Sabandar

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifisasi artikel.
Setelah dirapikan, Anda boleh menghapus pesan ini.

Silat Sabandar, dikenal juga dengan nama Syahbandar atau Sahbandar dikembangkan oleh Mochamad Kosim yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat. Ilmu ini tidak dikembangkan di daerah asalnya, tapi dikembangkan di Kampung Sabandar, Karangtengah, Cianjur.

Saat ini, nama Sahbandar, Kari dan Madi menjadi istilah untuk teknik silat di keilmuan Maenpo Sunda. Dua aliran yang nampak jelas terpengaruh oleh Sahbandar adalah Marguluyu dan Cikalong.

[sunting] Perkembangan awal

Mama Kosim Dilahirkan pada tahun 1766 di Pagaruyung (Minangkabau Timur), meninggal pada tahun 1880 dimakamkan di Wanayasa, Purwakarta, Jawa-Barat. Beliau mulai mengajarkan Sahbandar pada umur 84 tahun

Keberadaan Mama Kosim mulai ramai diperbincangkan ketika secara tidak sengaja salah satu murid dari Maenpo Cikalong menjadi muridnya. Saat itu diceritakan bahwa Mama Kosim tinggal di Kampung Sahbandar – Karang Tengah – Cianjur dan beliau merupakan santri dari Ajengan Cirata. Beliau belajar Tarekat Nasbandaqiyah di bawah bimbingan Ajengan Cirata. Sejak diangkatnya menjadi murid salah seorang murid Maenpo Cikalong oleh Mama Kosim, dan juga sejak pertemuan Mama Kosim dengan Rd. H. Ibrahim, nama Mama Kosim mulai dikenal secara luas di kalangan bangsawan-bangsawan Sunda dan santri-santri di daerah Jawa Barat.

Mulai saat itulah orang-orang mengenal apa yang dinamakan sebagai Maenpo Sahbandar dan mulai saat itu juga cukup banyak yang berguru ke Mama Kosim, termasuk santri-santri di pesantrennya Ajengan Cirata, bahkan Ajengan Cirata sendiri merupakan murid Maenpo Mama Kosim. Meskipun begitu, latihannya sendiri saat itu masih tertutup untuk umum. Jadi hanya murid-murid dari Maenpo Cikalong dan kalangan santri dari Pesantren Ajengan Cirata.

[sunting] Mama Kosim meninggalkan Pagaruyung

Terdapat setidaknya tiga cerita mengapa Mama Kosim meninggalkan Pagaruyung.

1. Perlawanan terhadap penjajah Belanda Saat itu di daerah Sumatra Barat muali terjadi perlawanan-perlawanan terhadap penjajah Belanda, yang mencapai puncaknya dengan pecahnya perang Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1821. Perang ini berakhir tahun 1838. Salah seorang yang menceritakan asal Mama Kosim kepada saya menyebutkan bahwa Mama Kosim, salah seorang bangsawan Pagaruyung, adalah salah seorang tokoh dari perlawanan ini yang akhirnya dibuang oleh Belanda ke tanah Jawa. (Ingat kasus Cut Nyak Dien yang dibuang ke Sumedang, atau tokoh perlawanan dari Bandung K.H.Rd Anggakusumah yang dibuang ke Sawah Lunto). Hukum buang saat itu dianggap sebagai alat yang efektif untuk meredakan perlawanan terhadap penguasa imperial.

2. Pencarian kesempurnaan Spiritualitas Versi ini ada hubungannya dengan pertemuan Mama Kosim dengan Ajengan Cirata. Meskipun Ajengan Cirata saat itu lebih muda dari Mama Kosim tetapi dari segi spiritual bisa dibilang lebih matang. Inilah yang menyebabkan Mama kosim meninggalkan kampung halamannya, karena dia mendapat "petunjuk" untuk mencari guru spiritual yang disebutkan saat itu ada di Jawa Barat. Dan akhirnya belaiu bertemu dengan Ajengan Cirata dan menjadi santrinya.

3. Aturan adat Cerita ini yang paling banyak beredar. Menurut cerita ini beliau "dibuang" karena mengajarkan Silek nya ke orang lain yang bukan anggota keluarga. Di Sumatra Barat ini adalah dosa besar. Mengajarkan Silek ke orang bukan keluarga, baik itu sesama bangsawan maupun rakyat jelata, hukumannya adalah sama, yaitu dibuang dan diasingkan.

Cerita ketiga adalah cerita yang paling banyak diketahui orang dan beredar di kalangan praktisi Cikalong dan Sahbandar.

[sunting] Jurus Sahbandar

Jumlah jurus Sahbandar berbeda-beda: 5,7,12,21 dan 25. Ada sebuah keyakinan bahwa jurus sahbandar yang asli ada 5. Sisanya adalah Jurus yang didapat dari Kari dan Madi.

5 jurus dasar Sahbandar:

  1. jurus Keupeul
  2. jurus Jeblag
  3. jurus Tarik
  4. jurus Liwat
  5. jurus Angkat

Jurus selanjutnya bisa merupakan gerak yang benar-benar berbeda atau hanya kombinasi dari kelima gerak dasar itu. Sebagai contoh :

Jurus keenam yang berkembang di daerah Tasik terdiri dari 2 gerakan, yaitu jurus dua (jeblag) dan jurus lima (angkat). Untuk jurus tujuh, terdapat tambahan tekan bawah sehingga menjadi Tarik-Keupeul-Tekan bawah.