Merantau
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Merantau adalah suatu aktivitas di mana seseorang pergi dari tempat asalnya ke daerah lain.
Daftar isi |
[sunting] Indonesia
Karena pembangunan yang tidak merata dan lebih terpusat di kota-kota besar, terutama di pulau Jawa, banyak orang Indonesia merantau untuk mencari pekerjaan atau pendidikan yang lebih baik. Para perantau ini, terutama yang beragama Islam, memiliki tradisi untuk pulang kampung setiap tahun untuk merayakan lebaran. Hal ini dapat diamati dari kenaikan arus penumpang sistem transportasi umum.
[sunting] Suku Minang
Banyak orang dari berbagai suku atau marga yang merantau, di antaranya kaum pria suku Minang saat menginjak kategori usia dewasa muda (20-30 tahun). Pergi merantau hampir merupakan suatu kewajiban, apalagi bila si pria masih belum mampu secara finansial untuk memenuhi tanggung jawab keluarga, sementara ia telah berada dalam rentang usia siap menikah. Jika kebiasaan ini tidak dijalankan, si pria bisa dijadikan bahan cemooh oleh masyarakat sekelilingnya.
Kebiasaan merantau juga berfungsi sebagai suatu perjalanan spiritual dan batu ujian bagi kaum lelaki Minangkabau dalam menjalani kehidupan.Kaum pria Minangkabau yang biasanya telah menguasai ilmu beladiri pencak silat untuk menjaga diri, berangkat pergi merantau dari kampung ketempat yang jauh hanya berbekal sehelai kain sarung dan sedikit uang, bahkan tak jarang tanpa uang sama sekali.Kehidupan yang keras, jauh dari sanak saudara diharapkan menjadi cobaan untuk menempa jiwa, kegigihan dan keuletan si pria Minang dalam meningkatkan derajat penghidupannya.
Biasanya dalam periode di negeri orang inilah orang Minang yang merantau mulai mencari suatu bidang usaha untuk dapat menghidupi dirinya.Biasa nya bidang usaha yang dipilih adalah berdagang atau membuka usaha restoran Padang.
Jika menurutnya ia telah dikategorikan sukses setelah jangka waktu tertentu, maka barulah ia berani pulang ke kampung halaman nya yang telah lama ditinggalkan.Tidak jarang pula para perantau ini lalu berkeluarga, dan akhirnya menetap di daerah lain.Dalam suku Minangkabau, fenomena ini disebut Merantau Cino.
Suatu masalah yang belum banyak dikaji mengenai para perantau Minang ini adalah mengenai perubahan sistem nilai serta kehidupan sosial mereka. Secara umum terdapat kesan bahwa para perantau Minang masih tetap menganut agama Islam dengan taat, akan tetapi dalam hubungan sosialnya sudah mulai kurang mempergunakan organisasi adat tradsional seperti 'buah paruik', 'kaum' atau 'suku', dan lebih banyak berhimpun dalam satuan 'nagari' asal. Salah satu himpunan warga nagari yang paling terkenal dan terorganisasi dengan baik adalah 'Sulit Air Sepakat' atau SAS.
Adalah menarik perhatian, bahwa pada umumnya para perantau Minang ini mampu menyesuaikan diri dengan adat istiadat serta kebudayaan daerah Rantaunya, yang antara lain terlihat pada hampir tidak pernahnya terjadi konflik dengan masyarakat tempatan yang menjadi tuan rumahnya. Mungkin sekali hal ini disebabkan oleh ajaran adat Minangkabau yang berbunyi: 'di mana bumi dipijak, di saan langit dijunjung'.
Data sensus terakhir mengenai keseluruhan suku bangsa Minangkabau -- bersama dengan suku-suku bangsa Indonesia lainnya -- dapat ditemukan dalam Sensus Tahun 2000. Telaahan aspek etnisitas serta keagamaan dari data sensus tersebut telah dilakukan oleh Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, dan Aris Ananta (2003)
- Naim, Muchtar. "Merantau : Minangkabau Voluntary Migration", Disertasi Ph.D, Singapore : Faculty of Arts and Social Sciences University of Singapore.1974.
- Naim, Mochtar, "Merantau : Pola Migrasi Suku Bangsa Minangkabau". Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1979.
- Suryadinata, Leo, Evi Nurvidya Arifin, dan Aris Ananta, 2003, "Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape", ISEAS, Singapore.
[sunting] Suku Batak
Banyak juga anggota suku Batak yang merantau ke daerah-daerah lain. Mereka yang memeluk agama Kristen biasanya mendirikan gereja HKBP di tempat baru untuk beribadah.