Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
![]() |
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, Anda boleh menghapus pesan ini. |
Pendahuluan
Dalam era otonomi daerah yang semua kebijakan pembangunan tidak lagi bersifat sentralistik desa sebagai unit pemerintahan paling dekat dengan rakyat berperan penting dalam menunjang terwujudnya masyarakat yang makmur. Kerjasama antara pemerintah desa dan masyarakat dalam menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki menentukan arah desa menuju, desa maju atau desa tertinggal.
Berjo adalah salah satu desa yang bisa dikatakan berhasil memanfaatkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam pembangunan, meski pembangunan belum mencapai pada titik yang diharapkan. Keadaan geografisnya tidak menjadikan Berjo terasing dari peradaban, malah pada tahun 2002 desa ini berhasil menjadi juara I lomba desa tingkat kabupaten. Berikut ini disajikan gambaran singkat Desa Berjo secara keseluruhan. Buku ini diperuntukkan bagi siapa saja yang berkempentingan dengan Desa Berjo, investor, wisatawan, ataupun wartawan misalnya. …
A. GAMBARAN DESA BERJO
1. Umum
Desa Berjo merupakan desa tujuan pariwisata yang terletak di lereng Gunung Lawu. Secara fisik, Desa Berjo memiliki keindahan panorama yang sangat menakjubkan. Dari sudut pandang geografis, Desa Berjo memiliki topografi berupa daerah yang tinggi, berada di ketinggian ± 1.500 mdpl, dengan suhu udara rata – rata ± 22 ºC sampai dengan 32 ºC dan beriklim tropis. Latar pemandangan Gunung Lawu yang sangat indah dan udara yang begitu alami menjadi unggulan utama Desa Berjo ini. Selain itu, Desa Berjo memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan desa – desa lainnya di Karanganyar. Diantaranya adalah beragam potensi wisata yang dapat dikembangkan, Bupati Karanganyar sendiri pada tahun 2004 telah mencanangkan Desa Berjo sebagai desa wisata. Desa Berjo secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, dengan luas wilayah 1623,865 Ha dan memiliki batas wilayah sebagai berikut, sebelah utara Desa Berjo dibatasi oleh Desa Girimulyo, sebelah timur dibatasi oleh hutan Lawu, sebelah selatan dibatasi oleh kecamatan Tawangmangu, dan sebelah barat dibatasi oleh Desa Puntukrejo. Sedangkan secara orbitrasi, jarak dari pusat pemerintahan desa ke kecamatan ± 3 Km, ke kabupaten ± 16 Km, dan ke propinsi ± 150 Km. Oleh karena itu, Desa Berjo merupakan andalan tujuan wisata bagi pelancong yang menginginkan suatu objek wisata yang benar – benar masih natural/alami, karena jauh dari polusi udara dan kepenatan perkotaan.
2. Pertanahan Penggunaan lahan dan wilayah Desa Berjo sebagian besar adalah tanah pekarangan yang berupa tegal/kebun yaitu seluas 1.918.650 Ha, dan selebihnya berupa pekarangan/bangunan seluas 817.120 Ha, hutan negara seluas 1.236 Ha, serta tanah sawah dengan irigasi ½ tehnis seluas 84 Ha. Sepanjang mata memandang, di Desa Berjo banyak sekali terhampar pekarangan, kebun, ataupun sawah. Sedangkan mengenai status tanahnya, sebagian besar tanah di Desa Berjo sudah bersertifikat, baik untuk tanah Hak Milik maupun tanah Hak Guna Bangunan. Hal ini bisa dilihat dari hasil pendataan hingga tahun 2005, tanah yang belum bersertifikat hanya seluas ± 11,6 Ha.
3. Kependudukan Dari hasil data monografi Desa tahun 2005, Desa Berjo memiliki jumlah penduduk 5516 jiwa, dengan jumlah laki – laki 2769 jiwa dan jumlah perempuan 2747 jiwa. Menurut kepercayaannya, penduduk Desa Berjo mayoritas beragama Islam. Sedangkan menurut usianya, penduduk Desa Berjo mayoritas rata – rata dalam usia produktif yaitu usia 10 – 57 tahun. Sedangkan menurut tingkat pendidikannya, sebagian besar hanya lulusan SD yaitu berjumlah 2.066 orang, dan selebihnya lulusan SMP/SUP berjumlah 1.342 orang, SMA/SLTA berjumlah 878 orang, Akademi/D1 – D3 berjumlah 98 orang dan Sarjana berjumlah 123 orang. Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Desa Berjo mayoritas bermata pencaharian sebagai tani yaitu berjumlah 2.955 orang. Sedangkan selebihnya bermata pencaharian sebagai karyawan Pegawai Negeri Sipil sebanyak 52 orang, ABRI/TNI sebanyak 1 orang, swasta sebanyak 315 orang, wiraswasta dagang sebanyak 217 orang, pertukangan sebanyak 119 orang, buruh tani sebanyak 117 orang, pensiunan 10 orang, dan jasa sebanyak 8 orang. Jadi berdasarkan mata pencahariannya, kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Berjo rata – rata merupakan keluarga sejahtera 1 dan 2.
4. Perangkat Desa Perangkat desa di Desa Berjo terdiri dari Sekretaris desa 1 orang, Kepala wilayah 4 orang, Kepala dusun 6 orang, dan Pembantu kepala urusan 3 orang. Sedangkan lembaga – lembaga desa di Desa Berjo terdiri dari Badan Perwakilan Desa 13 orang, LPMD 32 orang, Rukun Warga 15 orang, Rukun Tetangga 50 orang.
Sedangkan dalam pelaksanaan tugas di lapangan, seorang Kepala Desa di Bantu oleh para Kepala Dusun yang terdiri dari 6 Wilayah Dusun yaitu : a) Dusun Tagung b) Dusun Berjo c) Dusun Gandu d) Dusun Gero e) Dusun Tambak f) Dusun Tlogo
Adapun keberadaan Perangkat Desa Berjo adalah sebagai berikut : 1. Kepala Desa : Suharno 2. Sekretaris Desa : Sulardi 3. Dusun Tagung : Sunarso 4. Dusun Berjo : Diyono 5. Dusun Gandu : Giyono 6. Dusun Gero : Cipto Salim 7. Dusun Tambak : Suyatno 8. Dusun Tlogo : Cipto Sumarto 9. Kaur Pemerintahan : Suratno 10. Kaur Pembangunan : - 11. Kaur Kesejahteraan : Suparso 12. Kaur Keuangan : Suharto 13. Kaur Umum : Sugito 14. Pembantu Kaur Pemerintah : Sri Sugiyatmi 15. Pembantu Kaur Keuangan : Warno 16. Pembantu Kaur Umum : Suwarno
Sedangkan anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai berikut : 1. Pitoyo : Ketua 2. Agung Setyo Hagnanto, S.pd : Wakil Ketua 3. Mursid : Wakil Ketua 4. Sutarso : Anggota 5. Sunarto : Anggota 6. Suminto : Anggota 7. Parto Wiyono : Anggota 8. Hadi Karmin : Anggota 9. Suyatno : Anggota 10. Darto Sutarno : Anggota 11. Minto Widodo : Anggota 12. Harso Suyarno : Anggota 13. Maryono, S.pd : Anggota
B. SEKTOR PERTANIAN Mayoritas penduduk Desa Berjo bermata pencaharian sebagai petani. Lahan pertanian mereka kebanyakan berupa tegal/kebun yaitu seluas 1.918.650 Ha dan selebihnya berupa tanah sawah yang diolah dengan irigasi ½ tehnis. Hasil produk pertanian yang menjadi unggulan di Desa Berjo adalah wortel. Sayuran yang mengandung vitamin A yang cukup tinggi ini dalam setiap panen dapat menghasilkan hingga 12 ton dalam 7 Ha. Selain itu, produk pertanian yang menjadi unggulan lainnya adalah produk pertanian yang berupa padi, jagung dan palawija. Padi dengan hasil setiap panen 4 ton dalam 6 Ha, jagung dengan hasil setiap panen 5 ton dalam 9 Ha, ketela rambat dengan hasil setiap panen 12 ton dalam 6 Ha, ketela pohon dengan hasil setiap panen 5 ton dalam 8 Ha. Sedangkan untuk sayur – sayuran adalah Sawi dengan hasil 7 ton dalam 8 Ha, Tomat dengan hasil 2 ton dalam 4 Ha, buncis dengan hasil 2 ton dalam 4 Ha, bawang merah dengan hasil setiap panen 1 ton dalam 4 Ha, bawang putih dengan hasil setiap panen 1 ton dalam 1 Ha. Desa Berjo selain menghasilkan produk pertanian, tapi juga menghasilkan produk perkebunan yaitu : Cengkeh dengan luas lahan 15 Ha dan kopi dengan luas lahan 3 Ha. Sedangkan untuk peternakan yang ada di Desa Berjo, berdasarkan data LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa) tahun 2005 hasil produk peternakannya yaitu : Ayam kampung sebanyak 3.100 ekor, ayam ras sebanyak 500 ekor, itik sebanyak 50 ekor, kambing sebanyak 350 ekor, dan sapi sebanyak 554 ekor. Budidaya ternak tersebut dilakukan secara individu. Selain produk pertanian, perkebunan dan peternakan, Desa Berjo juga menghasilkan produk kehutanan. Dengan luas lahan hutan 1.236.000 Ha, Desa Berjo dapat menghasilkan jenis tanaman hutan seperti kayu cemara, kayu gunung dan kayu akasia. Desa Berjo memang memiliki kesuburan tanah yang sangat mendukung untuk pertanian. Selain produk pertanian yang telah diuraikan diatas, Desa Berjo juga memiliki keunggulan, yaitu budidaya jamur, bunga hias dan bunga potong. Karena budidaya jamur, bunga hias, dan bunga potong pada nantinya diharapkan dapat menjadi andalan bagi Desa Berjo, berikut uraian singkat mengenainya.
Budidaya Jamur
Di Desa Berjo ini, budidaya jamur terletak di Dusun Plesungan. Budidaya jamur ini dilakukan baik secara individu, bermitra, dan dengan sistem penitipan. Budidaya yang secara individu dapat dilakukan dengan cara langsung membeli bibit, mengopen dan menjual secara sendiri. Sedangkan, budidaya dengan cara bermitra, dilakukan oleh asosiasi “LSK”, yang mana menunjuk salah satu orang yang kemudian nantinya diberikan kepada petani dengan sistem bagi hasil. budidaya jamur sendiri baru dimulai pada tahun 2003.Jenis jamur yang dibudidayakan di Dusun Plesungan ini paling banyak merupakan jenis jamur kuping dan jamur tiram, namun juga tidak menutup kemungkinan dengan jenis jamur lainnya seperti jamur lingshi, jamur sitakhe dan jamur merang. Keunggulan dari budidaya jamur ini banyak sekali, misalnya pertama, secara global sekali tanam dapat panen hingga 7 kali, padahal untuk balik modal hanya perlu 2 – 2,5 kali panen (Big Event Point). Kedua, tidak memerlukan banyak tempat. Ketiga, bekerjanya bisa diselingi dengan kegiatan lainnya atau dengan kata lain tidak menyita banyak waktu. Keempat, purnajualnya tinggi. Jamur merupakan jenis tanaman budidaya yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan disamping rasanya yang unik. Pemasaran dari budidaya jamur di dusun Plesungan ini meliputi daerah Solo, Semarang, Bandung, Surabaya dan hingga Jakarta. Harga jualnyapun berdasarkan kesepakatan bersama, kira – kira untuk harga basah sebesar Rp. 4500 – Rp. 5000 /kg. Pemasaran hasil panen jamur ini belum sampai pada tahap pasca panen, sehingga hasil jamur langsung dijual mentah kepada pedagang yang mengambil langsung ke kebun mereka. Walaupun demikian, omset yang dihasilkan cukup tinggi bahkan tak jarang mereka kehabisan stock dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk itu budidaya jamur di daerah Berjo dapat menjadi salah satu alternatif usaha untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang perekonomian . Tanaman Hias dan Bunga Potong
Tanaman hias dan bunga potong di desa Berjo ini dapat ditemui di dusun Plesungan pula disamping budidaya jamur. Produk unggulan dari tanaman hias di dusun Plesungan ini adalah jenis Antorium Jemani. Sedangkan untuk produk unggulan dari bunga potongnya adalah jenis Crhysant, Garbera, Antorium, sedap malam, mawar dll. Jenis tanaman hias Antorium Jemani ini memiliki harga jual yang tidak murah,hal ini karena merupakan tanaman jenis indoor yang tidak memerlukan kontak matahari secara langsung dan memiliki daun yang eksotik. Dikatakan eksotik karena asalkan tempatnya terawat daunnya tidak akan layu atau kering selama 5-10 tahun. Selain itu, hadirnya bunga sangat dinanti – nantikan. Kenapa sangat dinanti – nantikan ? Karena dari bunga tersebut nantinya akan didapat bibit untuk pembudidayaan selanjutnya dan bibit tersebut harga jualnya Rp. 15.000/biji. Sedangkan satu bunga dapat berisi ribuan biji. Keunggulan lainnya adalah perawatannya yang sangat minimalis, yaitu cukup disiram, diberi pupuk dan pestisida secukupnya. Permasalahan yang dihadapi dalam pembudidayaan tanaman hias dan bunga potong ini adalah kurang disiplinnya para pembudidaya dan masih kentalnya sistem tradisional yang ada, padahal lingkungan disini sudah sangat menunjang sekali seperti tanah yang subur dan air yang berlimpah.
C. SEKTOR INDUSTRI
Sektor industri yang menjadi andalan Desa Berjo adalah makanan kecil, minuman instan dan penyulingan cengkih, yang kesemuanya tergolong kedalam indusrti kecil (rumah tangga). Perkembangan industri kecil tersebut sudah cukup terkenal ditandai dengan banyaknya orang dari luar desa yang datang untuk membeli maupun memesan produk mereka. Namun perkembangannya tidak luput dari kendala. Adapun kendala mereka adalah produk yang mereka hasilkan kebanyakan belum mempunyai izin dari Departemen Kesehatan sehingga belum dapat dipasarkan ke supermarket. Produk industri ini hanya dapat dipasarkan dari warung ke warung sehingga sangat sulit untuk berkembang karena terkendala modal dan keuntungan yang terbilang sangat pas-pasan. Industri Makanan Kecil dan Minuman Instan Sentra industri makanan kecil dan minuman instan di Desa Berjo terletak di Dusun Berjo. Industri kecil di Dusun Berjo yang bergerak di bidang pangan sudah berjalan selama lima tahun berkat kerjasama dengan SP3 (Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan). Produk minuman instan yang telah berhasil dikembangkan antara lain: minuman jamu, jahe, sari wortel, kunir suruh dan kunir asem. Kegiatan industri di dusun ini diorganisir oleh ‘Gemah Ripah’ yang memiliki 40 anggota dan sekaligus menjadi koperasi bagi anggotanya. Anggota Gemah Ripah antara lain : • Kelompok tani : mengembangkan produk makananan/minuman dari hasil pertanian, seperti : sari wortel, kacang oven yang sudah terkenal sampai ke luar Desa Berjo, mengembangkan makanan kecil dari bahan ketela atau ubi. • Kelompok bunga : membudidayakan bunga antorium, satu induk bunga antorium dapat mencapai harga Rp 28.000.000. • Kelompok budidaya jamur : baru saja dimulai dari bulan Februari tahun 2006 ini. Tempat pengolahan jamur itu sendiri berada di rumah bapak Suharno, yaitu berupa oven yang dapat mengolah jamur itu menjadi keripik. Kelompok ini terdiri dari 25 orang dan berkumpul setiap minggu kliwon.
Industri Penyulingan Minyak Cengkih Industri ini merupakan milik pribadi yang modalnya ditanggung sendiri oleh pemilik usaha. Di Desa Berjo terdapat 4 industri penyulingan minyak cengkih yang tiap harinya menghasilkan 8 kwintal minyak cengkih per industri. Namun hasil tersebut masih harus disuling lagi, jadi belum berupa minyak cengkih murni. Hasil tersebut dibawa ke kota untuk disuling kembali menjadi minyak cengkih murni dan apabila telah menjadi minyak cengkih murni akan diekspor ke mancanegara. Kendala dari industri ini adalah sulitnya mendapatkan bahan baku daun cengkih kering yang baru bisa didapatkan pada musim kering. Banyak dari industri ini yang tidak berkembang dan akhirnya mereka berganti profesi. Namun tetap ada yang mampu bertahan dengan melakukan pengurangan jumlah pegawai.
D. SEKTOR PARIWISATA Wisata Alam Tlogo Madirdo
Telaga Madirdo merupakan danau kecil yang airnya bersumber dari mata air di lereng barat Gunung Lawu. Danau yang juga disebut warga sebagai Telaga Wurung ini menjadi tumpuan kehidupan warga karena airnya tak pernah surut meski musim kemarau panjang melanda. Uniknya, air di danau ini tak pernah penuh meski musim penghujan, sehingga disebutlah sebagai telaga wurung atau telaga yang tidak sempurna. Nama Telaga Madirdo ini kemudian dijadikan nama dusun.
Jarak telaga dari balai desa sekitar 4 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dengan cukup mudah. Dilihat dari prospeknya, telaga ini memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan bagi Desa Berjo seperti yang diimpikan oleh masyakat Berjo pada umumnya.Telaga Madirdo juga sudah cukup dikenal oleh wisatawan yang memasuki Desa Berjo terutama turis asing karena telaga ini termasuk dalam jalur Tracking Sukuh-Grojogan Sewu. Apabila di kemudian hari telaga ini sudah dikemas sedemikian rupa menjadi obyek wisata seperti yang diimpikan masyarakat Desa Berjo, tentunya telaga ini akan memberikan sumbangsih yang besar pada peningkatan taraf hidup masyarakat Berjo.
Menurut kisah dari sejumlah tokoh masyarakat serta beberapa catatan sejarah yang di publikasikan, ikhwal keberadaan Telaga Madirdo ternyata mirip dengan salah satu bagian dari epos Ramayana. Bermula dari kisah seorang resi yang memiliki ilmu kawruh sangat tinggi dan memiliki pusaka bernama Cupu Manik Astagina. Rasi bernama Gutama yang beristrikan Nyi Widardi ini dikaruniai tiga anak, yakni Guwarso, Guwarsi, dan Dewi Anjani. Suatu ketika Gutama gelisah karena anak-anaknya selalu bertengkar memperebutkan cincin Cupu Manik Astagina. Demi keadilan, Sang Resi membuang cincin pusaka ke Telaga Madirdo. Kepada anak-anaknya, Gutama mengatakan, pemilik pusaka itu adalah yang mampu mengambil cincin dari dasar telaga. Tapi ketiganya justru berkelahi di telaga, bukannya berlomba secara sportif memperoleh cincin yang dibuang ayah mereka. Keajaiban terjadi. Wajah Giwarso dan Guwarsi tiba-tiba berubah menjadi kera yang keduanya dijuluki Sugriwo dan Subali. Begitu pula Dewi Anjani, setiap kali melihat pantulan wajah di air, wujudnya seperti kera. Meski kebenaran dari cerita ini sulit untuk dibuktikan, kisah ini mengandung makna bahwa pertengkaran dalam bentuk apapun takkan pernah menyelesaikan masalah. Bagaikan kera yang memperebutkan makanan. Konon, airnya berkhasiat meyembuhkan pegal-pegal sehingga sering digunakan untuk berendam oleh masyarakat sekitar. Menjelang Bulan Ramadan, Telaga Madirda juga masih sering digunakan untuk padusan.
Air Terjun Jumog
Air terjun Jumog terletak di Dusun Berjo yang dibangun pada tanggal 7 agustus 2004 atas kerjasama bapak Abdullah Faray Abdad dan pemerintahan Kabupaten Karanganyar. Bapak Abdullah adalah investor lokal yang telah mengarahkan warga Jumog merebas semak-belukar, memunculkan pesona keindahan air terjun Jumog. Pada awalnya bapak Abdullah hanya memiliki sebidang tanah di Dusun Jumog, namun setelah menjelajah, secara tidak terduga dia menemukan air terjun ini. Kemudian dia mengajukan sewa lahan selama 20 tahun dengan opsi 20 tahun. Tiada sewa dikeluarkan, hanya bagi hasil dengan pemerintah daerah, warga setempat, dan bapak Abdullah sendiri. Sehingga bisa dikatakan bahwa Jumog merupakan milik masyarakat Desa Berjo, kabupaten Karanganyar dan investor. Pengerjaannya hanya memakan waktu lima jam setelah terjadi kesepakatan dengan pejabat desa. Aliran air terjun Jumog memiliki tiga cabang , yaitu Klueng, Kusumajati dan Jubleg. Air murni yang berasal dari sumber mata air sepanjang tahun merupakan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Disamping itu akses jalan masuk yang datar juga sangat menguntungkan bagi para wisatawan. Keadaan di sekitar air terjun sangat asri dan sekitar pukul 09.45 WIB pelangi akan terlihat selama kurang lebih satu jam. Di tempat wisata ini para wisatawan dapat menikmati pemandangan dan pesona keindahan air tejun Jumog, sambil mencicipi sate kelinci yang dijual di dalam maupun di luar tempat wisata.
Jalur Lawu melalui Desa Berjo Puncak lawu adalah obyek wisata yang sudah cukup terkenal. Puncak Lawu tidak hanya sering menjadi tujuan para pecinta alam yang ingin menikamti alam, sebagian kalangan mendatangi puncak Lawu dalam rangka ritual atau hal-hal lain yang berbau ritual. Untuk mencapai puncak Lawu dapat dilakukan melalui tiga jalur, salah satunya adalah melalui Desa Berjo. Jalur yang satu ini memiliki keistimewaan daripada jalur-jalur lain yang sering digunakan untuk mencapai puncak lawu. Melalui jalur ini pendaki gunung tidak akan melewati jalur yang penuh bebatuan seperti apabila melalui jalur Cemara Sewu. Begitu juga para pendaki tidak akan menemui banyak lahan pertanian di atas hutan seperti halnya di Cemara Kandang. Dari aspek tata ruang dareah ini merupakan kawasan lindung yang diharapkan dapat menjadi pelindung daerah di bawahnya.
Wisata Sejarah
Candi Sukuh
Candi Sukuh terletak di Dusun Sukuh yang dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas. Candi Sukuh dibangun pada sekitar abad XV, dari permukaan air laut ketinggiannya sekitar 910 M. Kompleks Situs purbakala Candi Sukuh mudah dicapai dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat, dengan jarak 27 km dari kota Karanganyar. Didukung panorama alam yang Sangat indah kawasan Candi Sukuh diharapkan mampu menjadi objek wisata andalan bagi Desa Berjo dan Kabupaten Karanganyar. Situs purbakala Candi Sukuh ini ditemukan oleh Residen Surakarta "Yohson" pada masa penjajahan Inggris. Mulai saat itu banyak kalangan sarjana yang mengadakan penelitian di Candi Sukuh antara lain Dr. Van der Vlis tahun 1842, Hoepermen diteruskan Verbeek tahun 1889, Knebel tahun 1910, dan sarjana Belanda Dr. WF. Stutterheim. Untuk mencegah kerusakan yang semakin memprihatinkan, Dinas Purbakala setempat pernah merehabilitasi Candi Sukuh pada tahun 1917, sehingga keberadaan Candi Sukuh seperti kondisi yang kita lihat sekarang. Usaha penyelamatan dan pengamanan terhadap candi Sukuh dilakukan oleh Dinas Purbakala sejak tahun 1971, sedangkan peresmian pemugarannya ditandatangani oleh Mendikbud Daoed Yoesoef pada tahun 1982. Selanjutnya beberapa peneliti bangsa Indonesia yang menaruh minat terhadap kekunoan Candi Sukuh diantaranya adalah : Ph. Soebroto, Riboet Darmosutopo, Y Padmopuspito, Harry Truman Simanjuntak dll. Denah candi Sukuh
I Teras pertama II Teras kedua III Teras ketiga a. Gapura pertama b. Gapura kedua c. Gapura ketiga A. Candi induk B. Relief gajah
Candi Sukuh terdiri tiga trap. Setiap trap terdapat tangga dengan suatu gapura. Gapura-gapura itu amat berbeda bila dibandingkan dengan gapura umumnya candi di Jawa Tengah, apa lagi gapura pada trap pertama. Bentuk bangunannya mirip candi Hindu dipadu dengan unsur budaya asli Indonesia yang nampak begitu kentara, yakni kebudayaan megaliticum. Teras pertama candi Trap I Candi Sukuh menghadap ke barat. Seperti yang sudah diutarakan, trap pertama candi ini terdapat tangga. Bentuk gapuranya amat unik yakni tidak tegak lurus melainkan dibuat miring seperti trapesium, layaknya pylon di Mesir (Pylon : gapura pintu masuk ke tempat suci). Pada sisi gapura sebelah utara terdapat relief "manusia ditelan raksasa" yakni sebuah "sengkalan rumit" yang bisa dibaca "Gapura buta mangan wong "(gapura raksasa memakan manusia). Gapura dengan karakter 9, buta karakternya 5, mangan karakter 3, dan wong mempunyai karakter 1. Jadi candra sengkala tersebut dapat dibaca 1359 Saka atau tahun 1437 M, menandai selesainya pembangunan gapura pertama ini. Pada sisi selatan gapura terdapat relief raksasa yang berlari sambil menggigit ekor ular. Menurut KC Vrucq, relief ini juga sebuah Sangkalan rumit yang bisa dibaca : "Gapura buta anahut buntut "(gapura raksasa menggigit ekor ular), yang bisa di baca tahun 1359 Saka, seperti tahun pada sisi utara gapura. Menaiki anak tangga dalam lorong gapura terdapat relief yang cukup vulgar. terpahat pada lantai. Relief ini menggambarkan phallus yang berhadapan dengan vagina. Sepintas memang nampak
porno, tetapi tidak demikian maksud si pembuat, sebab tidak mungkin di tempat suci yang merupakan tempat peribadahan terdapat lambang-lambang yang porno. Relief ini mengandung makna yang mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Parwati). Lingga-yoni merupakan lambang kesuburan. Relief tersebut sengaja di pahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena "suwuk". Boleh dikata relief tersebut berfungsi sebagai "suwuk" untuk "ngruwat", yakni membersihkan segala kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Dalam bukunya Candi Sukuh dan Kidung Sudamala Ki Padmasuminto menerangkan bahwa relief tersebut merupakan sengkalan yang cukup rumit yaitu : "Wiwara Wiyasa Anahut Jalu". Wiwara artinya gapura yang suci dengan karakter 9, Wiyasa diartikan daerah yang terkena "suwuk" dengan karakter 5, Anahut (mencaplok) dengan karakter 3, Jalu (laki-laki) berkarakter 1. Jadi bisa di temui angka tahun 1359 Saka. Tahun ini sama dengan tahun yang berada di sisi-sisi gapura masuk candi. Teras ke kedua Trap Kedua Trap kedua lebih tinggi daripada trap pertama dengan pelataran yang lebih luas. Gapura kedua ini sudah rusak, dijaga sepaSang arca dengan wajah komis. Garapannya kasar dan kaku, mirip arca zaman pra sejarah di Pasemah. Di latar pojok belakang dapat dijumpai seperti jejeran tiga tembok dengan pahatan-pahatan relief, yang disebut relief Pande Besi. Relief sebelah selatan menggambarkan seorang wanita berdiri di depan tungku pemanas besi, kedua tangannya memegang tangkai "ububan"( peralatan mengisi udara pada pande besi).
Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan Ganesya dengan tangan yang memegang ekor. Inipun salah satu sengkalan yang rumit pula yang dapat dibaca : Gajah Wiku Anahut Buntut, dapat ditemui dari sengkalan ini tahun tahun 1378 Saka atau tahun 1496 M. Relief pada sebelah utara menggambarkan seorang laki-laki sedang duduk dengan kaki selonjor. Di depannya tergolek senjata-senjata tajam seperti keris, tumbak dan pisau. Teras ketiga Trap ketiga ini adalah trap tertinggi yang merupakan trap paling suci. Candi Sukuh memang dibuat bertrap-trap semakin ke belakang semakin tinggi. Berbeda dengan umumnya candi-candi di Jawa Tengah, Candi Sukuh dikatakan menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku itu diterangkan bahwa bentuk candi harus bujur Sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang di tengah itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikhwal Candi Sukuh ternyata menyimpang dari aturan-aturan itu, hal tersebut bukanlah suatu yang mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu sudah memudar dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori zaman Megalithic, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa Indonesia tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candi Sukuh ini.
relief pertama
Relief kedua.
Relief ketiga.
Relief keempat.
Candi Planggatan Candi Planggatan terletak di dusun Tambak, berjarak sekitar 3 km arah selatan Candi Sukuh. Tampaknya Candi Planggatan tidak begitu populer dibandingkan dengan Candi Sukuh ataupun Candi Cetho. Hal tersebut perlu dimaklumi mengingat kondisi Candi Planggatan tidak selengkap Candi Sukuh atau Cetho. Artinya jika kita mencoba membandingkan aspek arsitektur candi tersebut dengan Candi Sukuh atau Cetho jelas suatu hal yang sia-sia saja. Yang tersisa dari Candi Planggatan yang dibangun pada ketinggian 910 meter di atas permukaan laut kini hanyalah sisa-sisa candi berupa sekumpulan batu andesit tersusun berderet membentuk denah berukuran 30 x 30 meter, sedangkan bagian tengahnya berupa gundukan tanah setinggi satu meter saja. Dari tinggalan beberapa batu candi yang tersisa ini ada yang mempunyai relief.
Relief yang dipahatkan pada sebuah batu sebagai bagian dari sebuah candi biasanya berfungsi sebagai penghias candi belaka atau dapat pula memuat cerita yang sesuai dengan sifat keagamaan candi tersebut. Tampaknya relief-relief yang tersisa di candi ini dahulunya merupakan rangkaian sebuah cerita tetapi mengingat jumlahnya yang terbatas (6 buah) tampaknya cerita yang ingin disampaikan dalam relief tersebut sukar untuk diketahui kembali. Relief-relief tersebut antara lain relief seorang tokoh laki-laki yang merangkul pinggang tokoh lain (wanita) di bagian muka dan di bagian belakang tokoh terdapat tiga orang pengiring; relief seorang tokoh menunggang kuda sedang di bagian belakang tokoh tersebut ada dua orang pengiring membawa tombak dan pada bagian depan terdapat tiga orang bertubuh pendek; relief rumah panggung dan dua rumah berbentuk pendapa yang di bagian sampingnya terdapat seorang pengawal membawa tombak mengiring seorang tokoh menunggang kuda; relief beberapa orang membawa senjata; relief seorang tokoh menunggang kuda diiringi oleh beberapa wanita dan tiga punakawan. Dari sejumlah relief yang tersisa ini ada satu relief yang cukup menarik dan menjadi petunjuk kuat mengenai pertanggalan candi tersebut. Relief itu adalah relief seekor gajah yang digambarkan secara antropomorfis (setengah hewan-setengah manusia) dalam posisi berdiri dengan belalai ke bawah dan di bagian mulutnya terdapat gambar bulan sabit, seolah-olah gajah tersebut tengah memakan buah sabit. Gajah digambarkan memakai sorban seperti seorang wiku/pendeta. Pada bagian pinggang memakai ikat pinggang yang dibuat dari lipatan kain dan pada bagian pinggang sampai lutut tertutup kain pula. Relief ini merupakan sebuah sengkalan memet yang jika dibaca berbunyi "Gajah wiku mangan wulan" yang jika diartikan menjadi sebuah angka tahun 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Penggambaran Gajah Wiku ini sama dengan relief yang ditemukan di Candi Sukuh merupakan bagian dari relief pande besi, hanya saja relief Gajah Wiku di Candi Sukuh digambarkan tengah memakan buntut. Namun nilai sengkalan memetnya mempunyai arti yang sama yakni 1378 caka. Artinya pembangunan kedua candi ini (Planggatan dan Sukuh) mempunyai kurun waktu yang sama. Pada bagian kanan relief Gajah Wiku ini terdapat pahatan prasasti sebanyak empat baris. Bentuk pahatan huruf prasasti ini juga sama dengan prasasti batu yang ditemukan di Candi Cetho dan Sukuh. Hasil pembacaan Riboet Darmosoetopo, seorang dosen arkeologi Fakultas Sastra UGM, Yogyakarta menyebutkan: "padamel ira ra ma balanggadawang barnghyang punu n dah nrawang" Terjemahannya adalah: "Pembuatannya rama Balanggadawang bersamaan dengan Hyang Panunduh Nrawang" Selain relief di candi ini juga ditemukan sebuah yoni yang mempunyai tinggi 39 cm, lebar permukaan dan dasar 32 cm dengan panjang cerat 15 cm. Dengan temuan yoni ini maka dapat dipastikan bahwa sifat keagamaan Candi Planggatan adalah Hinduistik. Artinya baik Candi Planggatan, Sukuh maupun Cetho juga ditemukan lingga-yoni, ketiga candi ini mempunyai sifat keagamaan yang sama yakni Hinduistik.
E. SEKTOR BUDAYA
Kesenian “Hadroh”
Kesenian “HADROH” didirikan pada tahun 2003 oleh warga masyarakat Dusun Tagung dengan dana swadaya masyarakat. Jenis musik ini hampir sama dengan jenis musik rebana, hanya saja lebih banyak dipengaruhi oleh budaya Jawa Timur sehingga terkesan lebih ‘keras’. Alat musik utama yang dipakai antara lain gendang dan ketipung, namun permainannya sudah divariasikan dengan alat musik modern seperti keyboard dan drum.
Kelompok kesenian in terdiri dari 20 orang yang sebagian besar sudah berumur. Para anggota terebut dibagi menjadi 2 kelompok: sebagai penabuh alat musik dan sebagai penyanyi yang menyanyikan syair berbahasa Arab. Seni musik hadroh ini latihan setiap malam minggu bertempat dirumah bapak Mulyono.
Rebana
Seni musik rebana merupakan seni musik Islami. Di Desa Berjo ini, seni musik rebana dapat ditemui di Dusun Tagung yang berdiri sejak tahun 2004 dengan nama “Al-Huda”. Kelompok seni musik rebana “Al-Huda” diketuai oleh Nanang Marwoto, dengan anggota 20 orang dan setiap latihan dihadiri kurang lebih 10 orang. Seni musik rebana ini berbeda dengan seni musik hadroh, dimana seni musik rebana beranggotakan pemuda, sedangkan seni musik hadroh beranggotakan orang tua. Selain itu, seni musik rebana mempunyai tabuhan yang lebih lembut dibandingkan seni musik hadroh. Seni musik rebana “Al-Huda” berkumpul untuk latihan setiap malam rebo di rumah bapak Atmosutarmo atau bapak Sudarso, dengan pelatihnya bernama Asrofi. Dalam setiap permainan, peralatan yang digunakan adalah ketrung, gitar,bass, organ, drums, tambourine, ketipung, kendang. Prestasi yang pernah diraih kelompok seni musik rebana ini yaitu pernah ikut kejuaraan di tingkat kabupaten, selain itu dapat juga ikut memeriahkan acara – acara pernikahan atau ngunduh mantu.
Kesenian lesung “Tunggal Laras”
Kesenian lesung “Tunggal Laras” baru dibentuk pada bulan Oktober 2003. Namun demikian prestasi kelompok kesenian ini tidak diragukan lagi, karena biasa ditampilkan untuk acara peresmian gedung dan penyambutan tamu baik di dalam kota maupun di luar kota. Pada awalnya pembentukan seni lesung ini dicetuskan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar untuk menggali kembali kebudayaan tradisional asli yang ada dengan memberikan bantuan awal untuk pembelian alat dan pelatih dari STSI Solo. Peralatan pokok yang digunakan yaitu lesung dan alu sebagai penumbuknya. Namun, sekarang sudah divariasikan dengan gendang dan beberapa jenis alat musik gamelan lain untuk menambah keanekaragaman permainan musiknya. Anggota yang telah bergabung dengan kelompok ini sejumlah 35 orang yang sebagian besar berasal dari Dusun Plesungan. Dari ke-35 orang tersebut ada yang menempati posisi sebagai pemain lesung, penyanyi, dan penari. Pada zaman dahulu klothekan lesung digunakan sebagai sarana hiburan bagi gadis-gadis yang sedang menumbuk padi, sehingga musik yang dimainkan kebanyakan berupa lagu dolanan yang mudah dimainkan. Sekarang, meskipun kedudukan lesung sudah tergeser dengan mesin pemecah padi dan tidak lagi digunakan untuk menumbuk padi, tetapi keberadaannya tetap dipertahankan sabagai salah satu aset budaya yang diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Berjo.
Kesenian Bambu “Mekar Sari”
Paguyuban kesenian bambu ini telah terbentuk kurang lebih sejak tahun 1996. Semenjak berdiri alat yang dipergunakan hanya kentongan saja. Namun dengan bertambahnya waktu, alat yang digunakan semakin beragam, antara lain kentongan, gendang, dan angklung. Paguyuban kesenian bambu “Mekar Sari” berangotakan 60 orang. Dari 60 anggota tersebut, terdiri dari 3 orang tua dan yang lainnya adalah pemuda-pemudi Karang Taruna di Dukuh Dukuhan, Dusun Tlogo. Dari sekian banyak anggota itu biasanya hanya 20 orang saja yang ikut pentas. Minat generasi muda terhadap kesenian ini cukup tinggi, terlihat sebagian besar anggota terdiri dari pemuda-pemudi. Paguyuban ini diketuai oleh Bapak Harto, dan seorang pelatih yaitu Bapak Hadi Sunarso.
Kesenian ini sudah cukup banyak dikenal orang, terbukti telah beberapa kali pentas di luar daerah Berjo. Diantaranya di Sriwedari Solo, Candi Cetho, Candi Sukuh, dan Air Terjun Parang Ijo, bahkan pernah diliput oleh stasiun televisi swasta “Indosiar”.
Paguyuban Sholawat Nabi Campur Madyo – Sekar Mulyo Paguyuban ini merupakan suatu kelompok kesenian yang langka dan sangat tua, sudah ada sejak kakek buyutnya bapak Cipto Mulyono, ketua dari paguyuban ini, yang diwariskan secara turun menurun. Lagu-lagu yang dinyanyikan berasal dari kitab berjanjen yang juga diwariskan dari kakek buyutnya. Anggota dari paguyuban ini berjumlah 13 orang yang semuanya berasal dari Dusun Tambak, dan rata-rata mereka sudah berumur. Sementara Paguyuban lain sudah bercampur dengan lagu campur sari, paguyuban ini berusaha mempertahankan kemurnian dengan hanya menyanyikan lagu-lagu sholawatan. Pada awalnya alat musik yang dipergunakan adalah terbang, kendang, kentrung, dan kimplung, namun sejak tahun 2002 mereka menggunakan alat musik modern organ, bantuan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar. Diantara alat musik tersebut ada yang merupakan peninggalan atau warisan dari kakek buyut. Paguyuban ini sering pentas dalam hajatan, seperti sunatan, perkawinan, atau permintaan dari Dinas Pariwisata untuk pentas di tempat-tempat wisata.
F. KEGIATAN KEMASYARAKATAN • PKK Diadakan pertemuan rutin pengurus PKK desa setiap bulan yaitu setiap tanggal 15, untuk disampaikan pada anggotanya . Untuk pertemuan PKK masing-masing dusun diadakan setiap bulan, tanggal pertemuan ditentukan berdasarkan hari. • Karang Taruna Diadakan koordinasi rutin pengurus setiap 3 bulan sekali, kemudian ditindaklanjuti pertemuan masing-masing dusun setiap bulan. • LPMD Diadakan pertemuan rutin setiap 3 bulan sekali, kemudian ditindaklanjuti ke tiap dusun (POKJA). • IRMA (Ikatan Remaja Masjid) Setiap bulan diadakan pertemuan keliling dari masjid ke masjid. • Kelompok Seni Budaya Misalnya: Kelompok kesenian lesung, tek-tek. • Asosiasi Bunga Beranggotakan semua pengusaha bunga di Berjo. • Kegiatan Bidang Olahraga Misalnya: Sepak bola, Bulutangkis.
Kegiatan Kemasyarakatan di Dusun Tlogo: 1. Pertemuan ibu-ibu PKK yang biasa dilaksanakan dua kali dalam sebulan. 2. Pertemuan bapak-bapak yang biasa dilaksanakan sebulan sekali. 3. Olahraga sore(sepak bola) oleh para pemuda Dusun Tlogo. 4. Gotong royong memelihara kebersihan lingkungan setiap hari Minggu pagi. 5. Pembinaan TPA bagi anak-anak dan pengajian rutin bagi bapak-bapak/ibu-ibu. Kegiatan Posyandu khususnya penimbangan balita dan penyuluhan ibu dan ana Organisasi masyarakat di dusun Berjo sudah berjalan dengan baik dan terorganisir, kegiatan tersebut diantaranya: • PKK : diadakan hari senin kliwon, kegiatan ini dihadiri ibu-ibu dari 3 RW. Acara yang biasa diadakan adalah : arisan, penyuluhan seperti cara berpakaian yang baik dll, santapan rohani. • Karang taruna merupakan perkumpulan pemuda, biasanya kegiatan yang diadakan seperti pertandinagan sepakbola, bulutangkis dan arisan. • Sinoman merupakan perkumpulan remaja putri, acara yang dilaksanakan hampir serupa dengan kegiatan PKK • Kegiatan olahraga bulutangkis setiap Jumat • Kegiatan pengajian ibu-ibu setiap hari Kamis di masjid • Kegiatan kesenian di dusun ini ada dua macam yaitu : kesenian karawitan yang beranggotakan 21 orang dan diadakan setiap malam Jumat di dukuh pabungan dan kesenian campur sari yang dikembangkan di dukuh Berjo.