Djamin Ginting
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
![]() |
Artikel ini diusulkan untuk dihapus, dengan alasan: sepertinya copy paste Bagi sang pengusul penghapusan: silakan berikan alasan mengapa Anda berpendapat bahwa artikel ini layak untuk dihapus. Jika Anda tidak menyetujui usulan ini, silakan beritahu mengapa di halaman diskusinya. Jika halaman ini ternyata tidak layak untuk dihapus, atau Anda berniat untuk memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini. Namun janganlah menghapus pemberitahuan ini jika Anda yang memulai artikel ini. Lihat juga halaman peraturan yang bisa menjadi alasan kenapa halaman ini akan dihapus. |
![]() |
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifisasi artikel. Setelah dirapikan, Anda boleh menghapus pesan ini. |
Djamin Gintings adalah seorang pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Belanda di Tanah Karo. Djamin Gintings dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tigapanah, kabupaten Karo. Setelah menamatkan pendidikan menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak anak muda di Tanah Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Gintings muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.
Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada perang dunia kedua. Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang. Sebagai seorang komandan, Djamin Gintings, dengan naluri seorang pemimpin, bergerak cepat untuk mengkonsolidasi pasukannya. Ia tidak membiarkan pasukannya terlantar sepeninggal pasukan Jepang. Dia bercita cita untuk membangun satuan tentara di Sumatera Utara. Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang kedesa masing masing. Beliau memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi Politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggeris masih berkeinginan untuk menguasai daerah daerah Sumatera.
Dikemudian hari anggota pasukan Djamin Gintings ini akan mucul sebagai pionir pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Gintings, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Djamin Gintings menjadi wakil komandan Kodam II Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Letkol. M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II BB. Djamin Gintings tidak sepaham dengan tidakan Letkol Simbolon untuk memisahkan dari dari negara kesatuan RI.
Penulis tidak berpihak kepada M.Simbolon atau Djamin Gintings dalam perbedaan pendapat diantara kedua pemimpin Sumatera ini. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera dianak tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. Dilain pihak, Gintings sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh azas seorang prajurit untuk membela negara Indonesia. Kedua pemimpin tentara ini sesungguhnya hendak melindungi kepentingan rakyat Sumatera Utara pada umumnya. Namun dalam pelaksanaanya mereka tidak sepaham.
Dipenghujung masa baktinya, Djamin Gintings hanya dapat mewakali bangsa Indonesa sebagai seorang Duta Besar Indonesia untuk negara Kanada. Satu ironi untuk seorang anggota tentara sejati mengahiri pengabdiannya kepada rakyat hanya debagai seorang Duta. Djamin Gintings adalah seorang cendikiawan dan pemimpin sejati yang seharusnya mampu membangun Sumatera Utara utara untuk memajukan rakyat. Tapi karena dia juga adalah seorang negarawan sejati, ia dengan rela menjalankan tugasnya di Ottawa untuk Bangsa Indonesia. Dinegara ini pulalah seorang pahlawan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Djamin Gintings mengakhiri hayatnya.
Semasa hidupnya, Djamin Gintings menulis beberapa buku. Satu diantaranya " Bukit Kadir " mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai keperbatasan Aceh melawan Belanda. Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu sekarang dikenal dengan nama bukit Kadir.