani ya
pesu mangebong, pianaknyane manututin, madandan bilang samping, di uri ada di malu, lenne manyemak nyonyo,
ada ngelut niman pipi, pagerenjeng, rebed bilang atindakan.
18. Tong dadi jani majalan, I Ketut sereng mangwidi, ngajakin
mabalih barong, ne lenan girang managih, pada ya embi-embi, nanange luas manganggur, banten anggen nungkulang; paridang pada matanding, sok I Ketut, sangkol ajak
makembulan.
19. Peridang banten kemulan, onyang makatelung tanding,
nyarigjig aba ka paon, bau teked ngineb kori, lantas ngagah
sokasi, maisi jembung parungpung, cobeke kahkah maong,
ludin ilang atebih, pauyahan, cawan nu apah teluan.
20. Ngogo calung ngalih uyah, suba ya suud masagi, mangungkab pane pangaron, di kumarange maisi, letlet sesate gugunting, balung lan dedeleg marus, iga sesate calon, len kekuung
jepit babi, ulan engkuk, songone nggon rerebatan.
21. Bane nyamut kadaatan, onya nggenya mahang nasi, ajak
x) tidak lengkap
35<noinclude></noinclude>
ehwxp8xd39j75qn6ay2ikz850mh06dz
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/31
250
32468
113823
2022-07-20T11:58:00Z
Aryana prayoga
876
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Aryana prayoga" /></noinclude>VI.
I . Ya dinda permata hati, terasa tidak akan bertemu lagi, dinda
dengan kakanda, perasaan kanda sekarang, seperti menemukan permata. yang jatuh di tengah laut, tiada mengalami
rusak , jika beriringan di jalan, supaya benar-benar, hidup
mati bersama .
2. Oh emas permata kakanda, dinda dewinya lautan madu , tiada
lain lagi adindaku , tetap terbayang dalam hati , tidak pemah
terhapus dari ingatan , kecantikan adinda menggetarkan jiwa,
di manakah ada orang yang menyamai , walaupun melewati
lautan, tiap-tiap desa, tidak ada yang menyamai.
3. Kecantikan adinda mempesonakan , bagaikan I Rangkesari
menjelma, teruskanlah adindaku, memakai abdi orang yang
sedang menderita, terlalu lama menderita sedih dan rindu
kanda menyerahkan diri sekehendak adinda , Raden Galuh
menangis sambil berhati-hati.
4. Akhirnya beliau berkata, "Sekarang jika kanda membenarkan, maatlcan saya menolak, nanti saya menurut, karena sekarang sangat payah , seperti tidak bertenaga, karena perjalanan terlalu jauh, tunggulah sekarang , siapa lagi, yang memiliki diri adinda".
5. Walaupun tujuh kali menjelma, semoga tetap bertemu, begini
berduaan , seperti hamba sesungguhnya, Raden Mantri sangat
bemafsu , memaksakan dan sudah membuka pakaiannya lalu
setelah pakaian dibuka, ikat pinggangnya sudah lepas pula,
api asmara, sudah membakar badannya.
6. Pinggangnya ramping semampai, dengan kulit yang kuning,
sungguh membangkitkan nafsu asmara, kakinya mulus sampai
kebetis bagaikan bambu buhih yang gading (kuning), lalu dia
memadu cinta, kena panah asmara, tuan dewi mencapai kenikmatan , setelah selesai dalam pertemuan, lalu Raden Mantri
turun .
7. Menarik pipi lalu diciumnya " Oh permata jiwaku mengapa
dinda sampai hati, meninggalkan diri kanda yang menderita ,
mencari-cari adinda, saya tidak ingkar janji, mengabdi pada
31<noinclude></noinclude>
qf8r1cfas05cxnsbr8u6bcyngcsbh52
Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/113
250
32469
113824
2022-07-20T11:58:38Z
Damayantidwi
878
/* Proofread */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Damayantidwi" /></noinclude>50. Tan kocapan dalu rahina, abang wetan sama madadah jurit,
Sang Megantaka kawuwus, mangandika ning bala, kola
mendak, ngadu kasaktine malu, baret buta jani mara, kaharep
jani majurit.
51. Lan I Meganjalantara, I Ujan ngeritis Tatit angedap mijil,
lawan masiat mangamuk, da maperang bibisenan, nekasab-
dian, sami masaur manuk, mapamit pada manyumbah, sareng
kaharep tumuli.
52. Saha bala saranteban, umwang bedil surake mawanti-wanti,
I Siung Caling mamagut, lawan I Sentul mara, saba bala
tandange luir singa marung, laintang rame ning yuda, bedile
wus tan paganti.
53. Madedes mangadu tumbak lawan tulup lwir udan kang jampa-
ring, panah suligine mencur, len ne ngadu kadutan, seleng
gorok, len ada saling asuduk, ane teguh lung sapisan, lilih
wong Malaka jurit.
54. I Baret buta kalawan, Meganjalantara I Ujanngeritis, I Tatit
ngedap milu, kapalayu ring bala, kaget rauh, bala Malaka
luir kukus, maretin Wiramanggala, nene kautus ringuni.
55. Kalawan Wiralanglangan, Wirakalana lan I Wiragati, tan
pararapan mangamuk, lan ratu Sahambara, kandeg bala
Ambaramadya mamagut, malih rame ikang yuda, buka gubar
kang pretiwi.
56. Dening keteb ikang bala, mara mundur surak rame mwang
bedil, 1 Siung Caling I Sentul, mangseh mangamuk lan bala,
akeh pejah bangkene masusun-susun, kadi sagara ikang rah,
tuan Mantri kalih semu gipih.
57. Kaharep kalawan bala, teruna wargine ne nyambut pangawin,
cacakane ulungatus, sami tan nolih untat, raden kalih panga-
muke tan pangituang, tan bina buta mangsa, akeh para ratu
mati.
58. Ratu Jas kalawan Tatar, ratu Tebih lan ratu Besah mati,
mung kari punggawan ipun, reke kalawan bala, Raden Megan-
taka kabrahmantian ndulu, mangseh kaharep lan bala, wong
115<noinclude></noinclude>
ge0wps1kaam00v1l3fnsgokifsfqgl4
Kaca:GEGURITAN BRAYUT.pdf/15
250
32470
113825
2022-07-20T11:58:45Z
Pertama yasa
133
/* Telah diuji baca */
proofread-page
text/x-wiki
<noinclude><pagequality level="3" user="Pertama yasa" /></noinclude>38. Aduh aku sekarang, semua perlakuan salah, bila aku memaksa diri harus pergi, seperti tak mendengar nasehat, keadaanku seperti sekarang ini, sungguh tenaga telah tak berdaya lagi, siapa yang harus disalahkan, Pan Brayut sampai
saat ini, amat terlalu, sejak baru nikah.
39. Bertemu asmara (bekerja) tak dapat diundurkan, tak mendengarkan kata-kata (istrinya), apakah hanya dua kali dalam
satu hari, bila berkunjung ke mmah tetangga, pulang lalu
membuka kainku, bila aku sedang menenun, bila dijumpai
sedang di dapur, aku sedang memasak, tak dapat dibatalkan (harus diikut) hingga lupa akan memasak.
40. Demikianlah kata-katanya tak merasa malu, suaminya membela diri, mengapakah kamu berkata begitu, bila kamu
yang menyalahkan diriku, hanya dirimulah sekarang, ngidam makan ikan kepiting, itulah yang beranak banyak,
mungkin dia yang menulari, sebabnya banyak, anakmu
sangat banvak.
41. Maka kasih sayang lagi keduanya, sadar akan diri dan hatinya senang, lama tidak diceriterakan, anak-anaknya telah
dewasa, yang laki-laki, semuanya bisa bekerja dan mampu
berdiri sendiri, sopan santun dan budiman, yang wanita
sudah gadis remaja, cantik-cantik rupawan, banyak orang
yang meminang.
42. Diceriterakan Ni Pemayun, sangat cantik rupawan menawan
hati, rambutnya panjang melewati pinggang, keningnya
runcing melengkung, bibirnya merah tua, seperti daun
angsana muda yang ungu, bila melirik, lirikannya seperti
kilat, bila bertatap muka, wajahnya dibuat-buat makin kalem.
43. Apa lagi wajahnya yang bernama I Made seperti emas yang
diukir, sangat indah badannya ramping dan tinggi semampai,
giginya putih menyala, halus mengkilap reperti kilat, pandangannya nunjung biru, keningnya runcing melengkung,
13<noinclude></noinclude>
se26x28uw7k3vhc5nqajo0ao8e1dvzt