Memeniran

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Memeniran atau Badawang keberadaannya sudah memiliki rentang waktu lama. Peniruan dari tradisi mitis totemistik yang berasal dari agama asli Indonesia. Demikian juga halnya di beberapa tempat di Jawa Barat.

Dalam Ensiklopedi Sunda; Badawang diartikan sebagai orang-orangan tinggi besar dibuat dari kerangka bamboo dan diberi berpakaian, diusung oleh seseorang yang ada di dalamnya sehingga dapat berjalan dan digerak-gerakan mengikuti irama tetabuhan; biasanya ditampilkan dalam iring-iringan (pawai) untuk meramaikan pesta-pesta umum maupun pesta tradisional keluarga seperti pesta perkawinan atau khitanan. Badawang di Jakarta dinamakan ondel-ondel.

Memeniran khususnya tak ada yang tahu kapan munculnya istilah ini, tetapi jika dilihat dari asal kata memeniran, nama sejenis rumput yang memiliki beberapa biji halus seperti beunyeur (sisa butiran beras), daunnya dipakai obat radang. (Kamus Bahasa Sunda-Satjadibrata) Namun apabila melihat wujud badawang yang dinamakan memeniran, kemungkinan diambil dari kata menir (meneer=tuan=bhs Belanda), karena sosoknya seseorang lagi digendong, yang satu perlente yang menggendong berpakaian sederhana. Biasa dipakai sebagai kelengapan pertunjukan Helaran dari pertunjukan Benjang dan arak-arakan lainnya. Seperti dalam Benjang, juga terdapat boneka-boneka binatang (totemistik) seperti Seseroan (binatang pemakan ikan), Barongsay, wawayangan (terutama tokoh-tokoh panakawan, seperti Semar, Cepot, Dawala, Gareng). Pertunjukannya sendiri hanya iring-iringan Helaran, hanya dalam perkembangannya boneka Memeniran sering berjumlah lebih dari empat dengan variasi kostum boneka yang digendong bermacam-macam profil (orang kaya, bangsawan, orang asing, militer dll). Atraksi yang paling menarik dari memeniran adalah sipenggendong hanya diam (karena boneka) yang digendong (sebenarnya manusia) dapat bergerak bebas, menari dan bersorak, bermain kipas dll. Adapun umumnya pertunjukan Benjang, musik pengiring seperangkat musik Kendang Pencak, dan kadang ditambah dogdog dan bedug.

Pertunjukan Memeniran biasanya menjadi rangkaian para boneka badawang di dalam pertunjukan Benjang yang sebenarnya memiliki gaya pertunjukan tontonan bukan Helaran. Namun dalam perkembangnya Benjang dijadikan pertunjukan Helaran juga, karena itu yang menjadi menonjol adalah kamonesan (ketrampilan) memainkan boneka Memeniran, dan para badawang lainnya, termasuk Badawang Panakawan, yang lebih banyak disukai penonton, karena figure-figurnya sudah dikenal masyarakat. Pada momen waktu tertentu Memeniran beraksi, bicara, berjoget, menari, melambaikn tangan, bersorak dll. Ditambah oleh penampilan atraksi kepala berputar, melikuk-liuk, berjoget dari Badawang Panakawan (Semar, Cepot, Dawala, Gareng).

Musik pengiring sama dengan musik pengiring pencak silat, hanya kadang ditambah dog-dog dan bedug. Demikian juga lagu-lagunya (Golempang, Padungdung). Hanya dewasa ini, lagu-lagu kawih dipakai pula, seperti lagu rayak-rayak, kembang beureum, termasuk lagu-lagu dangdutan yang tengah popular.

Beberapa makna yang terkandung dalam seni pertunjukan Memeniran di antaranya mensiratkan: Makna mitis, merupakan gambaran tradisi totemistik dari masyarakat agama asli Indonesia, walaupun sudah terdapat perubahan bentuk ke bentuk-bentuk yang kocak dan lucu, termasuk tokoh-tokoh Panakawan dan lain-lain; Makna teatrikal, dari tampilan sejumlah memeniran dan para badawang lainnya, sangat teatrikal karena wujudnya yang karikatural dan besar dalam bentuk-bentuk yang dibuat lebih menonjol dari ukuran manusia biasa; Makna universal, bentuk-bentuk Memeniran, atau Badawang dalam keberadaannya pada setiap etnik dan bangsa di dunia memiliki bentuk-bentuk ini.

[sunting] Sumber rujukan

  • Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.