Mahabharata

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Artikel ini adalah bagian dari seri
Susastra Hindu
aum symbol
Veda
Rgveda · Yajurveda
Samaveda · Atharvaveda
Pembagian Veda
Samhita · Brahmana
Aranyaka  · Upanishad
Upanishad
Aitareya  · Bṛhadāraṇyaka
Īṣa  · Taittirīya · Chāndogya
Kena  · Muṇḍaka
Māṇḍūkya  ·Praśna
Śvetaśvatara
Wedangga
Śikshā · Chanda
Vyakarana · Nirukta
Jyotisha · Kalpa
Itihasa
Mahabharata · Ramayana
Susastra lainnya
Smrti · Purana
Bhagavad Gita · Sutra
Pancaratra · Tantra
Kumara Vyasa Bharata · Stotra
Hanuman Chalisa · Ramacharitamanas
Shikshapatri · Vachanamrut
Lihat pula
Mitologi
Kosmologi
Dewa-Dewi
Portal Hindu
Kotak info ini: lihatdiskusisunting
Ilustrasi pada sebuah naskah bersungging mengenai perang Bharatayuddha di Kurusetra.
Ilustrasi pada sebuah naskah bersungging mengenai perang Bharatayuddha di Kurusetra.

Mahabharata (Sansekerta, महाभारत) adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

Daftar isi

[sunting] Pengaruh dalam budaya

Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sansekerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.

Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa.

Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha (Arjunawiwāha, perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa. Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder, 1984) dipersembahkan untuk raja Airlangga dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa.

Karya sastra lain yang juga terkenal adalah kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh juga menulis kakawin Hariwangśa di masa Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah Gaţotkacāśraya di masa raja Kertajaya (1194-1222 M) dari Kediri.

Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di antaranya adalah Kŗşņāyana (karya mpu Triguna) dan Bhomāntaka (pengarang tak dikenal) keduanya dari jaman kerajaan Kediri, dan Pārthayajña (mpu Tanakung) di akhir jaman Majapahit. Salinan naskah-naskah kuno yang tertulis dalam lembar-lembar daun lontar tersebut juga diketahui tersimpan di Bali.

Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada sekitar abad ke-18.

Dalam dunia sastera popular Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A. Kosasih.

[sunting] Versi-versi Mahabharata

Di India ditemukan dua versi utama Mahabharata dalam bahasa Sansekerta yang agak berbeda satu sama lain. Kedua versi ini disebut dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi Selatan". Biasanya versi utara dianggap lebih dekat dengan versi yang tertua.

[sunting] Suntingan teks

Antara tahun 1919 dan 1966, para pakar di Bhandarkar Oriental Research Institute, Pune, membandingkan banyak naskah dari wiracarita ini yang asalnya dari India dan luar India untuk menerbitkan suntingan teks kritis dari Mahabharata. Suntingan teks ini terdiri dari 13.000 halaman yang dibagi menjadi 19 jilid. Lalu suntingan ini diikuti dengan Harivaṃsa dalam 2 jilid dan 6 jilid indeks. Suntingan teks inilah yang biasa dirujuk untuk telaah mengenai Mahabharata.[1]

[sunting] Catatan kaki

  1. ^ Bhandarkar Institute, Pune—Virtual Pune

[sunting] Bahan bacaan

  • S Pendit, Nyoman (2003), Mahabharata, PT Gramedia Pustaka Utama, ISBN.
  • Haryanto, S. (1988), Pratiwimba Adiluhung, sejarah dan perkembangan wayang., Penerbit Djambatan, Jakarta., ISBN.
  • Zoetmulder P.J. (1983), Kalangwan, sastra Jawa Kuno selayang pandang, Penerbit Djambatan, ISBN
 
Wiracarita Mahābhārata
Para Pandawa Lima

Daftar Kitab: Adiparwa | Sabhaparwa | Wanaparwa | Wirataparwa | Udyogaparwa | Bhismaparwa | Dronaparwa | Karnaparwa | Salyaparwa | Sauptikaparwa | Striparwa | Santiparwa | Anusasanaparwa | Aswamedikaparwa | Asramawasikaparwa | Mosalaparwa | Prasthanikaparwa | Swargarohanaparwa
Tokoh penting: Pandawa | Korawa
Artikel terkait: Astadasaparwa | Bhagawad Gita | Bharatayuddha

Wiracarita Mahabharata oleh Krishna Dwaipayana Vyasa
Para tokoh
Dinasti Kuru Tokoh lain
Santanu | Gangga | Bhisma | Satyawati | Chitrāngada | Wicitrawirya | Ambika | Ambalika | Widura | Dretarastra | Gandari | Sangkuni | Subadra | Pandu | Kunti | Madri | Yudistira | Bhima | Arjuna | Nakula | Sahadewa | Duryodana | Dursasana | Yuyutsu | Dursala | Draupadi | Hidimbi | Gatotkaca | Ahilawati | Uttara | Ulupi | Chitrāngadā Amba | Barbarika | Babruwahana | Irawan | Abimanyu | Parikesit | Wirata | Kichak | Kripa | Drona | Aswatama | Ekalawya | Kritawarma | Jarasanda | Satyaki | Mayasura | Durwasa | Sanjaya | Janamejaya | Wyasa | Karna | Jayadrata | Krishna | Balarama | Drupada | Hidimba | Drestadyumna | Salya | Adirata | Srikandi
Topik terkait
Panca Pandawa | Seratus Kurawa | Hastinapura | Indraprastha | Kerajaan-kerajaan lain | Perang di Kurukshetra | Bhagawad Gita |
Silsilah Pandawa dan Korawa