Operasi Koteka
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
![]() |
![]() |
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, Anda boleh menghapus pesan ini. |
Sejak 1950-an, para misionaris mengampanyekan pengunaan celana pendek sebagai penganti koteka. Ini tidak mudah. Suku Dani di Lembah Baliem saat itu terkadang mengenakan celana, namun tetap mempertahankan koteka.
Pemerintah RI sejak 1960-an pun berupaya mengurangi pemakaian koteka. Melalui para gubernur, sejak Frans Kaisiepo pada 1964, kampanye antikoteka digelar.
Pada 1971, dikenal istilah operasi koteka dengan mengedrop pakaian. Bukan hal yang mudah karena pakaian itu akhirnya tak pernah dicuci. Maklum, tak ada sabun. Buntutnya, warga Papua malah terserang penyakit kulit.
Namun, seiring waktu, koteka tak lagi dipakai. Apalagi benda ini dilarang di kendaraan umum dan sekolah-sekolah. Kalaupun ada, koteka hanya untuk diperjualbelikan sebagai cenderamata.
Di kawasan pegunungan, katakanlah Wamena, koteka terkadang dipakai, namun untuk kepentingan wisata dan ekonomi--berfoto dengan pemakainya, wisatawan harus merogoh kantong beberapa puluh ribu rupiah. Di kawasan pantai, orang lebih sulit lagi menemukannya.