Putri Sen

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Boneka Putri Hime di Istana Himeji
Perbesar
Boneka Putri Hime di Istana Himeji

Putri Sen (千姫 sen hime?) (26 Mei 1597 – 11 Maret 1666) adalah wanita Jepang putri sulung shogun Tokugawa Hidetada, cucu dari Tokugawa Ieyasu. Ibu kandungnya bernama Sūgenin adalah putri dari shogun Azai Nagamasa.

Putri Sen menikah dua kali, pernikahan yang pertama dengan Toyotomi Hideyori dan pernikahan yang kedua dengan Honda Tadatoki.

Tenjuin adalah nama untuk Putri Sen sewaktu menjadi bikuni.

Pada tahun 1603, Putri Sen yang masih berusia 7 tahun pindah ke Istana Osaka setelah dinikahkan dengan Toyotomi Hideyori. Putri Sen berhasil diselamatkan sewaktu terjadi Pertempuran Musim Panas di Osaka Pertempuran Musim Panas di Osaka (大坂夏の陣 ōsaka natsu no jin?) antara pasukan yang dipimpin sang suami dan pasukan Tokugawa Bakufu yang menyerbu Istana Osaka. Nyawa Putri Sen selamat karena kakeknya adalah Tokugawa Ieyasu yang menjadi pimpinan Tokugawa Bakufu. Toyotomi Hideyori kemudian bunuh diri bersama sang ibu Yododono sewaktu Istana Osaka jatuh.

[sunting] Peristiwa Putri Sen

Pada tahun 1616, Putri Sen menikah dengan Honda Tadatoki. Menjelang perkawinannya dengan Honda Tadatoki, terjadi rencana penculikan Putri Sen yang disebut Peristiwa Putri Sen. Penguasa wilayah han Tsuwano (sekarang Prefektur Shimane) yang bernama Sakazaki Naomori mempunyai rencana untuk menculik Putri Sen sewaktu sang putri dan para pengikutnya sedang dalam iring-iringan menuju istana calon suami. Rencana penculikan terbongkar sebelum dilaksanakan, akibatnya sesuai aturan bushido Sakazaki Naomori harus mati. Sakazaki Naomori meninggal bunuh diri atau mungkin ragu-ragu sehingga harus dibunuh oleh pengikutnya. Akibat perbuatan Sakazaki Naomori, klan Sakazaki kehilangan semua wilayah kekuasaan dan dicabut semua hak dan martabatnya.

Sakazaki Naomori sampai berniat menculik Putri Sen karena merasa kehilangan muka dan harga dirinya diinjak-injak. Sakazaki Naomori merasa kecewa tidak jadi kawin dengan Putri Sen, padahal sudah bertaruh nyawa menyelamatkan sang putri dalam Pertempuran Musim Panas di Osaka. Tokugawa Ieyasu memang telah berjanji untuk menikahkan sang cucu (Putri Sen) dengan siapa saja yang berhasil mengeluarkan Putri Sen dari Istana Osaka, tapi sayangnya sang putri tidak mau menikah dengan Sakazaki Naomori. Alasannya, sang penyelamat ternyata buruk rupa apalagi ditambah luka bakar pada bagian muka yang didapatnya dalam pertempuran menyelamatkan sang putri di Istana Osaka.

Sakazaki Naomori merasa dendam karena Putri Sen lebih memilih untuk menikah dengan Honda Tadatoki yang berwajah tampan. Cerita seperti ini sudah sejak dulu dipercaya kebenarannya oleh banyak orang, tapi hasil penelitian ternyata meragukan peran Sakazaki Naomori dalam menyelamatkan Putri Sen dari Istana Osaka.

Penjelasan lain mengatakan Sakazaki Naomori bermaksud menculik Putri Sen karena merasa dipermalukan rencana perkawinannya batal, padahal sudah disetujui sanak keluarga dan diketahui banyak orang. Menurut cerita versi ini, Sakazaki Naomori justru diminta oleh Tokogawa Ieyasu untuk menikahi Putri Sen yang saat itu sudah menjadi janda, tapi kemudian Tokogawa Ieyasu berubah pikiran dan malah mengawinkan cucunya dengan Honda Tadatoki.

[sunting] Kehidupan Putri Sen

Pada tahun 1617, sewaktu klan Honda pindah ke Harima-Himeji, Putri Sen diangkat menjadi Putri Harima (播磨姫君 harima hime-gimi?) dan menerima hadiah 100.000 koku. Di tahun 1618, Putri Sen melahirkan putri sulung yang diberi nama Putri Katsu (勝姫 katsu hime?). Tahun berikutnya (1619), Putri Sen melahirkan anak laki-laki bernama Yukichio (幸千代?) yang meninggal karena sakit sewaktu masih berusia 3 tahun. Setelah melahirkan anak kedua, Putri Sen mengalami berkali-kali keguguran dan tidak mempunyai keturunan lagi. Konon ada cerita yang mengatakan Putri Sen terkena kutukan arwah mantan suaminya (Toyotomi Hideyori) sehingga hidup tidak bahagia.

Putri Sen berturut-turut ditimpa kemalangan. Pada tahun 1626, sang suami (Honda Tadatoki) tutup usia, yang disusul oleh sang mertua Putri Kuma (熊姫?) dan sang ibu Sūgenin (崇源院?). Putri Sen bersama putri sulungnya Putri Katsu lalu pindah dari Istana Himeji kembali ke Istana Edo.

Putri Sen akhirnya memutuskan untuk menjadi bikuni dan mengambil nama Tenjuin. Putri Sen tinggal di rumah kediaman bernama Takehashi bersama putri sulungnya Putri Katsu.

Pada tahun 1628, Putri Sen kembali hidup seorang diri setelah Putri Katsu menikah dengan Ikeda Mitsumasa.

Pada tahun 1643, Putri Sen membantu pembangunan kembali bangunan kuil utama Tōkeiji yang terletak di Kamakura. Pada tahun 1644, Putri Sen tinggal serumah dengan selir dari Tokugawa Iemitsu yang bernama Onatsu dan anak ke-3 dari Iemitsu bernama Tokugawa Tsunashige yang datang dari Istana Edo untuk melarikan diri dari kepercayaan yang berbau mistik.

Pada tahun 1657, rumah kediaman Takehashi ikut hangus terbakar dalam peristiwa kebakaran besar di Edo yang disebut Kebakaran Besar Meireki (明暦の大火 meireki taika?), sehingga untuk sementara Putri Sen harus menumpang di rumah kediaman keluarga Kishū Tokugawa.

Lukisan nishiki-e dan cerita rōkyoku (seni bercerita dengan melantunkan lagu) melahirkan cerita yang menjelek-jelekan Putri Sen, seperti legenda Cerita Istana Yoshida (吉田御殿の話 yoshida goten no hanashi?) yang menggambarkan Putri Sen mengundang laki-laki untuk menemaninya di istana tapi kemudian semuanya dihabisi.

Pada tahun 1666, Putri Sen tutup usia dalam usia 70 tahun. Makamnya berada di kuil Denzūin yang terletak di distrik Bunkyō, Tokyo.

[sunting] Kepribadian

Putri Sen kabarnya bersifat lemah lembut. Putri Sen pernah memohon pengampunan untuk Putri Naa yang sedang diancam hukuman mati, padahal Putri Naa adalah anak perempuan dari istri muda Toyotomi Hideyori. Berkat usaha Putri Sen yang tidak memikirkan keselamatan dirinya sendiri, Putri Naa akhirnya berhasil diselamatkan dari hukuman mati dan dijadikan anak angkat. Di kemudian hari, Putri Naa memutuskan untuk menjadi bikuni di kuil Tōkeiji.


Bahasa lain