Balai Pustaka
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Balai Pustaka (Ejaan Van Ophuijsen Balai Poestaka, bahasa Jawa ejaan lama Balé Poestaka) atau secara resminya Commissie voor de Volkslectuur (bahasa Belanda "Komisi untuk Bacaan Rakyat") adalah nama perusahaan penerbitan yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1908.
[sunting] Tujuan penerbitan
Tujuannya untuk mengembangkan bahasa-bahasa daerah utama di Hindia-Belanda. Ada juga yang menyebutkan bahwa pendiriannya kala itu konon untuk mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan bangsa Indonesia yang hanya bisa disalurkan lewat karya-karya tulisan. Berbagai tulisan masyarakat anti-Belanda bermunculan di koran-koran daerah skala kecil, sehingga perusahaan penerbitan ini lalu didirikan Belanda dengan tujuan utama untuk meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan menyalurkan nya secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda di Indonesia.
Salah satu novel terbitan Balai Pustaka kala itu berjudul Siti Noerbaja karangan Marah Roesli, seorang penulis dari Minangkabau.
Di era itu juga menjadi penanda penyebaran sastra Jawa Modern. Jumlah buku berbahasa Jawa lebih banyak dibandingkan yang berbahasa Melayu. Dari penelusuran George Quinn, pada katalog Balai Pustaka di 1920, ada 40 buku berbahasa Madura, 80 judul berbahasa Melayu, hampir 100 buku berbahasa Sunda, dan hampir 200 berbahasa Jawa. Di tahun ini pula lahir novel Serat Rijanto karangan Raden Bagoes Soelardi yang menjadi tonggak sastra Jawa modern.
[sunting] Era pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) Balai Pustaka tetap eksis namun menggunakan nama lain, yaitu Gunseikanbu Kokumin Tosyokyoku (軍政監部国民図書局?). Nama ini artinya kurang lebih adalah "Biro Pustaka Rakyat, Pemerintah Militer Jepang" dan merupakan terjemahan dari nama Belanda Commissie voor de Volkslectuur.