Dara Jingga
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Dara Jingga adalah putri dari Raja Mauliwarmadewa, penguasa Kerajaan Dharmasraya dan juga merupakan kakak kandung dari Dara Petak. Dara Jingga memiliki sebutan sira alaki dewa — dia yang dinikahi orang yang bergelar dewa — dinikahi oleh Adwaya Brahman, pemimpin Ekspedisi Pamalayu.
Sedangkan dalam perjalanan kembali dari Ekspedisi Pamalayu, dipimpin oleh Mahesa Anabrang, membawa serta adik dari Dara Jingga, sebagai sebagai putri boyongan yang akan dipersembahkan kepada Raja Kertanegara, penguasa Singhasari. Namun dikarenakan kerajaan Singhasari telah runtuh, putri ini (Dara Petak) diserahkan kepada Raden Wijaya, Raja Majapahit.
Setelah beberapa lama di Majapahit, akhirnya Dara Jingga berserta suami dan putranya Adityawarman memutuskan kembali ke Dharmasraya. Dara Jingga juga dikenal sebagai Bundo Kanduang dalam Hikayat Minangkabau.
Dari pernikahannya, Dara Jingga memiliki putra: (menurut Babad Arya Tabanan):
- Arya Cakradara (suami dari Tribhuwana Wijayatunggadewi)[rujukan?]
- Arya Dhamar (Raja di Palembang)
- Arya Kenceng (Raja Tabanan,Bali)
- Arya Kutawandira
- Arya Sentong
- Arya Belog.
Merekalah yang bersama-sama Gajah Mada, berperang untuk menaklukkan Bali (Bedahulu) pada sekitar tahun 1340. Empat Putra yang terakhir menetap dan mempunyai keturunan di Bali. Arya kenceng kemudian menurunkan raja-raja Tabanan dan Badung (wilayahnya kira-kira meliputi Kabupaten Badung dan Kotamadya Denpasar) yang terkenal dengan perang puputan ketika menghadapi penjajah Belanda pada tahun 1906.
![]() |
Artikel mengenai biografi tokoh Indonesia ini adalah suatu tulisan rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia mengembangkannya. |