Kertanagara
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Kertanagara, adalah raja terakhir Singhasari (1268-1292). Kertanagara adalah putera Wisnuwardhana (Ranggawuni). Pergantian kekuasaan dari Wisnuwardhana ke Kertanegara merupakan perpindahan kekuasaan secara damai di Singhasari. Kertanagara merupakan sosok yang dipandang sebagai penguasa Jawa pertama kali yang ingin menyatukan Nusantara. Masa pemerintahan Raja Kertanegara dikenal sebagai masa kejayaan Singhasari.
Salah satu politik luar negerinya yang terkenal adalah "Ekspedisi Pamalayu" yang bertujuan untuk memperkuat pengaruh dan persahabatan antara Singhasari dengan kerajaan-kerajaan di Sumatera dan memperkuat pengaruhnya di selat Malaka yang merupakan jalur ekonomi dan politik penting. Pada tahun 1275, Kertanagara mengirim utusan ke Melayu. Raja Kertanegara mengirimkan Arca Amoghapasa sebagai tanda dijalinkannya hubungan diplomatik (1286). Pada tahun 1284, Kertanagara mengadakan ekspedisi ke Bali, dan sejak itu Bali menjadi wilayah Kerajaan Singhasari.
[sunting] Kertanagara dan Mongol
Kebijakan luar negeri Kertanagara yang ekspansionis merupakan ancaman bagi Kubilai Khan, penguasa Mongol yang waktu itu juga berambisi menguasai Asia. Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran Mongol) mengirim utusan ke Singasari (bernama Meng Ki) untuk meminta kepada Kertanagara agar mengakui kekuasaan Mongol, namun ditolak dan dipermalukan oleh Kertanagara.
[sunting] Kertanagara dan agama
Dalam bidang agama, Kertanegara memperkenalkan penyatuan Syiwa-Buddha yang dikenal sebagai Aliran Tantrayana. Aliran ini sangat unik karena disebutkan bahwa dalam melakukan ibadahnya dengan cara berpesta pora, mabuk mabukan bahkan menikmati kesenangan dunia lainnya. Untuk itu, Raja Kertanegara diabadikan dalam sebuah patung bernama patung "Joko Dolok".
[sunting] Pemberontakan di era Kertanagara
Pada masa kekuasaannya, Kertanagara memindahtugaskan dua tokoh penting Singhasari pada masa raja Wisnuwardhana: Mpu Raganata (mantan mahapatih) dan Aria Wiraraja (mantan penasihat keamanan). Mpu Raganata dipandang terlalu vokal, karena mengkritisi kebijakan Kertanagara yang lebih mengutamakan ekspedisi luar negerinya dibanding stabilitas politik dalam negeri. Menurut salah satu catatan sejarah Kidung Panji Wijayakrama, salah satu penyebab pemberontakan yang terjadi di Singhasari dipicu oleh ketidaksenangan Aria Wiraraja yang dipindahtugaskan sebagai gubernur di Sumenep, Madura.
Pemberontakan lain juga dilakukan oleh Jayakatwang, yakni menantu Wisnuwardhana. Jayakatwang kurang suka dengan peralihan kekuasaan ke Kertanagara, karena ia mengklaim sebagai keturunan langsung raja-raka kuno Kadiri, serta ingin melakukan balas dendam terhadap Singhasari yang telah menghancurkan Kadiri. Kekuatan Singasari yang terfokus pada persiapan pasukan untuk mengantisipasi balasan Mongol, membuat lengah pertahanan dalam negeri. Akibatnya kesempatan ini digunakan oleh Jayakatwang memberontak terhadap Singasari. Kertanagara akhirnya meninggal dalam pemberontakan tersebut (1292).
Didahului oleh: Wisnuwardhana |
Raja Singhasari 1268—1292 |
Digantikan oleh: - |