Gedung Joang '45

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel.
Setelah dirapikan, Anda boleh menghapus pesan ini.

Gedung Joang '45 atau Museum Joang '45 adalah salah satu museum yang berada di Jakarta. Saat ini pengelolaannya dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta. Museum ini terletak di Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini diresmikan pada tahun 1974 oleh Presiden Soeharto, setelah dilakukan direnovasi.

Bangunan gedung dibangun yang pada sekitar tahun 1920-an yang saat ini dipergunakan sebagi Museum Joang 45 ini pada mulanya adalah hotel yang dikelola oleh keluarga L.C. Schomper, seorang berkebangsaan Belanda yang sudah lama tinggal di Batavia. Hotel ini diberi nama Schomper sesuai nama pemiliknya. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar penginapan disisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu. Bangunan kamar penginapan yang tersisa sat ini tinggal beberapa yang ada di sisi utara gedung utama, saat ini dipergunakan sebagai ruang Kafe dan kantor pengelola Museum Joang 45.


[sunting] Sejarah Bangunan Museum Joang 45

[sunting] Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945

Ketika Jepang masuk ke Indonesia dan menguasai Batavia, hotel tersebut diambil alih oleh para pemuda Indonesia dan beralih fungsi sebagai kantor yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang) yang dikepalai oleh seorang Jepang, Simizu. Di kantor inilah kemudian diadakan program pendidikan politik yang dimulai pada tahun 1942 untuk mendidik pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Jepang.

Kegiatan pendidikan ini dalam rangka Jepang menciptakan kader-kader propaganda muda yang ulung untuk menggandeng dan membujuk rakyat Indonesia supaya bersedia membantu Jepang menyukseskan peperangannya di Asia Timur Raya. Sebagian besar pemuda yang mengikuti pendidikan tersebut berasal dari perguruan tinggi yang ada saat itu di Jakarta, a.l sekolah kedokteran, Sekolah Pelayaran,dll. Program yang digagas pemerintah Jepang itu bernama Ashrama Angkatan Baru Indonesia (Ashrama = Tempat Pendidikan Politik), dengan tenaga pengajar antara lain Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Mr. Soenarjo, dan beberapa yang lain serta tiga pengajar berkebangsaan Jepang.

Kesempatan memberikan pendidikan politik untuk pemuda itu dimanfaatkan sebaiknya oleh para pengajar Indonesia tidak hanya untuk semata-mata mendukung kepentingan keperluan pemerintah Jepang, tetapi kesempatan itu dipakai juga untuk memberikan pemahaman dan penanaman semangat nasionalisme dalam perjuangan untuk mempersiapkan kemerdekan Indonesia.

Siasat itu kemudian diketahui oleh pihak Jepang sehingga kemudian di akhir tahun 1943 pendidikan politik tersebut dihentikan dan digantikan dengan program PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), dan tempat itu dipakai sebagai kantor PUTERA cabang Jakarta. Tujuan pendirian PUTERA masih mempunyai maksud yang sama yaitu untuk mendukung kepentingan Jepang di Perang Asia Timur Raya. PUTERA dipimpin oleh empat serangkai, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH. Mas Mansyur. Para pemuda yang sebelumnya mengikuti pendidikan politik tersebut beberapa diantaranya kemudian berperan di PUTERA.

Peranan PUTERA yang tidak begitu berhasil mendukung dan melaksanakan rencana Jepang, menyebabkan PUTERA kemudian dibubarkan pada tahun 1944 dan kemudian digantikan oleh Djawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Djawa). Penggantian peranan PUTERA dikarenakan Jepang semakin terpojok dalam perang Asia Timur Raya oleh serangan Sekutu dan Jepang sangat memerlukan dukungan yang besar dan segera. Dengan mengganti nama dengan Kebaktian Rakyat Djawa seolah-olah Jepang berusaha mengambil hati rakyat Djawa untuk berpartisipasi membantu Jepang dapat bertahan dari serangan tentara Sekutu, yang dikatakannya akan kembali menjajah Indonesia jika Jepang kalah dalam perang.