Pembicaraan:Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Saya tidak ingin menyinggung penulis tulisan ini, makanya saya selipkan tulisan saya di bawah tulisan ini. Selamat membaca.


Sekilas Pandang Tentang OKU Selatan

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan) adalah kabupaten baru yang terbentuk secara resmi dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 37 Tahun 2003 dan diresmikan sebagai kabupaten baru oleh Gubernur Sumatera Selatan 16 Januari 2004 di Muaradua (Kabupaten OKU Selatan. Pemerintahan Daerah Kabupaten OKU Selatan sendiri baru efektif berjalan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2004 lalu.

Sebagai kabupaten baru, tentu saja OKU Selatan masih dalam tahap pembelajaran dan walaupun agak lambat,kabupaten ini tengah mencari format ideal tentang tata cara menjalankan pemerintahan yang ideal, yang sesuai dengan keadaan politik, ekonomi, sosial-budaya setempat (poleksosbud). Hal ini sesuai dengan konsep otonomi daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk menyelenggarakan dan mengatur rumah tangganya sendiri. Paling tidak, hingga saat ini DPRD Kab. OKU Selatan telah mensahkan 6 (enam) peraturan daerah tentang struktur dan tata kerja organisasi DPRD dan Pemda. 6 (enam) perda ini diibaratkan rumah yang siap dihuni dan diisi dengan perabotan, maksudnya, pemda dan DPRD tinggal mengembangkan sumber daya daerah yang ada untuk mengisi rumah tersebut (membangun).

Dilihat dari pembelajaran politik yang menjadi salah satu amanat dari adanya otonomi daerah, kabupaten OKU Selatan sudah mengalami kemajuan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kritisasi masyarakat di media massa walaupun masih sebatas sms interaktif. Paling tidak itu telah menunjukkan bahwa masyarakat OKU Selatan peduli akan daerahnya. Mereka telah berani mengatakan kepuasan atau ketidakpuasan mereka terhadap jalannya pemerintahan di daerahnya.

Masalah pelayanan publik, kabupaten OKU Selatan memang menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan sarana dan prasarana. Hal ini dapat dimaklumi karena perubahan status dari kecamatan yang dahulunya dimarginalkan oleh OKU pada waktu itu menjadi kabupaten yang otonom, maka siap tidak siap, dengan keterbatasan yang ada kabupaten harus melaksanakan pemerintahannya termasuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Paling tidak, kabupaten ini sudah menunjukkan "sedikit" komitmen untuk memberdayakan masyarakat daerah dengan pembentukan oraganisasi-organisasi birokrasi sampai tingkat kecamatan dan menyaring tenaga kerja daerah yang diposisikan sebagai tenaga kerja sosial, hal ini semata-mata dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (semoga). Masalah pembangunan yang cenderung lambat di OKU Selatan disebabkan oleh kabupaten ini baru berumur satu setengah tahun dan pada jangka waktu tersebut banyak "dilewati" oleh kegiatan-kegiatan (pemilu : legeslatif dan presiden) dan kemudian sudah harus menyiapkan diri untuk melaksanakan PILKADAL (Juni mendatang) sehingga pemerintah daerah sedikit banyak disibukkan dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk sibuknya PJS Bupati OKU Selatan mengadakan kampanye terselubung melalui kunjungan-kunjungan sehingga melupakan tugas yang seharusnya dilakukan.

Namun demikian, kabupaten OKU Selatan memiliki sumber daya yang kaya. Mulai dari sektor pariwisata, pertanian dan bahan-bahan tambang yang semuanya kalau dikelola dengan baik akan dapat membantu perkembangan dan pembangunan di OKU Selatan. Paling tidak ini yang digambarkan oleh Litbang Kompas tentang Sumber Daya yang ada di OKU Selatan.

Saya salut dengan rekan dari OKU Selatan yang telah mengeluarkan unek-uneknya tentang OKU Selatan, saya secara sepontan jadi ingin menambahakan apa yang ditulis oleh Saudara Indra. Paling tidak ini menunjukkan kepedulian terhadap daerah.

Ade Putera Marthabaya Warga Sunur (Buay Runjung) OKU Selatan. Saat ini sedang menjalani Studi di Jogjakarta


Menarik semua data yang digambarkan saudara Ade di atas. Anyway, kalau kita lihat hasil nyata yang ada di lapangan yang terjadi adalah sebaliknya. Lahan pertaian tidak lagi bisa dijadikan sandaran hidup sebagian besar masyarakat, anak - anak muda menjadi penganngguran yang berdampak pada tingginya tingkat kriminalitas, Orang - orang desa berlomba ke Kota (Muara dua) untuk mencoba lahan hidup yang baru yang mereka sendiri tidak bisa membayangkan seperti apa medan yang akan mereka hadapi. Tukang ojek adalah mata pencarian yang sangat diidamkan oleh setiap pemuda, atau bila punya keberanian, Jakarta kembali jadi tumpuan. Tempat wisata??? seberapa besar mereka mendapat hasil dari tempat yang sebenarnya Indah tersebut??? Berkah cuma datang ketika Lebaran terjadi.

Masih banyak masyarakat yang hanya makan dengan garam dan cabai yang ditumbuk atau biasa disebut "sialalak" atau "qramcabi". menyedihkan ketika para bapak2 yang harusnya menjadi tulang punggung hanya kongkow2 sambil main "Gap".

OKU Selatan belum siap menjadi kabupaten yang mandiri, di mata saya. Saya juga bangga ketika OKU Selatan menjadi Kabupaten. Tapi menilik dari nama yang terdengar ribet saja, banyak orang menjadi malas untuk mendengar profile tentang OKU Selatan ini. berikut kutipan obrolan yang biasa terjadi bila ada orang yang bertanya tentang asal daerah saya: X : "Aslinya mana mas?" Y : "Palembang!" X : "Palembangnya mana Mas?" Y : OKU Selatan X : "O.... OKU???" Y : "Nukan OKU tapi OKU selatan...." X : "Iya... tapi OKU juga kan..???" panjang lebar saya harus menjelaskan pada banyak orang tentang OKU Selatan. Tapi apa yang terjadi ketika saya katakan saya berasal dari KABUPATEN MUARADUA???? berikut kutipannya : X : "Aslinya mana mas?" Y : "Palembang!" X : "Palembangnya mana Mas?" Y : "Kabupaten Muaradua" X : "Kabupaten Baru ya mas?" setelah itu, cerita bergulir dengan cepat tanpa ada embel-embel yang menyamakan atau mengindentikan OKU Selatan dengan OKU.

Lebih lucu ketika saya menjawab pertanyaan orang dengan "Saya berasal dari Kabupaten SABUNG atau SASEL". SABUNG atau SASEL saya ambil dari kependekan dari dua sungai besar yang ada di Muara dua yaitu SAKA dan SELABUNG.

Pada akhirnya, nama menjelaskan sesuatu. Ketika orang berbicara sandal yang kita bayangkan adalah sandal bukan sepatu, begitu juga ketika kita berbicara tentang OKU Selatan kita tidak ingin orang-orang membayangkan OKU bukan????

Indra Effendi, Kampung Masjid, Muara Dua, Sumsel