Dialek Yogyakarta

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel.
Setelah dirapikan, Anda boleh menghapus pesan ini.

Orang Jogja (baca: Yojo) biasanya menyingkat kata, atau menambahi kalimat agar mantap dan enak didengar. Misalnya,

Wah, piye to iki, wis dikandani kok ra ngrungokke. Jan (Wah, bagaimana sih, sudah dikasih tahu kok (dia) tidak mendengarkan. Kata "Jan" tak memiliki arti khusus. Kata "Jan" digunakan supaya terdengar mantap dan enak didengar)

Piye wis dong opo durung?? (Bagaimana, sudah mengerti atau belum??)

Wo, jan payah tenan cah iki, ra dongan= Wah, memang payah banget anak ini, susah mengertinnya.

Piye je?. Kalimat ini sering di gunakan, orang Yogya jika lagi bingung, biasanya digunakan oleh orang Yogya yang tinggal agak jauh dari kota.

Sak jane/jan jane(sak tenane)=Jan-jane yo mbak wong kuwi ra (dari kata ora=tidak) sekolah neng UGM, ukoro sing tenan dadi sak tenane yo mbak wong kiwi ora sekolah neng UGM



Orang Jogja juga senang menambahi huruf m di depan sebuah kata. Misalnya,

Baciro = mBaciro (nama kampung)

Besok = mBesok

Bantul = mBantul

Bandung = mBandung

Bogor = mBogor

Bogem = mBogem (tempat supitan anak-anak)



Orang Jogja juga punya 3 tingkatan bahasa, yaitu: Bahasa sangat halus (Krama Inggil), bahasa halus (Krama) dan bahasa biasa (Ngoko). Misalnya,


Dalam Bahasa Indonesia = Memberi

Dalam Bahasa Jawa Krama Inggil = Maringi

Dalam Bahasa Jawa Krama = Nyaosi

Dalam Bahasa Jawa Ngoko = Ngekeki

Dll.