Kota Banjarmasin

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Banjarmasin

Lambang Banjarmasin
Berkas:Locator_kota_banjarmasin.png

Peta lokasi Banjarmasin
Motto: Kayuh Baimbai
Banjar: Mendayung Bersama-sama
Provinsi Kalimantan Selatan
Ibu kota {{{ibukota}}}
Luas 72 km²
Koordinat 3' 15" - 3' 22" LS, 114' 32" - 114' 38" BT
Penduduk  
 · Jumlah 572.300 (2004)
 · Kepadatan 7.949/km2 (2004) jiwa/km²
Pembagian administratif  
 · Kecamatan 5
 · Desa/kelurahan 51
Dasar hukum -
Tanggal -
Hari jadi 24 September 1526
Walikota H.A. Yudhi Wahyuni
Kode area telepon 0511
APBD {{{apbd}}}
DAU -
Suku bangsa Suku Banjar dan hampir semua suku di Indonesia
Bahasa Banjar, Indonesia
Agama Islam dan agama lainnya
Flora resmi Kasturi
(Mangifera Casturi)
Fauna resmi Bekantan
(Nasalis Larvatus)
Zona waktu WITA

Situs web resmi: [1]

Pusat Kota Banjarmasin (Resident de Haanweg)
Pusat Kota Banjarmasin (Resident de Haanweg)

Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 72 km² atau 0,019% dari luas wilayah Kalimantan Selatan. Jumlah penduduk di kota ini adalah sebanyak 527.250 jiwa (2000) dengan kepadatan penduduk 7.325/km².

Daftar isi

[sunting] Letak

Kota Banjarmasin terletak pada 3°,15 sampai 3°,22 Lintang Selatan dan 114°,32 Bujur Timur, ketinggian tanah berada pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang.

[sunting] Kondisi Sungai

Kota Banjarmasin dibelah oleh sungai Martapura dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan.

[sunting] Kondisi Tanah

Tanah aluvial yang didominasi struktur lempung adalah jenis tanah yang mendominasi wilayah kota Banjarmasin. Sedangkan batuan dasar yang terbentuk pada cekungan wilayah berasal dari batuan metamorf yang bagian permukaannya ditutupi oleh krakal, kerikil, pasir dan lempung yang mengendap pada lingkungan sungai dan rawa.

[sunting] Penggunaan Lahan

Adapun komposisi penggunaan tanah/lahan antara lain :

  • Tanah perumahan 2.969,3 Ha
  • Tanah pertanian 3.059,9 Ha
  • Tanah perusahaan 307,9 Ha
  • Tanah jasa 427,3 Ha

[sunting] Batas

Letak kota Banjarmasin di sebelah selatan provinsi Kalimantan Selatan yaitu :

[sunting] Wilayah Administratif

Kota Banjarmasin terdiri atas 5 kecamatan :

  1. Banjarmasin Barat: 13,37km²
  2. Banjarmasin Selatan: 20,18 km²
  3. Banjarmasin Tengah: 11,66 km²
  4. Banjarmasin Timur: 11,54 km²
  5. Banjarmasin Utara: 15,25 km²

[sunting] Rumah Ibadah

Rumah ibadah yang terdapat di Kota Banjarmasin antara lain:

  • Masjid 141 buah
  • Musholla 155 buah
  • Langgar 717 buah
  • Gereja Protestan 19 buah
  • Balai Jemaat 1 buah
  • Gereja Katolik 3 buah
  • Kapel 1 buah
  • Pura 1 buah
  • Vihara 8 buah

Rumah ibadah di Banjarmasin, diantaranya :

[sunting] Suku bangsa

Suku bangsa di kota ini antara lain:

  1. Suku Banjar: 417.309 jiwa
  2. Suku Jawa: 56.513 jiwa
  3. Suku Madura: 12.759 jiwa
  4. Suku Bukit: 7.836 jiwa
  5. Suku Bugis: 2.861 jiwa
  6. Suku Sunda: 2.319 jiwa
  7. Suku Bakumpai: 1.048 jiwa
  8. Suku Mandar: 105 jiwa
  9. Lainnya: 26.500 jiwa

(Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000)

Suku lainnya antara lain :

Keberadaan suku-suku ini ditandai dengan adanya rumah ibadah yang berlatang belakang suku-suku tersebut.

[sunting] Obyek Wisata

Pasar Lima di Banjarmasin
Pasar Lima di Banjarmasin

[sunting] Sejarah

  • 1526 : "Banjarmasih", yang artinya perkampungan "Oloh Masih" (orang Melayu), dipimpin kepala kampung berasal dari Sumatera yang bergelar Patih Masih.
  • 1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Banjarmasin. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
  • 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Tanggal ini dijadikan Hari Jadi Kota Banjarmasin, sekarang 480 tahun.
  • 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
  • 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
  • 1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
  • 1596 : Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
  • 7 Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.
  • 1612 : Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
  • 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
  • 10 Sya'ban 1159 H : Renovasi dan pembuatan Lawang Agung Masjid Sultan Suriansyah oleh Kiai Demang Astungkara di masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I.
  • 27 Rajab 1296 H : Pembuatan mimbar Masjid Sultan Suriansyah oleh Haji Muhammad Ali an-Najri.
  • 15 Muharram 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam/UUSA 1825.
  • 1857-1859 : Pemerintahan Sultan Tamjidillah yang ditetapkan Belanda menjadi raja Banjar menggantikan Sultan Adam.
  • 1859 : Sultan Tamjidillah diasingkan ke Bogor, Pangeran Mangkubumi Hidayat diasingkan ke Cianjur.
  • 1860 : Wilayah Kerajaan Banjar dijadikan Afdeeling Bandjermasin dan Afdeeling Oloe Soengai.
  • 1900 : Soeara Borneo, didirikan di Banjarmasin, menggunakan bahasa Melayu.
  • 1901 : Pewarta Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan sosial Seri Budiman.
  • 1904 : Budi Sempurna, perkumpulan sosial yang didirikan Kiai Mohammad Zamzam.
  • 1906 : Sinar Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan Indra Buana.
  • 1907 : Pengharapan terbit menggunakan bahasa Melayu.
  • 1916 : Al Madrasatul Arabiah dan Al Waliah berdiri di Seberang Mesjid, Banjarmasin Tengah.
  • 1918 : Banjarmasin, ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad.
  • 1 Juli 1919 : Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing.
  • 1923 : Nasional Borneo Kongres I. Dunia Isteri, organisasi wanita Sarekat Islam dipimpin Ny. Masiah.
  • 1924 : Nasional Borneo Kongres II
  • 1926 : Surat kabar Bintang Borneo(bahasa Melayu-China) dan Borneo Post (bahasa Belanda) dengan W. Schmid sebagai redakturnya.
  • 1927 : Soeara Borneo, didirikan oleh Hausman Baboe, bercorak nasional serta memuat berita-berita nasional.
  • 1929 : Persatuan Putera Borneo, merupakan cabang dari Persatuan Pemuda Borneo Surabaya di Banjarmasin yang dipengaruhi nasionalisme PNI Soekarno.
  • 1930 : Bendahara Borneo, nama suatu usaha Studi Fonds di Banjarmasin yang anggotanya dari kaum pegawai.
  • 1938 : Otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin.
  • 1942 : R. Mulder, walikota Banjarmasin dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
  • Februari 1942 :Borneo Shimbun, nama surat kabar yang diterbitkan Jepang untuk Kalimantan Selatan.
  • 1945 : Banjarmasin sebagai ibukota provinsi Kalimantan dengan gubernur Ir. H. Pangeran Muhammad Noor.
  • 9 November 1949 : Pertempuran di Banjarmasin
  • 10 Nopember 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said
  • 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai).
  • 2005 : Terpilihnya H. Ahmad Yudhi Wahyuni Usman sebagai walikota untuk masa jabatan 2005-2009

[sunting] Banjarmasin di Masa Hindia Belanda

Kesultanan Banjar dihapuskan Belanda pada tanggal 11 Juni 1860, merupakan wilayah terakhir di Kalimantan yang masuk ke dalam Hindia Belanda, walaupun perlawanan rakyat baru berakhir pada tahun 1905, dengan terbunuhnya Sultan Muhammad Seman di pedalaman Barito, Kalteng.

[sunting] Struktur Pemerintahan 1898

Pada tahun 1898 Belanda kemudian mengangkat seorang Residen berkedudukan di Banjarmasin yaitu C.A. Kroesen, dengan dibantu oleh Sekretaris: E.J. Gerrits, Commies (komis): G.J. Mallien, Commies ke-2 : F.N. Messchaert dan landmeter en rooi meester : G.J. Beaupain. Sedangkan dalam Afdeeling Banjarmasin, jabatan Asisten Residen : E.B. Masthoff, Kepala polisi : C.W.H. Born, jabatan Ronggo : Kiahi Mas Djaja Samoedra, Luitenants der Chinezen : The Sin Yoe dan Ang Lim Thay, Kapitein der Arabieren : Said Hasan bin Idroes Al Habesi. Setiap kampung Belanda dipimpin Wijkmeester, seperti kampung Litt. A oleh G.J. Mallien; Litt. B oleh R.R. Hennemann, Litt. C. oleh K.F. Pereira, Litt. D oleh G. Weidema, Litt. E oleh H.G.A. Henevelt.

[sunting] Masyarakat Kolonial yang Pluralistik

Ekspansi modal dan teritorial setelah tahun 1870 diikuti dengan imigrasi intelek Belanda dan pengusaha hingga muncullah "enclave masyarakat bule" sebagai pusat kebudayaan Barat di tengah masyarakat Banjar yang tradisional. Masyarakat kolonial yang pluralistik dengan ciri adanya pemisahan warna kulit antara penguasa dengan rakyat yang dikuasai, adanya sub ordinasi politik serta ketergantungan ekonomi, dan ekslusivisme setiap golongan hidup terpisah dabn merasa lebih unggul dari yang lainnya. Dengan bertambah penduduk kulit putih yang berkuasa politis dan ekonomi atas suatu kota, timbullah hasrat untuk mengatur urusan sendiri lebih bebas dari ketentuan pemerintah kolonial. Dimana masyarakat kulit putih diberi keleluasan untuk mengatur kepentingan kelompok mereka melalui sebuah Dewan Gemeente. Masyarakat Eropa ini akhirnya berhasil membentuk pemerintahan Eropah untuk orang Eropah, adanya seorang Burgemeester kota di samping Residen yang sudah ada di dalam Karesidenan Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo. Stijl hidup Barat pun ikut terbawa. Bahasa Belanda menjadi bahasa golongan yang terpelajar dan lapisan atas. Perkembangan modernisasi kota Banjarmasin dengan pusat-pusat perkantoran, bank, firma-firma Belanda, gereja, jalanan kampung Belanda, pasar, alun-alun, sungai dengan jembatan ringkap. Tumbuhnya kebudayaan Barat di dalam tubuh kebudayaan Banjar yang tradisional dengan kontak yang saling mempengaruhi dan memberikan stimulans akulturasi dan enkulturasi.

[sunting] Gemeente Raad 1919

Penghibahan otonomi yang pertama kepada masyarakat kulit putih di Banjarmasin tercantum dalam Lembaran Negara Hindia Belanda tahun 1919 no.252 tertanggal 1 Juli 1919. Gemeente Raad Banjarmasin beranggotakan 13 orang yaitu 7 orang Eropa, 4 bumiputera dan 2 Timur Asing. Dewan ini diketuai : P.J.F.D. Van De Riveira (Asisten Residen Afdeeling Banjarmasin), dengan anggota : Pangeran Ali, Amir Hasan Bondan, B.J.F.E. Broers, A.H. Dewald, H.M.G. Dikshoorn, Mr. L.C.A. Van Eldick Theime, Hairul Ali, H.H. Gozen, Lie Yauw Pek, Mohammad Lelang, J. Stofkoper, Tjie San Tjong, J.C. Vergouwen dan sekretaris : G. Vogel. Walaupun pada kulitnya pembentukan Gemeente Banjarmasin dan Gemeente Raad menyangkut segi politik semua golongan masyarakat Banjarmasin, dalam pelaksanaan selanjutnya meliputi segi-segi kepentingan golongan kulit putih semata, kepentingan pemnerintah dan pengusaha Belanda, pendidikan anak-anak kulit putih, rekreasi kulit putih, kebersihan kota, penerangan, air minum dan sebagainya seperti terlihat pada jalanan kampung Belanda (Residen de Haanweg).

[sunting] Ibukota Borneo 1938

Selanjutnya tahun 1938, Kalimantan menjadi sebuah provinsi yang terdiri dari Karesidenan Borneo Barat, dan Karesidenan Selatan dan Timur Borneo yang berkedududkan di Banjarmasin, dengan Gubernur A. Haga. Sejak adanya Provincial Raad (Banjar Raad) sejak Agustus 1938 wakil Kalimantan dalam Volksraad adalah Pangeran Muhammad Ali, selanjutnya digantikan anaknya yaitu Ir. Pangeran Muhammad Noor.

[sunting] Menjelang Masuknya Jepang

Masuknya Jepang ke wilayah Kalsel tanggal 6 Februari 1942 di Bungkang, Muara Uya, Tabalong. Tanggal 8 Februari 1942 tiga buah kapal KPM masuk Banjarmasin untuk evakuasi massa Belanda ke pualu Jawa. Pada saat kapal terakhir berangkat, AVC (korp perusak) melaksanakan tugas bumi hangus agar fasiltas yang ada tidak digunakan oleh Jepang, Banjarmasin menjadi lautan api. Banjarmasin gemetar oleh ledakan dinamit yang keras. Gubernur A. Haga dan pejabat terasnya lari ke Kuala Kapuas selanjutnya ke Puruk Cahu dalam rencana perang Gerilya yang sudah tentu tidak mungkin didukung oleh rakyat jajahan. Apa yang tertinggal dari kebanggaan Kompeni tidak ada lagi. Kerusuhan menjalar, terjadi penjarahan terhadap firma-firma dan rumah Belanda, pertokoan dan Grand Hotel. Pasar Baru terbakar pada malam harinya.

[sunting] Jepang masuk kota Banjarmasin

Dengan persetujuan walikota H. Mulder, orang-orang Indonesia membentuk pemerintahan Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Roesbandi. Tanggal 10 Februari 1942, walikota Banjarmasin H. Mulder, Ruitenberg (Kepala Polisi) dan Muelmans menjalani hukuman tembak oleh Bala Tentara Jepang, di tepi Jembatan Coen yang telah diputus AVC, mayatnya dibuang ke sungai Martapura. Disusul 3 orang Belanda dan 3 Tionghoa dipancung juga. Di Telawang, Luth (konteler Tanjung), inspektur Labrijn, Balk (konteler Pleihari) dan H.J. Honning (pegawai rubberisteriksi) dipancung mayatnya dibiarkan bergelimpangan untuk menakuti rakyat. Pada 12 Februari 1942, Jepang mengeluarkan maklumat, Banjarmasin dan daerahnya dibawah PPC. Para Kiai, kepala distrik diangkat kembali ke posnya masing-masing. Tanggal 17 Maret, Jepang membawa Kapten van Epen kembali ke Puruk Cahu untuk melucuti dan melakukan penyerahan diri pihak militer dan pemerintahan sipil. Tanggal 18 Maret 1942, Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma diangkat sebagai Ridzi membawahi daerah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito. Para tawanan dimasukan ke barak Benteng Tatas, wanita dan anak-anak ditahan di bekas rumah opsir menghadap Ringweg (Jl. Loji). Semua terjadi bawah tontonan rakyat yang menghinanya. Masyarakat kelas atas yang tadinya memerintah diperlakukan sebagai paria oleh Jepang. Hidup dalam kamp konsentrasi dengan penderitaan dan kekurangan makanan. Dalam tawanan Dr. A. Haga sempat membuat rencana-rencana untuk pemulihan kekuasaan, tetapi akhirnya ketahuan Jepang. Pada bulan Mei 1942, semua pihak yang tersangkut sebanyak lebih dari 200 orang ditangkap dan akhirnya dibunuh Jepang.

[sunting] Lagu Daerah

  1. Kampung Batuah
  2. Talambat Badatang
  3. Pangeran Suriansyah
  4. Banua Banjar

[sunting] Pranala luar



 

Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan

Lambang Kota Banjarmasin

Kecamatan: Banjarmasin Barat | Banjarmasin Selatan | Banjarmasin Tengah | Banjarmasin Timur | Banjarmasin Utara


 
Kalimantan Selatan
Lambang Provinsi Kalimantan Selatan

Kabupaten: Balangan | Banjar | Barito Kuala | Hulu Sungai Selatan | Hulu Sungai Tengah | Hulu Sungai Utara | Kotabaru | Tanah Laut | Tabalong | Tanah Bumbu | Tapin

Kota: Banjarbaru | Banjarmasin

Lihat pula: Daftar kabupaten dan kota di Indonesia